1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan organ vital yang penting dalam menjaga stabilitas
perekonomian suatu negara. Perbankan menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian (prudential banking) agar semua aktivitas yang dilakukan tidak membahayakan nasabah atau perekonomian negara. Karakteristik perbankan yang prudence ini tentu menyebabkan regulasi/kebijakan perbankan menjadi sangat ketat dalam menjalankan aktivitas operasional. Di Indonesia, aktivitas perbankan diawasi oleh berbagai institusi seperti Bank Indonesia sebagai Bank sentral, OJK (Otoritas Jasa Keuangan), BAPEPAMLK, LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), dan Dirjen Pajak. Dengan demikian, bank-bank di Indonesia dituntut untuk selalu berhati-hati dalam menjalankan aktivitasnya agar jika sewaktu-waktu terjadi krisis moneter, perbankan tetap dapat bertahan dalam menjaga stabilitas keuangan. Ketahanan perbankan Indonesia sudah terlihat pada bulan Januari 2010. Saat itu, lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, menaikkan peringkat delapan bank di Indonesia (Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Central Asia, Bank CIMB Niaga, Bank Danamon, Bank Internasional Indonesia, Bank OCBC NISP, dan Bank UOB Buana) dari BB menjadi BB+. Menurut Tan Lai Peng, Direktur Grup Institusi Keuangan Fitch Ratings, kenaikan peringkat ini mencerminkan ketahanan kinerja keuangan di tengah kondisi operasional yang
2
lebih sulit, terutama pada kuartal pertama 2009. Kenaikan peringkat itu sesuai dengan ekspektasi Fitch Ratings bahwa perbaikan perbankan di Indonesia akan berlanjut karena prospek ekonomi makro yang lebih kuat tercipta pada tahun 2010. Kondisi tersebut berimbas pada peningkatan kualitas kredit dan profitabilitas di masa depan. Bukti itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata profitabilitas perbankan Indonesia (diukur menggunakan ROA). Berdasarkan data mentah LK bank di BEI yang kemudian diolah lebih lanjut, peneliti mendapatkan hasil bahwa ROA perbankan pada tahun 2009 menunjukkan angka 0,8%, 1,1% pada tahun 2010, 1,31% pada tahun 2011, dan 1,48% pada tahun 2012. Menanggapi situasi semacam ini, salah satu kantor akuntan publik The Big Four, Ernst & Young, mengadakan survey mengenai South East Asia Capital Confidence Barometer pada tahun 2011. Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa para pelaku bisnis di kawasan Asia Tenggara, khususnya responden Indonesia, yakin bahwa pendapatan perusahaan sektor perbankan akan tetap stabil atau bahkan meningkat. Meski demikian, sebagian dari responden tersebut juga tetap khawatir atas kinerja pasar saham lokal. Mereka percaya bahwa ketidakpastian dalam ekonomi global berpotensi makin meredam suasana pasar modal terlepas dari kinerja perusahaan yang kuat (baik dari segi profitabilitas maupun likuiditas/excess of cash). Hasil selanjutnya dari survey tersebut memperlihatkan bahwa 71% pelaku
3
bisnis di Indonesia sektor perbankan berencana menggunakan kelebihan uang tunai mereka untuk membayar dividen kas. Fenomena atau realita yang terjadi sepanjang 2009 sampai 2012 justru menunjukkan hasil yang berkebalikan. Data mentah perbankan di BEI yang kemudian diolah peneliti menunjukkan hasil bahwa terjadi penurunan pembayaran dividen pada bank yang membagikan dividen tunai berturut-turut. Hasil rata-rata dividend payout ratio yaitu 33,29% pada tahun 2009, 29,14% pada tahun 2010, 24,09% pada tahun 2011, dan akhirnya menjadi 23,72% pada tahun 2012. Data tersebut juga menunjukkan bahwa sebanyak 20 dari 29 bank konvensional/non-syariah yang terdaftar di BEI sepanjang tahun 2009 sampai 2012 mayoritas tidak membagikan dividen kas atau hanya satu sampai dua kali sepanjang 4 tahun. Padahal jika ditinjau dari segi profitabilitas perusahaan, mayoritas bank tersebut menunjukkan hasil yang positif. Timbulnya fenomena tersebut ada kemungkinan akibat dari peningkatan rating perbankan itu sendiri. Menurut laporan IMF, pemberian peringkat ini menjadikan Indonesia masuk ke tingkat perekonomian baru yang disebut investment grade status. Peringkat investment grade status menyediakan kondisi yang kondusif bagi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia baik melalui bursa efek atau melalui foreign direct investment (FDI). Keadaan tersebut membuat industri perbankan Indonesia mempunyai kesempatan ekspansi yang tinggi agar lebih mudah dalam memperoleh akses pendanaan dari investor. Kondisi semacam ini dapat menentukan set kesempatan investasi (IOS) suatu perusahaan (Scott, 2003). Kesempatan investasi atau
4
investment opportunity set (IOS) yang tinggi di masa depan membuat perusahaan dikatakan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Rozeff (1982) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan yang tinggi sering dikaitkan dengan penurunan dividen. Dividen kas merupakan masalah yang sering menjadi topik pembicaraan di antara para pemegang saham dan juga pihak manajemen perusahaan emiten. Terkadang hal tersebut justru menimbulkan kontroversi antara pemegang saham dan perusahaan emiten (Hanafi, 2004). Pemegang saham menganggap dividen sebagai salah satu bentuk motivasi dalam menanamkan dana di pasar modal. Para investor cenderung menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil dan kontinyu, karena hal ini dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan sehingga akan mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dana dalam perusahaan. Kondisi tersebut sesuai dengan Bird in The Hand Theory yang dikemukakan oleh Gordon dan Lintner. Teori tersebut menjelaskan bahwa investor lebih menyukai pembagian dividen kas yang pasti diperoleh sekarang dibandingkan dengan capital gains di masa depan. Bird in The Hand Theory juga memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa pembagian dividen tunai yang stabil atau meningkat membawa konsekuensi atau dampak terhadap peningkatan harga saham. Peningkatan harga saham ini dapat berlanjut yang kemudian berpotensi untuk meningkatkan nilai perusahaan (firms value). Berdasarkan pertimbangan ini, perusahaan bisa saja mengambil langkah untuk membagikan dividen kas.
