1
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni
lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa menjadi satu dan sebagai awal pembentukan keluarga. Keharmonisan dan kebahagian merupakan cita-cita dan harapan setiap orang, agar tercapai keharmonisan dan kebahagian dibutuhkan menyesuaian diri. Termasuk setiap orang yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi (mahasiswa) yang akan mempersiapkan pernikahan. Melihat dari segi usia, mahasiswa sudah masuk ke masa dewasa awal, Masa usia mahasiswa meliputi rentang umur dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun rentang usia itu masih dapat dibagi-bagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari semester I sampai semenster IV; dan periode waktu 21/22 tahun sampai 24/25 tahun, yaitu mahasiswa dari semester V sampai dengan semester VIII (Winkel dan Sri Hastuti, 2007: 157). Secara teoritis, tugas perkembangan mahasiswa yang berkenaan dengan hidup berkeluarga dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pertama menitikberatkan pada perkembangan fisik dan seksual, serta pengaruhnya terhadap gejala-gejala psikososial. Fase kedua yaitu menitikberatkan pada aspek-aspek nilai-nilai, moral, sikap hidup, dan hubungan kemasyarakatan. Pada fase ini tugas perkembangan yang berkaitan dengan kehidupan berkeluarga merupakan tugas yang sangat penting dan harus diselesaikan dengan baik meskipun dirasakan sangat berat.
Sekadanta Sembiring, 2013 Program Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Penyesusian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan pada mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik 2010/2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Sejalan dengan uraian Elizabeth Hurlock (1996:252) tugas-tugas perkembangan pada fase usia dewasa awal: (1) mulai bekerja; (2) memilih pasangan hidup; (3) belajar hidup dengan pasangan; (4) mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga; (5) memelihara anak; (6) mengelola rumah tangga; (7) mengambil tanggung jawab sebagai warga Negara, dan (8) menemukan kelompok yang sosial yang serasi. Pencapaian tugas perkembangan yang berkenaan dengan hidup berkeluarga sangat erat kaitannya dengan penyesuaian diri yang dimiliki oleh mahasiswa. Bila mahasiswa memiliki penyesuaian diri yang positif, maka ia akan lebih mampu mencapai tugas perkembangannya secara optimal, mampu mengontrol diri, bertanggungjawab mampu memecahkan dan mengatasi berbagai hambatan, mampu mengambil keputusan tanpa konflik dengan penuh pertimbangan yang matang dan dapat memilih alternatif keputusan dengan baik,
memiliki
kepercayaan diri, dan tidak khawatir terhadap masa depan. Namun dalam hal ini tidak semua orang mampu menyesuaiakan diri dalam pernikahan, walaupun sudah matang dipersiapkan, sudah saling mengenal sebelumnya, namun perbedaan-perbedaan kecil dalam bentuk kebiasaan masingmasing dapat menjadi sumber kekesalan, pertengkaran dan menimbulkan masalah-masalah sehingga mengakibatkan individu mengalami gangguan penyesuaian diri (adjustment disorder). Dan tidak jarang sampai terjadi pertengkaran, kekerasan dalam rumah tangga, melarikan diri dari persoalan dan mencari ketenangan di rumah orang tua, tempat-tempat hiburan atau tempat apa saja di luar rumah, perselingkuhan dan bahkan sampai pada perceraian. Sekadanta Sembiring, 2013 Program Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Penyesusian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan pada mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik 2010/2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Nanette Miner (dalam Nurwijaya 2011:10), mengemukakan di Amerika Serikat mayoritas perempuan mulai selingkuh saat usia 20 - 40 tahun (78%). Sedangkan pria mulai selingkuh antara 30 - 40 tahun (78%). Dan 70 % lelaki beristri selingkuh, dan hanya 1% dari yang selingkuh tersebut meninggalkan istrinya. Faktor penyebab perselingkuhan yaitu: (1) affair di dunia maya, mencari teman baru atau bertemu bekas pacar lama melalui facebook; (2) Masalah keuangan, berdebat tentang berapa banyak uang yang akan dihabiskan atau disimpan, ada pasangan sebelum menikah tidak tahu-menahu tentang latar belakang keuangan pasangannya, baru di ketahui setelah menikah pasangannya banyak utang; (3) Campur tangan orang lain, seperti ibu, ayah, saudara perempuan, teman-teman
yang berkomentar
negatif terhadap pasangan.
