BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka (Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan. Fenomena yang terjadi di Indonesia, sebagian besar perawat percaya bahwa penyembuhan luka yang terbaik adalah dengan membuat lingkungan luka tetap kering dan menggunakan cara konvensional untuk merawat luka (Junaidi, 2009). Sebab luka akut yang dirawat dengan cara konvensional akan lebih lama dalam proses penyembuhan dan tidak jarang penanganan luka menjadi lebih lama karena kurangnya pengkajian riwayat penyakit pasien oleh perawat atau dokter. Selain itu, perhatian terhadap wound care masih sangat kurang karena perawat di Indonesia masih menggunakan perawatan luka konvensional untuk memberikan
Universita Sumatera Utara
perawatan luka kepada pasien ulkus diabetikum sedangkan saat ini sudah mulai berkembang perawatan luka yang lebih canggih (Sotani, 2009). Perkembangan wound care sangat pesat di dunia kesehatan. Metode wound care yang berkembang saat ini adalah dengan menggunakan prinsip moisture balance (mempertahankan luka dalam kondisi lembab). Berdasarkan penelitian, lebih efektif moisture balance untuk proses penyembuhan luka bila dibandingkan dengan cara yang konvensional (Sotani, 2009). Wound care dengan menggunakan moisture balance dikenal sebagai metode modern dressing yang memakai bahan-bahan pembalut yang lebih modern dan topical therapy yang mempunyai karakteristik dan keunggulan masing-masing sesuai dengan kondisi luka pasien. Metode tersebut belum begitu dikenal bagi perawat di Indonesia, khususnya perawat dan mahasiswa keperawatan yang ada di wilayah Semarang (Ismail, 2008). Sebagian besar rumah sakit di Indonesia masih menerapkan prinsip perawatan luka konvensional sebagai contoh sebanyak 30 rumah sakit di Surabaya, hanya ada 3 rumah sakit yang menerapkan metode penyembuhan luka dengan cara modern. Sedangkan di Indonesia, jumlahnya lebih sedikit lagi, dari total 1012 rumah sakit hanya 25 rumah sakit atau 2.4 % yang menerapkan metode ini (Ismail, 2008). Perawatan konvensional dan modern memiliki perbedaan dan ciri khas masing-masing baik dalam teori, praktik, maupun kelebihan dan kekurangannya. Menurut Sing, et al (2011) menyatakan enam puluh persen dari kelompok modern dressing dalam merawat luka menunjukkan bersih dari organisme secara penuh dalam dua minggu, dan sekitar 90 % dalam empat
Universita Sumatera Utara
minggu meskipun hanya enam luka tidak menunjukkan bersih dari organisme di akhir minggu keempat. Di sisi lain, hanya 42 % dari luka di kelompok konvensional ditemukan steril setelah dua minggu perawatan. Setelah empat minggu pengobatan konvensional 12 (20 %) luka masih ditemukan sekumpulan organisme patogen. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa lingkungan lembab mempercepat proses epitelisasi dan untuk menciptakan lingkungan lembab dapat dilakukan dengan menggunakan balutan semi occlusive, full occulisive dan impermeable dressing (Schulitz, et al., 2005). Menurut Haimowitz (1997), ada beberapa keuntungan prinsip moisture dalam perawatan luka, diantaranya: Mencegah luka menjadi kering dan keras, meningkatkan laju epitelisasi, menjagah pembentukan jaringan eschar, meningkatkan pembentukan jaringan dermis, mengontrol
inflamasi
dan
memberikan
tampilan
yang
lebih
kosmetis,
mempercepat proses autolysis debridement, dapat menurunkan kejadian infeksi, cost effective, mempertahankan gradient voltase normal, mempertahankan aktifitas neutrofil, menurunkan nyeri, memberikan keuntungan psikologis, dan mudah digunakan. Penggunaan perawatan luka dengan menggunakan modern dressing berkembang pesat dalam perawatan luka pada pasien diabetes (Sotani, 2009). Hal ini dikarenakan jumlah orang yang terkena diabetes di Indonesia menurut data WHO pada tahun 2009 mencapai 8 juta jiwa dan diprediksi akan meningkat menjadi lebih dari 21 juta jiwa pada tahun 2025. Hal tersebut yang membuat Indonesia menempati peringkat empat sebagai negara dengan jumlah yang
Universita Sumatera Utara
mengalami pasien diabetes terbanyak di dunia. Survey terhadap diabetes di Jakarta menunjukkan bahwa 1 dari 8 orang mengalami diabetes. Baik pria maupun wanita, tua maupun muda, tinggal di kota maupun di desa, memiliki risiko yang sama. Menurut Smeltzer and Bare (2001) terdapat 3 penyebab yang memicu terjadinya luka gangren pada kaki yaitu: Neuropati, gangguan vaskuler dan penurunan daya tahan tubuh. Menurut Studi di USA 75% penyandang Diabetes (DM) memiliki masalah pada kaki yaitu ganggren dan 44% diantaranya harus menjalani rawat inap. Selanjutnya studi tersebut menyebutkan 50% ± 75% beresiko menjalani amputasi (Smeltzer and Bare, 2001). Menurut Street, Edeyson and Webster (1996) menyebutkan perawatan luka ganggren membutuhkan biaya yang mahal dengan waktu penyembuhan luka sekitar 2-3 bulan Pendataan
