1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.1. Latar Belakang Dewasa ini, komputer mempunyai peranan penting dalam segala segi kehidupan. Kebanyakan dari komputer-komputer itu digunakan untuk menyimpan dan mendapatkan kembali data yang mempunyai jumlah besar dalam sebuah cara yang efesien, seperti sistem-sistem yang biasa disebut software yang mengatur jalannya data (keluar masuknya data). Sementara untuk mengimbangi proses pencatatan dan laporan yang cepat maka di setiap instansi atau perusahaan yang besar diperlukan kinerja komputer yang baik. Komputer sebagai alat bantu dalam proses pencatatan dan penyimpanan data yang mampu menangani keterbatasan-keterbatasan pada proses pencatatan data dengan tingkat kecepatan dan ketelitian yang sangat tinggi, kemampuan menampung dan mengolah data sangat besar dan tidak mengenal lelah. Berdasarkan keadaan Unit Komputer STPP Bogor bahwa kinerja komputer di STPP Bogor tersebut belum menggunakan jaringan. Hal tersebut akan menghambat proses kerja para staf, sehingga proses kerja kurang efisien. Untuk mengefesienkan hal tersebut maka lebih baik digunakan jaringan komputer supaya menghemat beberapa alat komputer yang bisa digunakan oleh beberapa unit komputer, misalnya satu printer bisa dipakai oleh beberapa unit komputer, bisa sharing data dan sebagainya. Dengan kondisi komputer yang ada di Unit Komputer STPP Bogor sudah cocok apabila di terapkan jaringan dengan spesifikasi komputer yang memadai, yaitu mulai intel pentium II sampai intel pentium IV dengan RAM mulai 128 Mb sampai 512 Mb.
2 Sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukkan di atas, maka akan dilakukan analisis sistem yang ada dan yang akan dikembangkan kemudian hasilnya akan ditulis dalam sebuah laporan kerja praktik dengan judul “PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN KOMPUTER PADA UNIT KOMPUTER STPP BOGOR”. 1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, penulis mengidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut: 1.
Sulitnya Untuk mengakses data.
2.
Belum tersedianya Koneksi Internet.
3.
Tidak adanya Sharing data dalam penggunaan Printer dalam satu ruangan sehingga tidak efisiennya biaya.
4. 1.3.
Belum adanya Jaringan Komputer di STPP Bogor.
Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan pembuatan laporan kerja praktek ini adalah : 1.
Adanya kemudahan dalam mengakses data.
2.
Adanya Sharing data dalam penggunaan Printer sehingga terjadinya pengefisienan biaya.
3. 1.4.
Adanya Jaringan Komputer di STPP Bogor.
Batasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar pembahasan masalah dapat lebih terarah dan
terperinci, dengan maksud untuk mempermudah identifikasi dan pemahaman terhadap sistem. Adapun batasan masalah yang akan dibahas adalah:
3
1.5.
1.
Mengidentifikasi hardware yang ada di Unit Komputer STPP Bogor.
2.
Membangun dan Instalasi jaringan komputer
3.
Konfigurasi Router untuk jaringan Internet
Metodologi Penulisan Metodologi yang dipakai penulis adalah sebagai berikut : 1. Survey a.
Wawancara wawancara dilakukan dengan stafnya yang terkait, dari hasil wawancara ini dapat digambarkan kondisi sistem yang berjalan.
b.
Pengamatan Pengamatan terhadap sistem yang berjalan dilakukan dengan mempelajari dan mengamati mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengolahan dan penyajian informasi.
2. Analisis Sistem Dari hasil survey terhadap sistem yang berjalan maka dapat dilakukan analisis yang bertujuan untuk menentukan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. 3. Perancangan Perancangan ini dilakukan dari hasil kebutuhan sistem. Aspek perancangan ini hanya meliputi perancangan jaringan komputer. Proses perancangan sistem digunakan dengan beberapa topologi yang tepat untuk jaringan komputer yang ada di Unit Komputer STPP Bogor. 4. Studi pustaka yaitu dengan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
4 1.6.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan kerja praktik ini terdiri dari 7 bab, adalah sebagai
berikut : BAB I : PENDAHULUAN Meliputi latar belakang masalah, pokok permasalahan, batasan masalah, maksud dan tujuan penulisan, metodologi penelitian, sistematika penulisan dan ditambahkan waktu dan tempat kerja praktik. BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini dituliskan landasan teori dari topik kerja praktik yaitu berisi tentang konsep dasar jaringan yang lengkap dari mulai identifikasi, topologi dan instalasi jaringan sampai jaringan itu bisa digunakan. BAB III :KEADAAN UMUM INSTANSI Bab ini menulisakan tentang keadaan umum perusahaan atau intansi tempat kerja praktik, biasanya berisi tentang : a. Sejarah singkat perusahaan/intansi. b. Struktur organisasi perusahaan/intansi. c. Keadaan perusahaan/intansi yang meliputi keadaan fisik, manajemen dan yang lainnya. BAB IV: ANALISIS DAN PERANCANGAN Bab ini menuliskan keadaan dan prinsip kerja sistem yang lama yang ada di perusahaan/intansi juga hasil analisisnya. Serta Berisi tentang perancangan sistem yang sesuai dengan metodologi pengembangan yang dipakai.
5 BAB V :IMPLEMENTASI Berdasarkan rancangan yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya, bab ini akan menjelaskan implementasinya Jaringan Komputer di Unit Komputer STPP Bogor. BAB VI: PENUTUP Bab ini menuliskan tentang kesimpulan akhir, usulan, solusi dan saran untuk pengembangan selanjutnya yang ditujukan kepada intansi maupun peneliti lebih lanjut. 1.7.
Waktu dan Tempat Penulis melaksanakan kerja praktik di Unit Komputer STPP Bogor yang beralamat
di Jl. Cibalagung No. 1 Kota Bogor 16001. Kerja praktik tersebut dimulai pada tanggal 3 Agustus 2009 sampai dengan tanggal 3 September 2009.
