BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Karya sastra adalah kegiatan kreatif manusia dalam mengungkapkan
penghayatannya dengan menggunakan bahasa sebagai media. Sastra dibagi menjadi tiga genre, yaitu puisi, prosa, dan drama. Penelitian ini menggunakan objek sastra bergenre prosa. Abrams menyatakan, prosa yang dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text), atau wacana naratif (narrative discourse) dalam pendekatan struktural dan semiotik (dalam Nurgiyantoro, 2005:12). Karya sastra dapat membawa keluar dari dunia nyata, memberikan kesempatan meninggalkan dunia ini sebentar dan memasuki dunia fiksi. Akan tetapi, karya sastra yang baik juga memberi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia ke depannya. Penelitian psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman sastra karena adanya beberapa kelebihan, seperti: pertama, pentingnya psikologi sastra untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan; kedua, pendekatan ini dapat memberikan umpan balik kepada peneliti tentang masalah perwatakan yang dikembangkan; dan terakhir, penelitian semacam ini sangat membantu untuk menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah-masalah psikologis (Endraswara, 2008:12). Penelitian ini menggunakan objek fiksi dalam bentuk novel. Sebagai genre sastra, novel dibangun oleh aspek intrinsik dan ekstrinsik. Adapun aspek intrinsik
1
2
sebuah novel, misalnya: penokohan, alur, latar, tema, peristiwa, sudut pandang, penceritaan, dan bahasa atau gaya bahasa. Aspek intrinsik novel, yaitu kreativitas pengarang (proses kreatif) dan unsur objektif (kenyataan semesta). D.K. Sumirta seorang penulis asal Bandung (Jawa barat) yang bernama lengkap Deddy Kusnadi Sumirta, memulai kariernya sebagai penulis pada akhir tahun 2012. Sampai saat ini D.K. Sumirta telah menulis dua novel. Novel pertamanya yaitu The Perihelion (2013), novel ini mengisahkan tiga orang bersaudara yang sejak kecil terpaksa harus ditinggal oleh ibu mereka untuk bekerja di luar negeri. Hal tersebut menuntut mereka untuk bertahan dalam keadaan hidup yang serba kekurangan. Berbagai masalah juga seolah tidak ingin dilewatkan, silih berganti datang menghampiri perjalanan hidup mereka. Namun, semangat ketiganya dalam menuntut ilmu serta kemandirian yang perlahan mulai memantapkan langkah mereka untuk menjangkau masa depan yang lebih baik. Novel Biola Pasir dari Masa Lalu adalah novel kedua setelah The Perihelion yang sudah ditulis oleh D.K. Sumirta. Novel Biola Pasir dari Masa Lalu terdiri atas 184 halaman, merupakan cetakan pertama yang diterbitkan oleh PT Gramedia Widiarsana Indonesia tahun 2014. Novel Biola Pasir dari Masa Lalu mengisahkan perjalanan hidup seorang gadis bernama Ni Luh Miranti yang menjadi tukang suun (junjung) di Pasar Badung, Bali. Sejak kecil Miranti telah ditinggalkan oleh orang tuanya yang bernama Aryo Penangsang dan Dewayanti. Aryo Penangsang adalah seorang keturunan priayi Jawa asal Solo, dan Dewayanti berasal dari Nusa Penida. Miranti tinggal bersama Bli Made, yang tidak lain adalah sahabat dari orang tuanya.
