BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang menyangkut baik secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya terbatas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (BKKBN, 2009). Masalah kesehatan reproduksi, terkait dengan terganggunya anatomi, fungsi dan proses reproduksi, dapat berakibat pada keharmonisan hubungan suami-istri bahkan sangat erat hubungannya dengan Angka Kematian Ibu (AKI) (Manuaba, 2009). Masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh wanita pada saat ini adalah meningkatnya infeksi pada organ reproduksi, yang pada akhirnya menyebabkan kanker. Salah satu kanker yang menyebabkan kematian nomor dua pada wanita adalah kanker serviks (Wijaya & Delia, 2010). Kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) yaitu kelompok virus yang dapat menginfeksi serviks. Infeksi HPV adalah faktor resiko yang paling utama untuk kanker serviks, diantara 150 jenis HPV terdapat jenis HPV yang menyebabkan kanker serviks yaitu jenis HPV-16 dan HPV-18 (Ismail, 2008). Menurut Yuliatin (2010) menyatakan bahwa di Indonesia setiap harinya terdapat 41 kasus baru kanker serviks dan 20 wanita meninggal dunia sehingga diperkirakan setiap satu jam seorang perempuan meninggal karena kanker serviks. Cakupan program skrining di Indonesia baru sekitar 5% wanita yang melakukan 1
2
pemeriksaan skrining pap smear tersebut. Hal itulah yang dapat menyebabkan masih tinggi kanker serviks di negara Indonesia (Samadi & Heru, 2010). Di Bali, kanker serviks menduduki peringkat kedelapan untuk kasus rawat inap di rumah sakit maupun puskesmas dengan jumlah total 212 pasien, serta peringkat ke tujuh untuk kasus rawat jalan dengan jumlah total 204 pasien. Jumlah kematian akibat kanker ini di tahun 2011 berjumlah 14 orang (DINKES Provinsi Bali, 2011).
Rendahnya deteksi dini atau screening kanker serviks merupakan salah satu alasan semakin berkembangnya kanker serviks. Wanita yang tidak melakukan screening secara teratur memiliki risiko berkembangnya kanker serviks lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang melakukan screening secara teratur (Depkes RI, 2008). Rendahnya screening kanker serviks disebabkan terbatasnya akses screening dan pengobatan. Masih banyak wanita di Indonesia yang kurang mendapat informasi dan pelayanan terhadap penyakit kanker serviks karena tingkat ekonomi rendah dan tingkat pengetahuan wanita yang kurang tentang pap smear (Meutia, 2008). Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan metode deteksi dini yang cukup efektif untuk menemukan penyakit pada fase prankanker atau kanker stadium dini, yaitu pap smear, iva test, dan kolposkopi (Priyanto, 2010). Cara pendeteksian kanker leher rahim dengan metode pap smear memang sangat dianjurkan sebab dengan metode ini seorang wanita dapat mengetahui bagaimana keadaan kesehatan organ reproduksinya. Pap smear juga salah satu media untuk mendeteksi adanya kanker serviks yaitu tumor ganas yang tumbuh di dalam serviks yang menempel pada puncak vagina.
3
The America Cancer Society menyatakan bahwa pemeriksaan pap smear sebaiknya dilakukan setiap 2-3 tahun sekali, dengan catatan ada riwayat test pap minimal negative untuk 2 kali berturut-turut selama 2 tahun. Usia mulai pertama kali melakukan tes pap adalah dalam 5 tahun pertama setelah melakukan hubungan seksual secara aktif atau berusia 25 tahun. Upaya pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan tiga strategi meliputi pencegahan primer (usaha mengurangi kontak dengan karsinogen/ zat yang merangsang pembentukan kanker), pencegahan sekunder (termasuk skrining atau deteksi dini dengan pemeriksaan pap smear) dan pencegahan tersier (pengobatan untuk mencegah komplikasi dan kematian awal). Upaya dalam melakukan pencegahan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong (Yatini, 2011). Dari ketiga faktor tersebut, yang paling berperan penting dalam meningkatkan keinginan wanita untuk melakukan pap smear adalah faktor pendorong, yaitu berupa motivasi/dukungan dari semua pihak yaitu seperti keluarga, pasangan hidup (suami), teman dekat, petugas kesehatan, dan tokoh masyarakat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Widyasari (2010), yang meneliti tentang hubungan antara pengetahuan dengan motivasi wanita pasangan usia subur (PUS) dalam melakukan pemeriksaan pap smear di Desa Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban menunjukkan sebanyak 72,62% responden mempunyai motivasi kurang. Berdasarkan uji analisa didapatkan hasil r = 0,313 dengan p = 0,000 > 0,05 artinya ada hubungan antara pengetahuan dan motivasi.
