BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini terjadi kebangkitan kembali “Sistem Ekonomi Islam”, yang ditandai dengan munculnya lembaga-lembaga keuangan yang berbasis syariah. Kondisi ini menurut para akademisi dan praktisi perlu terus disiapkan sarana dan prasarana pendukung seperti manajemen syariah, operasional yang syariah, pemasaran yang syariah, akuntansi syariah dan yang terakhir pasar modal syariah. Jika sarana tersebut telah ada, diharapkan semua lembaga syariah itu pada akhirnya
murni
menggunakan
konsep
syariah
dalam
segala
aktifitasnya. Sistem penggunaan, sistem keuangan sebagai bagian yang integral dari sebuah perekonomian, memiliki peran yang sangat penting untuk mewujudkan sistem ekonomi Islam yang sempurna. Selanjutnya penerapan prinsip syariah pada sektor di luar industri perbankan, juga telah dijalankan khususnya industri pasar modal yakni pasar modal syariah. Pada industri pasar modal prinsip syariah telah diterapkan pada berbagai instrumen antara lain obligasi, saham dan fund (Reksa Dana). Secara resmi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) meluncurkan prinsip pasar modal syariah pada tangga 14 dan 15 Maret
1
2
2003 dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara Bapepam dengan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), sehingga perkembangan secara umum tersebut diterapkan diberbagai instrumen syariah, selanjutnya penerapan prinsip syariah pada sektor diluar industri perbankan, juga telah dijalankan pada industri pasar modal (pasar modal syariah ). Perkembangan industri pasar modal syariah ditandai oleh berbagai indikator diantaranya adalah semakin maraknya para pelaku pasar modal syariah yang mengeluarkan efekefek syariah selain saham-saham dalam Jakarta Islamic Indeks (JII). Dalam perjalanannya perkembangan pasar modal syariah di Indonesia telah mengalami kemajuan sampai tahun 2006 diantaranya adalah telah diterbitkannya 6 Fatwa DSN-MUI yang berkaitan dengan industri pasar modal dan master plan pengembangan pasar modal syariahyang dibuat oleh Bapepam (Anis,2003). Instrumen
syariah
hingga
tahun
2006
mengalami
fase
pertumbuhan yang pesat salah satunya adalah obligasi syariah. Obligasi syariah merupakan salah satu instrumen investasi yang telah muncul di pasar modal Indonesia, diawali dari tahun 2002 bidang telekomunikasi, tahun berikutnya masuk ke industri transportasi kemudian perkembangan selanjutnya hingga keindustri perbankan khususnya perbankan syariah. Pada awalnya banyak berbagai kalangan yang meragukan keabsahan dari obligasi. Mengingat obligasi merupakan surat bukti kepemilikan hutang (Bapepam,2003), yang
3
dalam islam sendiri hal tersebut tidak diakui. Namun demikian, instrumen yang berdasarkan prinsip syariah dalam hal obligasi berkembang sangat signifikan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai emisi obligasi syariah dipasar modal Indonesia, bahkan hingga tahun 2005 mencapai 18 emisi obligasi dengan Rp 2,2 Triliun atau 2% (dua pesen) dari total obligasi nasional. Pada tahun 2002 hanya ada satu obligasi syariah di Indosat dengan nilai Rp 175 Miliar. Tahun 2003, terjadi enam emisi obligasi syariah dengan nilai Rp 665 Miliar. Tahun 2004, ada delapan emisi obligasi syariah dengan nilai Rp 970 Miliar dan tahun 2005 terdapat emisi senilai Rp 345 Miliar. Barulah tahun 2006, PLN berencana mengumumkan emisi obligasi syariah dengan nilai Rp 200 Miliar (Abdul dan Sigit, 2006). Dari berbagai obligasi syariah diterbitkan, diantara emitennya adalah perbankan syariah yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia serta Bank Bukopin menjadi perseroan penerbit obligasi syariah serentak pada tahun 2003 dengan total nilai emisi Rp 445 Miliar. Investor obligasi syariah tidak hanya berasal dari institusi keuangan syariah tetapi juga berasal dari investor konvensional (Sofiniyah,2005). Bahkan investor tersebut mayoritas berasal dari Negara timur tengah seperti Qatar, Dubai dan lain sebagainya. Diperkirakan bahwasanya potensi dana yang akan diinvestasikan ke Indonesia bisa mencapai US$ 800 Miliar (Abdul dan Sigit, 2006).