3
Walaupun hidup dalam kondisi yang serba terbatas. Namun, tidak mematahkan semangat Miranti dalam menjalani kehidupannya. Ia tumbuh menjadi pribadi yang ceria, pantang menyerah, dan memiliki tekad yang kuat dalam menggapai mimpinya menjadi pemain biola andal seperti ayahnya. Kepergian orang tuanya yang begitu saja, membuat Miranti bertanya-tanya dan ingin mencari tahu keberadaan orang tuanya. Suatu ketika, Miranti mengetahui kebenaran dibalik kepergian orang tuanya. Cerita masa lalu yang selama ini ditutup-tutupi darinya. Hubungan orang tua Miranti selama ini ditentang oleh keluarga Ibunya, Dewayanti. Hal tersebut dikarenakan perbedaan agama yang dimiliki oleh orang tuanya. Orang tua Miranti akhirnya berpisah. Selain itu, ia juga harus menerima kenyataan pahit lainnya. Ayah Miranti, Aryo Penangsang pernah menjalani hubungan sesama jenis dengan seorang lelaki yang bernama Kadek Bagus, yang tidak lain merupakan guru biola Miranti. Pada awalnya Miranti tidak dapat menerima kenyataan tersebut. Kemudian, Miranti mendapat kabar bahwa ayahnya, Aryo Penangsang meninggal karena mengidap penyakit Gay Bowel Syndrome (penyakit usus yang ditularkan secara seksual). Selain itu, ibunya, Dewayanti yang bermaksud mencari Miranti, juga meninggal karena kapal yang ditumpanginya tenggelam saat menyeberang di Pantai Nusa Penida. Akhirnya, untuk menebus segala kesalahan di masa lalu, Kadek Bagus bersedia menjadi orang tua asuh Miranti. Begitu pun dengan Miranti telah berdamai dengan masa lalu orang tuanya dengan Kadek Bagus dan telah menganggapnya seperti orang tuanya sendiri.
4
Pertimbangan dipilih novel Biola Pasir dari Masa Lalu sebagai objek penelitian, yaitu: pertama, novel ini mengandung dinamika psikologis tokohtokohnya yang lazim terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, dalam novel ini terdapat contoh konflik orientasi seksual dengan sosietas. Identitas kedua tokoh Kadek Bagus dan Aryo Penangsang sebagai pasangan homoseksual akhirnya memunculkan berbagai permasalahan yang kemudian merambat menjadi pondasi utama terjadinya konflik dalam novel Biola Pasir dari Masa Lalu. Hubungan sesama jenis merupakan hal yang tabu dalam masyarakat di Indonesia. Dalam novel ini tokoh Ni Luh Miranti dikisahkan mengalami berbagai macam tekanan, tetapi berhasil berjalan menuju kesuksesan. Hal itu, mengimplikasikan kekuatan psikis dari tokoh Ni Luh Miranti. Selain itu, tokoh Kadek Bagus dan Aryo Penangsang adalah seorang homoseksual dan biseksual yang dipandang mengalami penyimpangan seksual. Oleh karena itu, ketiga tokoh tersebut menarik untuk dianalisis. Novel Biola Pasir dari Masa Lalu dianalisis menggunakan teori psikologi sastra untuk membahas dan mengupas kepribadian dan seksualitas tokoh-tokoh dalam novel. Oleh sebab itu, diharapkan penelitian ini tersaji lebih jelas dan spesifik dalam menggambarkan struktur psikologis tokoh-tokoh novel Biola Pasir dari Masa Lalu.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat dua masalah yang dibahas
dalam penelitian ini. Adapun masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
5
1) Bagaimanakah unsur intrinsik novel Biola Pasir dari Masa Lalu yang meliputi, unsur tema, alur, penokohan, dan latar karya D.K. Sumirta? 2) Bagaimanakah aspek psikologis, khususnya gambaran kepribadian dan psikoseksualitas tokoh-tokoh dalam novel Biola Pasir dari Masa Lalu karya D.K. Sumirta?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian digunakan untuk memberikan arah yang jelas dalam
penelitian yang dilakukan. Tujuan dibedakan menjadi dua, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan tersebut, yaitu sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan Umum Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra terutama dalam bidang psikologi sastra. Selain itu, diharapkan penelitian ini mampu menambah khazanah penelitian sastra dalam usaha mengembangkan studi sastra, khususnya dalam bidang sastra Indonesia, serta meningkatkan rasa bangga pembaca akan hasil kreativitas anak negeri.
1.3.2
Tujuan Khusus Secara khusus penelitian mengenai analisis psikologi sastra novel Biola
Pasir dari Masa Lalu memiliki dua tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan khusus penelitian ini, yaitu:
6
1) memahami unsur intrinsik novel Biola Pasir dari Masa Lalu karya D.K. Sumirta yang meliputi unsur tema, alur, penokohan, dan latar; 2) mengungkapkan aspek psikologis, khususnya gambaran kepribadian dan psikoseksualitas tokoh-tokoh novel Biola Pasir dari Masa Lalu karya D.K Sumirta.
