1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan kegiatan Pemasaran adalah membangun merek dikonsumen. Kekuatan merek terletak pada kemampuannya untuk memengaruhi perilaku pembelian. Merek diyakini mempunyai kekuatan yang besar untuk memikat orang untuk membeli produk atau jasa yang diwakilinya. Keputusan pembelian lebih sering didasarkan pada pertimbangan merek daripada hal-hal lain, keputusan pembelian adalah . Banyak variasi produk untuk jenis produk yang sama tetapi dengan merek yang berbeda pula. Dengan adanya merek maka akan mempermudah perusahaan untuk mengenalkan produknya kepada para konsumen sehingga merek harus selalu hidup dan dapat diterima pasar. Merek bukan sekedar nama, istilah, atau tanda, tetapi merek merupakan sebuah "ikrar" dari perusahaan untuk secara konsisten memberikan gambaran, semangat, dan pelayanan pada konsumen. Disinilah dibutuhkan pengelolaan merek yang bukan pekerjaan sederhana, tantangan besar yang menghadang adalah banyak dan cepatnya perubahan yang terjadi dalam lingkungan pemasaran, seperti perilaku konsumen, strategi-strategi kompetitif, aturan-aturan pemerintah dan aspek lain dari lingkungan pemasaran yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu merek. Persaingan yang semakin ketat, menyebabkan perusahaan menempatkan orientasi pada pemenuhan dan kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang menawarkan produk dan jasa pada konsumen, maka semakin banyak pula alternatif yang dimiliki konsumen, sehingga perusahaan selalu berusaha memenuhi kepuasan pelanggan mereka untuk mempengaruhi keputusan pembelian suatu konsumen.
2
Keputusan pembelian adalah keputusan konsumen mengenai preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan (Kotler dan Keller, 2009). Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko yang terpikirkan. Besarnya resiko yang dipikirkan berbeda-beda menurut besarnya uang yang dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut, dan besarnya kepercayaan diri konsumen. Para konsumen mengembangkan rutinitas tertentu untuk mengurangi resiko, seperti penghindaran keputusan, pengambilan informasi dari teman-teman, dan preferensi atas nama merek dalam negeri serta garansi (Kotler,2009). Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Menurut Engel (2004) perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Pada dasarnya konsumen memiliki perilaku pembelian yang cukup rumit dengan adanya berbagai perbedaan yang terdapat pada produk dengan jenis yang sama, tapi merek dan spesifikasi produk yang umumnya berbeda. Dalam melakukan keputusan pembelian, tentunya dibutuhkan keyakinan dan rasa percaya diri yang kuat dari pelanggan. Sikap yang positif atas merek dapat menciptakan rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembeliannya (Astuti dan Cahyadi, 2007). Penggunaan merek oleh produsen akhir-akhir ini telah sangat berkembang. Merek merupakan suatu alat untuk membedakan barang seorang produsen dengan produsen lainnya, serta sebagai suatu alat yang dapat memberikan kebebasan kepada para konsumen untuk menentukan pilihannya. Fenomena persaingan dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang memposisikan pemasar untuk selalu mengembangkan dan merebut market share. Salah satu aset untuk mencapai keadaan tersebut adalah brand (merek). Merek (brand) berfungsi mengindentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penyaji dan membedakan dari produk sejenis dari penyaji lain (kotler, 2000). Jika perusahaan mampu membangun sebuah merek yang kuat di pikiran konsumen melalui strategi pemasaran yang tepat,
3
perusahaan akan mampu membangun mereknya. Dengan demikian merek dapat memberi nilai tambah pada nilai yang ditawarkan oleh produk kepada pelanggannya yang dinyatakan sebagai merek yang memiliki ekuitas merek. Menurut Aaker (2009) ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan. Menurut Astuti dan Cahyadi (2007) jika pelanggan tidak tertarik pada suatu merek dan membeli karena karateristik produk, harga, kenyamanan, dan dengan hanya sedikit memperdulikan merek, kemungkinan ekuitas mereknya rendah. Sedangkan jika para pelanggan cenderung membeli suatu merek walaupun dihadapkan pada para pesaing yang menawarkan produk yang lebih unggul, misalnya dalam hal harga dan kepraktisan, maka merek tersebut memiliki nilai ekuitas yang tinggi Astuti dan Cahyadi (2007). Ekuitas