BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH Korupsi di Indonesia tidak lagi menjadi hal yang susah diungkap. Begitu pula
dengan sudah tidak terkendalinya korupsi yang terjadi. Dari berbagai korupsi yang terjadi selama ini, kebanyakan para pelakunya berasal dari berbagai kalangan pejabat pemerintah, politisi, akademisi, pengusaha, dan aparat hukum. Salah satu pejabat pemerintah, yakni Gubernur Ratu Atut Chosiyah, terbukti melakukan korupsi dan penyuapan. Sekilas mengenai Ratu Atut, Ratu resmi menjabat sebagai Gubernur Banten didampingi oleh wakil terpilih Gubernur, Mohammad Masduki pada periode pertama, yakni 11 Januari sampai 2012. Pilkada 2011, Ratu Atut kembali mencalonkan diri sebagai Gubernur Banten pada periode berikutnya, dan didampingi Wakil Gubernur terpilih H. Rano Karno, resmi menjabat sebagai gubernur wanita pertama pada 2012 sampai 2017 (Naura, 2013). Berdasarkan konferensi pers yang diadakan di Gedung KPK Kuningan, perempuan politisi partai Golkar ini terlibat dalam beberapa kasus. Menurut Tempo.co pada tanggal 15 Januari 2014, terdapat tiga kasus yang menjerat Ratu Atut. Kasus tersebut seperti kasus sengketa Pemilukada Lebak, Banten, yang ditangani Mahkamah Konstitusi; Korupsi pengadaan sarana dan prasarana alat kesehatan Provinsi Banten 2011 - 2013; serta Penerimaan gratifikasi atau pemerasan (Alfiyah, 2014). Kasus yang dialami Ratu Atut ketika menjabat sebagai Gubernur Provinsi Banten, juga menyita perhatian portal berita online. Pemberitaan tidak hanya berhenti pada dirinya saja, tetapi keluarganya juga masuk dalam pemberitaan.
2
Dinasti Banten, yang isinya adalah relasi dan kerabat Ratu Atut Chosiyah, mendapatkan kesuksesan dalam bidang kekuasaan politik secara instan (Syatiri, 2013). Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti ingin melihat bagaimana konstruksi media atas pemberitaan penangkapan Ratu Atut Chosiyah, pada korupsi serta penyuapan yang dilakukan ketika menjabat sebagai Gubernur Banten. Peneliti juga melakukan review terhadap tiga penelitian terdahulu terkait dengan pemberitaan dan analisis raming. Pertama, penelitian oleh Catharina Rinda Tirana Dewi (2012) tentang Pemberitaan Penangkapan Nazaruddin Terkait Kasus Suap Wisma Atlet SEA Games di Palembang. Catharina memilih MBM Tempo, dengan pengertian media tersebut sebagai media kritis dan independen. Dalam
pemberitaannya,
MBM
Tempo
berusaha
meng-cover
peristiwa
penangkapan Nazaruddin di Kolombia dan tidak terkecoh isu miring saat berita ini muncul. Catharina menggunakan model analisis William A. Gamson dan Andre Modigliani dengan alasan melihat bagaimana MBM Tempo berusaha memberi bingkai khusus pada peristiwa penangkapan Muhammad Nazaruddin yang dimuat dalam pemberitaan pada edisi Agustus sampai September sehingga dapat menjawab dari rumusan masalah yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil penelitian, Catharina mendapatkan kesimpulan bahwa MBM Tempo melakukan pembingkaian terhadap kasus penangkapan Nazaruddin. MBM Tempo dalam beritanya membangun sosok Nazaruddin sebagai seorang yang licik, menepis mindset masyarakat bahwa Nazaruddin sebenarnya bukan orang yang pendiam, dan tidak tertekan seperti yang diberitakan media lainnya. MBM Tempo juga memberitakan kasus penangkapan sesuai dengan fakta tanpa melebihkan dan menutupi fakta.