1.4
Kajian Pustaka Novel Biola Pasir dari Masa Lalu belum pernah dijadikan objek
penelitian dalam kajian psikologi sastra. Namun, novel ini pernah dibahas dalam bentuk resensi. Penelitian ini menggunakan beberapa pustaka atau penelitian terdahulu yang terkait sebagai acuan. Beberapa pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini diuraikan sebagai berikut. Runadei dalam blognya pernah menulis tentang review novel Biola Pasir dari Masa Lalu.1 Dia membahas tentang kisah hidup Ni Luh Miranti yang bernaung di Bali. Dia mengungkapkan bahwa novel ini sarat berisi tentang kepedihan, amarah, kekeraskepalaan, dan sedikit kegembiraan. Masih dengan cara bercerita yang sarat akan makna, novel ini juga masih kaya dengan bahasa yang halus dan indah dengan berbagai perumpamaan yang mengagumkan. Selanjutnya, dalam setiap awal bab baru, pembaca akan disuguhi dengan kalimat-kalimat puitis yang indah, seolah menjadi pembuka menuju bab selanjutnya. Mengangkat
tema
musik,
membuat
novel
ini
juga
menyajikan
pengetahuan-pengetahuan tentang musik klasik, khususnya biola yang sering 1
https://storyofdeika77.wordpress.com/2014/10/30/biola-pasir-dari-masa-lalu/, (diakses tanggal 29 januari 2015)
7
dimainkan Miranti. Ditambah lagi yang mengagumkan adalah karakter Kadek Bagus yang menyayangi Miranti dengan caranya sendiri. Namun, kurang puas pada pemaparan mengenai kenyataan tentang orang tua Miranti yang terlalu mendadak, serta akhir yang datar-datar saja. Selain itu, deskripsi tentang konser musik di luar negeri seperti yang diharapkan Miranti selama ini terlalu minim, dan tiba-tiba saja sudah berakhir. Tetapi, secara keseluruhan novel ini menarik, karena bisa memotivasi, menginspirasi, menambah pengetahuan tentang musik klasik, khususnya biola, dan juga perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia yang baik. Irawan (2012) dalam skripsinya “Kepribadian dan Konflik Tokoh dalam Novel Kereta di Awal Syawwal Karya Riyanto El Harist Kajian Psikologi Sastra” membahas cerita yang mengisahkan seorang anak berusia enam tahun mengurus ibunya yang lumpuh. Sinar, nama bocah enam tahun itu menamakkan bakti, cinta, dan kasih sayangnya pada sang bunda, mengabaikan masa kecilnya pada saat anak-anak kecil seusianya menghabiskan waktu dengan bermain, sementara Sinar harus berada di samping bundanya yang sakit sejak dua tahun lalu. Sinarlah yang membantu dan menemani ibunya selama ini. Mulai dari memindahkan atau menggeser tubuhnya, masak, makan, minum, mandi, hingga buang air. Semua itu Sinar kerjakan dengan penuh cinta. Teori yang digunakan oleh Irawan, yakni teori psikologi sastra. Penelitian yang dilakukan Irawan memberikan gambaran mengenai analisis psikologi sastra dalam novel dan teori yang dapat digunakan untuk menganalisis psikologi sastra. Selain itu, cerita dalam novel Kereta Di Awal Syawwal Karya Riyanto El Harist hampir sama dengan cerita dalam novel Biola
8
Pasir dari Masa Lalu, yakni sama-sama menceritakan kisah perjuangan seorang anak yang pantang menyerah dalam menghadapi hidup. Ngalong (2014) dalam skripsinya “Di Balik Pelukan Terhangatnya dalam novel The Sweet Sins karya Rangga Wirianto Putra” mengkaji struktur novel The Sweet Sins yang meliputi, unsur tema, alur, penokohan, dan latar serta mengungkapkan gambaran psikologis dan psikoseksual tokoh utama. Penelitian ini menggunakan dua teori, yaitu teori struktural dan teori psikologi sastra yang menitikberatkan pada teori psikoseksual. Supraba (2014) dalam skripsinya “Fitrah dan Realita Percintaan Insan Berkelamin Sama: Analisis Psikologi Sastra dalam Novel Lelaki Terindah” memaparkan unsur-unsur yang membangun struktur novel Lelaki Terindah meliputi tema, alur, penokohan, dan latar. Selain itu, mendeskripsikan aspek psikologi kepribadian dan psikoseksual kedua tokoh dalam novel Lelaki Terindah. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori psikologi sastra yang dibantu dengan strukturalisme. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat adanya kesamaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yakni sama-sama mengkaji psikologi sastra. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah objek penelitiannya. Pendekatan pada penelitian yang dilakukan ini adalah psikologi sastra dalam novel Biola Pasir dari Masa Lalu karya D.K. Sumirta. Penelitian sebelumnya memberikan kontribusi kepada arah penelitian yang sama hanya saja objeknya berbeda.
