BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran kepedulian sosial (caring) seorang manusia dilakukan secara terus menerus sejak anak usia dini. Kepedulian sosial menurut Nel Noddings sebagaimana dikutip Roger Bergman adalah kepedulian pada seorang manusia dan ingatan tentang kepedulian dan untuk peduli terhadap orang lain merupakan pokok dari kepercayaan, tidak menerima perhatian kecuali yang dihasilkan dari perilaku yang beretika.1 Kepedulian adalah suatu bentuk hubungan yang berakar dari kesediaan untuk menerima, keterkaitan, dan sikap responsif dari yang memberikan kepedulian maupun yang menerima kepedulian (between the carer and the cared).2 Kepedulian sosial termasuk ranah yang harus mendapatkan perhatian lebih bagi jurusan Pendidikan Agama
Islam khususnya Program
Pascasarjana STAIN
Pekalongan, hal ini karena kepedulian sosial termasuk akhlak mulia yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Kepedulian sosial bermuara pada kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap anak dalam mengantisipasi kehidupan masyarakat yang sarat dengan perubahan dan kompetisi yang sangat ketat, antara lain: kesiapan melalukan proses belajar tidak pernah selesai selama manusia itu masih hidup
1
Roger Bergman, Journal of Moral Education: Caring For The Ethical Ideal: Nel Noddings on Moral Education, Vol. 33, No. 2, Juni 2004, hlm. 1 2 http://www.infed.org.Dustin Foster, The Ethics of Caring, July 21, 2009, diakses Minggu, 22 Februari 2015
1
2
(lifelong learning), berpikir secara integratif dan konseptual, responsitisme, menalar secara rasional,
kreatif, berani bertanggung jawab, kepekaan
terhadap sosial, peka terhadap batas-batas toleransi masyarakat, memiliki harga diri, dan nalar secara jihad.3 Proses pembelajaran kepedulian sosial pada peserta didik sangat tergantung pada kemampuan pendidik dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Pembelajaran kepedulian sosial harus dilakukan sejak peserta didik berusia dini, hal ini karena kebanyakan kegiatan pembelajaran di sekolah lebih menekankan pada pesan-pesan yang bersifat materiil. Untuk itulah kepedulian sosial harus diajakan pada anak-anak yang memiliki pengetahuan masih sedikit. Proses pembelajaran kepedulian sosial yang dilakukan oleh pendidik untuk meningkatkan arti nilai pendidikan itu sendiri.4 Seorang pendidik dalam melakukan aktivitas pembelajaran harus mempunyai kompetensi yang handal, baik dari segi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Keempat kompetensi ini saling mendukung dan melengkapi demi tujuan pembelajaran yang maksimal. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijabarkan masing-masing indikator dalam 4 kompetensi tersebut, sehingga diharapkan para pendidik di lapangan memiliki kemampuan yang selalu dikembangkan. Namun pada kenyataannya masih banyak guru di lapangan yang masih kurang menguasai
3
Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta Diva Press, cet-5, 2011, hlm.
4
Nel Noddings, Journal Character: Teaching Themes of Care, Vol. XIV No. 2, 2007, hlm.
23 1
3
bidang akademik yang diampunya, belum profesional, tidak menguasai teknik dan prinsip ilmu dikarenakan dari latar belakang pendidikan yang unlinier, kurang kreatif dalam pembelajaran, tidak memiliki jiwa sosial sehingga kurang peduli, kurang empati, tidak santun, kurang respek akan perkembangan dan keunikan peserta didik, dan masih banyak guru yang berkepribadian kurang layak untuk dijadikan model teladan siswanya.5 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu “S” sebagai penelitian awal yang berkaitan dengan pembelajaran kepedulian sosial. Ia menuturkan bahwasannya pembelajaran kepedulian sosial sangat penting dilakukan sejak dini. Hal ini akan membentuk karakter peserta didik yang baik nantinya juga akan sangat berguna bagi kelangsungan hidup peserta didik. Generasi yang pintar dan berkarakter akan dihasilkan dari pendidikan melalui proses pembelajaran kepedulian sosial yang dilakukan sejak anak usia dini.6 Upaya
yang
ditempuh
Pemerintah
Kota
Pekalongan
untuk
mewujudkan pembelajaran kepedulian sosial sejak dini diantaranya pendidikan warga Kota Pekalongan mulai pada usia dini (PAUD) dengan cara setiap sekolah menerima murid yang berasal dari warga yang tidak mampu (akan dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah Kota Pekalongan).7 Pendidikan di Indonesia selalu menekankan pada hasil namun kurang memperhatikan proses pembelajarannya. Pembelajaran kepedulian sosial yang telah ditanamkan di sekolah hanya dilakukan di sekolah saja. Ketika peserta didik 5
Eva Imania Eliasa, Jurnal Pembelajaran UNY: Pentingnya Sikap Respek Bagi Pendidik Dalam Pembelajaran 6 Wawancara dengan Ibu “S” pada hari Selasa, 27 Januari 2015 jam 11.10 WIB 7 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan, Indeks Pembangunan Manusia Kota Pekalongan, Pekalongan: BPS, 2013, hlm. 20