6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
Pengenalan Jaringan Komputer LAN Melalui jaringan komputer LAN (Local Area Network) kantor, gedung, kota
maupun Negara dapat disatukan. Sistem jaringan komputer atau lebih dikenal dengan LAN adalah solusi yang tepat untuk sistem informasi manajemen (SIM) di sebuah perkantoran atau perusahaan modern. Dengan LAN bisa menghubungkan sejumlah komputer, komputer mini atau komputer mikro atau pada umumnya personal komputer (PC), sehingga dapat mengakses ke komputer dan peripheral seperti printer dan hard disk. LAN menyediakan jaringan komunikasi berkecepatan tinggi pada komputerkomputer dan terminal-terminal yang dihubungkan satu sama lain. LAN juga memungkinkan suatu organisasi untuk menggunakan pengolahan data terdistribusi yang menggunakan PC yang dapat mengakses satu sama lain atau ke komputer host. Ada beberapa manfaat jaringan :
Resource Sharing : pemakaian suberdaya bersama (File, Printer, Modem Faxmile) yang terpasang pada server. Misal seorang pengguna yang berada 100 km jauhnya dari suatu data, tidak mendapatkan kesulitan dalam menggunakan data tersebut, seolah-olah data tersebut berada didekatnya. Hal ini sering diartikan bahwa jaringan komputer mangatasi masalah jarak.
Information Sharing : pemakaian bersama program aplikasi dan data yang tersimpan dalam suatu jaringan (server) sehingga dapat diakses bersama.
Network Aaccess : user dalam hal ini dapat mengakses jaringan yang lebih luas lagi atau yang lebih dikenal dengan Wide Area Network (WAN).
7
Reliabilitas tinggi, dengan jaringan komputer kita akan mendapatkan reliabilitas yang tinggi dengan memiliki sumber-sumber alternatif persediaan, misalnya semua file dapat disimpan atau dicopy ke dua, tiga atau lebih komputer yang terkoneksi kejaringan. Sehingga bila salah satu mesin rusak, maka salinan di mesin yang lain bisa digunakan.
Menghemat uang : komputer berukutan kecil mempunyai rasio harga/kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan komputer yang besar. Komputer besar seperti mainframe memiliki kecapatan kira-kira sepuluh kali lipat kecepatan komputer kecil/pribadi. Akan tetap, harga mainframe seribu kali lebih mahal dari komputer pribadi. Ketidak seimbangan rasio harga/kinerja dan kecepatan inilah membuat para perancang sistem untuk membangun sistem yang terdiri dari komputer-komputer pribadi (PC). Jaringan komputer terbentuk atas software jaringan dan hardware jaringan.
Software yang mendukung untuk aplikasi jaringan komputer meliputi :
PC Operating Sistem : MS DOS, OS/2, WINDOWS, NT.
Sistem operasi network (NOS) yang digunakan untuk membangun suatu jaringan baik berbasis windows (Workgroup atau Client Server) maupun sistem operasi yang berbasis multi user (Unix, Linux, Netware, Windows NT-server dan Windows 2000 server).
Protocol : software yang diperlukan untuk menghubungkan antara client dengan client atau dengan server.
Program aplikasi : program aplikasi yang berbasiskan jaringan yang dibuat khusus untuk memudahkan user dalam monitoring.
8
Internet Sharing : program aplikasi atau utility untuk internet connection sharing yang memungkinkan user dapat memanfaatkan fasilitas internet bersamaan dalam sebuah jaringan. Hardware jaringan adalah seperangkat komponen jaringan komputer yang
merupakan syarat untuk membangun sebuah jaringan komputer. Komponen utama jaringan komputer yang harus ada minimal :
2.2.
Server
Workstation
NIC (network interface card)
Kabel dan konektor
Peralatan pendukung : hub, repeater, bridge, router. Topologi Jaringan Jaringan komputer pada dasarnya adalah jaringan kabel, menghubungkan satu sisi
dengan sisi yang lain. Seiring dengan perkembangan teknologi, penghubung antar komputer pun mengalami perubahan, mulai dari teknologi radio yang memanfaatkan gelombang radio hingga teknologi serat optik dan laser menjadi tumpuan perkembangan jaringan komputer. Hingga sekarang teknologi jaringan komputer bisa menggunakan teknologi “kelas” bawah (seperti 10 Base 2 menggunakan kabel Coacsial) hingga menggunakan teknologi tinggi (seperti laser dan serat optik). Memilih jenis kabel yang digunakan untuk membangun jaringan tidak lepas dari jenis topologi yang kita gunakan. Namun pada intinya, jaringan komputer adalah jaringan kebel, dimana bentuk dan fungsi dari jaringan tersebut menentukan pemilihan jenis kabel. Demikian juga sebaliknya, ketersediaan kabel dan harga menjadi pertimbangan utama untuk membangun sebuah jaringan komputer (baik Home Network ataupun Metropolitan
9 Area Network (MAN)). Berdasarkan fungsinya ada dua macam topologi jaringan, yaitu topologi fisik dan topologi logik. 2.2.1. Topologi Fisik Jaringan a. Topologi Bus Topologi ini merupakan bentangan satu kabel yang kedua ujungnya ditutup, dimana sepanjang kabel terdapat node-node. Signal dalam kabel dengan topologi ini dilewati satu arah sehingga memungkinkan sebuah collision terjadi. Keuntungan:
murah, karena tidak memakai banyak media, kabel yang dipakai sudah umum (banyak tersedia dipasaran)
setiap komputer dapat saling berhubungan langsung.