3
Penelitian kedua mengenai Frame SKH Kedaulatan Rakyat dalam Pemberitaan Tentang Roy Suryo ditunjuk Sebagai Menpora, ditulis oleh Jefrianus Talal (2013). Jefrianus menggunakan perangkat framing milik Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Jefrianus bermaksud untuk melihat bagaimana media lokal khususnya SKH Kedaulatan Rakyat membingkai berita terkait persoalan, serta melihat kecenderungan pembingkaian berita yang dilakukan SKH Kedaulatan Rakyat. Dalam penelitian ini, Jefrianus mengugkapkan bahwa posisi yang dimandatkan kepada Roy Suryo sedang banyak persoalan. Pertanyaan publik berlandaskan pada kefokusan Roy Suryo menangani masalahmasalah yang ada karena publik menganggap Roy Suryo tidak berkompeten. Jefrianus menggunakan media SKH Kedaulatan Rakyat dengan alasan, media tersebut merupakan media tertua di Yogyakarta, selain itu Roy Suryo merupakan seorang tokoh politik asal Yogyakarta yang telah memiliki reputasi di kancah nasional. Kesimpulan yang didapatkan Jefrianus dalam penelitiannya adalah SKH Kedaulatan Rakyat mendukung Roy Suryo sebagai Menpora. SKH Kedaulatan Rakyat dan masyarakat Yogyakarta juga mendukung keberadaan salah seorang putra daerahnya yang masuk dalam jajaran kementrian Negara Republik Indonesia. Selain itu, SKH Kedaulatan Rakyat juga secara gamblang membingkai bahwa Roy Suryo adalah tokoh politik asal Yogyakarta yang kompeten, dan layak diberi kesempatan untuk menjalankan tugas sebagai Menpora. Penelitian ketiga oleh Maria Olivia Suhartati Soi (2010) dengan judul Pers Dalam Pemberitaan Konflik Antarwarga Suku Sasak. Media yang dipilih Maria dalam penelitiannya adalah Surat Kabar Harian Lombok Post. Pemilihan media tersebut dikarenakan SKH Lombok Post memberitakan secara detail, dan memberikan porsi yang
4
cukup dalam pemberitaan mengenai konflik antarwarga suku sasak di Kabupaten Lombok Tengah, dibandingkan dengan koran lain yang ada di Pulau Lombok. Selain itu, kedekatan psikologis antara SKH Lombok Post dengan masyarakat Lombok. Maria menggunakan analisis framing model Robert N. Entman, dikarenakan konsep dari Entman mengemukakan mengenai empat perangkat, yang bisa membantu dalam menganalisis berita konflik antarwarga suku Sasak di Kabupaten Lombok Tengah. Dalam penelitiannya, Maria hanya melihat bahwa SKH Lombok Post memberikan porsi sedikit untuk perspektif jurnalisme damai. SKH Lombok Post lebih banyak memperlihatkan pertentangan antara dua belah pihak, dan menyudutkan salah satu pihak sebagai penyebab konflik. Hal ini juga dapat dilihat dari kata-kata yang digunakan, dan dapat memicu terjadinya konflik yang berkelanjutan. Konflik atau permasalahan serta ketenaran seseorang dapat menjadi fokus berita yang menarik untuk diteliti. Dengan kontroversi yang ada, peneliti ingin melihat bagaimana media dalam memberitakan tersangka korupsi menggunakan analisis framing. Peneliti mengangkat VIVAnews dan Tempo.co untuk melihat perbandingan dari kedua portal berita online. Menurut Juliana (2005), Tempo konsisten mengeluarkan berita kritis dan sensitif terhadap penguasa. Tempo andil dalam mendukung iklim demokrasi di Indonesia berkontribusi mencerdaskan pembacanya dengan gaya bahasa yang cerdas, kritis, dan tidak berbelit-belit. Sementara VIVAnews yang dimiliki Aburizal Bakrie merupakan media dengan aspek kedekatan atau proximity antara Ratu Atut dengan partai Golkar (VIVAnews). Media massa dalam memberitakan obyek penelitian adalah sama, yaitu pemberitaan penetapan Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka korupsi, namun,
5
pemberitaan yang muncul di setiap media pastilah berbeda. Perbedaan ini terlihat dalam banyak hal, antara lain pemilihan sudut pandang (angle) penulisan berita, pemilihan judul dan diksi dalam isi berita, tampilan foto dan grafis yang digunakan oleh media satu dengan yang lain. Perbedaan berita yang muncul ini menimbulkan pertanyaan, apakah sebuah institusi media yang diketahui memiliki hubungan dengan obyek dalam pemberitaannya, akan menjadi bias dan tidak sesuai dengan realita yang terjadi? Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil topik berisi pemberitaan penetapan Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka korupsi periode 17 Desember 2013 sampai 20 Desember 2013 pada VIVAnews dan Tempo.co.
B.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
diidentifikasikan dalam rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana framing pemberitaan penetapan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka korupsi pada VIVAnews dan Tempo.co?
C.
TUJUAN PENELITIAN Peneliti melakukan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana
framing pemberitaan penetapan Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah, sebagai tersangka korupsi pada VIVAnews dan Tempo.co.
6
D.
