BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Penelitian Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global
warming telah menggerakkan pemerintah negara-negara maju dan berkembang untuk ambil bagian dalam menciptakan regulasi yang ramah lingkungan. Kemiskinan dan kerawanan sosial dianggap memiliki sumbangan yang besar dalam perusakan sumber daya alam. Oleh sebab itu, isu lingkungan tidak boleh dipisahkan dari isu sosial dan kemasyarakatan. Beberapa tahun terakhir Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi isu perkembangan utama perusahaan. Konsep tersebut muncul dari banyaknya kritikan yang disampaikan oleh masyarakat, pemerintah dan lembaga non-pemerintah seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mengenai dampakdampak sosial dan lingkungan yang timbul dari aktivitas operasional perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggungjawab sosial perusahaan merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dalam mewujudkan tanggungjawab dan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat. Dalam hal ini, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Tetapi juga tanggungjawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines, yaitu memperhatikan masalah sosial dan lingkungan (Daniri, 2008). 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
2
Tujuan utama yang ingin dicapai oleh semua perusahaan adalah bagaimana perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan seringkali mengabaikan dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari aktivitas ekonomi perusahaan, padahal kegiatan yang dilakukan perusahaan berpotensi menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan, terutama yang dirasakan pada masyarakat yang tinggal disekitar perusahaan, seperti kasus yang terjadi di Indonesia yaitu tragedi lumpur panas di Sidoarjo yang disebabkan oleh perusahaan minyak dan gas, Lapindo Brantas Inc, limbah industri PT Wings Surya yang melampaui standar mutu pembuangan limbah cair yang merusak sekitar 18 hektar tanaman padi milik warga, PT Adi Makayasa yang ditutup sementara karena warga sekitar mengeluhkan polusi udara yang ditimbulkan dari aktivitas pabrik pupuk organik tersebut dan kasus penutupan tambang pasir besi PT. Aneka Tambang Cilacap, Jawa Tengah. Kegiatan pertambangan yang selama ini dilakukan PT. Aneka Tambang telah merusak lahan sehingga tidak mampu dimanfaatkan lagi oleh masyarakat sekitar (Handayani, 2014). Praktik dan pengungkapan CSR pada dasarnya apabila dilakukan secara berkesinambungan oleh perusahaan akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan itu sendiri. Keterlibatan perusahaan atas tanggungjawab sosialnya dapat meningkatkan akses modal, memperbaiki kinerja keuangan, mengurangi biaya operasi, meningkatkan citra dan reputasi, meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan, serta meningkatkan produktivitas dan kualitas (Susanti dan Riharjo, 2013).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
3
Tanggungjawab sosial perusahaan di era globalisasi saat ini semakin mendapatkan perhatian dari kalangan dunia usaha. Sejak era reformasi, masyarakat semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat tersebut memunculkan kesadaran baru terhadap perusahaan tentang pentingnya melaksanakan CSR (Daniri, 2008). Selain itu, dorongan perusahaan untuk melaksanakan CSR adalah karena adanya peraturan yang dikeluarkan pemerintah yaitu UU No. 23 tahun 1997 mengenai lingkungan, UU No. 40 pasal 66 ayat 2 dan pasal 74 tahun 2007 mengenai kewajiban tanggungjawab sosial perusahaan. Selain itu, Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) No. 1 tahun 2009 tentang tanggungjawab atas laporan keuangan paragraf 09 secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggungjawab mengenai masalah sosial dan lingkungan. Tujuan dikeluarkannya peraturan-peraturan tersebut, selain meregulasi perusahaan mengenai CSR, yaitu untuk memenuhi tuntutan masyarakat akan layanan yang cepat, kepastian hukum, serta tuntutan akan pengembangan dunia usaha sesuai dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau disebut Good Corporate Governance (GCG). Dengan adanya standar yang dikeluarkan untuk praktik
pelaporan
CSR
seharusnya
dapat
menjadikan
pengungkapan
tanggungjawab sosial dan lingkungan sebagai mandatory disclosure, sehingga pelaporan CSR akan lebih lengkap dan akurat. Perkembangan CSR di Indonesia telah mengalami peningkatan baik dalam kuantitas maupun kualitas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini ditandai dengan semakin maraknya unit-unit bisnis yang melaporkan praktik CSR
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
4
dalam laporan tahunan (Fitria dan Hartanti, 2010). Selain itu, hal ini terlihat dari semakin banyaknya perusahaan di Indonesia yang menggunakan standar yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) dalam melakukan pelaporan CSR (Darwin, 2007). Pedoman terbaru yang di keluarkan oleh GRI yaitu G4 Guidlines tahun 2013. Praktik dan pengungkapan CSR merupakan konsekuensi logis dari implementasi konsep Good Corporate Governance (GCG) yang prinsipnya antara lain
menyatakan
bahwa
perusahaan
perlu
memperhatikan
kepentingan
stakeholders-nya sesuai dengan aturan yang ada dan menjalin kerjasama yang aktif dengan stakeholders demi kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan (Utama, 2007). Selain itu, konsep GCG dapat dijadikan sebagai infrastruktur pendukung terhadap praktik dan pengungkapan CSR. Good Corporate Governance (GCG) merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan dan stakeholders lainnya agar seimbang antara hak dan kewajibannya (FCGI, 2001). GCG bertujuan untuk mengatur perusahaan agar dapat menciptakan nilai tambah bagi semua stakeholders-nya. Perusahaan harus memperhatikan hal tersebut karena dalam operasionalnya perusahaan tidak hidup sendiri, melainkan bersama lingkungan sekitar. Oleh karena itu, perusahaan harus menjaga lingkungannya agar secara timbal balik, baik perusahaan maupun masyarakat tidak ada yang dirugikan. Secara umum, terdapat 5 (lima) prinsip yang diperlukan dalam konsep GCG, yaitu accountability, responsibility, transparancy, independency dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
5