Kerugian:
Sering terjadi hang / crass talk, yaitu bila lebih dari satu pasang memakai jalur diwaktu yang sama, harus bergantian atau ditambah relay.
b. Topologi Ring Topologi jaringan yang berupa lingkaran tertutup yang berisi node-node. Signal mengalir dalam dua arah sehingga dapat menghindarkan terjadinya collision, sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan data yang sangat cepat. Semua komputer saling tersambung membentuk lingkaran (seperti bus tetapi ujungujung bus disambung). Data yang dikirim diberi address tujuan sehingga dapat menuju komputer yang dituju. Tiap stasiun (komputer) dapat diberi repeater (transceiver) yang berfungsi sebagai: o Listen State Tiap bit dikirim kembali dengan mengalami delay waktu.
10 o Transmit State Bila bit yang berasal dari paket lebih besar dari ring maka repeater akan mengembalikan ke pengirim. Bila terdapat beberapa paket dalam ring, repeater yang tengah memancarkan, menerima bit dari paket yang tidak dikirimnya harus menampung dan memancarkan kembali. o Bypass State Berfungsi untuk menghilangkan delay waktu dari stasiun yang tidak aktif. Keuntungan:
Kegagalan koneksi akibat gangguan media, dapat diatasi dengan jalur lain yang masih terhubung.
Penggunaan sambungan point to point membuat transmission error dapat diperkecil
Kerugian:
Data yang dikirim bila melalui banyak komputer, transfer data menjadi lambat.
c. Topologi Star Karakteristik dari topologi jaringan ini adalah node (station) berkomunikasi langsung dengan station lain melalui central node (hub/switch), traffic data mengalir dari node ke central node dan diteruskan ke node (station) tujuan. Jika salah satu segmen kabel putus, jaringan lain tidak akan terputus. Keuntungan:
Akses ke station lain (client atau server) cepat
Dapat menerima workstation baru selama port di centralnode (hub/switch) tersedia.
11
Hub/switch bertindak sebagai konsentrator.
Hub/switch dapat disusun seri (bertingkat) untuk menambah jumlah station yang terkoneksi di jaringan.
User dapat lebih banyak dibanding topologi bus, maupun ring.
Kerugian: Bila traffic data cukup tinggi dan terjadi collision, maka semua komunikasi akan ditunda, dan koneksi akan dilanjutkan/dipersilahkan dengan cara random, apabila hub/switch mendetect tidak ada jalur yang sedang dipergunakan oleh node lain. d. Topologi Tree / Hierarchical (Hirarki) Tidak semua stasiun mempunyai kedudukan yang sama. Stasiun yang kedudukannya lebih tinggi menguasai stasiun dibawahnya, sehingga jaringan sangat tergantung dengan stasiun yang kedudukannya lebih tinggi (hierachical topology) dan kedudukan stasiun yang sama disebut peer topology. e. Topologi Mesh dan Full Connected Topologi jaringan ini menerapkan hubungan antar sentral secara penuh. Jumlah saluran harus disediakan untuk membentuk jaringan Mesh adalah jumlah sentral dikurangi 1 (n-1, n = jumlah sentral). Tingkat kerumitan jaringan sebanding dengan meningkatnya jumlah sentral yang terpasang. Dengan demikian disamping kurang ekonomis juga relatif mahal dalam pengoperasiannya. Topologi mesh ini merupakan teknologi khusus (ad hock) yang tidak dapat dibuat dengan pengkabelan, karena sistemnya yang rumit, namun dengan teknologi wireless topologi ini sangat memungkinkan untuk diwujudkan (karena dapat dipastikan tidak akan ada kabel yang berseliweran).
12 Biasanya untuk memperkuat sinyal transmisi data yang dikirimkan, ditengah-tengah (area) antar komputer yang kosong di tempatkan perangkat radio (air point) yang berfungsi seperti repeater untuk memperkuat sinyal sekaligus bisa mengatur arah komunikasi data yang terjadi. f. Topologi Hybrid Topologi ini merupakan topologi gabungan dari beberapa topologi yang ada, yang bisa memadukan kinerja dari beberapa topologi yang berbeda, baik berbeda sistem maupun berbeda media transmisinya.
Gambar 2.1 Topologi Jaringan 2.2.2. Topologi Logic Jaringan Dilihat dari metode acces, topologi jaringan terdiri dari : a.
Ethernet Dikembangkan Xerox Corp pada tahun 70-an dan menjadi populer pada tahun 80an karena diterima sebagai standar IEE. Ethernet bekerja berdasarkan broadcast network dimana setiap node menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh sebuah node menggunakan metode CSMA/CD (Carrier Sense Multiple Acces/Collision Detection) baseband.
13 b.
Token Ring Berdasarkan standar IEE yang dikembangkan IBM untuk menghindari Collision tidak menggunakan Collision Detection melainkan token passing scheme, token passing scheme dapat dijelaskan secara sederhana ialah sebuah token bebas mengalir pada pada setiap node melalui network. Saat sebuah node ingin mengirimkan paket, node itu meraih dan meletakan frame atau paketnya ke token. Sekarang token itu tidak dapat digunakan lagi oleh node lain sampai data mencapai tujuannya. Jika telah sampai token dilepaskan lagi oleh originating station. Token mengalir di network dalam satu arah dan setiap station di poll satu persatu (kecepatannya 4 mbps dan 16 mbps).
c.
ARC Net Dikembangkan Datapoint pada tahun 70-an dan dipopulerkan oleh standar Microsystem Inc, menggunkan prinsip token passing scheme dan broadcast. Prinsip kerjanya secara sederhana dengan melewatkan token ke setiap node yang memiliki nomor broadcast tertentu, kecepatannya 2,5 mbps dan 20 mbps, implementasi menggunakan kabel coax RG 62. Card network ARC Net lebih murah daripada card Ethernet. Tetapi sekarang kartu ini hamper jarang digunakan, biasanya topologi yang digunakan topologi fisik star dan tidak dapat bekerja pada satu bus sehingga jarang digunakan pada internetworking unix.dos.
d.