MANFAAT PENELITIAN
1.
Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi penelitian komunikasi yang
berkaitan dengan analisis media menggunakan metode analisis framing. 2.
Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian merupakan temuan mengenai objektivitas dan bias dalam pemberitaan korupsi di media massa. Hasil penelitian diharapkan menjadi masukan bagi media terkait pemberitaan korupsi . 2. Memberikan gambaran terkait pembingkaian berita berkaitan dengan adanya konstruksi pada setiap media massa.
E.
KERANGKA TEORI Dalam penelitian ini, ada beberapa teori yang digunakan sebagai dasar untuk
melakukan penelitian, yaitu: berita yang juga sebagai produk jurnalisme online, Media dan berita dalam pandangan konstruksionis, serta konsep framing. E.1 Berita Berita bukan hanya sebagai wadah dari realitas untuk ditulis menjadi sebuah laporan dalam paragraf, melainkan laporan terkait penegasan, penonjolan serta peristiwa yang bernilai sehingga layak untuk diberitakan. Berita adalah informasi atau laporan tercepat dari sebuah peristiwa yang menarik dan penting bagi sebagian besar khalayak, serta disampaikan melalui media massa (Romli, 2009: 5). Dalam media massa, berita tidak sekadar merupakan informasi baru saja, namun, sebagai produk wartawan media massa. Produk jurnalistik yang termasuk
7
berita terdiri dari berita langsung, berita ringan, berita kisah dan reportase mendalam (Deddy, 2005: 40).
E.2 Berita Sebagai Produk Jurnalisme Online Berita dalam media massa, tidak terkecuali media online, merupakan media penyampai informasi yang memiliki kecepatan penyebaran. Peristiwa yang baru saja terjadi bisa langsung tersebar ke seluruh dunia (Widodo, 2011: 2). Selain itu, suatu peristiwa yang akan diberikan kepada masyarakat tidak hanya berisi tulisan saja. Portal media online terdapat variasi pemberitaan yang disertai dengan gambar serta video yang menarik. Meskipun terkesan bebas dalam penyebaran informasi, jurnalisme online ini juga memperketat tenggat waktu penelitian berita. Tenggat waktu pada media cetak harian misalnya pada pukul 00.00WIB, maka jurnalisme online setiap saat harus segera ditulis atau dilaporkan via telepon ke kantor pusat media tersebut (Nurudin, 2009: 17). Dalam portal bertita online, nilai berita atau layak berita seperti pada media massa harus didapati di dalamnya, seperti unsur-unsur Signifcance (penting), magnitude (besar), timeliness (waktu), proximity (kedekatan), prominence (tenar), dan human interest (manusiawi). Suatu berita dikatakan penting biasanya berhubungan dengan masyarakat sehingga ada kemungkinan untuk mempengaruhi kehidupan orang banyak. Unsur magnitude dapat berarti sebuah berita yang tersusun dalam angka yang bisa menarik perhatian masyarakat. Angka tersebut bisa diterjemahkan dalam bentuk tulisan. Kejadian yang menyangkut sesuatu yang baru juga termasuk dalam nilai berita. Waktu ini juga menyangkut hal yang baru terjadi dan baru dikemukakan. Unsur kedekatan atau
8
peristiwa yang dekat dengan pembaca, akan mendapat tempat bagi pembaca berita itu. Kedekatan dalam hal ini termasuk dalam geografis maupun emosional. Selain kedekatan, peristiwa yang dikenal oleh pembaca atau memiliki ketenaran seperti benda, orang atau tempat juga termasuk dalam nilai berita. Unsur terakhir dalam nilai berita adalah human interest, unsur ini terkait dengan kejadian yang memberi sentuhan pada pembacanya (Siregar, 1998: 27-28).
E.3 Media dan Berita dalam Pandangan Konstruksionis Media massa tidak semata-mata hanya menyalin sebuah realitas, namun, melakukan konstruksi atas realitas yang ada (Eriyanto, 2002: 3). Hal ini dapat diartikan bahwa pandangan konstruksionis memiliki pemahaman sendiri dalam menilai sebuah realitas. Realitas ini kemudian melewati rekonstruksi terlebih dahulu oleh wartawan untuk kemudian menjadi sebuah berita. Peristiwa yang dijadikan dalam berita tidak sepenuhnya sesuai dengan fakta yang ada. Oleh karena itu, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi dan dengan apa konstruksi tersebut dibentuk (Eriyanto, 2002: 20-21). Berita yang berisi makna tersebut dipengaruhi oleh pola-pola pemikiran atau pedoman yang dipakai oleh individu. Wartawan memiliki peranan penting karena segala pemberitaan yang ditulis, sebagian besar merupakan hasil pemikiran wartawan. Dalam pandangan konstruksionis, wartawan juga dipandang sebagai agen konstruksi, di mana wartawan turut mendefinisikan peristiwa, membentuk peristiwa dalam pemahaman mereka. Berita tidak terlepas dari opini masing-masing wartawan dan kebijakan dari media itu sendiri.
