BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Sastra adalah sebuah media bagi pengarang untuk menuangkan ide kreatif dan imajinasinya. Dalam menciptakan sebuah karya kreatif, seorang pengarang menjadi pencipta yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap apa yang ingin di ungkapkan. Sebagai karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu sastra harus mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan umat manusia (Semi, 1993:8). Pada dasarnya, karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan kenyataan. Karya sastra merupakan representasi dari kehidupan nyata manusia. Sumardjo (1999 : 19) berkata, “Karya sastra yang baik juga biasanya memiliki sifat-sifat yang abadi dengan memuat kebenarankebenaran hakiki yang selalu ada selama manusia masih ada”.
Sebuah karya sastra
mengambil objek manusia dan pola kehidupan manusia. Di dalam sebuah karya sastra selalu terdapat konflik baik antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain, atau bahkan anatara tokoh itu dengan dirinya sendiri. Konflik ini direfleksikan pengarang melalui perilaku, dan setiap ucapan setiap tokoh dalam karya tersebut. Dari hal tersebut, dapat kita lihat bahwa sastra jelas memiliki hubungan yang erat dengan psikologi. Sebab ketika kita ingin mengkaji penokohan atau kejiwaan tokoh dalah karya sastra itu, kita harus menggunakan pendekatan psikologi. Pendekatan psikologi dalam menganalisis sebuah karya sastra kita kenal dengan psikologi sastra dan salah satu cabang pendekatan itu ialah psikoanalisis. Seperti ditunjukkan
Universitas Sumatera Utara
oleh namanya, psikoanalisis hendak menawarkan penjelasan atau analisis mengenai struktur pikiran psyche dan hubungannya dengan tubuh, serta enggunakan analisis tersebut sebagai dasar dalam menangani beberapa jenis penyakit tertentu. Psikoanalisis umum dikenal dengan nama “penyembuhan bicara”.
Pencetus sistem psikoanalisis dalam psikologi adalah Sigmund Freud.
Sigmund
Freud adalah seseorang yang tergolong sruktural, ia mengubah teori positivistiknya tentang kehidupan psikis setelah menemukan fakta-fakta tentang psike itu sendiri, baik psike dengan melakukan analisis terhadap dirinya, maupun psike pasien-pasiennya menjadi teori psikoanalisis. Sigmund Freud melihat bahwa psikoanalisisnya yang berpusat pada penafsiran mimpi dapat disepadankan dengan karya sastra. Beliau menganggap bahwa mimpi sama dengan karya sastra. Mimpi merupakan sebuah cerita, dalam cerita tersebut terdapat tokoh, alur, dan latar. Akan tetapi, antara bahasa mimpi dan bahasa sastra tetap terdapat perbedan sensor, yaitu bahwa proses dalam mimpi merupakan sebuah mekanisme secara tidak sadar, sedangkan dalam sastra merupakan tidakan sadar dari sang pengarang untuk membuat sebuah cerita. Dalam penelitian ini, penulis akan mengambil objek kajian sebuah drama karya Idrus yang berjudul Kejahatan Membalas Dendam yang ditulis dalam salah satu bukunya yang berjudul Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Idrus termasuk salah seorang pelopor Angkatan 1945. Ia juga telah membawa perubahan dalam prosa Indonesia modern. Dengan tegas ia menyatakan putusnya hubungan antara prosa sebelum perang dan prosa sesudah perang. Perbedaan prosa Idrus dengan prosa pada masa prapujangga baru ialah bahwa prosa Idrus bersifat Universal dan cenderung ke lukisan tentang kehidupan sehari-hari yang telah bertumpu pada kesegaran dan kenyataan. Hal yang sangat menarik pada naskah drama Kejahatan Membalas Dendam adalah tokoh utama yang bernama Ishak. Ia adalah seorang
Universitas Sumatera Utara
penulis muda yang mengawali karirnya sebagai penulis pada era perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia mengabdi kepada Negara dengan cara menulis. Namun cara dia menulis benarbenar berbeda dengan cara pendahulu-pendahulu mereka. Ia mengambarkan sesuatu dengan sudut pandangnya sendiri yang menimbulkan kritik dan penolakan dari penulis lama. Dalam naskah drama ini dipaparkan betapa tokoh utama tersebut mengalami banyak peristiwa yang membuat jiwanya galau. Penggambaran tokoh Ishak yang memperjuangkan dan membawa perubahan baru dalam prosa Indonesia modern inilah yang membuat penulis tertarik menjadikan drama Kejahatan Membalas Dendam menjadi objek kajian. Sebab ketika membaca naskah tersebut, kita seolah-olah melihat Idrus menjelma menjadi tokoh utamanya.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan diatas, maka pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana keadaan psikologis setiap tokoh dalam drama Kejahatan Membalas Dendam? 2. Bagaimana kegelisahan jiwa tokoh utama dalam drama Kejahatan Membalas Dendam?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Batasan Masalah Sesuai dengan judulnya, penelitian ini akan berfokus pada pergolakan dan kegelisahan jiwa semua tokoh dalam drama Kejahatan Membalas Dendam. Penelitian ini akan memaparkan dan mendeskripsikan kejadian-kejadian yang menunjukkan betapa banyaknya tekanan yang dialami tokoh dan menggarap psikologinya dengan menyelidiki tindak, perilaku, dan perkataan yang merujuk pada kejiwaan tokoh tersebut.
1.4. Tujuan dan Manfaat 1.4.1.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Dapat mendeskripsikan keadaan psikologis setiap tokoh dalam drama Kejahatan Membalas Dendam.
2.
Dapat mengungkap proses kejiwaan tokoh yang melatarbelakangi terjadinya kegelisahan tokoh dalam drama Kejahatan Membalas Dendam.
1.4.2
Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Secara teoretis diharapkan mampu menjadi sumbangan pikiran guna menambah wawasan serta pemahaman tentang psikoanalisa bagi pembaca sekaligus penulis terhadap karya sastra.
Universitas Sumatera Utara
2.
Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat membuka wacana dan pengetahuan bagi pembaca tentang kejiwaan tokoh dalam drama Kejahatan Membalas Dendam Karya Idrus, selain itu hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian-penelitian sejenis berikutnya.
Universitas Sumatera Utara