FDDI FDDI (Fiber Distributed Data Interchange) menggunakan kabel Fiber Optic (serat optik) bekerja berdasarkan dua ring konsentrik, masing-masing berkecepatan 1200 mbps dengan menggunakan token passing scheme. Salah satu ring dapat berfungsi sebagai back up atau dibuat menjadi pengirim saja (mengirim dan menerima data
14 dalam arah yang berbeda), jumlahnya bisa mencapai 1000 node dengan jarak sampai dengan 200 km. FDDI tidak kompatibel dengan Ethernet namun Ethernet dapat dienkapsulasi dalam paket FDDI, FDDI bukan merupakan standar IEE. 2.3
Model OSI dan TCP/IP Model lapisan/layer yang mendominasi literatur komunikasi data dan jaringan
sebelum 1990 adalah Model Open System Interconnection (OSI). Setiap orang yakin bahwa model OSI akanmenjadi standar terakhir untuk komunikasi data, namun nampaknya hal itu tidak pernah terjadi. Justru protokol TCP/IP yang telah menjadi arsitektur model lapisan dari protokol internet yang sangat dominan bahkan terus menerus diuji, dikembangkan dan diperluas standarnya. 2.3.1 Model OSI Adalah sebuah badan multinasional yang didirikan tahun 1947 yang bernama International Standards Organization (ISO) sebagai badan yang melahirkan standar-standar standar internasional. ISO ini mengeluarkan juga standar jaringan komunikasi yang mencakup segala aspek yaitu model OSI. OSI adalah open system yang merupakan himpunan protokol yang memungkinkan terhubungnya 2 sistem yang berbeda yang berasal dari underlying architecture yang berbeda pula. Jadi tujuan OSI ini adalah untuk memfasilitasi bagaimana suatu komunikasi dapat terjalin dari sistem yang bebeda tanpa memerlukan perubahan yang signifikan pada hardware dan software di tingkat underlying. Pada gambar berikut ini diperlihatkan lapisan model osi. Application
Presentation
15 Sesion
Transport
Network
Data Link
Physical
Gambar. 2.2 Lapisan OSI Model OSI disusun atas 7 lapisan; fisik (lapisan 1), data link (lapisan 2), network (lapisan 3), transport (lapisan 4), session (lapisan 5), presentasi (lapisan 6) dan aplikasi (lapisan 7). Pada Gambar 2.2, Anda dapat juga melihat bagaimana setiap lapisan terlibat pada proses pengiriman pesan/message dari Device A ke Device B. Terlihat bahwa perjalanan message dari A ke B melewati banyak intermediasi node. Intermediasi node ini biasanya hanya melibatkan tiga lapisan pertama model OSI saja. a. Lapisan Fisik Karakteristik perangkat keras yang mentransmisikan sinyal data. Lapisan fisik melakukan fungsi pengiriman dan penerimaan bit stream dalam medium fisik. Dalam lapisan ini kita akan mengetahui spesifikasi mekanikal dan elektrikal daripada media transmisi serta antarmukanya. Hal-hal penting yang dapat dibahas lebih jauh dalam lapisan fisik ini adalah:
Karakteristik fisik daripada media dan antarmuka.
16
Representasi bit-bit. Maksudnya lapisan fisik harus mampu menterjemahkan bit 0 atau 1, juga termasuk pengkodean dan bagaimana mengganti sinyal 0 ke 1 atau sebaliknya.
Data rate (laju data).
Sinkronisasi bit.
Line configuration (Konfigurasi saluran). Misalnya: point-to-point atau point-tomultipoint configuration.
Topologi fisik. Misalnya: mesh topology, star topology, ring topology atau bus topology.
Mode transmisi. Misalnya : half-duplex mode, full-duplex (simplex) mode.
Gambar 2.3 Lapisan Fisik b. Lapisan Data Link Pengiriman data melintasi jaringan fisik. Lapisan data link berfungsi mentransformasi lapisan fisik yang merupakan fasilitas transmisi data mentah menjadi link yang reliabel. Lapisan ini menjamin informasi bebas error untuk ke lapisan di atasnya.
17
Gambar : 2.4 Lapisan Data Link Tanggung jawab utama lapisan data link ini adalah sebagai berikut :
Framing. Yaitu membagi bit stream yang diterima dari lapisan network menjadi unit-unit data yang disebut frame.
Physical addressing. Jika frame-frame didistribusikan ke sistem lainpada jaringan, maka data link akan menambahkan sebuah header di muka frame untuk mendefinisikan pengirim dan/atau penerima.
Flow control. Jika rate atau laju bit stream berlebih atau berkurang maka flow control akan melakukan tindakan yang menstabilkan laju bit.
Error control. Data link menambah reliabilitas lapisan fisik dengan penambahan mekanisme deteksi dan retransmisi frame-frame yang gagal terkirim.
Access control. Jika 2 atau lebih device dikoneksi dalam link yang sama, lapisan data link perlu menentukan device yang mana yang harus dikendalikan pada saat tertentu.
c. Lapisan Network Hubungan lintas jaringan dan mengisolasi layer yang lebih tinggi. Pengalamatan dan pengiriman data. Lapisan network bertanggung jawab untuk
18 pengiriman paket dengan konsep source-to-destination. Adapun tanggung jawab spesifik lapisan network ini adalah:
Logical addressing. Bila pada lapisan data link diimplementasikan physical addressing untuk penangan pengalamatan/addressing secara lokal, maka pada lapisan network problematika addressing untuk lapisan network bisa mencakup lokal dan antar jaringan/network. Pada lapisan network ini logical address ditambahkan pada paket yang datang dari lapisan data link.
Routing. Jaringan-jaringan
yang
saling
terhubung
sehingga
membentuk
internetwork diperlukan metoda routing/perutean. Sehingga paket dapat ditransfer dari satu device yang berasal dari jaringan tertentu menuju device lain pada jaringan yang lain.