9
Media dalam menggambarkan realitas akan menjadi subjektif karena setiap media memiliki proses konstruksi yang berbeda-beda. Hal ini erat kaitannya dengan adanya ideologi sebuah media. Ideologi merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam mempengaruhi media. Media di sini tidak bebas nilai, ini dikarenakan dalam melihat realitas berdasarkan dari ideologi yang dianut media tersebut. Ideologi sebuah berita dapat terlihat dari sudut pandang yang berbeda dimasing-masing media tergantung dari kebijakan media itu sendiri (Fiske, 1990: 239). Fungsi pertama ideologi adalah sebagai mekanisme integritas sosial (Eriyanto, 2002: 122). Perbedaan kerangka berpikir wartawan dan kebijakan media akan mempengaruhi isi berita, yaitu pada sesuatu yang lebih ditonjolkan dalam isi artikel media tersebut. Seperti dalam penetapan Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka korupsi, wartawan VIVAnews serta Tempo.co menentukan arah pemberitaan tersebut melalui artikel yang ditulis. Tujuan dari penentuan arah ini adalah gambaran pembaca, selain itu diharapkan dapat mempengaruhi mindset pembaca.
E.4 Konsep Framing Framing merupakan analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok) dibingkai oleh media. Setiap media dengan pandangannya masingmasing, akan memberitakan peristiwa sesuai dengan ketetapannya sendiri. Secara singkat analisis framing adalah bagaimana cara media dalam memaknai, memahami dan membingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan (Eriyanto, 2002: 3-9). Cara media tersebut pada akhirnya menentukan hasil peristiwa yang dikemas, bagian yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta menggiring pandangan masyarakat
10
supaya sesuai dengan framing media tersebut. Sama halnya dengan VIVAnews dan Tempo.co menkonstruksi berita dengan caranya sendiri karena dipengaruhi oleh kepentingan pemilik. Terlebih lagi saham Tempo Media Grup dimiliki beberapa institusi dan sebagian dimiliki masyarakat. Konstruksi berita yang dilakukan oleh media tersebut salah satunya adalah dengan melakukan pembingkaian atau framing. Jurnal Roni Tabroni (2012), menjelaskan adanya perilaku tidak etis yang dilakukan politisi, yang pada sisi tertentu kemudian justru melakukan kerjasama dengan pihak media massa. Media massa yang dalam menjalankan profesinya diharuskan untuk taat pada Kode Etik Jurnalistik dalam kenyataannya menjadi lebih fleksibel ketika dihadapkan pada realitas politik di lapangan. Dalam penelitiannya, Roni menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, sehingga dapat mengungkap realitas yang sebenarnya. Media massa dianggap menjadi sangat penting untuk kepentingan komunikasi politik. Roni juga mengungkapkan bahwa aktivitas pesan politik seringkali disampaikan kepada publik dengan cara yang kurang baik. Komunikasi politik semakin berkembang dengan memasuki area marketing. Pesan sebagai mana akan sangat berpengaruh kepada masyarakat yang melakukan proses pembelajaran politik, maka dari itu, masyarakat sebagai konsumen media membutuhkan konten yang lebih mendidik, isi berita tidak menyesatkan atau membangun persepsi negatif.
Dari hasil penelitian tersebut, Roni mengungkapkan bahwa adanya fakta media massa yang tidak lepas dari prinsip subjektifitas. Hal ini dapat dilihat dari media massa dalam menyampaikan pesan baik lewat gambar (foto) maupun berita yang cenderung lebih subjektif. Roni juga mendapati bahwa perilaku wartawan dan redaktur lebih memberikan informasi tentang arti subjektifitas dalam pembuatan berita, dengan tujuan
11
untuk mengarahkan publik agar sesuai dengan pesanan pihak yang berkepentingan dengan politik tersebut.
Roni mendapati apa yang tergambar merupakan proses saling memanfaatkan dalam konteks kepentingan bersama, sehingga masyarakat sebagai konsumen media sekaligus obyek opini publik, senantiasa terabaikan hak-haknya untuk mendapatkan informasi yang objektif, berimbang dan mencerdaskan.