selanjutnya beliau mengungkapkan Indonesia termasuk ranking keempat di dunia yang memiliki jumlah janda terbanyak. Cina 43 juta, India 42,4 juta, AS 13,6 juta, Indoniesia 9,4 juta, Jepang 7,4 juta, Rusia 7,1 juta, Brasil 5,6 juta, Jerman 5,1 juta, Banglades dan Vieatnam masing-masing 4,7 juta. Lebih dari 500 juta anak dan remaja bergantung dari janda-janda itu. Ditambah lagi dengan kasus perceraian di Pengadilan Agama kota Bandung, meningkat dari tahun ketahun pada tahun 2009 ada sebanyak 1.600 perkara, 2010 ada 3.629 perkara yang masuk. Dan pada tahun 2011 jumlahnya meningkat sudah mencapai 3.795 perkara. “Dalam sehari tercatat sekitar 70 pasangan yang mendaftarkan perceraian” (Saifudin, 2011).
Sekadanta Sembiring, 2013 Program Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Penyesusian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan pada mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik 2010/2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Di Los Angeles, Amerika Serikat angka perceraian dari pernikahan pertama berakhir dengan perceraian telah mencapai angka 50 persen dan Marin County, California, mencatat 70 persen dari semua pernikahan berakhir dengan perceraian, dan pernikahan yang kedua nyaris dua kali kecenderungannya untuk gagal dibanding pernikahan pertama. (Vanpelt, 2006:7). Faktor – faktor penyebab pada tingkat perceraian yang bertambah dalam tahun-ketahun salah satunya adalah: (1) proses perceraian yang mudah, (2) kemunduran dalam kehidupan keluarga. Rumah sebagai terminal dimana anggota keluarga datang dan pergi dengan begitu singkat untuk tujuan masing-masing, (3) pernikahan dini dan kurangnya persiapan serta pendidikan, pernikahan dianggap suatu yang alami sehingga pernikahan dapat berhasil tanpa pendidikan khusus, (4) kemunduran dalam kehidupan rohani secara positif. Angka-angka tersebut di atas menunjukkan bahwa hanya sedikit pasangan, berusaha mewujudkan keintiman, berusaha mewujudkan komitmen dan pengertian mendalam antar pasangan, dan bahkan banyak pasangan yang tetap menjalani pernikahan, namun dengan menunjukkan sikap dingin sehingga keharmonisan
dalam
rumah
tangga
tidak
dicapai.
Beberapa
pasangan
mempertahankan rumah tangganya hanya demi kepentingan anak-anaknya, namun pernikahan tetap terasa hambar. Tahun-tahun pertama pernikahan merupakan masa rawan, bahkan dapat disebut sebagai era kritis karena pengalaman bersama belum banyak. Menurut Clinebell (2005) periode awal pernikahan merupakan masa penyesuaian diri, dan krisis muncul saat pertama kali memasuki jenjang pernikahan. Pasangan suami Sekadanta Sembiring, 2013 Program Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Penyesusian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan pada mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik 2010/2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
istri harus banyak belajar tentang pasangan masing-masing dan diri sendiri mulai diperhadapkan dengan berbagai masalah. Dua kepribadian (suami maupun istri) saling menempa untuk dapat sesuai satu sama lain, dapat memberi dan menerima. Data studi Puji Astuti (2010: 5) permasalahan dalam kaitan penyesuaian pernikahan menunjukkan terdapat berbagai perilaku komunikasi yang terjadi diantara mereka, seperti salah satu pasangan terutama istri lebih sulit untuk menahan diri untuk tidak merespon atau memotong perkataan suami yang belum selesai berbicara, baik suami maupun istri sulit mendengarkan pasangan dengan penuh perhatian dan konsentrasi, pasangan seringkali tidak menanyakan kembali hal-hal yang dirasa kurang dimengerti, suami istri kurang memperhatikan kondisi fisik dan psikis pasangannya, ketika menyampaikan suatu permasalahan dapat menjadi sumber perdebatan saling menyalahkan. Ada pula pasangan yang merasa kurang dihargai atau tersinggung, seperti berbicara dengan intonasi suara yang tinggi dan kata-kata yang tidak disukai pasangannya, membentak, melecahkan, muka masam atau cemberut. Selain itu, seringkali suami atau istri merasa kurang mampu membahagian pasangannya dan merasa kurang memiliki kepercayaan terhadap pasangannya sehingga menghambat keterbukaan di antara mereka. Ada pula suami atau istri yang kurang terbuka dengan pasangannya mengenai berbagai hal seperti hubungan baik dengan mertua, kesesuaian minat dan aktivitas masing-masing. Mereka menganggap tidak penting untuk dibicarakan dan merasa permasalahan tersebut akan membebani pasangannya saja atau merasa cenderung menasehati dan menyalahkan sehingga suami
maupun istri tidak mengungkapkan