Gambar : 2.5 Lapisan Network d. Lapisan Transport Menjamin penerima mendapatkan data seperti yang dikirimkan. Lapisan transport bertanggung jawab untuk pengiriman source-to-destination (end-to-end) daripada jenis message tertentu. Tanggung jawab spesifik lapisan transport ini adalah:
Sevice-point addressing. Komputer sering menjalankan berbagai macam program atau aplikasi yang berlainan dalam saat bersamaan. Untuk itu dengan lapisan
19 transport ini tidak hanya menangani pengiriman/delivery source-to-destination dari computer yang satu ke komputer yang lain saja namun lebih spesifik kepada delivery jenis message untuk aplikasi yang berlainan. Sehingga setiap message yang berlainan aplikasi harus memiliki alamat/address tersendiri lagi yang disebut service point address atau port address.
Segmentation dan reassembly. Sebuah message dibagi dalam segmen-segmen yang terkirim. Setiap segmen memiliki sequence number. Sequence number ini yang berguna bagi lapisan transport untuk merakit/reassembly segmen-segman yang terpecah atau terbagi tadi menjadi message yang utuh.
Connection control. Lapisan transport dapat berperilaku sebagai connectionless atau connection-oriented.
Flow control. Seperti halnya lapisan data link, lapisan transport bertanggung jawab untuk kontrol aliran (flow control). Bedanya dengan flow control di lapisan data link adalah dilakukan untuk end-to-end.
Error control. Sama fungsi tugasnya dengan error control di lapisan data link, juga berorientasi end-to-end.
20 Gambar : 2.6 Lapisan Transport e. Lapisan Sesi Hubungan antar aplikasi yang berkomunikasi. Layanan yang diberikan oleh tiga layer pertama (fisik, data link dan network) tidak cukup untuk beberapa proses. Maka pada lapisan session ini dibutuhkan dialog controller. Tanggung jawab spesifik:
Dialog control.
Sinkronisasi
Gambar : 2.7 Lapisan Sesi f. Lapisan Presentasi Rutin standard mempresentasikan data. Presentation layer lebih cenderung pada syntax dan semantic pada pertukaran informasi dua sistem. Tanggung jawab spesifik:
Translasi
Enkripsi
Kompresi
21
Gambar : 2.8 Lapisan Prensentasi g. Lapisan Aplikasi Interface antara aplikasi yang dihadapi user and resource jaringan yang diakses. Sesuai namanya, lapisan ini menjembatani interaksi manusia dengan perangkat lunak/software aplikasi.
Gambar 2.9 Lapisan Aplikasi Setiap layer menyediakan layanan bagi layer yang ada di atasnya, dan membutuhkan layanan dari layer di bawahnya.
22
Gambar : 2.10 Layanan Layer 2.3.2
TCP/IP
Gambar 2.11 TCP/IP TCP/IP dikembangkan sebelum model OSI ada. Namun demikian lapisan-lapisan pada TCP/IP tidaklah cocok seluruhnya dengan lapisan-lapisan OSI. Protokol TCP/IP hanya dibuat atas lima lapisan saja: physical, data link, network, transport dan application. Hanya lapisan aplikasi pada TCP/IP mencakupi tiga lapisan OSI teratas, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar berikut. Khusus layer keempat, Protokol TCP/IP mendefinisikan
23 2 buah protokol yakni Transmission Control Protocol (TCP) dan User Datagram Protocol Protocol (UDP). Sementara itu pada lapisan ketiga, TCP/IP mendefiniskan sebagai Internetworking Protocol (IP), namun ada beberapa protokol lain yang mendukung pergerakan data pada lapisan ini.
GAMBAR: 2.12 Susunan model OSI dan TCP/IP lima lapis 1. Physical Layer. Pada lapisan ini TCP/IP tidak mendefinisikan protokol yang spesifik. Artinya TCP/IP mendukung semua standar dan proprietary protokol lain. Pada lapisan ini ditentukan karakteristik media transmisi, rata-rata pensinyalan, serta skema pengkodean sinyal dan sarana sistem pengiriman data ke device yang terhubung ke network 2. Data Link Layer. Berkaitan dengan logical-interface diantara satu ujung sistem dan jaringan dan melakukan fragmentasi atau defragmentasi datagram. Ada juga beberapa pendapat yang menggabungkan lapisan ini dengan lapisan fisik sehingga kedua lapisan ini dianggap sebagai satu lapisan, sehingga TCP/IP dianggap hanya terdiri dari empat lapis. Perhatikan perbandingannya pada kedua gambar di atas.
24 3. Network Layer Internet Protocol (IP). Berkaitan dengan routing data dari sumber ke tujuan. Pelayanan pengiriman paket elementer. Definisikan datagram (jika alamat tujuan tidak dalam jaringan lokal, diberi gateway = device yang menswitch paket antara jaringan fisik yang beda; memutuskan gateway yang digunakan). Pada lapisan ini TCP/IP mendukung IP dan didukung oleh protokol lain yaitu RARP, ICMP, ARP dan IGMP. 1. Internetworking digunakan
Protocol oleh
(IP) Adalah
mekanisme
TCP/IP.
transmisi IP
yang disebut
juga unreliable dan connectionlessdatagram protocol-a besteffort delivery service.
