BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masa remaja diawali dari suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, 18-21 tahun masa remaja akhir. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak kemasa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. Usia remaja juga dibagi dengan melihat perubahan yang terjadi yaitu antara usia 10-12 tahun masa prapubertas, usia 12-15 tahun masa pubertas dan 15-21 tahun masa adolescence (Monks, 2004). Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya
tumbuh
kembang
yang
optimal,
tergantung pada
potensi
biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja (Soetjiningsih, 2004). Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut WHO dalam Soetjiningsih (2004) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja
1
2
berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Tahun 2010, data profil kesehatan Indonesia mencatat penduduk Indonesia yang tergolong usia 10-19 tahun adalah sekitar 45 juta jiwa atau 21% yang terdiri dari 50,8% remaja laki-laki dan 49,2% remaja perempuan (Depkes, 2008). Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat
besar
terhadap
penampilan
dirinya
sehingga mereka
sering
merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya,
tetapi
bila
mereka
kurang memperoleh informasi, maka akan
merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004). Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi pada anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari sampai mencapai menopause, pada akhir empat puluhan atau awal lima puluhan tahun (Hurlock, 2000). Menarche haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khusus kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Bobak (2004) menyatakan bahwa menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Menstruasi adalah perdarahan pervaginam secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan
3
hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahanperubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi. Dalam siklus menstruasi tidak semua wanita mengalami menstruasi secara normal. Ada beberapa wanita yang mengalami nyeri haid selama menstruasi yang sering disebut dengan istilah dismenorhoe. Dismenorhoe merupakan keluhan ginekologi yang paling umum, frekuensi dismenorhoe cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal tapi sampai sekarang penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor dapat menjadi penyebab dismenorhoe salah satunya adalah ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan rasa nyeri timbul, faktor psikologis juga ikut berperan terjadinya dismenorhoe pada beberapa wanita (Prawirohardjo, 2002). Adanya dismenorhoe bagi sebagian orang bisa dianggap sebagai suatu stressor tersendiri yang akhirnya bisa menimbulkan kecemasan, baik tarafnya ringan sampai menimbulkan kepanikan. Kecemasan itu timbul karena dismenorhoe dianggap sebagai suatu ancaman bagi integritas hidupnya. Wanita yang mengalami dismenorhoe ini umumnya cemas karena tidak mendapat informasi yang jelas tentang dismenorhoe, selain itu mereka juga terpengaruh oleh mitos-mitos seputar dismenorhoe, misalnya wanita yang mengalami dismenorhoe
tidak
bisa
memilii
keturunan,
dismenorhoe
tidak
bisa
disembuhkan, dan lain sebagainya. Kehadiran seorang ibu pada saat anak
4
perempuan sedang mengalami dismenorhoe sangat dibutuhkan. Kecemasan yang dialami oleh remaja putri dapat berkurang dengan adanya peran seorang ibu disampingnya. Peran yang diberikan oleh ibu tidak hanya berupa pertolongan pertama tetapi juga sampai menemani remaja untuk melakukan berbagai pengobatan untuk kesembuhan remaja tersebut (Irawati, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Asmawira (2006) tentang dukungan sosial keluarga pada remaja putri yang mengalami dismenorhoe di SMP Negeri 21 Semarang dengan menggunakan pendekatan kualitatif menghasilkan bahwa dismenorhoe yang terjadi pada remaja mengakibatkan dampak pada fisik dan psikososial. Gangguan fisik yang dialami remaja mengakibatkan remaja sulit untuk beraktivitas sedangkan masalah psikososial yang muncul adalah remaja mengalami kecemasan dan iritabilitas. Bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah dukungan emosional, instrumental, penghargaan sedangkan dukungan informasional masih dirasakan kurang oleh remaja. Data dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi Jawa Tengah (2010) menyebutkan bahwa sebanyak 56 remaja putri yang menstruasi melalui layanan telepon dan SMS, angka tertinggi adalah konsultasi tentang dismenorhoe. Remaja yang berkonsultasi sebagian besar berdomisili di Semarang dengan rentang usia 15 – 19 tahun. SMA N 8 Semarang berlokasi di Karanganyar Kecamatan Tugu Semarang yang berstatus Negeri. Seleksi penerimaan siswa baru Tahun 1979 Tahun Ajaran 1979/1980 ditangani oleh Departemen P&K Kecamatan Tugu Semarang dengan memakai sistem Tes yang bertempat di SD Karanganyar 1 Tugu Semarang dan semua pengawas dari guru SD setempat. Dari masa tahun
5
pelajaran 1979/1980 sampai sekarang jumlah siswa terus mengalami peningkatan. Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh SMA N 8 Semarang juga cukup lengkap sehingga menunjang kegiatan belajar siswa. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 8 Semarang ditemukan bahwa jumlah remaja putri di kelas X dan XI adalah sebanyak 398 (66,1%) siswi dan sebanyak 187 (47%) remaja putri mengalami nyeri haid. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 20 orang siswi SMA Negeri 8 Semarang tentang peran ibu terhadap perilaku penanganan dismenorhoe ditemukan hasil bahwa sebagian besar ibu tidak berperan dalam penanganan dismenorhoe putrinya yakni sebanyak 13 siswi (65%). Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya dukungan ibu pada saat putrinya mengalami dismenorhoe. Dan hanya 7 (35%) siswi yang mendapat dukungan cukup baik dari ibunya pada saat mengalami nyeri haid. Mengingat kurangnya peran ibu dalam menangani masalah remaja yang mengalami dismenorhoe, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh peran ibu terhadap perilaku penanganan dismenorhoe pada remaja putri di SMA Negeri 8 Semarang.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah “Adakah pengaruh peran ibu terhadap perilaku penanganan dismenorhoe pada remaja putri di SMA Negeri 8 Semarang?”.