4
Hambatan wanita untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear yaitu perilaku wanita usia subur yang enggan untuk diperiksa karena tidak pernah mengetahui tentang Pap smear, rasa malu dan rasa takut untuk memeriksa organ reproduksi serviks kepada tenaga kesehatan, faktor biaya khususnya pada golongan ekonomi yang lemah, sumber informasi dan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang masih minim untuk melakukan pemeriksaan Pap smear (Candraningsih, 2011). Rendahnya kesadaran dan kurangnya motivasi wanita untuk melakukan pemeriksaan Pap smear akan menyebabkan terjadinya peningkatan kejadian kanker serviks yang merupakan ancaman yang serius bagi kaum wanita terkait dengan masalah kesehatan reproduksi, sehingga penelitian ini menjadi penting untuk hubungan motivasi dengan tindakan wanita usia subur yang melakukan pap smear. Puskesmas II Denpasar Barat adalah salah satu Puskesmas di Kecamatan Denpasar Barat yang berdiri sejak tahun 1984 yang terletak di Jalan Gunung Soputan, Gang Puskesmas No. 3 Denpasar Barat. Puskesmas II Denpasar Barat memiliki lima wilayah desa dan satu kelurahan yang meliputi 59 Banjar. Studi pendahuluan dilakukan di Banjar Munang-Maning Desa Pemecutan Kelod karena memiliki jumlah wanita usia subur yang tinggi dari banjar-banjar lainnya. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara terhadap 10 orang WUS di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Barat II, diperoleh hasil 9 responden yang tidak melakukan pap smear yang di sebabkan oleh ketakutan untuk naik ke meja ginekologi, takut dengan hasil pemeriksaan,malu untuk melepaskan pakian dalam, serta malu di periksa oleh dokter laki-laki dan sisanya yaitu 1 responden
5
yang melakukan pemeriksaan pap smear yang disebabkan oleh keinginan diri sendiri untuk mengetahui kesehatan dalam dirinya serta melihat dari kasus tetangganya yang terdiagnosa kanker serviks. Berdasarkan masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Motivasi dengan Tindakan Wanita Usia Subur Melakukan Pap Smear di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat Tahun 2014”. 1.2. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini “apakah terdapat Hubungan Motivasi dengan Tindakan Pap Smear pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat Tahun 2014?”. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui “hubungan motivasi dengan tindakan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat Tahun 2014”. 1.3.2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : a. Mengidentifikasi motivasi wanita usia subur melakukan pap-Smear di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat b. Mengidentifikasi tindakan wanita usia subur melakukan pap-smear di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat
6
c. Menganalisis hubungan motivasi dengan tindakan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmu dalam keperawatan maternitas, terutama dalam deteksi dini kanker leher rahim, khususnya informasi yang berhubungan dengan motivasi dengan tindakan pap smear pada wanita usia subur. b. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadikan penelitian ini sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan WUS melakukan Pap Smear. 1.4.2. Manfaat Praktis Sebagai masukan bagi institusi kesehatan khususnya puskesmas tentang pentingnya peningkatan pengetahuan dalam deteksi dini kanker serviks pada wanita usia subur dan motivasi WUS serta tindakan pap smear untuk mencegah meningkatnya angka kejadian kanker serviks.