IP
mentransportasikan
data
dalam
paket-paket
yang
disebut datagram. 2. Address Resolution Protocol (ARP) ARP digunakan untuk menyesuaikan alamat IP dengan alamatfisik (Physical address). 3. Reverse Address Resolution Protocol (RARP) RARP membolehkan host menemukan alamat IP nya jika dia sudah tahu alamat fiskinya. Ini berlaku pada saat host baru terkoneksi ke jaringan. 4. Internet Control
Message
Protocol
(ICMP) ICMP
adalah
suatu
mekanisme yang digunakan oleh sejumlah host dan gateway untuk mengirim notifikasi datagram yang mengalami masalah kepada host pengirim Internet. 5. Group Message Protocol (IGMP) IGMP digunakan untuk memfasilitasi transmisi message yang simultan kepasa kelompok/group penerima. 4. Transport Layer. Pada lapisan ini terbagi menjadi dua, UDP dan TCP
25 1. User Datagram Protocol (UDP) UDP adalah protokol process-to-process yang menambahakan hanya alamat port, check-sum error control, dan panjang informasi data dari lapisan di atasnya. (Connectionless) 2. Transmission Control Protocol (TCP) TCP menyediakan layanan penuh lapisan transpor untuk aplikasi. TCP juga dikatakan protokol transport untuk stream yang reliabel. Dalam konteks ini artinya TCP bermakna connectionoriented, dengan kata lain: koneksi end-to-end harus dibangun dulu di kedua ujung terminal sebelum kedua ujung terminal mengirimkan data. (Connection Oriented) 5. Application Layer.
Layer
dalam
TCP/IP
lapisansession, presentation dan application pada
adalah OSI
kombinasi yang
lapisan-
menyediakan
komunikasi diantara proses atau aplikasi-aplikasi pada host yang berbeda: telnet, ftp, http, dll.
GAMBAR: 2.13 Protocol Data Unit (PDU) pada arsitektur TCP/IP Untuk mengontrol operasi pertukaran data, informasi kontrol serta data user harus ditransmisikan, sebagaimana digambarkan pada gambar di bawah. Dapat dikatakan
bahwa
proses
pengiriman
menggerakkan
satu
blok
data
dan
26 meneruskannya ke TCP. TCP memecah blok data ini menjadi bagian-bagian kecil agar mudah disusun. Untuk setiap bagian-bagian kecil ini, TCP menyisipkan informasi kontrol yang disebut sebagai TCP header, yang akhirnya membentuk segmen TCP. Informasi kontrol dipergunakan oleh pasangan (peer) entiti protokol TCP pada host lainnya. Contoh item-item yang termasuk dalam header ini adalah sebagai berikut:
Destination port: saat entiti penerima TCP menerima segmen TCP, harus diketahui kepada siapa data tersebut dikirimkan.
Sequence number: TCP memberikan nomor yang dikirim secara bertahap ke port tujuan, sehingga jika destination menerima tidak sesuai dengan urutannya, maka entiti destination akan meminta untuk dikirim kembali.
Checksum: pada pengiriman segmen TCP diikutkan pula suatu kode yang yang disebut dengan segment remainder. Remainder TCP yang diterima akan dikalkulasi dan dibandingkan hasilnya dengan kode yang datang. Jika terjadi ketidasesuaian, berarti telah terjadi kesalahan transmisi.
IP Address IP address adalah alamat yang diberikan pada jaringan komputer dan peralatan jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP. IP address terdiri atas 32 bit angka biner yang dapat dituliskan sebagai empat kelompok angka desimal yang dipisahkan oleh tanda titik seperti 192.168.0.1. Contoh : Table : 2.1 IP Address Network ID 192
168
Host ID 0
1
27 IP address terdiri atas dua bagian yaitu network ID dan host ID, dimana network ID menentukan alamat jaringan komputer, sedangkan host ID menentukan alamat host (komputer, router, switch). Oleh sebab itu IP address memberikan alamat lengkap suatu host beserta alamat jaringan di mana host itu berada. 2.3.3. Kelas-kelas IP Address Jika dilihat dari bentuknya IP Address terdiri atas 4 buah bilangan oktet (8 bit). Nilai terbesar dari bilangan biner 8 bit yaitu 255 (27 + 26 + 25 + 24 + 23 + 22 + 21 + 20) jumlah keseluruhan IP Address adalah 255 x 255 x 255 x 255 sebanyak inilah jumlah IP Address yang dibagi-bagikan ke seluruh pengguna jaringan internet di seluruh dunia. Untuk mempermudah pemakaian IP Address dibagi dalam tiga kelas seperti diperlihatkan pada tabel dibawah ini : Tabel 2.2 : Daftar Host ID IP Address Default Kelas
Network ID
Subnet
Host ID Mask
A
xxx.0.0.1
xxx.255.255.254
255.0.0.0
B
xxx.xxx.0.1
xxx.xxx.255.254
255.255.0.0
C
xxx.xxx.xxx.1
xxx.xxx.xxx.254
255.255.255.0
Tabel 2.3 : Daftar Range IP Address Jumlah Host Per Kelas
Antara
Jumlah Jaringan Jaringan
A
1 s/d 126
126
16.777.214
B
128 s/d 191
16.384
65.534
C
192 s/d 223
2.097.152
254
28 IP address kelas A diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang sangat besar. Range IP 1.xxx.xxx.xxx. – 126.xxx.xxx.xxx, terdapat 16.777.214 (16 juta) IP address pada tiap kelas A. IP address kelas A diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang sangat besar. Pada IP address kelas A, network ID ialah 8 bit pertama, sedangkan host ID ialah 24 bit berikutnya. Dengan demikian, cara membaca IP address kelas A, misalnya 113.46.5.6 ialah: Network ID = 113 Host ID = 46.5.6 Sehingga IP address diatas berarti host nomor 46.5.6 pada network nomor 113. IP address kelas B biasanya dialokasikan untuk jaringan berukuran sedang dan besar. Pada IP address kelas B, network ID ialah 16 bit pertama, sedangkan host ID ialah 16 bit berikutnya. Dengan demikian, cara membaca IP address kelas B, misalnya 132.92.121.1 Network ID = 132.92 Host ID = 121.1 Sehingga IP address di atas berarti host nomor 121.1 pada network nomor 132.92. dengan panjang host ID 16 bit, network dengan IP address kelas B dapat menampung sekitar 65000 host. Range IP 128.0.xxx.xxx – 191.155.xxx.xxx. IP address kelas C awalnya digunakan untuk jaringan berukuran kecil (LAN). Dengan konfigurasi ini, bisa dibentuk sekitar 2 juta network dengan masing-masing network memiliki 256 IP address. Tiga bit pertama dari IP Address selalu berisi 111 bersama 21 bit berikutnya angka ini membentuk network ID 24 bit host ID ialah 8 bit terakhir. Range IP 192.0.0.xxx – 223.255.255.x. Pengalokasian IP address pada dasarnya ialah proses memilih network Id dan host ID yang tepat untuk suatu jaringan. Tepat atau