4
keluar dari lingkungan sekolah kepedulian sosial tersebut jarang sekali diaplikasikan. Di Indonesia pembelajaran kepedulian sosial sudah diajarkan sejak anak usia dini melalui proses pembiasaan. Para pendidik sering menyebut anak usia dini sebagai usia prasekolah karena merupakan saat anak mengikuti taman kanak-kanak dan masa persiapan untuk memulai pendidikan formal di kelas satu Sekolah Dasar. Psikolog sering menyebut sebagai usia prakelompok karena anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan untuk penyesuaian diri saat masuk Sekolah Dasar. Disebut juga sebagai usia menjelajah dan usia bertanya karena anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, dan dalam upaya menjelajahi lingkungannya ini mereka banyak bertanya.8 Pendidikan anak usia dini sangat menekankan pada pendidikan yang berorientasi pada pembentukan karakter. Diantaranya adalah kepedulian sosial. Sayangnya keberadaan perangkat dan metode pembelajaran yang ada di Indonesia diantaranya di Kota Pekalongan baru menyentuh ranah kognitif, belum menyentuh ranah afektif yang cenderung kaku dan masih jauh menyentuh penguatan karakter. Proses penguatan karakter pada peserta didik memerlukan keseimbangan antara aspek kognitif dan afektif. Kedua aspek tersebut sangat penting, agar peserta didik memiliki kompetensi yang lebih utuh. Keseimbangan antara aspek kognitif dan afektif juga penting guna
8
Christiana Hari Soetjiningsih, Perkembangan Anak, Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, hlm. 182
5
mengembangkan pribadi yang konsisten, yakni konsisten antara pengetahuan dan perasaan, ucapan dan perbuatan.9 Model pembelajaran yang hanya mementingkan aspek kognitif dengan mengabaikan aspek nilai afektif mengakibatkan peserta didik kurang memiliki kemandirian dan kepedulian (self awareness) serta tidak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan lingkungan fisik dan sosial. Dampak negatif yang lain dari ketidakseimbangan dan ketidakadilan dalam pengembangan potensi peserta didik akan membahayakan tidak saja bagi peserta didik sendiri, akan tetapi pada masyarakat secara keseluruhan.10 Selama ini pendidikan yang digarap hanya aspek kognitif saja, maka Tidak heran jika kita setiap hari kita disuguhi berita-berita kriminal yang sangat membahayakan masyarakat seperti adanya kasus kriminal yang terjadi di Pekalongan selama tahun 2013 diantaranya kasus narkoba sebanyak 10 kasus, pengeroyokan sebanyak 13 kasus, dan adanya penipuan sebanyak 25 kasus.11 Melihat kasus kriminal di Kota Pekalongan, sangat diperlukan pembelajaran kepedulian sosial sejak dini. Dibenahinya segala aspek yang menyangkut penyelenggaraan Pendidikan
Anak Usia Dini menunjukkan
keseriusan pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyelenggaraan PAUD masih belum
9
Muchson & Samsuri, Dasar-Dasar Pendidikan Moral, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013, hlm. 93 10 Moh. Muslih, Jurnal Pendidikan Islam STAIN Pekalongan, Strategi Pendidikan Nilai Moral, Vol. 5, No. 1, Juni 2007, hlm. 17 11 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan bekerjasama dengan Biro Pusat Statistik Kota Pekalongan, Kota Pekalongan Dalam Angka 2014, hlm. 218
6
mengacu betul dengan tahap-tahap perkembangan anak. Pada umumnya, penyelenggaraannya difokuskan pada peningkatan kemampuan akademik, baik dalam hal hafalan-hafalan maupun kemampuan baca-tulis-hitung, yang prosesnya sering kali mengabaikan tahapan perkembangan anak.12 Hal ini tentu tidak sejalan dengan peraturan yang telah ditetapkan mengenai sistem pendidikan nasional. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tertulis bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. Pada bagian ketujuh Pasal 28 pada ayat (1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar; (2) Pendidikan anak usia dini dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, dan/ atau
informal; (3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat; (4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain, taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat; (5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.13
12
Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini: Teori dan Aplikasi,Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet-1, 2013, hlm. 4 13 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 Pasal 28 ayat 1-5
7
Peraturan lain yang mengatur penyelenggaraan PAUD adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tahun 2009 Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa Standar pendidikan anak usia dini meliputi pendidikan formal dan nonformal yang terdiri atas: (a). Standar tingkat pencapaian perkembangan; (b). Standar pendidik dan kependidikan; (c). standar isi, proses, dan penilaian; dan (d). Standar sarana dan prasarana, pengelolaan,
dan
pembiayaan.