9
1.5
Landasan Teori Dalam suatu penelitian dan pengkajian ilmiah, teori merupakan salah satu
komponen
penting
untuk
mengungkap
suatu
gejala
dan
selanjutnya
memprediksikan kajian tersebut. Demikian juga dalam penelitian ini, untuk mendapatkan hasil yang maksimal digunakan suatu teori sesuai dengan variabel yang dibahas.
1.5.1
Teori Struktural Teori struktural adalah analisis awal untuk meneliti sebuah karya sastra.
Hal tersebut didasarkan pada pendapat Teeuw (1991:61) yang menyebutkan bahwa analisis struktur tetap merupakan kerja pertama dan awal bagi setiap peneliti sastra, sebab karya sastra sebagai dunia dalam kata mempunyai kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat dicari dari karya itu sendiri. Teeuw (1984:135) juga menyebutkan, pendekatan struktural mempunyai tujuan yaitu analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, sedetail, dan sedalam mungkin, keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Teori dan metode dalam penelitian sastra disesuaikan dengan bahan yang ada. Pendekatan struktural terdiri atas beberapa macam teori, tetapi dalam hal ini dipergunakan teori menurut A.Teeuw dalam bukunya Sastra dan Ilmu Sastra; Pengantar Teori Sastra. Pendekatan struktural penting bagi sebuah analisis karya sastra. Karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang membentuknya. Unsur-unsur tersebut saling mengisi dan berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan makna. Tujuan
10
analisis struktural adalah membongkar, memaparkan secermat mungkin keterkaitan dalam keterjalinan dari berbagai aspek yang secara bersama-sama hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi urusan itu dalam keseluruhan karya sastra (Pradopo, 1995:141). Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2005:37). Pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antarberbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekadar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang lain. Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai (Nurgiyantoro, 2005:37). Menurut Stanton (2012:22), unsur-unsur pembangun struktur karya sastra itu meliputi: tema, fakta cerita (yang terdiri dari alur, tokoh, dan latar), dan sarana sastra. Ketiga unsur tersebut penting, karena unsur-unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang akan rancu bila dipisah-pisahkan. Tema akan diperoleh apabila ada faktanya, dan untuk memperoleh fakta diperlukan sarana sastra. Dalam penelitian ini dianalisis unsur-unsur yang membangun novel Biola Pasir dari Masa Lalu antara lain tema, alur, penokohan, dan latar karena unsurunsur itulah yang mendominasi dan menunjang terbentuknya makna secara
11
menyeluruh dalam lingkup pemahaman penceritaan yang membangun suatu karya sastra.
