BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Penelitian Dalam mencapai sebuah negara yang hebat, maka diperlukan perjuangan
untuk mempertahankan negara demi membentuk kesejahteraan negara dan bangsanya. untuk itu diperlukan masyarakat-masyarakat yang tangguh dan siap berkorban demi kejayaan hingga bangsa dan negaranya tersebut mencapai kemerdekaan. Salah satu negara yang telah mencapai kemerdekaannya dan dapat dikatakan sebagai negara yang mempunyai kekuatan super power adalah negara Amerika. Menarik mengamati perkembangan yang telah terjadi pada negara Amerika. Dapat dilihat dari sejarahnya, Amerika telah melalui berbagai macam rintangan demi mencapai kemerdekaannya, mulai dari melawan bangsa lain yang pernah menduduki wilayahnya hingga menjadi negara yang kuat seperti saat ini. Amerika telah melalui berbagai periode perang mulai dari periode perang dunia I dan II yang berakhir pada tahun 1947. Pada periode tersebut merupakan masa dimana masyarakat mereka berjuang untuk mempertahankan negaranya. Para pejuang mereka saling bahu-membahu untuk saling membantu agar negaranya menjadi negara yang sejahtera. Setelah para pejuang kemerdekaan memberikan kemerdekaan bagi negaranya, sudah sepatutnya kemerdekaan tersebut dilanjutkan dengan cara membagun semangat persatuan menjadi negara kesatuan yang kuat. Untuk membangun bangsa dan negara yang kuat, maka perlu untuk menumbuhkan bibitbibit pemuda-pemudi yang berjiwa patriotik yang mempunyai semangat untuk membela negara dan membangun serta mempertahankan bangsa serta negara agar mejadi negara yang disegani oleh negara-negara lain. Mengutip penjelasan dari Stephen Nathanson (1993 :34-35) dalam Love of one’s Country, dalam stanford.edu, menjelaskan bahwa patiotisme adalah rasa 1
kasih sayang atau cinta kepada negara sendiri, mempunyai perhatian yang khusus terhadap negaranya dan rela berkorban atas segalanya demi kesejahteraan negaranya. Penjelasan patriotisme diatas menjelaskan bahwa seorang patriot adalah orang yang mempunyai rasa cinta kepada negaranya dan rela berkorban terhadap bangsanya, cinta terhadap bangsanya diletakkan jauh diatas kepentingan yang lainnya, dan rela berkorban untuk keutuhan negaranya. Namun melihat penjelasan diatas, dimana era globalisasi seperti ini, apakah seorang patriot harus mengorbankan harta bahkan nyawa untuk menjunjung tinggi kedaulatan negaranya. Penjelasan tersebut menjadi tidak sesuai apabila kita melihat kondisi bangsa saat ini dimana menjadi seorang patriot tidak harus
dengan
mengambil
senjata
dan
mengorbankan
nyawa
untuk
mempertahankan negara. Menjadi seorang patriot bagi sebuah negara tidaklah harus dengan mengambil senjata dan berperang melawan penjajah negara, namun menjadi seorang patriot bisa dilakukan dengan cara melakukan hal-hal kecil yang berguna untuk negara juga bagi diri. Patriotisme sebenarnya bukan persolan yang bisa dibuat main-main, bukan masalah sepele jika dikaitkan dengan perjalanan sebuah bangsa dan negara, namun patriotisme bisa menjadi faktor kunci untuk kebangkitan bangsa. Apabila sebuah negara mampu menumbuhkan dan membangkitkan semangat dalam diri masyarakatnya, maka bangsa tersebut dapat menjadi bangsa yang kuat dan menjadi bangsa yang besar. Namun apabila semangat patriotisme tidak ditumbuhkan, maka tidak menutup kemungkinan bangsa tersebut dapat dijajah kembali oleh zaman globalisasi seperti saat ini (Suratman. 2008:146). Sifat patriotik serta komponen-komponen pembentuknya merupakan pondasi agar suatu bangsa dapat terus maju dalam menghadapi tantangan. Namun pada zaman dimana sebuah negara tidak harus berperang untuk mempertahankan negaranya seperti saat ini, bagaimana cara seorang warga negaranya menunjukan