29 tidaknya konfigurasi ini tergantung dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu mengalokasikan IP Address seefisien mungkin. 2.4. Subnetting Dalam mengatasi masalah topologi network dan organisasi, network administrator biasanya melakukan subnetting. Esensi dari subnetting adalah "memindahkan" garis pemisah antara bagian network dan bagian host dari suatu IP Address. Beberapa bit dari bagian host dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian network. Address satu network menurut struktur baku dipecah menjadi beberapa subnetwork. Cara ini menciptakan sejumlah network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut. Subnetting juga dilakukan untuk mengatasi perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network. Router IP dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda hanya jika setiap network memiliki address network yang unik. Selain itu, dengan subnetting, seorang Network Administrator dapat mendelegasikan pengaturan host address seluruh departemen dari suatu perusahaan besar kepada setiap departemen, untuk memudahkannya dalam mengatur keseluruhan network. Suatu subnet didefinisikan dengan mengimplementasikan masking bit (subnet mask) kepada IP Address. Struktur subnet mask sama dengan struktur IP Address, yakni terdiri dari 32 bit yang dibagi atas 4 segmen. Bit-bit dari IP Address yang “ditutupi” (masking) oleh bit-bit subnet mask yang aktif dan bersesuaian akan diinterpretasikan sebagai network bit. Bit 1 pada subnet mask berarti mengaktifkan masking (on), sedangkan bit 0 tidak aktif (off). Sebagai contoh kasus, mari kita ambil satu IP Address kelas A dengan nomor 44.132.1.20.
30 Dengan aturan standard, nomor network IP Address ini adalah 44 dan nomor host adalah 132.1.20. Network tersebut dapat menampung maksimum lebih dari 16 juta host yang terhubung langsung. Misalkan pada address ini akan akan diimplementasikan subnet mask sebanyak 16 bit 255.255.0.0 (Hexa = FF.FF.00.00 atau Biner = 11111111. 11111111. 00000000. 00000000). Perhatikan bahwa pada 16 bit pertama dari subnet mask tersebut berharga 1, sedangkan 16 bit berikutnya 0. Dengan demikian, 16 bit pertama dari suatu IP Address yang dikenakan subnet mask tersebut akan dianggap sebagai network bit. Nomor network akan berubah menjadi 44.132 dan nomor host menjadi 1.20. Kapasitas maksimum host yang langsung terhubung pada network menjadi sekitar 65 ribu host. Subnet mask di atas identik dengan standard IP Address kelas B. Dengan menerapkan subnet mask tersebut pada satu network kelas A, dapat dibuat 256 network baru dengan kapasitas masing-masing subnet setara network kelas B. Penerapan subnet yang lebih jauh seperti 255.255.255.0 (24 bit) pada kelas A akan menghasilkan jumlah network yang lebih besar (lebih dari 65 ribu network) dengan kapasitas masing-masing subnet sebesar 256 host. Network kelas C juga dapat dibagi-bagi lagi menjadi beberapa subnet dengan menerapkan subnet mask yang lebih tinggi seperti untuk 25 bit (255.255.255.128), 26 bit (255.255.255.192), 27 bit (255.255.255.224) dan seterusnya. Subnetting dilakukan pada saat konfigurasi interface. Penerapan subnet mask pada IP Address akan mendefinisikan 2 buah address baru, yakni Network Address dan Broadcast Address. Network address didefinisikan dengan menset seluruh bit host berharga 0, sedangkan broadcast address dengan menset bit host berharga 1. Seperti yang telah dijelasakan pada bagian sebelumnya, network address adalah alamat network yang berguna pada informasi routing.
31 Suatu host yang tidak perlu mengetahui address seluruh host yang ada pada network yang lain. Informasi yang dibutuhkannya hanyalah address dari network yang akan dihubungi serta gateway untuk mencapai network tersebut. 2.5. Routing
Gambar : 2.14 Routing Routing adalah sebuah proses untuk meneruskan paket-paket jaringan dari satu jaringan ke jaringan lainnya melalui sebuah internetwork. Routing juga dapat merujuk kepada sebuah metode penggabungan beberapa jaringan sehingga paket-paket data dapat hinggap dari satu jaringan ke jaringan selanjutnya. Untuk melakukan hal ini, digunakanlah sebuah perangkat jaringan yang disebut sebagai router. Router-router tersebut akan menerima paket-paket yang ditujukan ke jaringan di luar jaringan yang pertama, dan akan meneruskan paket yang ia terima kepada router lainnya hingga sampai kepada tujuannya. 2.5.1. Tabel Routing Sebuah router mempelajari informasi routing dari mana sumber dan tujuannya yang kemudian ditempatkan pada tabel routing. Router akan berpatokan pada tabel ini, untuk memberitahu port yang akan digunakan untuk meneruskan paket ke alamat tujuan. Jika jaringan tujuan, terhubung langsung (directly connected) di router, Router sudah langsung mengetahui port yang harus digunakan untuk meneruskan paket. Jika jaringan tujuan tidak
32 terhubung langsung di badan router, Router harus mempelajari rute terbaik yang akan digunakan untuk meneruskan paket. Informasi ini dapat dipelajari dengan cara 1. Manual oleh “network administrator” 2. Pengumpulan informasi melalui proses dinamik dalam jaringan.