5
Dari sisi emiten, kebijakan perusahaan akan membagikan dividen atau tidak, atau seberapa besar dividen yang dibagikan, sangat penting untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi penilaian investor. Proporsi laba bersih untuk dividen yang ditetapkan pada jumlah tinggi dapat menyebabkan penurunan sumber dana internal. Hal ini membuat perusahaan harus mencari sumber dana dari luar yang notabene memiliki biaya tinggi jika perusahaan akan melakukan ekspansi. Begitu pula sebaliknya, apabila proporsi laba bersih yang dibagikan dalam bentuk dividen lebih kecil, maka sumber dana internal yang dimiliki perusahaan menjadi tinggi. Dengan demikian, perusahaan hanya menanggung biaya yang rendah jika ingin berekspansi. Pertimbangan atas faktor-faktor semacam itu sering dihadapi oleh perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen tunai yang optimal. Kebijakan dividen yang optimal perlu diperhatikan karena dapat menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa depan yang memaksimumkan harga saham (Weston dan Brigham, 2005). Perusahaan yang hanya memperoleh laba saja tidak menjamin bahwa perusahaan tersebut pasti akan membagikan dividen. Dividen kas bisa dibayarkan kepada investor jika setidaknya perusahaan memperoleh laba bersih pada tahun berjalan, memiliki kelebihan kas, dan memiliki saldo laba positif. Selain itu, faktor lain seperti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) juga harus dipertimbangkan karena rapat tersebut menentukan keputusan akhir apakah dividen dibagikan atau tidak.
6
Berdasarkan uraian fenomena dan kontroversi di atas, peneliti termotivasi untuk
menemukan
bukti-bukti
empiris
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi dividend payout ratio (DPR) pada industri perbankan yang terdaftar di BEI periode 2009-2012. Faktor-faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu profitabilitas (ROA), free cash flow, dan investment opportunity set (IOS). Profitabilitas adalah tingkat laba bersih/net income yang mampu dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan dividen merupakan sebagian dari laba bersih perusahaan yang dapat dibagikan kepada pemegang saham. Dengan demikian, peneliti dapat mengatakan bahwa profitabilitas memiliki keterkaitan dengan dividend payout ratio. Perusahaan yang mampu memperoleh laba tinggi memiliki kecenderungan juga akan membayar dividen kas/tunai yang tinggi. Kondisi semacam ini tercermin pada tingginya dividend payout ratio. Ukuran profitabilitas tersebut dapat diukur dengan menggunakan rasio ROA. Ang (1997) menyebutkan bahwa rasio ROA digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan
dalam
menghasilkan
laba
bersih
dengan
cara
memanfaatkan/mengelola aset yang dimiliki. Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA ini tentu dibutuhkan oleh perusahaan apabila perusahaan akan melakukan pembayaran dividen. Faktor kedua yang hendak diteliti yaitu free cash flow (FCF). Ross et al. (2000) mengartikan aliran kas bebas atau free cash flow sebagai aliran kas yang tersedia untuk dibagikan kepada para pemegang saham atau pemilik setelah
7
perusahaan melakukan investasi pada aset tetap (fixed asset) dan modal kerja (working capital) yang diperlukan untuk kelangsungan usahanya. Nilai aliran kas bebas dipengaruhi oleh kondisi perusahaan, misalnya bila perusahaan dengan tingkat free cash flow tinggi dan tingkat pertumbuhan rendah maka free cash flow ini seharusnya didistribusikan kepada pemegang saham. Tetapi, jika perusahaan memiliki free cash flow tinggi dan tingkat pertumbuhan tinggi maka aliran kas bebas ini akan ditahan sementara dan dimanfaatkan untuk investasi pada periode mendatang (Rosdini, 2009). Faktor ketiga dalam penelitian ini yaitu IOS. Set kesempatan investasi (IOS) didefinisikan sebagai ketersediaan investasi perusahaan di masa depan yang akan merepresentasikan perkembangan perusahaan (Hartono, 1997). Set kesempatan investasi merupakan variabel yang unobservable. Dalam penelitian ini, IOS akan diproksikan sebagai market to book value of equity (MVE/BVE). Kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS) yang tinggi di masa depan membuat perusahaan dikatakan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Tingkat pertumbuhan yang tinggi juga sering dikaitkan dengan penurunan dividen tunai. Perusahaan dengan pertumbuhan pendapatan yang tinggi diharapkan memiliki kesempatan investasi yang tinggi. Untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan tersebut, perusahaan memerlukan dana yang dibiayai dari sumber internal. Hal ini menyebabkan penurunan dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham (Myers dan Majluf, 1984).
