1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam ataupun buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan hidup yang bisa menyebabkan cedera atau kematian. Racun dapat memasuki
jaringan
hidup
melalui
beberapa
cara
yaitu
termakan, terhirup, disuntikkan, dan terserap melalui kulit (Merriam-Webster, 2014). Tahun 2013, menurut National Capital Poison Center (Amerika
Serikat)
data
yang
berasal
dari
54.534
kejadian, keracunan sebagian besar 77% terjadi karena ketidaksengajaan yang biasanya berasal dari efek samping oleh
pengobatan,
pemakaian
obat-obatan
ketergantungan, dan percobaan bunuh diri. Paparan
yang racun
75% dari angka kejadian terjadi pada orang-orang yang memakan obat atau menghirup racun, dan 44% dari jumlah kejadian melibatkan anak-anak yang berusia kurang dari 6 tahun. Menurut BPOM pada tahun 2013, di Indonesia terjadi kasus keracunan nasional yang disebabkan oleh beberapa macam
penyebab
yaitu
binatang,
tumbuhan,
obat
2
tradisional, komestika, pestisida, kimia, NAPZA, obat, pencemar lingkungan, makanan, produk suplemen, minuman, dan
campuran.
keracunan
Dimana
yang
penyebab
disebabkan
terseringnya
oleh
obat-obatan
ialah yang
dikonsumsi oleh masyarakat luas. Pada
tahun
2008
terjadi
36,500
angka
akibat keracunan di Amerika Serikat angka ini
kematian meningkat
lebih dari enam kali lipat bila di bandingkan tahun 1980 dimana
hanya
keracunan.
terjadi
Dimana
9
6,100 dari
10
kasus kasus
kematian
akibat
kematian
akibat
keracunan tersebut disebabkan oleh obat-obatan. (Warner, et al., 2008) Pada
negara
disebabkan beberapa
oleh
berkembang keracunan
faktor,
yaitu
angka
tetap
kurangnya
kematian
tinggi
yang
dikarenakan
regulasi
terhadap
peredaran obat-obatan dan bahan kimia yang beredar di pasaran,
kurangnya
pengawasan
dan
kontrol
terhadap
peredaran bahan-bahan beracun, kurangnya penegakan hukum yang ada, dan akses yang mudah untuk mendapatkan obatobatan
dan
bahan
kimia
yang
berpotensi
menyebabkan
mortalitas dan morbiditas.(Khodabandeh F et al, 2012) Dari keracunan
penjelasan didunia
diatas
mengalami
terlihat peningkatan
bahwa
kasus
dari
tahun
ketahun namum studi epidemiologi untuk kasus keracunan
3
ini
sangat
jarang
dilakukan
khususnya
di
Yogyakarta,
oleh sebab itu saya ingin mengetahui seberapa banyak kasus
keracunan
dan
penyebab
tersering
yang
mengakibatkan kematian di RSUP dr. Sardjito dari tahun 1993 sampai tahun 2013. B. Rumusan Masalah Bardasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah penelitian yaitu: 1) Bagaimanakah angka kejadian kasus kematian akibat racun dari tahun 1993 sampai dengan 2013 di RSUP dr. Sardjito? 2) Apakah
yang
menjadi
penyebab
dan
jenis
racun
tersering dari kematian akibat keracunan? 3) Apakah
terdapat
perbedaan
insidensi
antara
laki
laki dan perempuan? 4) Bagaimanakah
distribusi
kasus
kematian
akibat
keracunan menurut usia? 5) Dimana
lokasi
terbanyak
di
DIY-Jawa
Tengah
dari
kejadian kematian akibat keracunan? 6) Bagaimana diagnosis kematian akibat keracunan di tegakkan?