Penonjolan pada bagian pesan yang dilakukan media merupakan cara untuk membuat informasi lebih diingat oleh masyarakat. Realitas dalam analisis framing melalui proses konstruksi dimaksudkan oleh media untuk memilih isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain. Hal ini menyebabkan berita menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar atau tidak terelakkan (Sobur, 2006: 162).
Menurut Reese and Shoemaker dalam bukunya Mediating the Message of Influences on Mass Media Content (1996: 60), terdapat lima faktor yang mempengaruhi proses produksi berita, di mana satu sama lain saling terkait yaitu individu pekerja media, rutinitas media, organisasi media, ekstra media dan ideologi. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
12
BAGAN 1.1 Konstruksi realitas Shoemaker & Reese (1996:60)
Sumber: Shoemaker and Reese, “Mediating the Message: Theories of Influences on Mass Media Content”.1996, hal. 60
a. Pengaruh isi media dari individu pekerja media Karakteristik yang dikemukakan oleh Shoemaker dan Reese dalam level ini adalah pengaruh dari gender, etnis, orientasi seks, latar belakang pendidikan, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut serta orientasi politik wartawan. Seorang wartawan dengan latar belakangnya, akan memberitakan suatu peristiwa sesuai dengan latar belakang wartawan tersebut. Pengaruh individu wartawan ini merupakan faktor internal yang sangat potensial mempengaruhi isi dari media massa.
b. Rutinitas media Pada level ini terdapat pengaruh rutinitas dari lingkungan yang ada di sekitar kita terhadap proses produksi berita terhadap isi media. Rutinitas media adalah sesuatu yang sudah terpola dan sesuatu bentuk yang diulang-ulang. Hal yang biasa dilakukan media dalam mengemas berita satu, akan dilakukan media tersebut untuk berita yang lainnya. Rutinitas media mempunyai dampak yang sangat penting dalam memproduksi maknamakna simbolik.
13
c. Struktur organisasi Faktor dalam tingkat organisasi mempunyai pengaruh yang besar dalam isi sebuah media. Struktur dalam organisasi mempengaruhi isi media dengan adanya pengaruh dari hal-hal yang berhubungan dengan budaya yang dimiliki organisasi media tersebut. Kekuatan untuk menentukan kebijakan dalam media terletak pada pemilik media tersebut. Sehingga hasil dari pencarian berita dan pembuatan berita oleh wartawan, nantinya harus sesuai dengan tujuan pemilik media.
d. Kekuatan ekstra media Pada level ini, hal yang berada di luar media seperti budaya, lingkungan sosial dan politik di mana institusi media itu berada, dapat mempengaruhi isi media tersebut. Dalam hal ini pemberitaan yang tidak sesuai yang sudah dibuat wartawan, terkadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai dengan pemerintah. Hal ini akan mempengaruhi isi berita.
e. Ideologi Level yang terakhir adalah pada tingkatan ideologi, yakni ideologi yang dianut dan dijalankan dalam institusi media massa tersebut. Ideologi ini berpengaruh dengan isi media, karena berkaitan dengan kebijakan redaksional yang ditetapkan oleh institusi media tersebut. Suatu media akan mencitrakan atau menggambarkan realita menjadi sangat subjektif. Hal ini dikarenakan konstruksinya akan berlapis dan berbeda di setiap media yang ada. Keberadaan ideologi sebuah media pemberitaan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam mempengaruhi isi media (Shoemaker & Reese, 1996: 60).
14
F. Metode Penelitian F.1. Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis yang diperkenalkan oleh sosiolog, Peter L. Berger bersama Thomas Luckman. Dalam pandangan konstruksionis, fakta yang ditulis menjadi sebuah berita tidak sepenuhnya murni seperti kenyataannya. Sebagai pemilik media massa, berita yang disajikan kepada masyarakat sudah melalui proses konstruksi realitas oleh pengelola media atau pemilik media tersebut. Hal ini diturunkan pada wartawan yang melihat peristiwa secara langsung. Sebelum wartawan menulis berita terkait penetapan Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka korupsi, para pelaku media sebelumnya sudah dibekali dengan seperangkat nilai-nilai yang dimiliki sebelumnya. Nilai-nilai inilah yang mempengaruhi wartawan dalam menulis berita atau mengkonstruksi realitas (Eriyanto, 2002: 47). Pandangan konstruksionis mempunyai penilaian yang berbeda dalam menilai obyektifitas. Hal ini dikarenakan pemaknaan seseorang satu dengan yang lainnya berbeda dalam memandang realitas. Perbedaan dalam memandang realitas ini akan berimbas pada hasil realitas tersebut. Wartawan merupakan agen konstruksi, dalam artian wartawan tidak hanya melaporkan fakta, namun ikut membentuk peristiwa dalam pemahaman mereka. Peneliti
menggunakan
paradigma
konstruksionis
untuk
melihat
media
mengkonstruksikan pemberitaan penetapan Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka korupsi. Peneliti ingin mengetahui sudut pandang VIVAnews dan Tempo.co dalam mengemas berita mengenai Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka korupsi.