8
Penelitian empiris ini dikhususkan pada sektor jasa perbankan. Hal ini dipertimbangkan oleh peneliti karena perbankan memiliki karakteristik yang berbeda dengan perusahaan lain seperti manufaktur. Peneliti menganggap bahwa perusahaan dengan kelompok industri yang berbeda kemungkinan besar akan memiliki kebijakan dividen yang berbeda pula. Di samping itu, penelitian ini menggunakan variabel independen IOS dengan proksi MVE/BVE untuk mengetahui pertumbuhan dan tingginya kesempatan investasi. Variabel ini digunakan sebagai pembeda dengan variabel growth yang dihitung dengan rumus/pengukuran berbeda.
1.2.
Rumusan Masalah Kenaikan rating perbankan Indonesia berimbas pada peningkatan kualitas
kredit dan profitabilitas. Hal tersebut ditunjukkan melalui peningkatan rata-rata profitabilitas perbankan Indonesia dari tahun 2009 sampai 2012. The Big Four, Ernst & Young merespon hal tersebut dengan melakukan survey di kawasan Asia Tenggara. Salah satu hasil survey menyatakan bahwa 71% pelaku bisnis sektor perbankan di Indonesia berencana menggunakan kelebihan uang tunai mereka untuk membayar dividen kas. Akan tetapi, realita yang terjadi sepanjang tahun 2009 sampai 2012 justru menunjukkan hasil yang berkebalikan yaitu terjadi penurunan dividend payout ratio. Dugaan sementara yaitu peningkatan rating perusahaan menyebabkan tingginya kesempatan berekspansi agar memperoleh akses pendanaan dari investor. Ada kemungkinan bahwa sumber internal yang ada justru digunakan
9
untuk bertumbuh dan menyebabkan dividen menjadi berkurang atau bahkan tidak dibagikan kepada pemegang saham. Dividen kas memang masih menjadi kontroversi di kalangan pemegang saham dan pihak manajer perusahaan. Perusahaan harus mempertimbangkan beberapa faktor untuk menentukan kebijakan dividen yang optimal. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Apakah profitabilitas (ROA) berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio (DPR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI? 2) Apakah free cash flow berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio (DPR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI? 3) Apakah investment opportunity set berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio (DPR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai
pengaruh profitabilitas, free cash flow (FCF), dan investment opportunity set (IOS) terhadap dividend payout ratio (DPR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode tahun 2009-2012.
10
1.4.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti adalah sebagai
berikut. 1. Kontribusi praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan relevan bagi para investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi dalam jual beli saham sehubungan dengan ekspektasinya terhadap dividen tunai yang dibayarkan. 2. Kontribusi teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau tambahan wawasan serta bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas, free cash flow, dan investment opportunity set terhadap dividend payout ratio pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Di samping itu, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis atau lebih lanjut.
1.5. Bab I
Sistematika Penulisan Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Bab ini membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan kebijakan pembagian dividen kas seperti teori keagenan antara investor
11
sebagai principal dan pihak manajemen sebagai agent. Selain itu, bab ini juga membahas teori mengenai profitabilitas, free cash flow, investment opportunity set, dan dividen (seperti kebijakan dividen, definisi dividend payout ratio, dan faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio). Pada bagian akhir bab ini akan dimuat pula hasil-hasil penelitian terdahulu serta pengembangan hipotesis. Bab III
Metode Penelitian Bab ini berisi penjelasan mengenai jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, proses seleksi penentuan sampel, jenis dan teknik pengumpulan data, definisi operasional dan cara pengukuran, model penelitian, metode analisis data yang mencakup alat analisis untuk uji asumsi klasik dan uji hipotesis (regresi berganda).
Bab IV
Analisis Data dan Pembahasan Bab ini menjelaskan cara menganalisis data untuk menguji hipotesis penelitian serta pembahasan lebih lanjut.
Bab V
Penutup Bab ini berisi simpulan dari penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.