BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran matematika bahkan sebelum disebut matematika, pembelajaran ini dinamakan pelajaran berhitung. Keterampilan berhitung dibutuhkan setiap aspek kehidupan sehari-harinya. Selama ini pelajaran matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipelajari serta gurunya kebanyakan tidak menyenangkan, membosankan, menakutkan dan sebagainya. Anggapan ini menyebabkan mereka semakin takut untuk belajar matematika. Sikap ini mengakibatkan prestasi belajar matematika menjadi rendah, akibat lebih lanjut mereka semakin tidak suka terhadap matematika, maka prestasi belajar matematika akan semakin rendah. Hal ini dimungkinkan karena banyak guru matematika yang melaksanakan proses pembelajaran secara monoton, mereka menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas lalu memberi pelajaran baru dan memberi tugas siswa. Proses pembelajaran ini dilakukan hampir setiap hari yang dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang membosankan. Apabila pembelajaran seperti ini dilakukan terus menerus maka kompetensi dasar dan indikator pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal. Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga kemampuan guru sangat diperlukan betul dapat mengupayakan metode, pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi anak
1
2
tunagrahita yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep yang bersifat abstrak. Dalam mata pelajaran matematika kelas X adalah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah penjumlahan bilangan ribuan. Berdasarkan
pengamatan
peneliti
pada
hasil
semester
sebelumnya
kebanyakan siswa masih mengalami kesulitan untuk melakukan operasi penjumlahan dengan angka ribuan. Hal ini ditunjukkan dari hasil yang dicapai siswa pada tahun pelajaran 2010/2011, sebagian besar masih mendapat nilai di bawah KKM untuk penjumlahan ribuan. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tahun kemarin adalah nilai 67. Hal ini dimungkinkan karena siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep penjumlahan ribuan yang disampaikan dengan tanpa menggunakan konsep yang nyata bagi siswa. Selain itu, guru hanya memberikan rumus atau cara pengerjaannya tanpa penanaman konsep yang nyata kepada siswa. Penguasaan pelajaran matematika bagi anak tunagrahita tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat pada tingkat tertentu. Penguasaan tersebut membutuhkan kemauan, minat, dan kemampuan untuk terus belajar dan berkembang. Proses pendidikan di sekolah tidak cukup hanya membekali siswa dengan kemampuan mengerjakan soal-soal akan tetapi juga kemampuan dan keberanian bereksplorasi dan berkreasi. Oleh karena itu, para guru yang mengajar mata pelajaran matematika dituntut supaya dapat melakukan suatu pendekatan-pendekatan tertentu dalam proses belajar-
3
mengajar yang dapat menggambarkan bahwa matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang menarik, menyenangkan dan mudah. Selain itu pembelajaran matematika untuk anak tunagrahita harus memperhatikan
serta
mempertimbangkan
kondisi
siswa
dengan
keterbatasannya atau hambatan mental yang menghambat mereka dalam mempelajari matematika. Dengan adanya keterbatasan tersebut, maka pemilihan metode pembelajaran dan cara penyampaian yang tepat oleh guru kepada anak tunagrahita dalam pelajaran matematika sangat penting dilakukan karena dengan cara penyampaian dan metode pembelajaran yang tepat diharapkan dapat mentransfer materi pelajaran matematika dan halnya yang sifatnya abstrak menjadi sesuatu yang nyata atau kongkrit. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di lapangan yaitu di SLB PGRI Minggir khususnya kelas X SMALB kemampuan anak tunagrahita untuk memahami soal matematika penjumlahan yang berbentuk cerita masih sangat kurang, sehingga untuk memahami isi atau maksud dari soal tersebut anak tunagrahita mengalami kesulitan. Pelajaran matematika masih dianggap pelajaran yang sulit dan menakutkan apalagi bagi anak tunagrahita. Kesulitan yang terjadi ini harus diatasi, supaya materi pelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh anak tunagrahita. Dalam proses pembelajaran matematika tentang penjumlahan untuk anak tunagrahita biasanya guru menggunakan media pembelajaran berupa gambar-gambar dengan menunjukkan peristiwa sesuai dengan yang dimaksud pada soal cerita. Guru hanya menceritakan sesuai dengan isi dari soal cerita
4