15
F.2 Jenis Penelitian Peneliti menggunakan penelitian kualitatif untuk penelitiannya. Menurut Strauss dan Corbin dalam Cresswell, J. (1998: 24) penelitian kualitatif nantinya menghasilkan data deskriptif dan lebih menekankan pada persoalan kedalaman data. Data-data yang dikumpulkan biasanya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Maka, laporan penelitian nantinya berisi kutipan-kutipan data, seperti hasil wawancara, naskah dan dokumen resmi lainnya (Cresswell, 1998: 24). Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan peristiwa dengan sedalamdalamnya dan sejelas mungkin. Penekanannya lebih kepada kedalaman materi yang dapat digali dari sebuah peristiwa.
F.3 Subyek penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah para pekerja media online VIVAnews dan Tempo.co. Para jajaran redaksi dan wartawan yang menulis berita tentang Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka korupsi. Pemilihan pada media VIVAnews dikarenakan ada unsur kedekatan antara Ratu Atut Chosiyah dengan pemilik media tersebut, media lainnya yakni Tempo, dikarenakan memiliki keberanian untuk mengungkapkan fakta saat terjadi konflik.
F.4 Obyek penelitian Obyek penelitian ini adalah berita atau teks berita dalam VIVAnews dan Tempo.co terkait penetapan Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka korupsi periode 17 – 20 Desember 2013.
16
Pertimbangan peneliti memilih portal berita online VIVAnews, karena adanya kedekatan media dengan Ratu Atut sebagai tersangka korupsi, yakni Pemimpin Umum Golkar yang juga sebagai pemilik VIVAnews. Sedangkan pemilihan Tempo.co dikarenakan media tersebut memiliki ciri khas pemberitaan yang kritis. Peneliti memilih time frame bulan Desember, tertanggal 17-20 Desember 2013, dikarenakan pada waktu inilah kontroversi mencuatnya pemberitaan penetapan Ratu Atut sebagai tersangka korupsi. Berikut adalah kategori berita yang dibuat peneliti dari berita yang ada di VIVAnews terkait pemberitaan penetapan Ratu Atut sebagai tersangka.
Tabel 1.1 Kategori Penetapan Tersangka Ratu Atut oleh KPK dan Pengamat Politik Kategori Berita Judul Berita Kategori Penetapan Ratu Atut Juru Bicara KPK Belum Pastikan Ratu Atut Sebagai Tersangka Oleh KPK dan Jadi Tersangka Pengamat Politik 17 Desember 2013 Ratu Atut Menjadi Tersangka, Apa Saja Alasan KPK 17 Desember 2013 Ketua KPK: Ratu Atut Tersangka Suap Pilkada Lebak 17 Desember 2013 KPK Gelar Konferensi Pers Soal Status Tersangka Ratu Atut 17 Desember 2013 Jadi Tersangka, Bisakah Ratu Atut Dimiskinkan 17 Desember 2013 Belum Ada Sprindik, Ratu Atut Juga Tersangka Korupsi Alkes Banten 17 Desember 2013 Ratu Atut Tersangka, KPK Tak Takut Ancaman Mistik 18 Desember 2013 Pengamat Politik: Jika Bela Atut, Golkar Karam 18 Desember 2013
17
Sengketa Pilkada Lebak, Awal Kejatuhan Ratu Atut 20 Desember 2013 Hari ini KPK Periksa Ratu Atut Sebagai Tersangka 20 Desember 2013 KPK Tahan Ratu Atut di “Jumat Keramat” 20 Desember 2013 Tabel 1.2 Kategori Tanggapan Keluarga dan Rekan Kategori Berita Judul Berita Kategori Tanggapan Keluarga dan Pengacara: Ratu Atut Bukan Tersangka Rekan Terkait Penetapan Ratu Atut Korupsi Alat Kesehatan 17 Desember 2013 Sebagai Tersangka Atut Jadi Tersangka, Ini Kata Wali Kota Airin 19 Desember 2013 Tabel 1.3 Kategori Tanggapan Golkar Kategori Berita Judul Berita Kategori Tanggapan Golkar Golkar Gelar Rapat Bahas Status Tersangka Ratu Atut 17 Desember 2013 Ratu Atut Tersangka, Golkar Akan Beri Bantuan Hukum 17 Desember 2013 Ratu Atut Tersangka, Ini Kata ARB 18 Desember 2013 Atut Tersangka, Golkar Temui Tokoh Senior dan Ulama Banten 18 Desember 2013 JK: Kalau Terpidana Atut Harus Mundur 19 Desember 2013