Sekadanta Sembiring, 2013 Program Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Penyesusian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan pada mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik 2010/2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
permasalahn tersebut. Terdapat pula pasangan yang hanya memendam keinginan dan pendapatnya serta tidak mengkomunikasikannya pada pasangannya karena khawatir pendapatnya kurang didengar dan dihargai. Pada akhirnya, suami atau istri hanya berharap pasangannya mengetahui dan memahami keinginan tanpa ia mengkomunikasikannya secara terbuka. Mengingat permasalahan yang akan dihadapi dan harus diatasi oleh setiap individu (mahasiswa) dituntut usaha-usaha penyesuaian diri sedini mungkin yang terus-menerus dari setiap pribadi sebelum mereka masuk ke dalam suatu wadah pernikahan. Salah satu layanan yang tepat diberikan kepada mahasiswa dalam membantu mereka untuk dapat menyesuaikan diri dalam pernikahan adalah bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan yang bertujuan untuk membantu mahasiswa membangun keutuhan pribadi melalui penataan penyesuaian diri menuju pernikahan yang diharapkan, dengan membekali mereka ilmu, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai yang bermanfaat, serta membantu mereka melepaskan diri dari masalah-masalah yang dapat mengganggu, sehingga muncul penerimaan, kesadaran dan kepercayaan diri serta mampu membuat keputusan yang tepat berkenaan dengan pernikahan, selanjutnya diharapkan mereka akan lebih bertanggung jawab dan berprilaku positif sehingga dapat menjalani kehidupan pernikahan yang harmonis. Bimbingan
perkembangan
sebagai
suatu
proses
perkembangan
(developmental procces) yang menekankan kepada upaya membantu individu dalam seluruh fase perkembangannya yang menyangkut aspek-aspek vokasional, pendidikan, pribadi sosial (Shertzer & Stone, 1971:76; Myric & Stone, 1971:76; Sekadanta Sembiring, 2013 Program Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Penyesusian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan pada mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik 2010/2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
Myrick dalam Kartadinata, 1996:99; dan Supriadi, 1997:7 dalam syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, 2008:53). Program bimbingan perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam pernikahan, berdasarkan kepada empat komponen kegiatan yaitu : (1) layanan dasar; (2) perencanaan individual; (3) responsif; dan (4) dukungan sistem. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan program layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi, dalam rangka meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan, dengan kehadiran program bimbingan di perguruan tinggi memiliki makna tersendiri.
Peneliti
berpendapat,
program
bimbingan
kelompok
dengan
pendekatan bimbingan perkembangan ini penting, melihat mahasiswa memiliki karakteristik tersendiri sehingga memerlukan layanan yang spesifiks.
B.
Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut: Penyesuaian diri dalam pernikahan sangat penting dan betul-betul harus dibenahi dan ditingkatkan oleh setiap pasangan yang akan menikah, mengingat pernikahan sebagai ikatan lahir dan yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Kunci keberhasilan dan kebahagian dalam hidup pernikahan terletak pada pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki baik sebelum menikah maupun setelah menikah. Sekadanta Sembiring, 2013 Program Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Penyesusian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan pada mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik 2010/2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
hal utama yang perlu dimiliki yaitu: penyesuaian dengan pasangan, sikap terhadap pernikahan, konsep pernikahan, persesuaian psikologis, dan memilih pasangan. Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah tersebut maka peneliti merumuskan dalam peryataan sebagai berikut : “Penyesuaian diri merupakan sebagai sumber kekokohan dan kesuksesan dalam pernikahan sehingga setiap orang yang akan menikah berupaya untuk dapat menyesuaikan diri terhadap calon pasangannya”. Secara rinci rumusan masalah penelitian ini dijabarkan pada beberapa pertanyaan berikut: 1. Seperti apakah gambaran umum persiapan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahannya? 2. Seperti apa rumusan program bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam persiapan pernikahan? 3. Apakah bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan efektif
untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa
dalam persiapan pernikahan?