Tingkat
pencapaian
perkembangan
menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional.14 Pendidikan pada anak usia dini lebih menekankan pada aspek pembentukan moral terutama kepedulian sosial untuk mengatasi kerusakan moral bangsa Indonesia dalam kehidupan sosial sehari-hari. Karena awal dari pembentukan pendidikan seorang anak terutama penguatan kepedulian sosial harus dimulai sebelum anak mengenyam
pendidikan formal yang
sesungguhnya, yaitu pendidikan Sekolah Dasar. Karena pada dasarnya pembentukan kepedulian sosial memerlukan waktu pembentukan bertahuntahun. Masalah kurangnya kepedulian sosial dalam masyarakat kita sudah terbentuk selama bertahun-tahun dan tidak akan mudah dikembalikan seperti dulu. Generasi sekarang bayak yang kurang peduli dengan sesama dan 14
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 1 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini
8
lingkungan. Mereka membutuhkan dukungan solid pada semua tingkatan, dari masyarakat lokal sampai pemerintah pusat. Hal ini belum jelas apakah kita memiliki kemauan nasional untuk melakukan apa yang benar-benar dibutuhkan masyarakat untuk membangun masyarakat yang lebih adil, peduli, dan layak. Namun demikian pendidikan karakter adalah hal yang baik, sesuatu yang penting untuk kita lakukan, untuk itulah pemerintah meluncurkan kurikulum terbaru tahun 2013.15 Peluncuran kurikulum terbaru tahun 2013 yang berbasis pendidikan karakter menunjukkan bahwa pemerintah sangat konsen dalam menangani pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan yang mengedepankan karakter, bukan hanya sekedar proses transfer ilmu saja. Pendidikan berbasis karakter adalah pendidikan yang menjadi pembeda bagi proses pendidikan di Indonesia
dibandingkan
dengan
negara-negara
lain
yang
hanya
mengedepankan proses transfer ilmu saja tanpa berusaha mendidik karakter seorang anak didik. Sebagaimana bangsa Indonesia yang sangat terkenal dengan keluhuran budi pekertinya yang membuat bangsa-bangsa lain didunia segan terhadap Indonesia. Berdasarkan wawancara dengan Ibu “Y” selaku guru di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan menyatakan bahwa karakter yang dibawa peserta didik dari rumah berbeda-beda. Banyak orangtua terlalu menyayangi putra/putrinya sehingga menumbuhkan sikap tidak mau berbagi dengan temannya. Hal ini menjadikan para pendidik menggunakan model dan metode 15
Thomas Lickona, Character Matters (Persoalan Karakter), terj Juma Abdu Wamaungo & Jean Antunes Rudolf Zien, Jakarta: PT. Bumi Aksara, cet-1, 2012, hlm. 43-44
9
pembelajaran yang bervariasi agar penyampaian pembelajaran kepedulian sosial dapat berhasil dengan baik.16 Berangkat dari permasalahan mengenai pentingnya pembelajaran kepedulian sosial dikalangan anak-anak, maka sangat diperlukan penelitian yang mengarah pada bagaimana proses pembelajaran kepedulian sosial di TK. Hal ini mengingat bahwa STAIN Pekalongan merupakan kampus rahmatan lil “alamin yang sangat konsen terhadap pembentukan akhlak yang baik bagi para peserta didik. Dalam program Pendidikan Agama Islam Pascasarjana STAIN dilakukan pembelajaran bagaimana meningkatkan akhlak para peserta didik, salah satu implementasinya dengan cara pembelajaran kepedulian sosial sejak peserta didik berusia dini. Pemilihan lokasi penelitian pembelajaran kepedulian sosial di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan karena telah menjadi juara I tingkat propinsi Jawa Tengah dalam lomba Sekolah Karakter dan Sekolah sehat, para pendidik dan siswa siswinya memiliki prestasi yang banyak dan sekolah benar-benar mengimplementasikan pembelajaran kepedulian sosial pada semua warga sekolah sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. TK Negeri Pembina Kota Pekalongan merancang kurikulum tersendiri yang berkaitan dengan kepedulian sosial untuk diajarkan pada peserta didik. Pembelajaran kepedulian sosial diajarkan pada setiap materi pembelajaran, hal ini karena pada dasarnya kepedulian sosial harus dimiliki oleh peserta didik dalam setiap materi pembelajaran dalam hubungannya baik dengan 16
Wawancara dengan Ibu “Y” mengenai masalah pembelajaran kepedulian sosial pada hari Selasa, 7 Agustus 2015.
10
kepala sekolah, pendidik, dan teman-teman lainnya. Kepedulian sosial menjadi bagian dari proses pembelajaran nilai-nilai pendidikan karakter yang menjadi ciri khusus TK Negeri Pembina Kota Pekalongan dibandingkan dengan sekolah lain. TK Negeri Pembina Kota Pekalongan mempergunakan metode dan model pembelajaran kepedulian sosial yang beraneka ragam sehingga peserta didik senang dalam belajar. Para pendidik menjadi acuan bagi pendidik TK di kota Pekalongan dalam hal pembelajaran. Selain itu evaluasi yang dilakukan terhadap peserta didik sangat beragam yang menjadikan hasil evaluasi lebih akurat.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas yang menggambarkan betapa kepedulian sosial itu sangat diperlukan untuk proses awal sebelum seorang anak menempuh pendidikan formal yang sesungguhnya mulai Sekolah Dasar (SD), maka dibuatkan rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana kurikulum pembelajaran kepedulian sosial
di TK Negeri
Pembina Kota Pekalongan. 2. Bagaimana rencana pembelajaran kepedulian sosial di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan. 3. Bagaimana evaluasi
pembelajaran kepedulian sosial di TK Negeri
Pembina Kota Pekalongan.
11
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Mengeksplorasi kurikulum pembelajaran kepedulian sosial di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan 2. Mendeskripsikan rencana pembelajaran kepedulian sosial di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan 3. Mengeksplorasi evaluasi pembelajaran kepedulian sosial di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan keilmuan mengenai pembelajaran kepedulian sosial sejak anak usia dini. Dalam hal ini pembelajaran mengenai metode, model, dan evaluasi pembelajaran kepedulian sosial sejak anak usia dini sangat diperlukan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Dalam Pendidikan Agama Islam akan memberikan banyak manfaat apabila pembelajaran kepedulian sosial ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kepedulian sosial adalah bagian ranah pembelajaran PAI, yaitu termasuk amal baik.
12
2. Manfaat Praktis Bagi peserta didik, memberikan motivasi untuk melaksanakan kepedulian sosial sejak dini dengan baik. Hal ini karena dalam penelitian ini akan dibahas secara mendalam bagaimana pembelajaran kepedulian sosial dilakukan sejak anak usia dini. Bagi guru, memberikan wawasan yang luas untuk para guru dalam memperkaya kemampuan mendidik dengan baik. Hal ini karena dalam penelitian ini akan dibahas secara mendalam mengenai metode pembelajaran, model pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran kepedulian sosial sejak anak usia dini. Bagi
sekolah,
memberikan
kontribusi
dalam
peningkatan
kepedulian sosial. Hal ini karena didalam penelitian ini akan mengeksplorasi sejauh mana sekolah mampu menanamkan pembelajaran kepedulian sosial pada anak usia dini sebagai langkah awal pembentukan karakter anak usia dini. Bagi peneliti lain, memberikan wawasan yang luas sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian mengenai pembelajaran kepedulian sosial yang lebih mendalam. Hal ini karena di dalam penelitian ini akan dieksplorasi secara mendalam bagaimana implementasi pembelajaran kepedulian sosial yang melibatkan banyak pihak untuk diteliti dan diminta masukan dan saran dalam pengembangan kepedulian sosial sejak anak usia dini.
13
Bagi pemerintah, memberikan masukan yang berguna untuk pijakan pengambilan kebijakan pembelajaran kepedulian sosial sejak anak usia dini. Hal ini karena didalam penelitian ini akan mditemukan banyak sekali faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pembelajaran kepedulian sosial sejak anak usia dini yang memerlukan tindak lanjut lebih jauh dari pemerintah selaku pembuat kebijakan.
E. Kajian Pustaka Thomas Lickona dalam bukunya yang berjudul Education For Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Isi buku tersebut adalah pentingnya pembelajaran perhatian, kepedulian sosial, kerja keras, kesabaran, dan nilai-nilai kebaikan lainnya yang sangat diperlukan dalam kehidupan mayarakat.17 Thomas Lickona penerjemah Juma Abdu Wamaungo & Jean Antunes Rudolf Zien, dalam bukunya yang berjudul Character Matters (Persoalan Karakter). Isi buku tersebut adalah pentingnya pendidikan karakter terutama pada anak usia dini untuk menumbuhkan nilai-nilai kebaikan sejak dini.18 Sutarjo Adisusilo dalam bukunya Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter. Isi buku tersebut adalah pendekatan dan metode pembelajaran nilai-nilai moral yang dapat memberikan pencerahan baik bagi peserta didik maupun bagi pendidik sendiri bahwa nilai-nilai moral bukan sekedar ranah kognitif,
17
Thomas Lickona, Educating For Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility, United States: Bantam Book, 1992, hlm. 12 18 Thomas Lickona, Character Matters,...hlm. 87
14
tetapi menjadi subjek dalam membentuk, mengarahkan, dan mewujudkan pola pikir dan tingkah laku manusia yang adil dan beradab.19 Agus Wibowo dalam bukunya Pendidikan Karakter Usia Dini Membangun Karakter di Usia Emas. Isi buku tersebut adalah ketika di usia dini karakter anak sudah dibentuk dengan baik, maka pada jenjang berikutnya tinggal memperkuat atau memperkaya. Pendidikan karakter di usia dini yang sudah optimal, akan memudahkan pendidikan karakter pada usia-usia selanjutnya. Sebaliknya, ketika di usia dini pendidikan karakter gagal dilakukan, maka akan menyulitkan pada jenjang berikutnya.20 Mukhtar Latif, dkk dalam bukunya yang berjudul Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi. Isi Buku tersebut adalah nilai penting periode anak usia dini bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dimasa yang akan datang semakin disadari oleh orangtua. Kesadaran yang terus tumbuh tersebut menimbulkan eskalasi minat terhadap pendidikan anak usia dini yang berkualitas dan bisa memenuhi harapan mereka.21
F. Penelitian Terdahulu Ada
beberapa
penelitian
terdahulu
yang
berkaitan
dengan
Implementasi pembelajaran kepedulian sosial, diantaranya adalah: Kontribusi Pola Asuh Orangtua dan Bimbingan Guru Terhadap Perilaku Sosial Anak Pada Taman Kanak-Kanak: Studi Analisis Deskriptif 19
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, cet2, 2013, hlm. 5 20 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter, ...hlm. 14 21 Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru, ...hlm. 23
15
Pada Taman Kanak-Kanak di Kota Pekanbaru-Riau, tesis yang karya Alim Melvi Lesmana untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana di UPI Bandung pada tahun 2009. Menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif diperoleh hasil bahwa pola asuh orangtua dan bimbingan guru sangat mempengaruhi perilaku sosial yang merupakan tindakan atau perbuatan anak melalui interaksi, komunikasi dengan orang lain atau lingkungannya sehingga terjadi peristiwa-peristiwa bermakna dalam kehidupannya yang ditunjukkan dengan pola perilaku meniru, persaingan, kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial, dan perilaku akrab.22 Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita (Studi Kasus di TK Pembina Kecamatan Sanden), tesis karya Siti Nurhayati untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2013. Dalam penelitiannya menggunakan metode penelitian kualitatif yang diarahkan pada field research dengan hasil penelitian penerapan metode bercerita di TK Pembina Kecamatan Sanden telah mempengaruhi karakter anak dalam kehidupan sehari-hari. Karakter tersebut adalah cinta kepada Allah, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, dan tanggung jawab.23
22
Alim Melvi Lesmana, Tesis: Kontribusi Pola Asuh Orangtua dan Bimbingan Guru Terhadap Perilaku Sosial Anak Pada Taman Kanak-Kanak: Studi Analisis Deskriptif Pada Taman Kanak-Kanak di Kota Pekanbaru-Riau, UPI Bandung, 2009 23 Siti Nurhayati, Tesis: Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita (Studi Kasus di TK Pembina Kecamatan Sanden),UIN Sunan Kalijaga, 2013
16
Analisis Kecerdasan Interpersonal Pada Anak Usia 5-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Darul Khair Pontianak, jurnal pendidikan karya Dwi Istanty Marwami Halida pada tahun 2012. Hasil penelitian dan kajiannya adalah mendeskripsikan kecerdasan interpersonal dalam aspek kerjasama, empati, dan peduli sosial pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Darul Khair Pontianak diperoleh hasil tingkat persentase kecerdasan interpersonal pada aspek kerjasama anak sebesar 63,4 %(kriteria sedang), empati anak sebesar 46,2 % (kriteria rendah), dan peduli sosial anak sebesar 69,2 % (kriteria sedang).24 Dimensi Pembangunan Karakter dan Strategi Pendidikan,
Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan karya Bambang Indriyanto pada tahun 2012. Hasil penelitian dan kajiannya adalah pembangunan karakter yang menjadi pusat perhatian pada tulisan ini berorientasi pada pencapaian kehidupan yang harmonis dan kemampuan mengatasi tantangan ke depan. Dua dimensi pembangunan karakter ini menjadi dasar untuk memelihara stabilitas kehidupan dan kemajuan kehidupan sosial. Kedua dimensi menjadi syarat bagi Indonesia sebagai suatu bangsa dan bangsa Indonesia untuk memasuki kompetisi global.25 Teaching Themes Of Care, Jurnal Karakter karya Nel Noddings pada tahun 2007. Kajian jurnalnya adalah bagaimana sebuah sekolah mengajarkan kepedulian sosial kepada para peserta didiknya. Pembelajaran kepedulian
24
Dwi Istanty Marmawi Halida, Jurnal Pendidikan: Analisis Kecerdasan Interpersonal Pada Anak Usia 5-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Darul Khair Pontianak, 2012 25 Bambang Indriyanto, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Dimensi Pembangunan Karakter dan Strategi Pendidikan, Vol. 18 No. 1 Januari 2012
17
sosial di sekolah harus dimasukkan dalam muatan kurikulum agar sekolah mampu mengajarkannya dengan baik kepada para peserta didiknya.26 Community of Caring: A Character Education Program Designed to Integrated Values Into School Community, jurnal karya Stephen C. Jones and Janice Stoodley pada tahun 2010. Kajian jurnalnya adalah tujuan utama komunitas caring adalah untuk: meningkatkan perhatian dan kasih sayang dalam keluarga; meningkatkan perhatian dengan sesama; meningkatkan nilainilai kejujuran dan moral; meningkatkan kepercayaan diri; dan komunitas caring dapat membantu sesama yang membutuhkan.27 Teaching and
Learning Moral
Values Through Kindegarten
Curriculum, jurnal karya Abeer Al-Hooli pada tahun 2013. Penelitiannya menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif yang mengarah pada pencarian 3 istilah, yaitu pengembangan moral, arti dari nilai, dan arti dari moral. Respondennya terdiri atas 600 anak dan 11 guru yang berasal dari 10 sekolah TK di Kuwait. Instrumen penelitiannya menggunakan Kindegarten Moral Value Questionaire (KMVQ), yaitu kuesioner nilai moral TK. Guru dan murid diteliti dan diwawancarai. Penelitian ini difokuskan pada 8 dimensi, yaitu: kepercayaan, kejujuran, rasa syukur, kesetiaan, masuk akal, adil, baik hati, dan sabar. Nilai moral adalah kelompok dari gugusan ilmu kejiwaan yang menuntut seorang individu dalam menghadapi kehidupan sosial.
Dalam
kenyataannya,
moral
terbangun
berdasarkan
proses
pembelajaran kebiasaan, tradisi dan kerjasama yang baik dalam masyarakat 26
Nel Noddings, Jurnal Karakter, ...hlm. 1 Stephen C. Jones & Janice Stoodley, Community Of Caring: A Character Education Program Designed to Integrated Value Into a School Community, NASP Bulletin 1999 83:46 27
18
setempat. Nilai moral adalah perwujudan dari standar nilai moral individu yang dipelajari dalam penelitian ini.28 An Historical of Character Educatio, jurnal karya Michael Wats pada tahun 2013. Hasil kajiannya adalah pendidikan karakter terdiri atas dua hal, yaitu pendidikan formal dan informal, sebagian pendidikan karakter di Amerika Serikat bersifat lebih tertutup daripada pendidikan karakter di Eropa, namun yang menjadi dasar pendidikan karakter di dunia berasal dari Amerika Serikat.29 Posisi penelitian tesis ini adalah untuk meneliti bagaimana metode dan model pembelajaran kepedulian sosial di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan melalui proses pembiasaan baik selama peserta didik di sekolah maupun di luar sekolah. Didalamnya diteliti pula bagaimana kurikulum, rencana, dan evaluasi pembelajaran kepedulian sosial. Untuk memudahkan dalam melihat perbedaan kajian yang akan diteliti dalam penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya untuk mendapatkan nilai orisinalitas dalam penelitian di lapangan nanti dapat dilihat tabel dibawah ini:
28
Abeer Al Hooli, Jurnal: Teaching and Learning Moral Values Through Kindegarten Curriculum, Paaet Kuwait, 2013 29 Michael Watts, Jurnal: An Historical of Character Educatio, Amerika, 2013
19
No.
Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan (Orisinalitas Penelitian) Peneliti Persamaan Perbedaan
1.
Alim Melvi L
Perilaku sosial pada Metode penelitian kualitatif field anak Taman Kanak- research yang meneliti kurikulum, model, metode, dan Kanak evaluasi, sedangkan pada penelitian Alim Melvi menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif perilaku sosial.
2.
Siti Nurhayati
Kepedulian sosial bagian dari pendidikan karakter menggunakan Pendekatan kualitatif field research
3.
Dwi Istanty Marwami Halida
Kepedulian sosial Aspek yang diteliti bagaimana pada anak usia 5-6 kurikulum kepedulian sosial dirancang, model dan metode tahun pembelajaran, serta evaluasinya, sedangkan pada penelitian Dwi Istanty aspek yang diteliti kecerdasan interpersonal yang meliputi empati, kerjasama, dan kepedulian sosial
4.
Bambang Indriyanto
Pendidikan karakter Meneliti semua kepedulian sosial untuk kemajuan pada anak TK, sedangkan Bambang Indriyanto meneliti kehidupan sosial semua nilai-nilai pendidikan karakter
Pembelajaran dengan menggunakan model dan metode yang beraneka ragam, sedangkan pada penelitian Siti Nurhayati pembelajaran hanya dengan menggunakan Metode pembiasaan.
20
G. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan gambaran pola hubungan antar variabel atau kerangka konseptual yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti, disusun berdasarkan kajian teoritis yang dilakukan.30 TK Negeri Pembina Kota Pekalongan merupakan lembaga pendidikan formal yang terdiri atas kelas A dan B yang sangat memperhatikan pembelajaran kepedulian sosial sejak anak usia dini. Untuk itu, dalam memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian di lapangan dibuatkan kerangka berpikir tentang implementasi pembelajaran kepedulian sosial yang ada di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan meliputi: a. Input (Peserta didik baru), proses ini merupakan langkah pertama yang diteliti meliputi observasi dan menggali karakteristik peserta didik baru TK Negeri Pembina Kota Pekalongan. b. Proses pembelajaran kepedulian sosial, proses ini merupakan langkah kedua yang diteliti meliputi: 1) Administrasi, adalah usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan.31Dalam hal ini yang diteliti adalah administrasi mengenai karakteristik peserta didik baru yang diperoleh dari observasi awal penerimaan peserta didik baru.