Berikut adalah kategori berita yang dibuat peneliti dari berita yang ada di Tempo.co terkait pemberitaan penetapan Ratu Atut sebagai tersangka. Tabel 1.4 Kategori Pemberitaan Ratu Atut Sebagai Tersangka oleh KPK dan Pemerintah Kategori Berita Judul Berita Kategori Pemberitaan Ratu Atut Atut Juga Jadi Tersangka Kasus Alkes Sebagai Tersangka Oleh KPK dan Banten Pemerintah 17 Desember 2013
18
Ratu Atut Tersangka, SBY Mendukung Proses Hukum 17 Desember 2013 Rumah Digeledah KPK, Atut Akan Jadi Tersangka? 17 Desember 2013 Status Baru Atut Diumumkan Siang Ini 17 Desember 2013 KPK Resmi Tetapkan Atut sebagai Tersangka 17 Desember 2013 Atut Jadi Tersangka Pilkada Lebak? 17 Desember 2013 Atut dan Sejumlah Kasus Korupsi yang Menjeratnya 17 Desember 2013 Gamawan: Atut Dinonaktifkan Setelah Jadi Terdakwa 17 Desember 2013 Ratu Atut Tersangka, DPRD Datangi Gamawan 18 Desember 2013 Tabel 1.5 Kategori Pemberitaan Ratu Atut Sebagai Tersangka oleh Masyarakat Kategori Berita Judul Berita Kategori Pemberitaan Ratu Atut Atut Tersangka, Masyarakat Banten Gunduli Sebagai Tersangka Oleh Masyarakat Kepala 17 Desember 2013 Atut Tersangka, Rano Karno Disiapkan Jadi Gubernur 17 Desember 2013 Mengapa Rumah Atut Dijaga Ratusan Pendekar? 18 Desember 2013 Ratu Atut Tersangka, Berikutnya Airin dan Tatu? 18 Desember 2013 Tabel 1.6 Kategori Pemberitaan Ratu Atut Sebagai Tersangka oleh Keluarga Ratu Atut Kategori Berita Judul Berita Kategori Pemberitaan Ratu Atut Ratu Atut Pernah Minta Rano Mundur Sebagai Tersangka Oleh Keluarga dan 18 Desember 2013 Ratu Atut Jadi Tersangka, Atut Dikabarkan Terus Menangis 18 Desember 2013
19
Atut Tersangka Korupsi, Ini Ucapan Airin 19 Desember 2013 Tabel 1.7 Kategori Pemberitaan Ratu Atut Sebagai Tersangka Oleh Golkar Kategori Berita Judul Berita Kategori Pemberitaan Ratu Atut Atut Tersangka, Golkar Lepas Tangan Sebagai Tersangka Oleh Golkar 18 Desember 2013 Atut Tersangka, Golkar: Tiada Maaf Bagimu 17 Desember 2013
F.5 Jenis data penelitian Data yang diteliti adalah data primer dan data sekunder. 1.
Data Primer Peneliti sebelumnya sudah menyeleksi beberapa berita dan terpilih lima berita.
Ukuran yang digunakan peneliti untuk menyeleksi artikel berita tersebut adalah adanya kesamaan pesan yang disampaikan. Artikel berita yang dipilih sudah mewakili berita untuk dianalisis. Data primer berupa teks berita atau artikel asli pada portal berita online mengenai penetapan Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka korupsi ketika menjabat sebagai Gubernur Banten. 2.
Data sekunder Data sekunder dari penelitian ini berupa skripsi terdahulu dengan menggunakan
analisis framing. Selain itu, peneliti juga memanfaatkan jurnal dan sumber dari internet.
F.6 Teknik pengumpulan data Peneliti melakukan pembingkaian berita melalui beberapa analisis, yaitu:
20
1.