di
Ruang
Perawatan
Penyakit
Dalam
RS
Ciptomangunkusumo tahun 2007 menunjukan, dari 111 pasien diabetes yang dirawat dengan masalah kaki diabetik, angka amputasi mencapai 35%, terdiri atas 30% amputasi mayor dan 70% amputasi minor. Jumlah angka kematian akibat amputasi tersebut sekitar 15%. Selain itu, data 2010-2011 justru memperlihatkan peningkatan angka amputasi menjadi 54%. Sebagian besar merupakan amputasi minor, yakni bagian bawah pergelangan kaki sebanyak 64,7%, dan amputasi mayor sejumlah 35,3%. Berdasarkan data berbagai penelitian, angka amputasi pada diabetes 15 kali lebih besar dibanding orang yang tidak menderita diabetes mellitus. Angka harapan hidup diabetes dalam 1 tahun hanya 69%, sedangkan yang tidak memiliki penyakit diabetes berkisar hingga 97%. Sementara angka
Universita Sumatera Utara
harapan hidup pasien diabetes dalam 5 tahun sebesar 44%, jauh dibawah mereka yang tidak terkena diabetes yaitu 82%. “Angka kematian atau mortalitas pasca mayor amputasi dari 1.000 pasien diabetes per tahun mencapai 273,9%, sedangkan orang yang tidak terjangkit diabetes sekitar 36,4%. Angka kematian atau mortalitas pasca minor amputasi dari 1.000 pasien diabetes per tahun sejumlah 113,4%, lebih banyak dari mereka yang tidak mengidap diabetes sebesar 36,4%,” (Waspadji, 2011) Salah satu model keperawatan yang dapat dipakai pada perawatan pasien diabetes adalah teori keperawatan Dorothea Orem yang dikenal sebagai Self Care Deficit Theory (SCDT) yang sudah disusun sebagai model konseptual bagi praktik keperawatan (Gail, dkk, 1987). Menurut Riehl & Roy (1974) dalam Gail (1987) menyatakan hal ini dikarenakan bahwa tujuan utama dari model konseptual adalah menjadi penuntun suatu praktik. Dalam teori tersebut, dinyatakan bahwa setiap individu dapat melakukan Self Care (perawatan diri sendiri) dimana menurut Orem (1985), self care terdiri dari tindakan yang secara bebas oleh individu untuk dilakukan agar menjaga keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Dengan adanya penggunaan teori Orem yang dapat dijadikan sebagai model keperawatan dengan menggolongkan pasien sesuai tingkat ketergantungan pasien dalam perawatan luka menggunakan tehnik modern dressing, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh perawatan luka dengan menggunakan metode modern dressing terhadap kepuasan pasien yang menderita luka diabetes.
Universita Sumatera Utara
1.2 Permasalahan Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana pengaruh aplikasi modern dressing terhadap kepuasan pasien dalam perawatan luka diabetes di Klinik Perawatan Luka Mandiri.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk identifikasi pengaruh aplikasi modern dressing terhadap kepuasan pasien dalam perawatan luka diabetes di Klinik Perawatan Luka Mandiri.
1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Mengetahui kepuasan pasien sebelum dilakukan dalam perawatan luka b. Mengetahui kepuasan pasien sesudah dilakukan dalam perawatan luka c. Mengetahui perbedaan kepuasan pasien sebelum dan sesudah dilakukan aplikasi modern dressing dalam perawatan luka
1.4 Hipotesis Hipotesa dalam penelitian ini adalah aplikasi modern dressing dapat meningkatkan kepuasan pasien dalam Perawatan Luka diabetes di klinik perawatan mandiri.
Universita Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Praktik Keperawatan Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu evidance base dalam melakukan praktik perawatan luka baik di rumah sakit, klinik dan perawatan di rumah. 1.5.2 Pendidikan Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi pendidikan untuk dimasukkan dalam program praktik laboratorium klinik agar disusun prosedur pelaksanaan perawatan luka dan dipraktekkan dalam melakukan perawatan luka. 1.5.3 Penelitian Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah wawasan dalam pengembangan perawatan luka dan dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk melanjutkan penelitian selanjutnya terkait perawatan luka.
Universita Sumatera Utara