1.5.2
Teori Psikologi Sastra Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya „jiwa‟,
dan logos yang artinya „ilmu pengetahuan‟. Secara etimologis (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya (Ahmadi, 1979:1). Walgito mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang membicarakan tentang jiwa. Ia merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tingkah laku serta aktivitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan (1997:9). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia, baik mengenai gejala-gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya yang tercermin dalam tingkah laku serta aktivitas manusia atau individu sendiri. Psikologi sastra adalah interdisiplin antara psikologi dan sastra (Endraswara dalam Minderop, 2010:59). Mempelajari psikologi sastra sebenarnya sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam. Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain. Selain itu, langkah pemahaman teori psikologi sastra dapat melalui tiga cara, pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian dilakukan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi
12
yang dianggap relevan untuk digunakan. Ketiga, secara simultan menemukan teori dan objek penelitian. Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan manusia dalam karya sastra. Lewat tinjauan psikologi akan tampak bahwa fungsi dan peran sastra adalah untuk menghidangkan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk memancarkan bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia (Hardjana, 1985:66). Psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatiannya dapat diarahkan kepada pengarang, dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Hartoko, 1986:126). Istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian, yaitu (1) studi psikologi pengarang sebagai tipe atau pembeda, (2) studi proses kreatif, (3) studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan (4) studi yang mempelajari dampak sastra pada pembaca atau psikologi pembaca (Wellek dan Warren 1989:90). Berdasarkan pendapat Wellek dan Warren di atas, penelitian pada novel Biola Pasir dari Masa Lalu mengarah pada pengertian ketiga, yaitu pendekatan psikologi sebagai studi tipe dan hukum-hukum yang diterapkan pada karya sastra. Secara spesifik dapat dijelaskan, bahwa analisis yang dilakukan terutama diarahkan pada kondisi kejiwaan tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita, untuk mengungkap kepribadiannya secara menyeluruh. Secara khusus ilmu psikologi yang digunakan yaitu psikologi kepribadian dan psikoseksual. Sebelum membahas teori yang akan diterapkan, akan dipahami
13
gagasan utama tentang psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang dimulai sekitar tahun 1900-an oleh Sigmund
Freud.
Teori
psikoanalisis
berhubungan
dengan
fungsi
dan
perkembangan mental manusia. Ilmu ini merupakan bagian dari psikologi yang memberikan kontribusi besar dan dibuat untuk psikologi manusia selama ini. Sigmund Freud mengemukakan tiga gagasan utama dalam psikoanalisis, yaitu: (1) perkembangan psikoseksual (fase oral, fase anal, fase genital, dan fase falik). (2) Struktur kepribadian, yang terdiri atas tiga aspek yaitu Id, Ego, dan Superego. (3) Dinamika kepribadian, perubahan energi fisik menjadi energi psikis, dalam hal ini Id dengan naluri-nalurinya merupakan media atau jembatan dari energi fisik dengan kepribadian (Minderop 2010:10-23). Untuk mengungkapkan unsur-unsur psikologis tokoh-tokoh novel Biola Pasir dari Masa Lalu digunakan teori struktur kepribadian Sigmund Freud. Selanjutnya, psikologi seksual digunakan teori perkembangan anak Elizabeth Hurlock untuk menganalisis kondisi kehidupan seksual yang menyebabkan tokoh Kadek Bagus dan Aryo Penangsang mengalami perubahan orientasi seksual, dalam hal ini homoseksual dan biseksual.
1.5.2.1 Struktur Kepribadian Sigmund Freud Menurut Sigmund Freud psikisme manusia terdiri atas tiga sistem, yaitu id, (terletak di bagian tidak sadar), ego (terletak di antara alam sadar dan tidak sadar), dan super ego (terletak sebagian di bagian sadar dan sebagian lagi di bagian tidak sadar) (Minderop, 2010:20). Perilaku manusia pada hakikatnya merupakan hasil interaksi substansi dalam kepribadian manusia id, ego, dan super ego yang
14
ketiganya selalu bekerja, jarang salah satu di antaranya terlepas atau bekerja sendiri. Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian, dari sini aspek kepribadian yang lain tumbuh. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak
lahir
dan
yang
menjadi
pedoman id dalam
berfungsi
adalah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar kenikmatan. Untuk mengejar kenikmatan itu id mempunyai dua cara, yaitu: tindakan refleks dan proses primer, tindakan refleks seperti bersin atau berkedip, sedangkan proses primer seperti saat orang lapar membayangkan makanan (Suryabrata,1993:145 146). Ego adalah adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan individu untuk berhubungan baik dengan dunia nyata. Dalam berfungsinya ego berpegang pada prinsip kenyataan atau realitas. Ego dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi serta cara-cara memenuhinya.