Level Teks Dalam penelitian, berita yangdianalisis adalah berita-berita yang terkait dengan
pemberitaan penetapan Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka kasus korupsi edisi 17 – 20 Desember 2013. Peneliti mengambil berita dari VIVAnews dan Tempo.co masingmasing sebanyak empat berita. Berita ini kemudian dijadikan bahan analisis pada level teks. Penelitian dalam level teks dilakukan dengan metode observasi pada teks media, dalam artian peneliti mengumpulkan dan menganalisis muatan dari sebuah teks. Peneliti sebelumnya menentukan artikel mana yang akan diteliti. Teks dapat berupa kata-kata, gambar, simbol, gagasan, tema dan bentuk pesan yang dapat dikomunikasikan. Data yang diperoleh adalah data primer, yakni berita yang terbit di VIVAnews seputar pemberitaan penetapan termasuk penangkapan Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka korupsi pada saat menjabat sebagai Gubernur Banten. Berita yang dipilih peneliti untuk dianalisis adalah sebagai berikut:
Tabel 1.8 Berita-berita yang akan dianalisis dari VIVAnews Kategori Berita Judul Berita KPK Tahan Ratu Atut di “Jumat Keramat” Kategori Penetapan Ratu Atut 20 Desember 2013 Sebagai Tersangka Oleh KPK dan Pengamat Politik: Jika Bela Atut, Golkar Karam Pengamat Politik 18 Desember 2013 Kategori Tanggapan Keluarga dan Pengacara: Ratu Atut Bukan Tersangka Korupsi Rekan Terkait Penetapan Ratu Atut Alat Kesehatan Sebagai Tersangka 17 Desember 2013 Kategori Tanggapan Golkar JK: Kalau Terpidana Atut Harus Mundur 19 Desember 2013 Tabel 1.9 Berita-berita yang akan dianalisis dari Tempo.co Judul Berita ategori Berita Kategori Pemberitaan Ratu Atut Ratu Atut Tersangka, DPRD Datangi Gamawan Sebagai Tersangka Oleh KPK dan 18 Desember 2013 Pemerintah
21
Kategori Pemberitaan Ratu Atut Atut Tersangka, Masyarakat Banten Gunduli Sebagai Tersangka Oleh Kepala 17 Desember 2013 Masyarakat Kategori Pemberitaan Ratu Atut Sebagai Tersangka Oleh Keluarga Ratu Atut Kategori Pemberitaan Ratu Atut Sebagai Tersangka Oleh Golkar
Jadi Tersangka, Atut Dikabarkan Terus Menangis 18 Desember 2013 Atut Tersangka, Golkar: Tiada Maaf Bagimu 17 Desember 2013
Pengamatan pada berita yang diteliti digunakan untuk mencermati bagaimana posisi berita, bagaimana sikap redaksional yang tercermin dalam berita, bagaimana frame dan keberpihakan media terkait isu yang diberitakan.
2.
Level konteks Peneliti
menggali
informasi
pada
VIVAnews
dan
Tempo.co.
Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan wartawan yang menulis berita terkait penetapan Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka korupsi ketika menjabat sebagai Gubernur Banten. Selain itu dengan jajaran redaksi atau redaktur pelaksana. Peneliti menggali informasi sehingga ditemukan alasan pembingkaian atau cara pandang, yang dilakukan VIVAnews dan Tempo.co pada pemberitaan penetapan Ratu Atut dalam berita tersebut. Wawancara dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada narasumber yang telah ditentukan. Pertanyaan yang akan diajukan berdasarkan hasil temuan data setelah peneliti melakukan analisis pada level teks.
F.7 Metode analisis data Model analisis framing yang digunakan oleh peneliti adalah model yang diperkenalkan oleh Robert N. Entman. Entman melihat framing dalam dua dimensi
22
besar, yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih diingat oleh khalayak karena ada unsur menarik dan informasi yang lebih bermakna. Perangkat Entman merupakan perangkat yang paling tepat untuk meneliti bagaimana media membingkai berita dengan menseleksi isu dan menonjolkan aspek-aspek tertentu dari isu tersebut. Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu yang kemudian menonjolkan aspek dari isu tersebut, dan mengabaikan isu yang lain. Penonjolan yang dilakukan dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. Entman mengemukakan empat perangkat untuk melakukan analisis framing. Pertama, Problem Identification yaitu bagaimana media mengidentifikasi masalah. Kedua, Causal Interpretation, yaitu bagaimana media mengidentifikasi penyebab masalah. Ketiga, Moral Evaluation, yaitu bagaimana media melakukan penilaian atas penyebab suatu masalah. Dan Treatment Recommendation, yaitu bagaimana media menawarkan dan merekomendasikan suatu cara penanganan masalah dan bahkan memprediksi hasilnya (Eriyanto, 2002).