2
sikap patriotik terhadapa bangsanya, apakah ia harus tetap mengambil senjata dan berperang melawan penjajah. Sikap patriotisme dapat ditunjukkan dengan cara menciptakan pemudapemudi yang hebat serta didukung
infrastruktur yang berkualitas, hingga
mneciptakan politisi-politisi yang jujur. Hal ini sebenarnya terlihat lebih ringan dibandingkan dengan pada zaman dahulu dimana seorang patriotisme harus berperang dan mengorbankan nyawanya untuk mempertahankan negara. Namun membandingkan kondisi bangsa saat ini dengan kondisi bangsa pada saat perang melawan penjajah sangatlah jauh berbeda. Pada saat itu sikap patriotisme sangat kental mengalir di dalam darah pejuang kemerdekaan yang berkorban mati-mati untuk membela negara, namun saat ini sikap patriotisme sangat jarang ditemukan, yang lebih dominan adalah sikap egoisme warga bangsa yang makin tidak peduli terhadap keutuhan negaranya. Seiring dengan derasnya arus modernisasi dan globalisasi di negeri ini rasa patriotisme kita memang sedang di uji. Di mana-mana terjadi kesenjangan, orang semakin tidak peduli pada sekelilingnya. Pergeseran etika dan perilaku sangat kentara di hadapan kita (http://timikaexpress.com). Namun melihat ketidaksesuaian yang terjadi antara pengertian dan fenomena patriotisme yang terjadi saat ini, memuculkan pertanyaan bagi peneliti. pertanyaan yang muncul memandang bahwa masih sedikitnya sarana untuk memahami arti patriotisme itu sendiri. Untuk itu perlu diciptakan sarana yang mampu menyampaikan pesan patriotisme sehingga dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk memahami makna dari patriotisme. Sebenarnya mulai dari bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi pemahaman mengenai patriotisme sudah didiskusikan melalui pelajaran kewarganegaan, pemahaman patriotisme juga disampaikan melalui berbagai cara lain seperti buku-buku novel, biografi hingga menggunakan media massa. Penggunaan berbagai macam sarana tersebut adalah untuk merefleksikan patriotisme dengan cara yang berbeda. 3
Salah satu media massa yang digunakan untuk menyampaikan pesanpesan patriotisme yaitu film. Film adalah sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu masyarakat yang disajikan dalam bentuk gambar hidup. Sebuah bentuk seni dan media komunikasi yang unik yang dapat menjangkau seluruh segmen lapisan masyarakat. Film tidak hanya sebagai media hiburan bagi pecintanya, tetapi juga memberikan semacam rasa kedekatan bagi penontonnya (http://www.pnri.go.id). Menurut Dominick dalam Ardianto (2007:14) fungsi komuniasi massa terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertaiment (hiburan). Kemudian Effendy dalam buku yang sama juga menyampaikan bahwa tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif bahkan persuasif, yang dapat digunakan untuk pembinaan genereasi muda dalam rangka nation and character building. JB Kristanto, seorang pengamat film dan juga mantan jurnalis harian Kompas dalam sebuah artikel pada media internet dengan judul Meraba Denyut Kritik Film Indonesia* menyebutkan bahwa film tidak lebih dari sekedar hiburan bagi masyarakat untuk sejenak lari dari kepenatan hidup. Namun, ia kemudian mengubah anggapan. Film pantas ia maknai sebagai cerminan kehidupan. Maka dari itu film dapat pula menjadi media pembelajaran bagi khalayak (https://komunitaskembangmerak.wordpress.com). Film merupakan media massa yang memiliki peran dalam menyampaikan pesan kepada penontonnya. Film yang merupakan suatu bentuk dari karya seni yang terdiri dari audio dan visual serta menggabungkan cerita-cerita di dalamnya, sehingga menarik khalayak untuk menontonnya. Film-film yang bercerita dan mengandung pesan-pesan patriotisme ini tersebar di beberapa genre, baik film lokal maupun film Hollywood. Diantaranya film ber-genre drama-history seperti Apollo 13 (1995) karya Ron Howard, film