merek (brand equity) bisa dikelompokkan dalam lima elemen, yaitu kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas (perceived quality), asosiasi merek (brand association), loyalitas merek (brand loyalty), dan aset-aset dari hak merek lain (other propriertary brand assets) (Aaker, 2009). Elemen ekuitas merek yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas (perceived quality), asosiasi merek (brand association), loyalitas merek (brand loyalty), tanpa mengikutsertakan asetaset dari hak merek lain (other propriertary brand assets) karena tujuan dari penelitian ini adalah melihat konsep ekuitas merek dari perspektif konsumen, sedangkan aset dari hak merek lain (other propriertary brand assets) merupakan komponen ekuitas merek yang cenderung ditinjau dari perspektif perusahaan. Kesadaran Merek (Brand Awareness) (Aaker, 2009) merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali dan mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Kesadaran akan merek bukan hanya satu daya ingat saja namun juga suatu proses pembelajaran bagi konsumen terhadap suatu merek yang pada akhirnya daya ingat
4
tersebut dapat menjadi suatu pertimbangan bagi konsumen dalam membeli suatu merek (Aaker, 2009). Persepsi kualitas (perceived quality) merupakan persepsi pelanggan atas atribut yang dianggap penting baginya (Astuti dan Cahyadi, 2007). Persepsi pelanggan merupakan penilaian, yang tentunya tidak selalu sama antara pelanggan satu dengan lainnya. Persepsi kualitas yang positif dapat dibangun melalui upaya mengidentifikasi dimensi kualitas yang dianggap penting oleh pelanggan (segmen pasar yang dituju), dan membangun persepsi kualitas pada dimensi penting pada merek tersebut (Aaker, 2009). Asosiasi merek (brand association) adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan (memory) mengenai sebuah merek (Aaker, 2009). Sebuah merek adalah serangkaian asosiasi, biasanya terangkai dalam berbagai bentuk yang bermakna. Suatu merek yang lebih mapan akan mempunyai posisi yang menonjol dalam suatu kompetisi karena didukung oleh berbagai asosisasi yang kuat (Humdiana, 2005). Asosiasi merek dapat memberikan nilai bagi suatu merek dari sisi perusahaan maupun dari sisi konsumen. Astuti dan Cahyadi (2007) menyatakan bahwa loyalitas merek (brand loyalty) adalah adalah sebagai bentuk perilaku pelanggan yang loyal terhadap merek dan tidak berganti merek. Salah satu merek sepeda motor yang digemari oleh sebagian masyarakat sekarang adalah merek Yamaha. Untuk menghadapi persaingan tersebut produk Yamaha selalu menciptakan penemuan-penemuan baru yang mana disesuaikan dengan perkembangan jaman dan keinginan dari masyarakat agar produknya tetap laku. Selama puluhan tahun Yamaha bersaing dengan Honda untuk menguasai pasar sepeda motor di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir terjadi pergeseran positif dimana market share penjualan motor Honda terus menurun sedangkan Yamaha meningkat, tetapi tahun terakir yaitu tahun 2011 Yamaha mengalami penurunan market share yang cukup drastis. Hal ini bisa dilihat pada data AISI
5
(Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) tentang market share penjualan sepeda motor di Indonesia selama lima tahun terakhir. Berdasarkan Tabel yang di bawah 1.1 Penjualan Yamaha terus mengalami peningkatan sejak tahun 2007 dan hampir berhasil melampaui penjualan Honda khususnya pada tahun 2009 yang hanya terpaut 0,50% dari penjualan Honda, tetapi market share terakhir Yamaha turun drastis dari tahun 2010 yang sebelumnya 45,22% menjadi 39,14% pada tahun 2011 sedangkan Honda semakin menguatkan pasarnya sebesar 53,16%. Penurunan ini menurut Yamaha disebabkan sedikitnya varian baru yang diluncurkan Yamaha sedangkan Honda mengeluarkan Honda Scoopy dan Honda Spacy yang menarik minat konsumen dengan gaya retronya yang akhirnya direspon Yamaha dengan mengeluarkan Yamaha Fino dan Yamaha Mio awal tahun 2012. Menurut autos.okezone.com banjir di Thailand juga salah satu penyebab menurunnya penjualan Yamaha, pasalnya PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) selaku agen pemegang merek Yamaha di Indonesia masih menerima pasokan komponen dari negeri Gajah Putih. Tabel 1.1 Data Penjualan Sepeda Motor di Indonesia Tahun 2007-2011 Merek
2007
2008
2009
2010
2011
Honda
2.141.015
2.874.576
2.704.097
3.418.632
4.276.136
( 45,67% )
( 46,24% )
( 45,97% )
( 46,21% )