6
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh peran ibu dengan perilaku penanganan dismenorhoe pada remaja putri di SMA Negeri 8 Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan peran ibu pada remaja putri yang mengalami dismenorhoe di SMA Negeri 8 Semarang. b. Mendeskripsikan perilaku penanganan dismenorhoe pada remaja putri di SMA Negeri 8 Semarang. c. Menganalisa
pengaruh
peran
ibu
dengan
perilaku
penanganan
dismenorhoe pada remaja putri di SMA Negeri 8 Semarang.
D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis. a. Bagi Institusi Dapat
memberikan
sumbangan
bagi
institusi
pendidikan
untuk
mempertimbangkan materi kesehatan remaja khususnya tentang masalahmasalah reproduksi remaja kedalam kurikulum pendidikan sekolah menengah pertama. b. Bagi Bidan Sebagai acuan untuk menentukan pendekatan yang tepat dalam meningkatkan derajat kesehatan, khususnya reproduksi remaja, dan dapat menjadi
acuan
masyarakat.
untuk
melakukan
pendidikan
kesehatan
kepada
7
c. Bagi Remaja Putri Dapat memberikan informasi kepada remaja putri dan keluarga mengenai perlunya
dukungan dari
keluarga
khususnya
peran
ibu
ketika
dismenorhoe dialami oleh remaja putri. 2. Praktis a. Bagi Metode Penelitian Memberi pengalaman baru bagi penulis dalam melaksanakan penelitian dan dapat memahami lebih baik tentang hubungan yang terjalin didalam sebuah keluarga serta mengaplikasikan teori yang sudah diterima dibangku kuliah. b. Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang materi kesehatan remaja khususnya tentang masalah-masalah reproduksi remaja
E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No. 1
Judul, Nama, Tahun Hubungan tingkat pengetahuan tentang dismenorehoe dengan perilaku penanganan dismenorhoe pada siswi SMK YPKK I Sleman Yogyakarta. Dyah Pradnya Paramita (2010).
Sasaran 58 siswi SMK YPKK I Sleman Yogyakarta
Variabel Pengetahuan dan Perilaku penanganan Dismenorhoe.
Metode Jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan waktu cross sectional.
Hasil Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang dismenorhoe dengan perilaku penanganan dismenorhoe pada siswi SMK YPKK I Sleman Yogyakarta
8
No. 2
Judul, Nama, Tahun Dukungan sosial keluarga pada remaja yang mengalami dismenore di SMP Negeri 21 Semarang. Tety Asmawira (2006).
Sasaran jumlah responden sebanyak 5 orang.
Variabel Dukungan sosial keluarga pada remaja dengan dismenorhoe.
Metode Jenis penelitian kualitatif.
3
Hubungan antara pengetahuan dan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi dismenorhoe di SMP N 1 Ulujami Pemalang. PSIK UNDIP. Heny Irawati (2006). Pengaruh peran ibu terhadap perilaku penanganan dismenorhoe pada remaja putri (studi di SMA N 8 Semarang Tahun 2012). Sri Sopiyah (2012).
Sampel penelitian ini adalah seluruh siswi SMP N 1 Ulujami Pemalang sebanyak 79 siswi.
Pengetahuan dan dukungan social dengan tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi dismenorhoe.
Jenis penelitian survey analitik.
Sampel penelitian ini adalah siswi SMA N8 Semarang yang mengalami dismenorhoe sebanyak 65 siswi.
Peran ibu dan perilaku penanganan dismenorhoe.
Jenis penelitian studi korelasi.
4
Hasil Dukungan sosial keluarga yang diberikan oleh keluarga umumnya sudah baik. Adanya gangguan saat haid yaitu dismenorhoe dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada fisik yang mengakibatkan aktivitas remaja terganggu dan terjadi gangguan psikososial. Koping yang diambil remaja didasarkan atas sumber-sumber informasi tertentu dengan menggabungkan berbagai jenis koping sehingga dicapai keadaan yang adaptif Tingkat kecemasan yang tinggi terjadi pada remaja setiap mengalami nyeri haid dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami nyeri haid karena emosinya masih labil dan remaja kurang mendapat dukungan sosial saat menghadapi dismenorhoe. Ada hubungan antara pengaruh peran ibu dengan perilaku penanganan dismenorhoe pada remaja putri di SMA N 8 Semarang.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu pada tabel diatas adalah pada penelitian ini menggunakan variabel peran ibu dan perilaku penanganan dismenorhoe. Perbedaan lain adalah jenis penelitian menggunakan studi korelasi untuk mengetahui pengaruh peran ibu terhadap perilaku penanganan dismenorhoe pada remaja putri di SMA Negeri 8 Semarang.