Dalam
berfungsinya
sering
kali ego harus mempersatukan
pertentangan-pertentangan antara id dan super ego. Peran ego ialah menjadi perantara
antara
kebutuhan-kebutuhan
instingtif
dan
keadaan lingkungan
(Suryabrata, 1993:146 - 147). Super ego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilainilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orang tua kepada anaknya lewat perintah-perintah atau larangan-larangan. Super ego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan apakah
15
sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak, sesuai dengan moralitas yang berlaku di masyarakat. Fungsi pokok super ego adalah merintangi dorongan id terutama dorongan seksual dan agresif yang ditentang oleh masyarakat. Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitas pada realistis, dan mengejar kesempurnaan. Jadi super ego cenderung untuk menentang id maupun ego dan membuat konsepsi yang ideal (Suryabrata, 1993:148 - 149). Demikianlah struktur kepribadian menurut Sigmund Freud, yang terdiri atas tiga aspek, yaitu: id, ego, dan super ego yang ketiganya tidak dapat dipisahkan. Secara umum, id bisa dipandang sebagai komponen biologis kepribadian, ego sebagai komponen psikologisnya sedangkan super ego adalah komponen sosialnya.
1.5.2.2 Psikoseksualitas Psikoseksual berhubungan dengan berbagai gejala seks yang timbul karena faktor psikis. Selanjutnya, teori psikoseksual yang dikemukakan oleh Hurlock dipakai dalam menganalisis kondisi kehidupan seksual yang menyebabkan tokoh Kadek Bagus menjadi homoseksual, dan Aryo Penangsang menjadi biseksual. Dalam hal ini, Ni Luh Miranti tidak mengalami penyimpangan seksual (heteroseksual) meskipun hidup dalam pengaruh Kadek Bagus dan Aryo Penangsang yang merupakan seorang homoseksual dan biseksual. Homoseksual merupakan salah satu bentuk varian atau kelainan seksual yang dialami seseorang. Perilaku homoseksual adalah perilaku seksual yang ditujukan pada pasangan sejenis, pria dengan pria maupun wanita dengan wanita (Supratiknya, 1995:94). Kemudian yang dimaksud dengan biseksual adalah
16
keadaan seseorang yang mampu mencapai orgasme dengan kedua jenis seks (Maramis dan Maramis, 2009:722). Perilaku homoseksual adalah perilaku seksual yang ditujukan pada pasangan sejenis. Homoseksualitas sudah terjadi sepanjang sejarah umat manusia. Reaksi berbagai bangsa di berbagai kurun waktu sejarah terhadap homoseksualitas ternyata berlainan. Dalam praktik sulit membagi orang ke dalam dua kelompok: homoseksual dan heteroseksual. Keduanya merupakan dua kutub ekstrem. Di tengah-tengahnya terdapat kelompok orang yang memiliki kecenderungan gabungan antara unsur-unsur homoseksual dan heteroseksual. Banyak masyarakat memandang heteroseksual sebagai perilaku seksual yang “wajar”, sedangkan homoseksualitas secara tradisional dipandang sebagai gangguan mental. Teori psikoseksual yang digunakan adalah teori yang dipaparkan oleh Hurlock dan beberapa rujukan sejenis. Kepribadian pada masa remaja cenderung untuk memperbaikinya, remaja berpandangan bahwa kepribadian yang baik akan memudahkan mereka untuk berhubungan sosial dan lebih bisa diterima. Kondisikondisi yang memengaruhi konsep diri: usia kematangan pada remaja, penampilan diri, kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga, temanteman sebaya, kreativitas dan cita-cita.2 Orang tua memegang peranan penting dalam penentuan peran seks anak. Peranan mereka bergantung pada jenis kelamin dan usia anak. Ibu lebih banyak bertanggung jawab dalam pendidikan anak selama awal masa hidupnya dibandingkan ayah, penentuan peran seks lebih dilakukan ibu daripada ayah pada 2
http://expertrese.blogspot.com/2011/01/psikologi-perkembangan-remaja-elizabeth.html, (diakses 12 Februari 2015)
17
saat itu. Namun, dengan bertambahnya usia dan meluasnya lingkup sosial anak menemukan bahwa peran ayah dianggap lebih bergengsi daripada ibunya. Akibatnya, sang ayah mulai mempunyai pengaruh yang semakin besar pada penentuan peran seks anak, baik laki-laki maupun perempuan. (Hurlock,1978: 174). Berdasarkan penjelasan Hurlock, keluarga berperan penting dalam pendidikan penentuan peran seks. Hurlock menambahkan, bagi anak laki-laki ayah bertindak sebagai model peran dan bagi anak perempuan sebagai sumber pegangan untuk persetujuan atau ketidaksetujuan untuk perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya (1978:174).