( 53.16% )
1.833.506
2.465.546
2.674.892
3.345.680
3.147.873
( 39,11% )
( 39,67% )
(45,47% )
(45,22% )
(39,14% )
637.031
793.758
438.158
526.003
494.841
(13,39% )
(12,77% )
(7,45%)
(7,11%)
(6,15%)
38.314
44.690
61.217
87.004
100.673
(0,82% )
(0,72% )
(1,04%)
(1,17%)
(1,25%)
Yamaha
Suzuki
Kawasaki
6
Merek lain
Total
38.397
37.295
3.143
21.325
24.372
(0,82% )
(0,60% )
(0,06%)
(0,29)
(0,03%)
4.688.263
6.215.865
5.881.777
7.398.644
8.043.535
Sumber : www.triatmonowordpress.com Kita juga bisa melihat Honda selalu menjadi pemimpin pasar sepeda motor, sedangkan Yamaha selalu menjadi nomor 2 (dua) setelah Honda. Walaupun penjualan mereka selalu menunjukan tren hasil positif, ini berarti tren positif peningkatan penjualan sepeda motor Yamaha belum mampu mengalahkan penjualan
sepeda motor Honda sebagai pemimpin pasar sepeda motor di
Indonesia. Dengan menggunakan tagline “Yamaha Semakin Didepan” Yamaha berusaha menunjukan bahwa mereka selangkah lebih maju dibandingkan yang lain dan juga agar konsumen semakin mengenal produk mereka dan kemudian mau memakai produk-produk motor buatan mereka yang dikenal cepat, gesit dan sporty sehingga cocok untuk berbagai golongan usia. Selain itu Suzuki dan Kawasaki tak ubahnya menjadi pelengkap dalam pasar sepeda motor di Indonesia. Dari besarnya pengaruh yang diberikan oleh suatu merek yang sudah dianggap sebagai aset perusahaan maka PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) selaku agen pemegang merek Yamaha di Indonesia menginginkan sepeda motor Yamaha terus berusaha menjadi market leader. Salah satu indikator bahwa merek suatu produk sukses dan dikenal luas oleh masyarakat adalah masuk di dalam jajaran kategori peringkat merek nasional. Perusahaan ternyata masih menjadikan survei merek sebagai salah satu indikator bahwa merek mereka sukses di pasaran adalah satu survei merek yang dijadikan sebagai indikator kesuksesan sebuah merek adalah Top Brand Award yang dipelopori oleh majalah “MARKETING” yang bekerja sama dengan lembaga survei Frontier Consulting Group. Konsep tentang Top Brand mengenai merek suatu produk didasarkan pada tiga parameter yaitu: merek yang paling diingat (top of mind), merek yang terakhir kali dibeli atau dikonsumsi (last used), serta merek yang akan dipilih kembali di masa mendatang (future intention).
7
Sepeda motor Yamaha berhasil merebut posisi puncak Top Brand Award tahun 2010 dan 2011 hasil survei lembaga Frontier Consulting Group. Dengan syarat Top Brand Index minimum sebesar 10% menjadikan merek Yamaha kategori otomotif sepeda motor berhasil meraih Top Brand seperti yang tertera pada tabel 1.2 berikut ini: Tabel 1.2 Top Brand Kategori Otomotif (Sepeda Motor) Top Brand index Merek
Honda
Yamaha
Tipe dan jenis
( TBI ) 2010
2011
Matik
Vario
12
16,8
Bebek
Supra
32,9
19,6
Sport
Tiger
24,9
16,3
Matik
Mio
64,4
60
Bebek
jupiter
25,6
14,2
Sport
V-ixion
32,2
29,2
Sumber: www.topbrand-award.com Berdasarkan Tabel 1.2 dua model sepeda motor Honda berhasil merebut posisi puncak Top Brand Award tahun 2010 dan 2011. Dari tiga kategori kendaraan roda dua, Yamaha Mio bertengger di posisi puncak Top Brand Award segmen motor matik. Model lain yang berhasil menempati posisi puncak adalah Yamaha V-ixion yang berhasil memuncaki segmen motor sport menyisihkan model sport yang menjadi andalan salah satu produsen motor di Tanah Air. Namun, secara keseluruhan Top Brand Index dari sepeda motor Yamaha pada semua tipe mengalami penurunan, berbeda dengan Honda yang kategori matik mengalami peningkatan. Hal ini perlu diwaspadai karena bisa saja kategori matik yang selama ini menjadi andalan Yamaha bisa tergeser dominasinya oleh matik Honda yang terus meluncurkan produk baru. Data tersebut juga menunjukkan
8
kepuasan pelanggan Yamaha semakin turun yang berakibat penurunan penjualan Yamaha. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini akan memfokuskan pada elemen-elemen ekuitas merek, yaitu kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul : ANALISIS PENGARUH FAKTOR –
FAKTOR
EKUITAS
MEREK
SEPEDA
MOTOR
YAMAHA
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN. 1.2.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana Ekuitas merk yang dilakukan oleh motor Yamaha? 2. Bagaimana Keputusan Pembelian konsumen pada motor Yamaha? 3. Seberapa besar pengaruh faktor Ekuitas Merek terhadap
keputusan pembelian
konsumen pada motor Yamaha ?