4
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui
distribusi
kasus
kematian
akibat
keracunan di DIY-Jawa Tengah 2. Tujuan Khusus 2.1
Untuk
memperoleh
penyusunan
data
sebagai
penulisan
skripsi
bahan
utama
agar
dapat
memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar
sarjana
pada
Fakultas
Kedokteran
Universitas Gadjah Mada. 2.2
Untuk
menambah
wawasan
dalam
memperluas
pemahaman akan arti penting studi epidemiologi dalam teori dan praktek. Menerapkan
ilmu
dan
teori-teori
kedokteran
yang
telah penulis dapat agar memberi manfaat bagi penulis sendiri khususnya dan masyarakat pada umumnya. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis 1.1
Dapat digunakan sebagai sumbangan karya ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Memberikan masukan pemikiran bagi pengembangan ilmu
pengetahuan,
kedokteran
dan
khususnya studi
dalam
ilmu
epidemiologi
yang
5
berkaitan
dengan
distribusi
kematian
akibat
keracunan. 1.2
Salah
satu
usaha
memperbanyak
wawasan
dan
pengalaman serta menambah pengetahuan tentang studi
epidemiologi
mengenai
kematian
akibat
keracunan di DIY dan Jawa Tengah. 1.3 Sebagai bahan untuk mengadakan penelitian yang sejenis
berikutnya,
disamping
itu
sebagai
pedoman bagi penelitian yang lain. 2. Manfaat Praktis 2.1
Memberikan jawaban atas masalah yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian.
2.2
Untuk mendalami teori–teori yang telah Penulis peroleh selama menjalani kuliah strata satu di Fakultas serta
Kedokteran
memberikan
Universitas
landasan
untuk
Gadjah
Mada
penelitian
lebih lanjut. E. Keaslian Penelitian Judul
penelitian:
Frekuensi
Dan
Distribusi
Kasus
Keracunan Di Yogyakarta Tahun 1986-1990 Peneliti: Waluyo, Agus; 1994 Subjek penelitian: Data sekunder dari rekam medis di bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman di RSUP dr. Sardjto
6
yang
merupakan
kasus
keracunan/tindak
kematian
kriminal
yang
yang
disebabkan
dibawa
ke
oleh
bagian
IKK
untuk dilakukan pemeriksaan (otopsi) periode 1986-1990. Variabel
penelitian:
Identitas,
jenis
racun,
cara
kematian Kesimpulan Hasil Penelitian: Insidensi keracunan di DIY adalah 2,27% dengan prevalensi laki-laki:perempuan sama. Dan keracunan paling sering terjadi pada umur 21 hingga 30 tahun, dengan penyebab tersering bunuh diri. Racun yang digunakan adalah baygon. Serta wilayah yang paling tinggi
angka
kematian
akibat
keracunannya
adalah
kabupaten Sleman. Sedangkan penelitian saya berjudul Distribusi Kasus Kematian Akibat Keracunan Di RSUP Dr. Sardjito Tahun 1993-2013. korban
kematian
kelamin, luar
Dengan
umur,
variabel
akibat lokasi
pemeriksaan
pemeriksaan
untuk
penelitian
yang
penelitian
keracunan wilayah
dalam,
TKP,
cara
menegakkan didapatkan
tiap
yaitu tahun,
jenis
kematian, diagnosis
angka
jumlah jenis
pemeriksaan dan
jenis
dengan
hasil
kematian
akibat
keracunan antara tahun 1993 sampai dengan 2013 berjumlah 63
orang,
dengan
cara
dan
penyebab
tersering
dari
kematian akibat keracunan adalah kecelakaan dengan jenis racun
sianida.
keracunan
pada
Insidensi laki-laki
terjadinya lebih
kematian
tinggi
yaitu
akibat sebanyak
65%, sedangkan pada perempuan sebanyak 35% dengan usia tersering
terjadi
kematian
akibat
keracunan
adalah
7
antara
usia
31
Tengah
terbanyak
hingga yang
40
tahun.
menjadi
Lokasi
TKP
di
kematian
DIY-Jawa akibat
keracunan berada di wilayah Kota Yogyakarta, yaitu 36,5% dari seluruh kasus kematian. Serta pemeriksaan penunjang merupakan kriteria utama untuk diagnosis kematian akibat keracunan.