C.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menghasilkan program bimbingan kelompok dengan
pendekatan bimbingan perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan.
Sekadanta Sembiring, 2013 Program Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Penyesusian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan pada mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik 2010/2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
D.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif bagi
pengembangan teori maupun praktek bimbingan dan konseling. Pertama, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori bimbingan dan konseling secara komprehensif, khususnya bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan yang terkait dengan penyesuaian diri dalam mempersiapkan pernikahan. Kedua, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memperkaya ilmu pendidikan di bidang bimbingan dan konseling, dengan memberikan konstribusi berupa
program
bimbingan
kelompok
dengan
pendekatan
bimbingan
perkembangan bagi mahasiswa dalam meningkatkan penyesuaian diri dalam mempersiapkan pernikahan. Ketiga, secara praktis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi dan referensi bagi penelitian lebih lanjut tentang masalah yang sejenis. Referensi ini dapat digunakan oleh tim yang berperan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
E.
Asumsi Acuan dalam merancang program bimbingan kelompok dengan pendekatan
bimbingan perkembangan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa dalam mempersiapkan pernikahan didasari asumsi sebagai berikut: Sekadanta Sembiring, 2013 Program Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Penyesusian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan pada mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik 2010/2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
1. Pernikahan merupakan hal yang sangat penting yang harus dijalani seseorang dalam kehidupannya yang baru. Sebelum seseorang memutuskan untuk menikah perlu memperhatikan usia. Seperti dituliskan dalam undang-undang Perkawinan Bab II pasal 7 Ayat (1), dengan jelas dinyatakan bahwa umur sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang hendak menikah. Usia menunjuk pada kematangan sseseorang, baik secara fisiologis maupun psikologis dalam menghadapi pernikahannya (walgito, 2009:23). 2. Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YangMaha Esa (walgito, 2009:11). 3. Setiap individu (mahasiswa) yang akan masuk ke wadah pernikahan membutuhkan penyesuaian diri yang baik (good adjustment) agar tercipta suatu relasi suami – istri yang harmonis 4. Bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan yang bertujuan untuk membantu mahasiswa membangun keutuhan pribadi dan memperoleh pengetahuan, juga pemahaman melalui penataan penyesuiaan diri menuju suatu pernikahan yang diharapkan. maka salah satu strategi dan sistem penyampaian dalam bimbingan kelompok dengan strategi pelayanan dasar seperti bimbingan kelas, pelayanan orientasi, dan lain sebagainya. Melalui bimbingan kelompok dengan pendekatan bimbingan perkembangan ini para mahasiswa dapat memperoleh layanan bantuan untuk dapat meningkatkan penyesuaian dirinya dalam mempersiapkan pernikahan, serta dapat mencegah atau menghadapi masalah-masalah. Sekadanta Sembiring, 2013 Program Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Penyesusian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan pada mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik 2010/2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
Kegiatan bimbingan kelompok diarahkan untuk mengembangkan seluruh kemampuan perkembangan individu yang meliputi kemampuan fisik, motorik, kecerdasan, sosial maupun emosional juga perencanaan kehidupan masa depan yaitu karir dan berkeluarga (myrick, 2003:). Dalam
upaya
meningkatkan
penyesuaian
diri
mahasiswa
dalam
mempersiapkan pernikahan agar tercipta kebahagian dan keharmonisan, maka pemberian layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan yang sangat penting dan dibutuhkan oleh mahasiswa (individu) dalam mempersiapkan pernikahan maupun dalam tahap pencarian atau penjajakan dalam mencari pasangannya kelak.
Sekadanta Sembiring, 2013 Program Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Bimbingan Perkembangan Untuk Meningkatkan Penyesusian Diri Mahasiswa Dalam Persiapan Pernikahan pada mahasiswa Jenjang Strata I Jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung Tahun Akademik 2010/2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu