BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai macam pengertian disiplin kerja yang dikemukakan oleh para ahli, Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : “Dicipline is management action to enforce organization standards”. Berdasarkan pendapat Keith Davis disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman – pedoman organisasi. Hasibuan (2006) menjelaskan bahwa disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada pegawai. Disiplin kerja pegawai dalam organisasi merupakan satu fungsi
dari manajemen sumber daya manusia karena dengan kondisi yang
penuh dengan disiplin, pegawai dapat diharapkan menjadi tonggak dasar yang tangguh pada suatu organisasi untuk
mencapai
tujuan.
Dengan adanya
pegawai yang berdisiplin kerja, dimana mereka mematuhi segala aturan dalam organisasi, kondisi tersebut akan memberikan dukungan
positif kepada
pencapaian tujuan organisasi yang pada umumnya dikendalikan oleh manusia dengan aneka ragam disiplin ilmu, keterampilan dan tanggung jawab. Hasibuan ( 2006 ) menjelaskan, peraturan organisasi/instansi
disiplin
kerja
dalam
suatu
sudah berjalan sebagaimana mestinya atau belum, dapat
dilihat sebagai berikut: 1) pegawai datang ke instansi tepat waktu; 2) apabila mereka selalu berpakaian seragam di tempat bekerja; 1
3) apabila mereka
2
menggunakan bahan dan perlengkapan dengan hati-hati dan menurut peraturan; 4) apabila menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaan yang menurut standar;5) apabila mengikuti cara kerja yang
ditentukan instansi; 6) apabila mereka
melakukan pekerjaan dengan semangat yang baik. Untuk menumbuhkan dan memelihara disiplin kerja pegawai perlu ada peraturan tata tertib yang wajib ditaati dan dilaksanakan dengan adanya ganjaran bagi pelanggar peraturan, supaya dapat mencapai tujuan dengan baik serta berdisiplin secara berkesinambungan. Berdasarkan peraturan- peraturan atau ketentuan yang ditetapkan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Nomor 15 Tahun 2014
tentang Hari dan Jam Kerja Pegawai di Lingkungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, pada pasal 1) : mengatakan Disiplin Kerja adalah mentaati kehadiran dan kepulangan PNS sesuai jam kerja yang telah ditentukan dan melaksanakan setiap tugas yang diberikan atasan sesuai ketentuan peraturan perundang undangan. Pada pasal 4 mengatakan bahwa : 1) Setiap pegawai wajib memenuhi jam kerja 7,5 (tujuh koma lima) jam per hari. 2) Jam kerja PNS sebagaimana dimaksud ditetapkan sebagai berikut : a) Hari senin sampai kamis pukul 07.30 WIB s.d pukul 16.00, b) Hari jum’at pukul 07.30 WIB s.d 16.30. 3) pegawai wajib mentaati hari dan jam kerja serta mengisi daftar hadir dengan menggunakan alat pencatat kehadiran elektronik (finger print). 4) setiap pegawai BNPB wajib memakai pakaian dinas pada hari kerja yang ditetapkan berdasarkan Peraturan.
3
Disiplin pada tugas organisasi dibuat berdasarkan pada kebutuhan sehari – hari dari kegiatan Sumber Daya Manusia(Cushway ; 2004), dapat dimulai dari implementasi budaya organisasi seperti : (1) Kepatuhan pada kode etik kantor; (2) pengendalian absensi pegawai; (3) Cara tegur sapa sampai dengan (4) peraturan – peraturan terkait pada tanggung jawab kerja serta menjaga (5) kepatuhan pada hukum yang berlaku. Pada organisasi yang baik semua yang dianggap penting dituliskan dalam peraturan – peraturan yang disosialisasikan secara sistematis dan teratur. Tingkat disiplin kemudian dikontrol dan dikendalikan ( pengawas atau supervisi ) agar tetap berlangsung dengan tingkat pelanggaran yang minimal atau sama sekali ditiadakan. Peraturan disiplin dibuat untuk mengatur tata hubungan yang berlaku tidak saja dalam perusahaan- perusahaan kecil, tetapi juga pada seluruh instansi lainnya dan juga kurang kedisiplinan pegawai akan terlihat. Berdasarkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 18 tahun 2014, pasal 18 pemberian sanksi bagi pegawai yaitu : 1) Pegawai yang melakukan pelanggaran sebagaimana akan dikenakan sanksi hukuman ringan, sedang dan berat, 2) Jenis pelanggaran dan sanksi hukuman disiplin ringan diberikan kepada pegawai yang tidak dapat memberikan bukti alasan tidak masuk kerja dan tidak meminta izin atasan langsungnya meliputi : a) Tidak masuk kerja selama 5 hari kerja diberikan sanksi berupa teguran lisan,
4
b) Tidak masuk kerja selama 6 s/d 10 hari kerja diberikan sanksi berupa teguran tertulis, c) Tidak masuk kerja selama 11 s/d 15 hari kerja diberikan sanksi berupa pernyataan tidak puas secara tertulis. 3) Jenis pelanggaran dan sanksi hukuman disiplin sedang diberikan kepada pegawai yang tidak dapat memberikan bukti alasan tidak masuk kerja dan tidak meminta izin atasan langsungnya meliputi : a) Tidak masuk kerja selama 16 s/d 20 hari kerja diberikan sanksi berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun. b) Tidak masuk kerja selama 21 s/d 25 hari kerja diberikan sanksi berupa penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun. c) Tidak masuk kerja selama 26 s/d 30 hari kerja diberikan sanksi berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun. 4) Jenis pelanggaran dan sanksi hukuman disiplin berat diberikan kepada pegawai yang tidak dapat memberikan bukti alasan tidak masuk kerja dan tidak meminta izin atasan langsungnya meliputi : a) Tidak masuk kerja selama 31 s/d 35 hari kerja diberikan sanksi berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun. b) Tidak masuk kerja selama 36 s/d 40 hari kerja diberikan sanksi berupa pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah. c) Tidak masuk kerja selama 41 s/d 46 hari kerja diberikan sanksi berupa pembebasan dari jabatan.
5
d) Tidak masuk kerja selama 46 hari kerja diberikan sanksi berupa pemberentian dengan hormat atas permintaan sendiri sebagai pegawai PNS, dan atau pemberhentian dengan hormat sebagai pegawai PNS. 5) Sanksi di berikan kepada pegawai yang datang terlambat dan pulang kerja tidak sesuai dengan jam kerja diberikan sanksi berupa pemotongan tunjangan kinerja sesuai ketentuan yang berlaku dan teguran lisan s/d tulisan. Gaya kepemimpinan atasan mempunyai peranan yang cukup penting dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai dalam melaksanakan tugasnya sehari- hari. Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan (leadership) untuk mengarahkan merupakan faktor penting dalam efektivitas pimpinan. Pada gaya kepemimpinan faktor penting pimpinan tidak bisa terlepas dari kepribadiannya yang telah
dipengaruhi
oleh
lingkungan
atau
pendidikan
dan
kultur
sosial. (Malayu Hasibuan, 2006 ) Gaya kepemimpinan atasan didefinisikan sebagai kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Disiplin kerja erat kaitannya dengan motivasi kerja, makin tinggi disiplin kerja menunjukan motivasi kerja yang tinggi pula. (Malayu Hasibuan, 2006 ) Menurut Malayu Hasibuan ( 2006 ), cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Salah
satu
dimensi
yang
penting
dalam
6
merealisasi tujuan adalah kepemimpinan. Kepemimpinan mutlak diperlukan dimana terjadi interaksi kerjasama antara dua orang atau lebih dalam menjalankan kegiatan dalam organisasi. Kepemimpinan menentukan arah dan tujuan serta bimbingan dalam melaksanakan pekerjaan. Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan keinginan pegawai akan membuat pegawai merasa nyaman ketika bekerja dan pegawai akan lebih bersemangat ketika bekerja. Semangat kerja pegawai dapat menunjang pencapaian tujuan dan sasaran instansi Karena
semangat kerja dapat mendorong pegawai untuk
bekerja lebih giat dan lebih baik. (Malayu Hasibuan, 2006 ) Gaya kepemimpinan atasan menurut Study Kepemimpinan Universitas Michigian. Penelitian yang dilakukan menemukan adanya 2 macam prilaku gaya kepemimpinan yaitu : Pertama, berorientasi kepada tugas organisasi, di dalam gaya tersebut dilandasi dengan pemimpin yang memberikan petunjuk kepada bawahan, pemimpin mengadakan pengawasan secara ketat kepada bawahan, menyakinkan bawahan akan tugas yang akan dilaksanakan sesuai dengan keinginan pemimpin, dan lebih menekankan kepada pelaksannan tugas daripada pengembangan dan pembinaan bawahan. Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang menentukan atas berhasil tidaknya suatu organisasi atau usaha. Sebab kepemimpinan yang sukses menunjukkan bahwa pengelolaan suatu organisasi berhasil dilaksanakan dengan sukses pula. Seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang tidak melaksanakan sendiri tindakan yang
bersifat operasional, tetapi mengambil keputusan, menentukan
7
kebijaksanaan dan mengarah kan orang lain untuk melaksanakan keputusan yang diambil sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digariskan. Kedua, berorientasi kepada orang atau hubungan, didalam gaya tersebut ditandai dengan pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan terhadap bawahan, lebih melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan, dan lebih bersikap penuh kekeluargaan, percaya hubungan kerjasama yang saling menghormati antara sesama anggota kelompok. Indrinyo dan Nyoman (2008) bahwa karakteristik hubungan tugas bahwa pemimpin memiliki ciri-ciri kebutuhan akan berprestasi yang tinggi, orientasi dan uraian tugas yang tinggi akan
mempengaruhi persepsi kepemimpinan
dengan kinerja, sekaligus juga akan berpengaruh terhadap tingkat disiplin pegawai. Dengan demikian gaya kepemimpinan atasan adalah persoalan penting bagi manajer karena peran penting yang dimainkan pemimpin demi efektifitas kelompok dan organisasi. Gaya kepemimpinan atasan dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan aktifitas yang berkaitan dengan tugas anggota kelompok ( Alfiatiningsih, 2010). Keberhasilan suatu organisasi khususnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sangat ditentukan oleh seorang menggerakkan orang
pemimpin dalam
lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan yang efektif adalah pemimpin yang dapat memenuhi segala kepentingan di dalam organisasi. Dampak yang timbul pada diri bawahan menganggap kepentingan tersebut merupakan sebuah kehendak pemimpin pada
8
bawahan untuk selalu bekerja sama, sementara perhatian terhadap
pegawai
masih sangat kurang, terutama tentang perhatian untuk mendengarkan masukan dari pegawai. Pegawai adalah mahluk social yang menjadi kekayaan utama bagi setiap instansi/organisasi. Mereka menjadi perencana, pelaksana, dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan instansi/organisasi. Pegawai menjadi pelaku yang menunjang
tercapainya tujuan, mempunyai pikiran,
perasaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikap-sikapnya terhadap pekerjaannya. Sikap ini yang menentukan prestasi kerja, dedikasi, dan kecintaan terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Sikap-sikap positif harus dibina sedangkan sikap negative hendaknya dihindarkan sedini mungkin (Hasibuan, 2000). Pegawai diharapkan disiplin dalam melaksanakan tugasnya sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak sedikit pegawai yang tidak disiplin pada saat jam kerja, akibat dari ketidakdisiplinan tersebut berdampak negatif terhadap prestasi kerja. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap kedisiplinan pegawai adalah kondisi seseorang, motivasi dan kepemimpinan. Fenomena yang terjadi sekarang ini bahwa kepemimpinan cenderung berorientasi pada tugas. Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas ditandai oleh pemimpin tersebut memberikan petunjuk kepada bawahan dan mengawasi secara ketat bawahan dalam menjalankan tugas serta pemimpin meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan sesuai dengan
9
keinginanya. Meskipun pimpinan sudah tegas dalam melaksanakan tugas, masih saja beberapa pegawai yang tidak disiplin. Dan masih rendahnya sanksi yang diberikan bagi pegawai yang kurang dalam kedisiplinan. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pengembangan terhadap bawahan. Kurangnya peran kepemimpinan pada pemecahan masalah dan kurang berani mengambil resiko akan menyebabkan tingkat prestasi kerja pegawai di BNPB rendah. Demikian halnya dengan kurangnya motivasi pegawai BNPB seperti tidak disiplin masuk kerja, malas-malasan dalam bekerja akan menyebabkan prestasi dan disiplin pegawai rendah. Menurut hasil pengamatan di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), para pemimpin sudah menunjukan kecendrungan untuk menggunakan gaya kepemimpinan berorientasi kepada tugas namun masih terdapat beberapa pegawai yang kurang disiplin. Pada kenyataannya pegawai sering datang terlambat dan bekerja secara tidak optimal dan tidak sesuai dengan ketentuan jam kantor dan sementara itu perhatian terhadap pegawai masih sangat kurang, terutama tentang perhatian untuk mendengarkan masukan dari pegawai. Hal tersebut berpengaruh terhadap kinerja pegawai dalam menjalankan tugas dan menurunkan kedisiplinan para pegawai lainnya.
10
Tabel 1.1 Observasi Jam Kerja Pegawai Jam Jam Tanggal masuk pulang 01/06/2015 7:52:12 16:37:04 02/06/2015 03/06/2015 9:12:23 18:59:00 04/06/2015 05/06/2015 06/06/2015 07/06/2015 08/06/2015 09/06/2015 8:40:58 17:36:56 10/06/2015 9:10 17:16:30 11/06/2015 8:27:45 18:03:45 12/06/2015 9:04:06 18:05:29 13/06/2015 14/06/2015 15/06/2015 6:57:23 18:13:29 16/06/2015 8:38:43 18:08:54 17/06/2015 8:31:52 16:31:25 18/06/2015 9:15:01 15:08:37 19/06/2015 8:57:15 15:47:37 20/06/2015 21/06/2015 22/06/2015 8:53:02 15:37:38 23/06/2015 9:05:03 15:31:46 24/06/2015 9:23:30 15:16:24 25/06/2015 15:59:39 15:59:43 26/06/2015 8:59:15 15:47:00 27/06/2015 28/06/2015 29/06/2015 7:43:40 18:48:32 30/06/2015 9:15:07 18:53:08
Keterangan hadir libur telat masuk dinas luar dinas luar libur libur dinas luar telat masuk telat masuk telat masuk telat masuk libur libur hadir telat masuk telat masuk telat masuk telat masuk libur libur telat masuk telat masuk telat masuk telat masuk telat masuk libur libur hadir telat masuk
11
Jam Jam Tanggal masuk pulang 01/06/2015 9:48:13 16:12:46 02/06/2015 03/06/2015 04/06/2015 05/06/2015 06/06/2015 07/06/2015 08/06/2015 8:54:10 16:51:23 09/06/2015 7:39:22 17:05:18 10/06/2015 11/06/2015 11:25:54 16:37:10 12/06/2015 9:25:36 20:07:17 13/06/2015 14/06/2015 15/06/2015 16/06/2015 17/06/2015 18/06/2015 10:35:41 16:09:54 19/06/2015 20/06/2015 21/06/2015 22/06/2015 9:45:10 16:04:52 23/06/2015 9:30:17 16:11:52 24/06/2015 25/06/2015 15:49:43 26/06/2015 10:15:21 16:10:12 27/06/2015 28/06/2015 29/06/2015 9:55:43 16:00:37 30/06/2015
Keterangan telat masuk libur alfa alfa alfa libur libur telat masuk hadir alfa telat masuk telat masuk libur libur alfa alfa alfa telat masuk alfa libur libur telat masuk telat masuk dinas luar telat masuk telat masuk libur libur telat masuk alfa
12
Jam Jam Tanggal masuk pulang 01/06/2015 8:15:53 18:43:56 02/06/2015 03/06/2015 7:51:17 16:34:10 04/06/2015 9:14:50 16:44:22 05/06/2015 8:40:54 17:05:01 06/06/2015 07/06/2015 08/06/2015 9:43:15 22:03:13 09/06/2015 9:31 17:16:37 10/06/2015 8:47:51 16:24:42 11/06/2015 8:46:34 16:38:17 12/06/2015 8:36:23 19:16:06 13/06/2015 14/06/2015 15/06/2015 9:03:22 19:19:01 16/06/2015 17/06/2015 18/06/2015 19/06/2015 20/06/2015 21/06/2015 22/06/2015 23/06/2015 24/06/2015 25/06/2015 26/06/2015 27/06/2015 28/06/2015 29/06/2015 30/06/2015
8:50:37 10:41:41 9:41:50 8:56:13
16:08:21 15:08:47 15:47:44
11:01:14
16:07:44
9:12:24 9:27:41
19:36:28 18:24:41
Untuk mengetahui lebih
Keterangan telat masuk libur hadir telat masuk telat masuk libur libur telat masuk telat masuk telat masuk telat masuk telat masuk libur libur telat masuk telat masuk dan pulang cepat telat masuk telat masuk telat masuk libur libur telat masuk alfa alfa alfa alfa libur libur telat masuk telat masuk
lanjut hubungan persepsi pegawai tentang gaya
kepemimpinan dengan disiplin kerja di Badan Nasional Penanggulangan Bencana Jakarta Timur, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut.
13
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
gambaran
kondisi
pegawai
pada
latar
belakang
yang
dikemukakan, diidentifikasikan penyebab disiplin kerja adalah sebagai berikut: 1. Balas Jasa 2. Sanksi Hukuman 3. Ketegasan 4. Persepsi Gaya Kepemimpinan 5. Keadilan
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2006), balas jasa (gaji dan kesejahteraan)
ikut
mempengaruhi
kedisiplinan
karyawan
terhadap
perusahaan atau pekerjaan. Jika karyawan semakin mencintai pekerjaan maka kedisiplinan yang diciptakan semakin baik pula. Berdasarkan fakta yang ada di BNPB, gaji dan kesejahteraan pegawai di bedakan berdasarkan tingkat golongannya, akan tetapi ada beberapa pegawai yang gaji nya tinggi, dan tidak sesuai dengan golongannya. Hal ini menimbulkan rasa kecewa bagi golongan yang lainnya, membuat kinerja menurun dan tidak disiplin. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2006), sanksi hukuman yang semakin berat, maka karyawan akan semakin takut melanggar peraturan- peraturan perusahaan, sikap, dan prilaku indisipliner pegawai akan berkurang. Berdasarkan fakta yang ada di BNPB, sanki hukuman relatif tinggi, namun
14
para pegawai masih sering melakukan pelanggaran dalam bekerja dan absen kehadiran. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2006), pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan sehingga karyawan menjadi disiplin. Berdasarkan fakta yang ada di BNPB, sebagian besar para pejabat sudah tegas namun beberapa pegawai masih memiliki disiplin yang rendah dalam bekerja. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2006), persepsi gaya kepemimpinan proses diterimanya rangsangan melalui panca indra yang didahului, menghartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun didalam pegawai yang berkaitan dengan kepemimpinan. Menurut Alfred Januar (2013), semakin tinggi persepsi gaya kepemimpinan maka semakin tinggi displin kerja. Berdasarkan fakta yang ada di BNPB, para pegawai BNPB mempunyai persepsi bahwa atasannya adalah pemimpin yang tegas namun mereka banyak yang tidak disiplin dengan tidak mentaati perintah atasan. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2005), Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya.Berdasarkan fakta yang ada di BNPB, terdapat ketidakadilan dalam hal penugasan perjalanan dinas luar daerah, dalam penugasan tersebut seharusnya semua karyawan mempunyai kesempatan yang sama dalam
15
perjalanan dinas ke daerah, dan yang terjadi adalah hanya beberapa karyawan tertentu mempunyai kesempatan perjalanan dinas luar daerah. Meskipun demikian para pegawai tetap menjalankan tugas hariannya dengan tanggung jawab dan profesional.
C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, terdapat beberapa faktor yang mempengengaruhi
disiplin kerja, persepsi gaya kepemimpinan berpengaruh
besar pada manusia – manusia. Menurut Alfred Januar (2013), semakin tinggi persepsi gaya kepemimpinan maka semakin tinggi displin kerja. Karena dengan adanya kepemimpinan yang mendukung, kepemimpinan yang mengarahkan, kepemimpinan berorientasi pencapaian hasil, kepemimpinan partisipasif akan menghasilkan pemimpin yang disukai atau personal power (kekuatan pribadi). Mengingat pentingnya persepsi gaya kepemimpinan, diharapkan dengan adanya kepemimpinan tersebut dapat terlaksannya kedisiplinan yang tinggi. Dalam penelitian ini dibatasi hubungan persepsi pegawai tentang gaya kepemimpinan karena faktor-faktor tersebut terkait hubungannya dengan disiplin kerja pegawai di bagian biro umum BNPB Jakarta Timur, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut.
16
D. RumusanMasalah Berdasarkan
identifikasi
masalah
dan
batasan
masalah
diatas,
rumusan masalah adalah: Apakah ada hubungan persepsi pegawai tentang gaya kepemimpinan dengan disiplin kerja di Badan Nasional Penanggulangan Bencana Jakarta Timur?.
E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan persepsi pegawai tentang gaya kepemimpinan dengan disiplin kerja pegawai di Badan Nasional Penanggulangan Bencana Jakarta Timur. 2. Tujuan Khusus a.
Mengidentifikasi persepsi pegawai tentang gaya kepemimpinan di Badan Nasional Penanggulangan BencanaJakarta Timur.
b.
Mengidentifikasi disiplin kerja di Badan Nasional Penanggulangan Bencana Jakarta Timur.
c.
Menganalisis hubungan persepsi pegawai gaya kepemimpinan dengan disiplin kerja pegawai di Badan Nasional Penanggulangan Bencana Jakarta Timur.
17
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi kalangan akademisi dan instansi yaitu : 1.Manfaat bagi kalangan Akademis a. Memberi masukan bagi penelitian pada bidang Sumber Daya Manusia, khususnya terkait dengan manajemen sumber daya manusia. b. Hasil penelitian ini mendorong penelitian selanjutnya, khususnya dalam bidang Sumber Daya Manusia yang berhubungan dengan disiplin kerja 2. Manfaat Bagi Badan Nasional Penanggulangan bencana (BNPB) Dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dan evaluasi terhadap BNPB Jakarta Timur. Disamping itu dapat pula menjadi masukan untuk pengembangan dan bahan
masukan
untuk
mengetahui
disiplin
kerja pegawai. 3. Manfaat Bagi Peneliti Manfaat
penelitian
bagi
peneliti
antara
lain
menambah
ilmu,
pengetahuan, dan melatih dalam berfikir secara sistematis, logis.