seperti yang dimaksud dalam buku pelajaran misalnya, suasana orang sedang berbelanja di toko atau di pasar. Akibatnya membuat para guru kurang berinovasi dalam menyampaikan pelajaran, dan guru hanya berorientasi pada penyelesaian materi menjadi kurang memperhatikan pentingnya media-media pembelajaran yang lainnya, karena guru beranggapan bahwa gambar-gambar yang ada di dalam buku sudah dianggap mencukupi dalam proses belajar mengajar. Tetapi kenyataannya hasil belajar dari siswa mengerjakan soal penjumlahan dalam bentuk cerita secara mandiri masih menunjukkan prestasi yang sangat rendah. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian dengan menerapkan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika dengan pokok bahasan penjumlahan bilangan cacah ribuan. Pendekatan realistik ini adalah pendekatan dengan konsep atau gagasan yang abstrak menjadi lebih kongkrit atau nyata. Dengan pendekatan realistik anak akan mengalami sendiri atau terlibat langung dalam suatu peristiwa, sehingga peristiwa tersebut dapat mengesan sekali pada memori anak, dan apabila dibutuhkan sewaktu-waktu akan lebih mudah untuk dimunculkan. Dengan pendekatan realistik pembelajaran ini dapat menimbulkan minat, kreativitas dan motivasi siswa dalam mempelajari matematika khususnya tentang operasi hitung penjumlahan, sehingga kemampuan dalam melakukan penjumlahan akan meningkat. Selain itu pendekatan realistik ini juga diharapkan dapat menurunkan keabstrakan penjumlahan bilangan agar siswa mampu menangkap arti dan konsep penjumlahan bilangan tersebut.
5
Dengan melakukan sendiri maka siswa akan memperoleh pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti dan konsep. Dengan demikian siswa memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya. Berdasarkan paparan latar belakang tersebut di atas, maka judul yang dipilih dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan menjumlah melalui Pendekatan Realistik bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas X SLB PGRI Minggir.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah: 1.
Pelajaran matematika masih dianggap pelajaran yang sulit dan menakutkan apalagi bagi anak tunagrahita.
2.
Penyampaian materi pembelajaran matematika hanya monoton, sehingga membosankan siswa dan mempengaruhi hasil belajar siswa.
3.
Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak sehingga guru dituntut untuk berkreasi dan berinovasi dalam mengupayakan pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan mental anak tunagrahita.
4.
Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan operasi penjumlahan. Hal ini ditunjukkan sebagian besar siswa pada tahun pelajaran 2010/2011 mendapat nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
6
C. Pembatasan Masalah Memperhatikan banyaknya masalah yang berhasil diidentifikasi, maka perlu dilakukan pembatasan masalah yang akan diteliti sehingga penelitian bisa lebih terfokus. Peneliti membatasi permasalahan pada pendekatan realistik sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam operasi penjumlahan bilangan.
D. Rumusan Masalah Rumusan
masalah
dalam
penelitian
ini
yaitu
“Bagaimana
meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan melalui pendekatan realistik bagi anak tunagrahita ringan kelas X SMALB di SLB PGRI Minggir Sleman Yogyakarta”?
E. Tujuan Penelitian Tujuan
yang
ingin
dicapai
dalam
penelitian
adalah
untuk
meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan melalui pendekatan realistik bagi anak tunagrahita kelas X SMALB di SLB PGRI Minggir Sleman Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan masukan yang dapat menambah khasanah dalam dunia pendidikan terutama penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi.
7
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam penyelesaian soal matematika penjumlahan untuk anak tunagrahita.
G. Definisi Operasional Peningkatan kemampuan operasi hitung penjumlahan bilangan cacah ribuan melalui pendekatan Realistik bagi anak tunagrahita kelas X SMALB di SLB PGRI Minggir Sleman Yogyakarta. 1. Pendekatan realistik adalah pendekatan yang orientasinya menuju kepada penalaran siswa yang bersifat relistik sesuai dengan tuntutan kurikulum berbasis kompetensi yang ditujukan kepada pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis dan jujur dengan berorientasi pada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah 2. Kemampuan operasi hitung penjumlahan adalah kesanggupan atau kecakapan memahami suatu pertanyaan mengenai bilangan hubungan antara bilangan dan prosedur operasi anak yang digunakan. 3. Anak tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai intelektual atau kecerdasan mental antara 50/55 – 70/75 dan mengalami hambatan dalam kecerdasan dan adaptasi sosial, tetapi masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan dalam bidang akademik yang sedemikian (membaca, menulis, dan berhitung).