fairness. Kelima prinsip tersebut penting karena penerapan GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga mampu mengurangi aktivitas penyimpangan seperti rekayasa isi laporan keuangan yang tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya (Kaihatu, 2006). Selain itu, prinsip responsibility dalam penerapan GCG juga dapat mendorong pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan. Dalam menjalankan implementasi konsep GCG, perusahaan dituntut tidak hanya memperhatikan nilai ekonomi dari kegiatannya saja, tetapi juga kepentingan stakeholders dan kepatuhan terhadap peraturan serta norma yang berlaku atas kegiatan yang dilakukan. Jadi semakin baik penerapan GCG maka semakin baik pengungkapan CSR perusahaan (Handayani, 2007). Penelitian yang menguji hubungan dan pengaruh antara GCG dan pengungkapan CSR telah banyak dilakukan di berbagai negara, baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satunya dilakukan oleh Susanti dan Riharjo (2013), dimana objek penelitiannya menggunakan 6 (enam)
karakteristik
GCG,
yaitu
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris independen, keberadaan komite audit dan kepemilikan saham terkonsentrasi. Mengacu pada penelitian Susanti dan Riharjo (2013), peneliti hanya memfokuskan untuk meneliti variabel kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan komite audit. Hal ini dikarenakan terjadinya inkonsistensi hasil penelitian sebelumnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
6
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, yayasan, perusahaan berbentuk perseroan (PT) dan institusi lainnya (Harsono, 2015). Hasil penelitian Susanti dan Riharjo (2013) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan hasil penelitian Iswandika, dkk. (2014) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Dewan komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (KNKG, 2006).
Dewan komisaris independen
secara umum mempunyai pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen, sehingga mempengaruhi kemungkinan kecurangan dalam menyajikan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajer. Hasil penelitian Susanti dan Riharjo (2013) menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan hasil penelitian Harsono (2015) menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Komite audit merupakan komite yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai penghubung antara dewan direksi dan auditor eksternal, auditor internal serta anggota independen, yang memiliki tugas untuk memberikan pengawasan audit,
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
7
memastikan manajemen melakukan tindakan korektif yang tepat terhadap hukum dan regulasi (Jati, 2009). Hasil penelitian Susanti dan Riharjo (2013) menunjukkan bahwa ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan hasil penelitian Khasanah (2013) menunjukkan bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Selain Good Corporate Governance (GCG), kualitas auditor juga dapat mempengaruhi pengungkapan CSR suatu perusahaan. Auditor yang berkualitas dapat melakukan pengawasan sacara lebih efektif terhadap biaya-biaya yang timbul dari aktivitas CSR dan memberikan saran serta rekomendasi mengenai item-item CSR apa saja yang perlu diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Kualitas auditor antara KAP berukuran besar dan KAP berukuran kecil pasti memiliki perbedaan dari segi sumber daya dan teknologi yang dapat mempengaruhi hasil kerja atau kualitas auditnya (Benardi, et al., 2008). Hasil penelitian Benardi, et al., (2008) menunjukkan bahwa variabel kualitas KAP berpengaruh positif terhadap variasi luas pengungkapan tanggungjawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Subroto (2003), Triyanto (2010), Hapsoro (2012) dan Iswandika, dkk (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, antara lain: (1) Menambahkan variabel kualitas audit; (2) Memodifikasi pengukuran variabel komite audit, dimana pada penelitian sebelumnya menggunakan jumlah anggota komite audit dalam laporan tahunan, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan kompetensi komite audit yang diukur dengan cara menghitung
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
8
jumlah anggota komite audit yang mempunyai latar belakang dan keahlian dalam bidang akuntansi dan/atau keuangan. Hal ini dikarenakan masih terlalu sedikit penelitian yang menggunakan proksi tersebut sehingga peneliti tertarik untuk menggunakan proksi tersebut; (3) Menambahkan variabel profitabilitas dan leverage sebagai variabel kontrol; dan (4) Menggunakan pedoman GRI versi G4 dalam menilai pengungkapan item CSR yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan. Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan judul “Pengaruh Good Corporate Governance dan Kualitas Audit terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility”.
B.
Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility ? 2) Apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility ? 3) Apakah kompetensi komite audit berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility ? 4) Apakah kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility ?
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
9
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Mencari bukti empiris dan menganalisis apakah kepemilikan institusional berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
corporate
social
responsibility. b) Mencari bukti empiris dan menganalisis apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. c) Mencari bukti empiris dan menganalisis apakah kompetensi komite audit berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
corporate
social
responsibility. d) Mencari bukti empiris dan menganalisis apakah kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. 2.
Kontribusi Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Bagi akademisi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman mengenai pengungkapan corporate social responsibility dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta menambah literature dalam mengkaji pengungkapan corporate social responsibility dengan menggunakan pedoman GRI versi G4.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
10
b) Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya pertanggungjawaban ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan dengan menggunakan pedoman GRI versi G4 sehingga dapat digunakan untuk strategi perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan dan tata kelola perusahaan. c) Bagi pemerintah maupun pihak lain yang memiliki otoritas sebanding, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan informasi atau wacana mengingat belum adanya standar eksplisit untuk menentukan kebijkan yang jelas dan pasti dalam pelaksanaan
pengungkapan
corporate
perusahaan-perusahaan di Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
social
responsibility
bagi