1.6
Metode dan Teknik Penelitian Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan (penelitian) guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara, strategi, untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2009:34). Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini melalui tiga tahapan.
1.6.1
Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pustaka. Metode pustaka merupakan pengumpulan data yang dilakukan melalui tempat-tempat penyimpanan hasil penelitian, yaitu perpustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa novel Biola Pasir dari Masa Lalu
18
karya D.K. Sumirta, serta buku-buku kritik sastra dan buku psikologi yang memuat teori-teori yang tepat serta berkesinambungan untuk menganalisis novel Biola Pasir dari Masa Lalu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan teknik catat. Teknik baca, yakni teknik yang dilakukan dengan cara membaca secara cermat serta memahami objek penelitian dan sumber tertulis lainnya. Teknik catat berarti peneliti sebagai instrumen kunci melakukan pencatatan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data, yakni teks novel Biola Pasir dari Masa Lalu karya D.K. Sumirta untuk memeroleh data yang diinginkan.
1.6.2 Metode dan Teknik Analisis Data Pada tahapan ini diterapkan metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Metode deskriptif ini tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya mengenai data yang ada (Ratna, 2009:53). Setelah data diperoleh, dilakukan teknik lanjutan yaitu teknik simak dan catat. Membaca dalam karya ilmiah dilakukan dengan cara memberikan perhatian yang benar-benar terfokus pada objek dan data penunjang lainnya. Proses membaca dengan memberikan perhatian penuh terhadap objek, umumnya disebut sebagai proses menyimak. Membaca dan menyimak tentu tidak cukup, sebab kedua kegiatan masih terbatas sebagai proses yang sedang berlangsung. Membaca
19
dan menyimak dilanjutkan dengan mencatat, sehingga teknik yang digunakan disebut sebagai baca, simak, dan catat (Ratna, 2010:246). Metode dan teknik pengolahan data di atas digabungkan dengan cara, data dalam novel dideskripsikan melalui watak tokoh-tokohnya, kata-katanya, dan alam pikirannya dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya. Kemudian data yang telah dideskripsikan dianalisis sesuai dengan teori yang digunakan.
1.6.3
Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Pada
tahapan
ini
digunakan
metode
deskripsi,
yakni
dengan
mendeskripsikan hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Kemudian disusun ke dalam format penelitian skripsi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang ilmiah. Teknik yang digunakan adalah teknik catat, yakni dengan mencatat semua hasil pengolahan data yang telah diolah. Teknik penyajian hasil analisis data disajikan dalam bentuk bab-bab. Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan, serta penelitian sebelumnya, dilanjutkan dengan landasan teori, metode penelitian, dan tahapan pengumpulan data. Berikutnya pada bab II diuraikan unsur intrinsik novel Biola Pasir dari Masa Lalu yang meliputi: tema, alur, penokohan, dan latar dengan metode struktural serta hubungan antarunsur tersebut. Bab III menjelaskan mengenai analisis kepribadian dan psikoseksualitas tokoh-tokoh yang meliputi: Ni Luh Miranti, Kadek Bagus, dan Aryo Penangsang melalui teori psikologi kepribadian dan psikoseksual. Pada bab terakhir atau bab IV disajikan simpulan dan saran.