BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu layanan bimbingan konseling yang ada sekolah adalah layanan konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan suatu pelayanan bimbingan yang khas, syarat-syarat yang harus dipenuhi konselor dan konseli, proses dan konseling kelompok dan penerapan serta pendekatan konseling kelompok. Di sekolah terdapat berbagai layanan yang salah satunya adalah konseling kelompok yang digunakan para guru pembimbing guna membantu mengentaskan siswa-siswa dari masalah yang dihadapinya. Sebagai mana tugas seorang guru pembimbing adalah membagun karakter siswa agar siswa menjadi pribadi yang lebih baik serta mengantisipasi ketidakmampuan menjawab tantangan zaman. Anak adalah aset daripada bangsa. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mempertahankan asset bangsa ini adalah menjaganya dan jangan sampai aset yang berharga ini jadi rusak seiring melajunya perkembangan zaman yang kian cepat. Banyak pihak yang berkaitan langsung demi terwujudnya harapan bangsa, orang tua, sekolah serta lingkungan dimana dia tinggal. Antara anak yang tinggal di kota maupun yang di desa sekarang ini telah memperlihatkan kepekaaannya terhadap perkembangan teknologi yang ada. Berbagai macam alat berteknologi tinggi telah mereka kuasai. Dulu anak seusia SMP yang bisa naik kendaraan bermotor bisa dihitung dengan jari. Sekarang anak-anak seusia SD yang kakinya
1
bahkan tidak mampu menginjakkan kakinya di tanah saat motornya berhenti bergaya laksana pembalab saat memacu motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Anak-anak seusia seusia SD-SMP memang belum memiliki pemikiran yang luas tetang keselamatan berkendara motor. Dalam hal ini, self awareness siswa SMP adalah merupakan proses mengenali motivasi, pilihan dan kepribadian seseorang, kemudian menyadari pengaruh fakto-faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan interaksi seseorang dengan orang lain. Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah siswa yang memakai motor. Salah satunya yaitu dengan melalui konseling kelompok bagi siswa yang memakai sepeda motor tersebut. Siswa yang selama ini belum melakukan latihan maupun belajar bagaimana meningkatkan self awareness, mereka memerlukan pendekatan-pendekatan khusus untuk membantu mereka dalam meningkatkan self awarenessnya. Konseling kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling, yaitu wawancara konseling antara konselor professional dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil. Menurut W.S Winkel dan M.M Sri Hastuti (2004), ada dua aspek pokok yang dalam konseling kelompok ini. Dua aspek itu adalah aspek proses dan dan aspek tatap muka. Aspek proses dalam konseling kelompok memiliki ciri khas karena proses itu dilalui oleh lebih dari dua orang, demikian pula aspek pertemuan tatap muka karena yang berhadapan muka adalah sejumlah orang yang tergabung dalam kelompok, yang saling memberikan bantuan psikologis. Goerge M. Gazda (1978) dikutip oleh Shertzer dan Stone, konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang
2
dinamis ,yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses itu mengandung ciri-ciri teurapeutik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan secara leluasa, orientasi pada kenyataan, pembukaan diri mengenai seluruh perasaan mendalam yang dialami, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian, dan saling mendukung. Siswa SMP pada umumnya berusia antara 13 sampai dengan 14 tahun yang secara yuridis belum berhak naik sepeda motor, di samping itu siswa SMP juga belum berhak memiliki SIM ( Surat Izin Mengemudi) dan juga melanggar hukum karena siswa SMP belum memenuhi peraturan sebagaimana mestinya yang telah ditetapkan dalam hukum. Penelitian dilatarbelakangi oleh fenomena yang terdapat di SMP Nusantara Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang kelas VIII yang sebagian besar mereka yang sudah berkendara motor yang mereka gunakan sebagai sarana ke sekolah dan juga mereka kendarai dalam kegiatan para siswa sehari-hari. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti self awareness siswa yang memakai sepeda motor sebagai sarana sekolah. Data Satlantas Ungaran menunjukkan, tercatat sudah menjaring 605 pelajar SMP sejak bulan Januari hingga bulan Oktober 2010. Jumlah 600 pelajar sekian SMP itu sudah menyampai jumlah seluruh siswa dalam satu sekolah negeri yang mempunyai 20 kelas. Kasat Lantas Polres Balikpapan AKP Didik Hariyanto menjelaskan, fenomena pelajar SMP yang memakai sepeda motor sudah banyak dijumpai oleh masyarakat luas. Penindakan sudah dilaksanakan oleh yang berwajib dan kunci dari fenomena ini adalah orang tua siswa yang