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk :Bagaimana Ekuitas merek
produk motor Yamaha menurut tanggapan Konsumen Bagaimana keputusan pembelian konsumen Bagaimana pengaruh Ekuitas merek terhadap keputusan pembelian konsumen 4. Untuk mengetahui bagaimana Ekuitas merk yang dilakukan oleh motor Yamaha? 5. Untuk mengetahui bagaimana Keputusan Pembelian
konsumen pada motor
Yamaha? 6. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor Ekuitas Merek terhadap keputusan pembelian konsumen pada motor Yamaha ?
9
1.4.
Kegunaan Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat berguna atau
bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu sebagai berikut : Bagi Perusahaan Dapat memberikan informasi bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan ekuitas merek produknya dan menjaga sebagai suatu asset yang berharga bagi perusahaan. yang berkaitan dengan pengaruh kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek terhadap keputusan pembelian konsumen. Bagi Peneliti Hasil dari penelitian dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan serta tambahan pengalaman dalam mengaplikasikan sebagian kecil dari teori pemasaran yang telah didapatkan. Manfaat bagi Akademik Diharapkan
dapat
digunakan
sebagai
tambahan
informasi
untuk
memperluas ilmu pengetahuan, serta dapat digunakan sebagai acuan dan referensi bahan pertimbangan bagi peneliti-peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa di masa yang akan datang. 1.5.
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Pemberian merek telah menjadi masalah penting dalam strategi produk.
Para pemasar menyadari bahwa pemberian merek adalah seni dan merupakan bagian penting dari pemasaran. Nama merek yang kuat mempunyai franchise konsumen, yaitu nama merek yang memiliki kesetiaan konsumen yang kuat. Perusahaan yang mampu mengembangkan merek dengan franchise konsumen dinilai akan mampu mempertahankan diri dari para pesaing.
10
Dalam perkembangan konsep pemasaran modern dimana konsumen ditempatkan sebagai sentral perhatian, setiap perusahaan merasa perlu untuk menyelidiki keputusan pembelian konsumen secara terperinci, apa yang dibeli konsumen, kapan dan dimana mereka membeli, berapa banyak mereka membeli, dan mengapa mereka sampai membeli dalam rangka mengembangkan strategi pemasaran yang diharapkan mampu meraih pangsa pasar yang tersedia. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen, salah satu strategi perusahaan dalam membentuk perilaku pembelian konsumen adalah dengan menciptakan merek. Dengan semakin tingginya persaingan di industri sepeda motor yang juga disebabkan semakin tingginya harga barang kebutuhan sehari-hari konsumen dan harga bahan bakar minyak, produsen sepeda motor dituntut untuk dapat memberikan nilai lebih secara terus menerus melalui penyempurnaan produk (sepeda motor) untuk dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen pada akhirnya. Hal ini dikarenakan konsumen yang menjadi sentral dari kegiatan pemasaran semakin lama semakin selektif di dalam menentukan produk pilihannya dan juga turut dimanjakan oleh varian model, bentuk, dan spesifikasi lainnya yang ditawarkan oleh produsen sepeda motor. Merek merupakan hal yang sangat penting baik bagi konsumen maupun bagi produsen. Bila tidak ada merek, maka konsumen harus mengevaluasi semua produk yang tidak memiliki merek setiap kali mereka akan melakukan pembelian. Merek juga membantu meyakinkan konsumen bahwa mereka akan mendapatkan kualitas yang konsisten ketika mereka membeli produk tersebut. Selain itu merek juga berkaitan dengan cara konsumen merasa dan membeli barang-barang bukan sekedar sebuah karakteristik barang-barang tertentu (Arnold : 1996). Menurut Aaker (1991) Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan dengan sub variabel : Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Asosiciation, Brand Loyalty.
11
1.6.
Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dihipotesiskan sebagai berikut :
faktor ekuitas merek yang terdiri dari; kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek dan
secara parsial dan serempak berpengaruh terhadap keputusan
pembelian konsumen sepeda motor merek Yamaha di lingkungan X