30
STAIN Pekalongan, Panduan Penyelenggaraan Pendidikan STAIN Pekalongan, Pekalongan: STAIN Press, 2003, hlm. 46. 31 Wikipedia.org, diakses Senin, tanggal 24 Agustus 2015
21
2) Tata tertib, adalah peraturan-peraturan yang harus ditaati dan dilaksanakan.32 Dalam hal ini yang diteliti adalah tata tertib mengenai pembelajaran kepedulian sosial di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan. 3) Pendidik yang biasanya diartika dengan guru.33 Dalam hal ini yang diteliti adalah bagaimana model dan metode guru dalam pembelajaran kepedulian sosial di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan. 4) Sarana prasarana, adalah penunjang dalam sebuah lembaga dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam hal ini yang diteliti adalah alat-alat peraga yang digunakan sebagai penunjang pembelajaran kepedulian sosial di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan. c. Output (peserta didik lulus TK), proses ini merupakan langkah ketiga yang diteliti meliputi wawancara dengan orangtua alumni dan masyarakat. Kerangka berpikir di atas dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut: Tabel 1.2 Kerangka Berpikir Penelitian
INPUT Peserta didik baru
PROSES
OUTPUT
1 Administrasi
Peserta didik
2 Tata tertib
Lulus TK
3 Pendidik 4 Sarana prasarana
32
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003, hlm. 1218. 33 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum, ...., hlm. 291
22
H. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini karena dalam penelitian ini sangat menekankan pada perolehan data asli atau natural condition. Untuk maksud ini peneliti menjaga keaslian kondisi jangan sampai merusak atau mengubahnya. Itulah sebabnya pada awalawal perkenalan dengan responden sebaiknya tidak mengatakan langsung apa maksud dan tujuan penelitiannya tetapi baru menciptakan kondisi normal-raport.34 Lingkungan alamiah (natural setting); cenderung mengumpulkan data di lapangan dimana partisipan mengalami isu atau masalah yang akan diteliti. Informasi yang dikumpulkan dengan berbicara langsung kepada orang-orang dan melihat mereka bertingkah laku dalam konteks natural yang menjadi konteks utama penelitian kualitatif.35 Dalam penelitian kualitatif ini semua dibiarkan berjalan secara alamiah tanpa adanya sebuah pengondisian atau kontrol terlebih dahulu. Peneliti akan membiarkan proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas berlangsung apa adanya dan sewajarnya. Meskipun tidak dipungkiri kehadiran peneliti akan mempengaruhi proses pembelajaran, namun akan diminimalisir agar keberadaan peneliti dapat diterima menjadi
34
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, cet-13, 2006, hlm. 16 35 John W. Reseach Design, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet-1, 2010, hlm. 261
23
bagian dari proses pembelajaran dan bukan seperti orang lain yang baru saja dikenal, bahkan diperlakukan hangat sebagaimana keluarga. Penelitian ini merupakan jenis penelitian field research, yaitu peneliti berangkat ke “lapangan” untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah. Dalam hal demikian maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan-berperan serta. Penelitian lapangan biasanya membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan dianalisis dalam berbagai cara.36 Dalam penelitian ini akan mengeksplorasi berbagai informasi yang ada di lapangan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang banyak mengenai implementasi pembelajaran kepedulian sosial di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan. 2. Pemilihan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan dengan alamat Jl. Merapi No. 2
Kota Pekalongan Telp.
(0285) 7928360. 3. Subyek Penelitian Obyek atau Subyek penelitian kualitatif adalah “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: place, actors, and activity.37 Dalam hal ini subyek penelitiannya adalah segala hal yang berkaitan dengan pembelajaran kepedulian sosial di TK Negeri Pembina
36
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet-22, 2006, hlm. 26 37 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta, cet. XV, 2012, hlm.297
24
Kota Pekalongan termasuk didalamnya proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. 4. Sumber Data Setiap
penelitian
memerlukan
data
untuk
memecahkan
permasalahan yang tejadi. Data harus diperoleh dari sumber yang tepat dan informasinya akurat agar pengolahan data dapat berjalan dengan cepat dan benar. Data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diambil langsung dari informasi-informasi yang ada di di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan yang meliputi : kepala sekolah, pendidik, dan peserta didik. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil telaah pustaka yang berkaitan dengan pembelajaran kepedulian sosial di sekolah Taman Kanak-Kanak. Beragam sumber data (multiple source of data) berasal dari beragam sumber, seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian, peneliti mereview semua data tersebut, memberikannya makna, dan mengolah kedalam kategori-kategori atau tema-tema yang melintasi semua sumber data.38
38
John W. Creswell, Research Design,...hlm. 261
25
5. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data melibatkan empat jenis strategi, yang berupa : a. Observasi Observasi dilakukan oleh peneliti di lapangan secara langsung perilaku peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas termasuk juga mengamati guru dalam mengajarkan kepedulian sosial pada peserta didik. Dalam melakukan observasi, peneliti menyiapkan segala hal yang nantinya dibutuhkan dalam kegiatan observasi. Dalam melakukan observasi memerlukan alat bantu seperti kamera, video, audio-tape recorder, dan block note. Dalam melakukan observasi, peneliti mengamati, mencatat, merekam, dan kemudian menganalisis hasil observasi.39 Observasi dilakukan ketika antarpeserta didik saling peduli satu dengan yang lain, dan juga kepedulian peserta didik dengan para guru dan staf-staf sekolah yang lain, bahkan kepedulian peserta didik dengan para orangtua. Observasi dilakukan berulangkali dalam waktu yang berbeda untuk mengetahui apakah kepedulian sosial itu terus menerus atau hanya sesaat.
39
John W. Creswell, Research Design,...hlm. 267
26
b. Wawancara Peneliti
melakukan
face-to-face
interview
(wawancara
berhadap-hadapan) dengan partisipan dan terlibat dalam focus group interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam atau delapan partisipan (dilakukan pada sekelompok orangtua yang sedang menunggu putra/putrinya bersekolah). Wawancara dilakukan tidak terstruktur (unstructure) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan. Dalam wawancara disiapkan garis besar pertanyaan untuk kemudian dikembangkan ketika proses wawancara berlangsung. Yang akan diwawancarai dari pihak sekolah adalah kepala sekolah dan pendidik. c. Dokumentasi Dokumentasi
dalam
penelitian
ini
meliputi
kegiatan
mengumpulkan dokumen berupa RKH, catatan harian guru, form evaluasi pembelajaran, rapor peserta didik, foto-foto kegiatan, dan check list keaktifan peserta didik di kelas maupun di luar kelas. Dokumen yang dipakai adalah dokumen dalam kurun waktu 3 bulan. Serta mempergunakan materi audio visual. Materi audio yang peneliti gunakan adalah berupa video proses pembelajaran dan rekaman hasil wawancara dengan partisipan agar informasi yang disampaikan partisipan dapat terdokumentasi dengan baik. Selain itu, peneliti akan
27
membuat 1 keping CD pembelajaran kepedulian sosial di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan dengan durasi 2 jam. Selain mempersiapkan data apa saja yang akan dikumpulkan, peneliti sangat berhati-hati selama proses pengumpulan data. Kehatihatian peneliti tersebut meliputi hati-hati terhadap partisipan yang akan dimintai keterangan serta dokumen-dokumen yang akan peneliti minta sebagai sumber data. Hal ini dikarenakan akan banyak masalah etis yang akan muncul selama tahap pengumpulan data. Selama proses mengumpulkan data harus selalu dihindari membahayakan partisipan dan kemungkinan lain yang rawan resiko. 6. Analisis Data Data yang diperoleh dari lapangan baik yang berupa data primer dan data sekunder kemudian dianalisis. Analisis data yang telah diperoleh dapat digambarkan sebagai berikut:40
40
John W Creswell, Research Design...,hlm. 277
28
Tabel 1.3 Analisis Data Dalam Penelitian Kualitatif Menginterpretasi tema/deskripsideskripsi
Tema-tema
Memvalidasi keakuratan informasi
Deskripsi
Men-coding data (tangan atau komputer)
Membaca keseluruhan data
Mengolah dan mempersiapkan Data untuk dianalisis
Data mentah (transkrip, data Lapangan, gambar, dan sebagainya
Dari gambar tersebut diatas dapat diketahui bahwa proses analisis datadiperoleh dari data mentah yang didapatkan dari lapangan yang berupa transkrip, data lapangan, gambar, dan sebagainya. Data mentah tersebut diolah dan dipersiapkan secara matang untuk dianalisis. Pada proses analisis data diperlukan ketelitian dalam membaca data agar tidak terjadi kesalahan persepsi. Setelah membaca data kemudian data dicoding dengan tulisan tangan atau komputer kerdasarkan tema dan deskripsi masing-masing data. Kemudian menginterpretasi tema/deskripsi-deskripsi secara benar
29
dan jelas agar pembaca mengerti akan maksud peneliti. Proses akhir adalah data divalidasi. 7. Uji Keabsahan Data Untuk memastikan bahwa hasil penelitian sudah akurat, maka diadakan Uji Keabsahan Data dengan menerapkan strategi, yaitu: Mentriangulasi (triangulate) sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren.41 Triangulasi adalah pengecekan data dengan cara mengecek atau pemeriksaan ulang. Dalam bahasa sehari-hari triangulasi ini sama dengan cek dan ricek. Tekniknya adalah pemeriksaan kembali data dengan tiga cara, yaitu: (1) triangulasi sumber, (2) metode, dan (3) waktu. Triangulasi sumber mengharuskan si peneliti mencari lebih dari satu sumber untuk memahami data atau informasi. Triangulasi metode adalah menggunakan lebih dari satu metode untuk melakukan cek dan ricek.42 Dalam melakukan triangulasi sumber, peneliti menanyakan setiap jawaban yang diberikan oleh seorang guru ditanyakan/dicrosscek kebenarannya kepada guru lain, jawaban seorang siswa ditanyakan/ dicrosscek kebenarannya kepada guru atau orangtua siswa. Triangulasi metode adalah dengan cara pengecekan pembelajaran materi yang sama dengan menggunakan metode yang berbeda. Sementara itu triangulasi 41 42
John W. Creswell, Research Design,...hlm. 286 Nusa Putra, Penelitian Kualitatif, ... hlm. 89
30
waktu adalah dengan cara melalukan observasi pada pembelajaran materi yang sama namun dalam waktu yang berbeda, apakah peserta didik akan tetap menjaga konsistensinya dalam melaksanakan kepedulian sosial.
I.
Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penulis dalam menyusun tesis, maka dibuatkan sistematika penulisan. Dalam sistematika penulisan tersebut antara bab satu dengan bab lainnya saling berhubungan. Sistematika penulisan merupakan deskripsi sepintas yang menggambarkan pokok-pokok bahasan dalam masing-masing bab. Sistematika penulisan dalam tesis dibagi menjadi 5 bab sebagai berikut : Bab I sebagai awal dari penulisan tesis yakni Pendahuluan yang berisi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Berpikir, Kajian Pustaka, Penelitian Terdahulu, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II membahas teori-teori yang berkenaan dengan kepedulian sosial dan pembelajaran kepedulian sosial. Bab III membahas tentang gambaran umum TK Negeri Pembina Kota Pekalongan,
kurikulum
pembelajaran
kepedulian
sosial,
rencana
pembelajaran kepedulian sosial, dan evaluasi pembelajaran kepedulian sosial. Bab IV berisi Analisis Implementasi Pembelajaran Kepedulian Sosial di TK Negeri Pembina Kota Pekalongan yang meliputi: kurikulum
31
pembelajaran kepedulian sosial, rencana pembelajaran kepedulian sosial, dan evaluasi pembelajaran kepedulian sosial. Bab V merupakan Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.