4
ber-genre sci-fi (science fiction) seperti The Avengers (2012) karya Joss Wedhon, film ber-genre drama-family seperti Miracle (2004) karya Gavin O‟Connor, hingga film ber-genre animation seperti Team America: World Police (2004) karya Trey Parker,. Film ber-genre comedy-biografi dari Indonesia Naga Bonar (1987 & 2007) karya Deddy Mizwar, dan film yang ber-genre drama-war yang dirilis Paramount Pictures dan Dreamworks Pictures pada tahun 1998, Saving Private Ryan. Sejak awal rilis di tahun 1998, film Saving Private Ryan telah memenangkan 5 piala Oscar, 70 penghargaan dan 60 nominasi. Penghargaan yang diraih antara lain Best Director, Best Cinematography, Best Film Editing dari Academy Award,USA. Film ini juga masuk berbagai kategori nominasi diantaranya Best Film, Best Performance by an Actor in a Leading Role, Best Editing dari Bafta Award (http://www.imdb.com). Saving Private Ryan adalah film yang disutradarai oleh Steven Spielberg. Film Amerika Serikat ini mengangkat tema peperangan yang terjadi pada Perang Dunia II di saat invansi Normandia. Film ini mengangkat isu patriotisme yang digambarkan melalui beberapa tokoh. Diantaranya yaitu Kapten John H. Miller yang diperankan oleh Tom Hanks, Sergeanth Horvath yang diperankan oleh Tom Sizemore, Caparzo yang diperankan oleh Vin Diesel, Upham yang diperankan Jeremy Davies, dan Ryan yang diperankan oleh Matt Damon. Film yang berdurasi 169 menit ini menceritakan tentang seorang kapten komandan perang beserta kelompok pasukan kecilnya yang mempunyai misi menyelamatkan seorang prajurit bernama Ryan. Dengan mengambil setting masa Perang Dunia II, film ini menceritakan tentang kenyataan pahit yang harus diterima keluarga Ryan, dimana tiga dari empat Ryan bersaudara gugur dalam medan perang secara bersamaan, hanya Ryan yang tersisa. Maka demi ibu dari Ryan dan para prajurit yang telah gugur tersebut, diutuslah kelompok pasukan kecil untuk mencari dan membawa pulang Ryan. Namun mencari Ryan di medan perang bukanlah hal yang mudah, Ryan sendiri tidak diketahui kabarnya dan
5
menghilang setelah terjadi kesalahan teknis pada misinya. Dimana pasukan kelompok yang beranggotakan delapan harus berjuang demi menyelamatkan seorang prajurit. Patriotisme dalam film Saving Private Ryan tersebut dianalisis dengan menggunakan semiotika. Dalam hal ini film sebagai komunikasi massa dan merupakan karya seni yang didalamnya terdapat banyak tanda maupun simbol. Tanda-tanda ataupun simbol dalam film tersebut menggambarkan hal yang bersifat patrotisme yang digambarkan melalui tokoh maupun suasana dalam film tersebut,
sehingga peneliti merasa tepat menggunakan semiotika untuk
menganalisis film tersebut. Peneliti menggunakan analisis semiotika Roland Barthes pada penelitian ini. Semiotika Roland Barthes mengarah pada konsep bahwa tanda denotatif terdiri atas penanda dan petanda. Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif juga sebagai penanda denotasi. dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai „mitos‟ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda. Uraian-uraian yang telah peneliti sampaikan diatas menjadi ketertarikan untuk melakukan penelitian mengenai Representasi patriotisme dalam film Saving Private Ryan (Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai Representasi Patriotisme dalam Film).
6
1.2.