3
memperbolehkan anak mereka mengendarai sepedai motor ke sekolah yang pada hakikatnya adalah larangan dan ada sanksi dan konsekuensinya. Usia pelajar SMP kelas VIII yang pada umumnya berusia antara 13 tahun sanpai dengan 14 tahun. Usia yang belum melampui batas minimal memiliki SIM yakni 16 tahun. Artinya belum memiliki hak mengendarai sepeda motor. Dan usia di bawah 16 tahun dianggap belum dewasa mental masih labil, jika diberi tanggung jawab mengendarai motor, dikhawatirkan akan membahayakan orang dan dirinya. Berdasarkan pada kenyaatan yang terjadi, beribu alasan mengapa anak seusia SMP memakai motor ke sekolah. Ada pihak sekolah yang tidak melarang walaupun izin menggunakan motor belum dipegangnya. Orang tua mengizinkan, dan tidak ada masalah. Lebih praktis ke sekolah dengan berkendara motor, dan ada pula kalau berkendara motor itu lebih hemat dari pada naik angkot, atau bus atau lain sebagainya. Berdasarkan dari masalah yang tersebut diatas terlihat bahwa siswa usia SMP belum diperbolehkan dan berkendaraan bermotor dan serta bertanggung jawab tentang dirinya untuk mengendarai motor kesekolah sangat menarik untuk diteliti. Sehingga dengan alasan inilah, penulis mengambil penelitian tentang “ PENINGKATAN SELF AWARENESS TERHADAP
PEMAKAIAN
KECAMATAN
TUNTANG
SEPEDA
PADA SISWA KELAS VIII MOTOR
KABUPATEN
SMP
NUSANTARA
SEMARANG
MELALUI
KONSELING KELOMPOK RATIONAL EMOTIF “
4
1.2
Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah pendekatan konseling kelompok rational emotif dapat meningkatkan self awareness siswa kelas VIII terhadap pemakaian sepeda motor SMP Nusantara Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang ? 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa melalui layanan
konseling kelompok rational emotif dapat meningkatkan self awareness siswa terhadap pemakaian sepeda motor kelas VIII SMP Nusantara Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1
Manfaat Praktis
1.
Bagi sekolah yang bersangkutan, agar dipakai sebagai umpan balik atas
pelaksanaan dari konseling kelompok rational emotif untuk meningkatkan self awareness bagi siswa SMP kelas VIII memakai motor ke sekolah. 1.4.2 Manfaat Teoritis 1.
Mengembangkan teori self awareness dari Suntrock dalam lingkup self awareness pada siswa kelas VIII SMP Nusantara Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
5
2.
Mengembangkan kesesuaian pendekatan self awareness pada siswa kelas VIII SMP Nusantara Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
3.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bahwa layanan konseling kelompok rational emotif dapat meningkatkan self awareness siswa.
1.5. Sistematika Penulisan Bab I dengan judul Pendahuluan, yang berisi : latar belakang ,rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian.Bab II dengan judul Kajian Teori, yang berisi: pengertian self awareness, sumber self awareness, cara mengembangkan dan meningkatkan kesadaran diri, manfaat kesadaran diri, fungsi dan tujuan self awareness di SMP, peraturan untuk pengendara sepeda motor, layanan konseling kelompok rational emotif, hipotesis. Bab III dengan judul Metode Penelitian, yang berisi: jenis penelitian subjek penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumentasi, teknik analisis. Bab IV dengan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan,yang berisi: gambaran subjek penelitian, eksperimen, analisis data,uji hipotesis, pembahasan. Bab V dengan judul Penutup , yang berisi : kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
6