4
Berdasarkan sistem operasionalnya, obligasi syariah mempunyai prinsip-prinsip yang berbeda dengan obligasi non-syariah. Perbedaan tersebut sama halnya dengan perbedaan antara Bank Konvensional dengan Perbankan syariah, termasuk metode perhitungan return-nya atau pendapatan bagi hasil dan juga skim yang digunakan. Obligasi syariah umumnya menggunakan skim mudharabah dan skim ijarah. Sehingga dalam hal ini, investor konvensional akan tetap bisa berpartisipasi dalam obligasi syariah, jika memberikan keuntungan yang kompetitif. Dari
segi
emiten,
menerbitkan obligasi syariah
berarti
memanfaatkan peluang-peluang tertentu. Emiten dapat memperoleh sejumlah modal atau pendanaan yang lebih luas, baik dari investor konvensional maupun syariah dan juga dapat meningkatkan aktiva produktif bagi emiten. Tetapi tidak semua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah, karena terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Tujuan penerbitan obligasi adalah selain menambah pendanaan jangka panjang juga dapat meningkatkan aktiva produksi. Berkaitan hal diatas, bahwa ini merupakan suatu keadaan yang dipengaruhi oleh seberapa banyak produk yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan oleh emiten. Emiten yang menerbitkan obligasi tentunya berharap investor akan berinvestasi di obligasi tersebut. Investor tentunya akan berinvestasi jika emiten yang menerbitkan obligasi tersebut mempunyai kinerja yang baik.
5
Untuk mengetahui kinerja emiten, perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan (emiten). Penilaian kinerja tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan emiten yang mengeluarkan obligasi syariah dengan emiten yang mengeluarkan obligasi non-syariah. Perbandingan kinerja tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan. Oleh karena itu, penelitian tentang Perbandingan Kinerja Emiten yang menerbitkan obligasi syariah dengan non-syariah perlu dilakukan, dan membahasnya dalam sebuah skripsi yang berjudul “ PERBANDINGAN KINERJA EMITEN YANG MENERBITKAN OBLIGASI SYARIAH DENGAN EMITEN YANG MENERBITKAN OBLIGASI NON-SYARIAH“.
B. Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang dinyatakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kinerja Emiten yang menerbitkan obligasi syariah dengan emiten yang menerbitkan obligasi non-syariah dalam beroperasi?
6
2. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara Kinerja Emiten yang Menerbitkan Obligasi Syariah dengan Emiten yang Menerbitkan Obligasi Non-Syariah?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuaan untuk : a. Mengetahui kinerja Emiten yang menerbitkan obligasi syariah dengan emiten yang menerbitkan obligasi non-syariah dalam beroperasi. b. Mengetahui perbedaan yang signifikan antara kinerja emiten yang menerbitkan obligasi syariah dengan emiten yang menerbitkan obligasi non-syariah. 2. Kegunaan Penelitian a. Bagi Penulis 1) Untuk memenuhi persyaratan kelulusan guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi (SE) di Universitas Mercu Buana, Jakarta. 2) Memperkaya pemahaman, pengetahuan, penyebarluasan syariah di Bursa Efek Inonesia (BEI) khususnya instrumen obligasi syariah dalam pasar modal syariah yang dilakukan oleh Emiten-emiten secara umum.
7
3) Mengetahui indikator penilaian kinerja mengenai obligasi syariah dan obligasi non-syariah. b. Bagi Emiten 1) Sebagai alternatif dari operasional emiten selaku emiten dalam hal membutuhkan pendanaan. 2) Sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan dan pengembangan instrumen syariah sehingga akan tercapai tingkat keberhasilan yang optimal. c. Bagi Masyarakat Meningkatkan
pemahaman
untuk
berpartisipasi
dan
berkontribusi dalam memaksimalkan pengembangan obligasi syariah dari segi aplikasi dan operasionalisasinya berdasarkan konsep syariah yang ditopang oleh instrumen syariah yang tersedia dan juga obligasi non-syariah. Sehingga kedua institusi tersebut dapat bermanfaat dalam pengembangan perekonomian.