Fokus Penelitian Setelah memaparkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian adalah Bagaimana representasi patriotisme dalam film Saving Private Ryan?. Dalam penelitian ini, permasalahan yang ingin diangkat oleh peneliti sesuai dengan pendekatan semiotika Roland Barthes yang dipilih peneliti untuk menganalisis objek penelitian. Maka fokus penelitian adalah : 1. Bagaimana makna denotasi patriotisme dalam film Saving Private Ryan? 2. Bagaimana makna konotasi patriotisme dalam film Saving Private Ryan? 3. Bagaimana mitos patriotisme dalam film Saving Private Ryan?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui representasi patriotisme dalam film Saving Private Ryan. Maka fokus tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana makna denotasi patriotisme dalam film Saving Private Ryan 2. Untuk mengetahui bagaimana makna konotasi patriotisme dalam film Saving Private Ryan 3. Untuk mengetahui bagaimana mitos patriotisme dalam film Saving Private Ryan
7
1.4.
Manfaat Penlitian Ada sisi manfaat yang peneliti gunakan sebagai pertimbangan dalam
melakukan penelitian. Manfaat yang peneliti harapkan dari penelitian ini mencakup dua aspek, yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis.
1.4.1.
Manfaat Akademis
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan mahasiswa terhadap kajian patriotisme, sekaligus mendorong munculnya kajian penelitian serupa dan dapat memperkaya mengenai kajian ini.
1.4.2.
Manfaat Praktis
Manfaat lain yang diharapkan dalam melakukan penelitian ini adalah memberikan pemahaman membaca makna-makna yang terkandung dalam film melalui semiotika, serta dapat menjadi contoh patriotisme dan diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
1.5.
Tahapan Penelitian Dalam proses penyusunan penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan
terhadap beragam film ber-genre perang. Setelah melakukan pengamatan, peneliti menemukan gagasan bahwa film ber-genre perang selalu mengangkat isu patriotisme. Melalui pengamatan yang dilakukan, peneliti menemukan gagasan bahwa Saving Private Ryan merupakan film yang mempresentasikan pratriotisme yang digambarkan melalui tokohnya. Berdasarkan hal tersebut, muncul pertanyaan penelitian yakni : “Bagaimana patriotisme direpresentasikan dalam film Saving Private Ryan?”. Peneliti telah melalui tahap pencarian film yang mengandung unsur patriotisme, selanjutnya peneliti menentukan metode pengolahan data yang akan digunakan untuk menganalisa hal tersebut. Peneliti menggunakan analisa semiotika Roland Barthes.
8
Jenis analisis dengan menggunakan, yakni jenis model sistematis dalam menganalisis makna dengan tanda-tanda. Fokus perhatiannya tertuju pada signifikasi dua tahap (two order of signification). Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara penanda (signifier) dan petanda (signified). Dalam sebuah tanda tahap realitas eksternal Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna penting nyata dari sebuah tanda. Sedangkan signifikasi tahap kedua yang menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi serta nilai-nilai dari kebudayaannya, disebut konotasi yang akan berhubungan dengan mitos yang terdapat dalam film tersebut.
9
Adapun tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat dalam gambar 1.1 berikut ini :
Gambar 1.1 Tahapan Penelitian
Pencarian Ide
Pengumpulan Data
Data Sekunder : Literatur Pustaka
Data Primer : Film Saving Private Ryan
Menonton Film Saving Private Ryan
Pencarian Teori yang Relevan
Analisis Film
Uji Keabsahan Data
Hasil Akhir Penelitian
Sumber: Olahan Peneliti Tahun 2015
10
1.6.
Waktu Penelitian
Tabel 1.1 Waktu Penelitian
No
Kegiatan
Waktu Bulan Bulan ke-1
1
ke-2
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
ke-3
ke-4
ke-5
ke-6
Menonton Film Saving Private Ryan
2
Pengumpulan Data
3
Pengumpulan Teori
4
Penyusunan Proposal
Skripsi 5
Seminar Proposal Skripsi
6
Analisis Data
7
Hasil Akhir Penelitian
8
Pendaftaran Sidang
Skripsi 9
Sidang Skripsi
10
Bimbingan
Sumber: Olahan Peneliti Tahun 2015
11