Gambar : 2.15 Routed Protocol: IP 2.5.2. Protokol Routing protokol routing diperlukan dalam jaringan komputer. Karena, protokol routing dalamJaringan komputer dapat diibaratkan seperti jalanan untuk kendaraan umum. Jika hanya ada satu jalanan saja untuk semua kendaraan umum, tentu lalulintas akan mengalami kemacetan. Oleh sebab itu dibuat jalan-jalan tambahan dan jalan-jalan tol yang memungkinkan kendaraan mengambil jalur - jalur alternatif untuk mencapai tujuan. Untuk membantu mencapai tujuan diperlukan peta jalan. Hal yang sama terjadi juga dalam jaringan WAN. Jaringan WAN dibagi menjadi berbagai segmen dan jaringan dengan jalur yang berbagai macam. Supaya suatu paket dapat mencapai tujuannya, diperlukan suatu peralatan untuk mengatur paket-paket tersebut agar mencapai tujuannya dengan jalan yang tersingkat. Untuk itu digunakan router yang fungsi utamanya adalah untuk menentukan jalur dan meneruskan paket-paket dari suatu jaringan ke jaringan lain. Agar router dapat mengetahui bagaimana meneruskan paket-paket ke alamat yang dituju dengan
33 menggunakan jalur yang baik, router menggunakan peta atau tabel routing. Tabel routing dapat dibuat secara static, dynamic dan default. Static routing adalah cara pembuatan tabel routing secara manual. Static routing inidapat dipakai pada jaringan sederhana yang hanya menggunakan beberapa buah router dan berfungsi untuk menghemat penggunaan bandwidth. Sedangkan dynamik routing untuk membuat suatu tabel routing secara dinamis berubah-ubah secara otomatis jika topologi jaringan berubah. Dynamic routing menggunakan protocol routing dalam pembuatan table routing. Protokol routing menggunakan istilah yang disebut metrik dalam menentukan jalur yang terbaik yang akan dicapai. Metrik adalah suatu nilai hasil perhitungan algoritma yang dipakai oleh protokol routing. Metrik dapat berupa jarak ke tujuan atau ongkos ke tujuan. Jenis metrik yang dipakai tergantung pada jenis protokol routing yang dipakai, dimana setiap jenis protokol routing menggunakan metrik yang berbeda satu dengan yang lain. Oleh karena protokol routing bergantung pada algoritma routing dalam menentukan jalur- jalur yang digunakan, maka algoritma routing harus akurat, tidak hanya menggunakan daya CPU dan bandwidth, serta memiliki konvergensi yang cepat. Konvergensi adalah waktu yangdiperlukan oleh semua router dalam jaringan untuk mengikuti perubahan yang disebabkan oleh suatu perubahan topologi jaringan. Rute Statik menjadi sangat penting jika software IOC Cisco tidak bisa membentuk sebuah rute ke tujuan tertentu. Rute Statik juga sangat berguna untuk membuat “gateway” untuk semua paket yang tidak bisa di”routing”.(default route). Routing static ini memiliki kelemahan, yaitu jika salah satu jalur routing-nya terputus maka router tidak bisa mencari alternatif jalan baru untuk meneruskan paket data yang dikirim untuk mengatasi hal ini, maka digunakan Dynamic Routing.
34 Default route adalah tipe rute statik khusus. Sebuah default route adalah rute yang digunakan ketika rute dari sumber/source ke tujuan tidak dikenali atau ketika tidak terdapat informasi yang cukup dalam tabel routing ke network tujuan. 2.6.
DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) adalah protokol yang berbasis
arsitektur client/server yang dipakai untuk memudahkan pengalokasian alamat IP dalam satu jaringan. Sebuah jaringan lokal yang tidak menggunakan DHCP harus memberikan alamat IP kepada semua komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di jaringan lokal, maka semua komputer yang tersambung di jaringan akan mendapatkan alamat IP secara otomatis dari server DHCP. Selain alamat IP, banyak parameter jaringan yang dapat diberikan oleh DHCP, seperti default gateway dan DNS server. 2.6.1. Cara Kerja Karena DHCP merupakan sebuah protokol yang menggunakan arsitektur client/server, maka dalam DHCP terdapat dua pihak yang terlibat, yakni DHCP Server dan DHCP Client. DHCP server merupakan sebuah mesin yang menjalankan layanan yang dapat "menyewakan" alamat IP dan informasi TCP/IP lainnya kepada semua klien yang memintanya. Beberapa sistem operasi jaringan seperti Windows NT Server, Windows 2000 Server, Windows Server 2003, atau GNU/Linux memiliki layanan seperti ini. DHCP client merupakan mesin klien yang menjalankan perangkat lunak klien DHCP yang memungkinkan mereka untuk dapat berkomunikasi dengan DHCP Server. Sebagian besar sistem operasi klien jaringan (Windows NT Workstation, Windows 2000 Professional, Windows XP, Windows Vista, atau GNU/Linux) memiliki perangkat lunak seperti ini.
35 DHCP server umumnya memiliki sekumpulan alamat yang diizinkan untuk didistribusikan kepada klien, yang disebut sebagai DHCP Pool. Setiap klien kemudian akan menyewa alamat IP dari DHCP Pool ini untuk waktu yang ditentukan oleh DHCP, biasanya hingga beberapa hari. Manakala waktu penyewaan alamat IP tersebut habis masanya, klien akan meminta kepada server untuk memberikan alamat IP yang baru atau memperpanjangnya. DHCP Client akan mencoba untuk mendapatkan "penyewaan" alamat IP dari sebuah DHCP server dalam proses empat langkah berikut: DHCPDISCOVER: DHCP client akan menyebarkan request secara broadcast untuk mencari DHCP Server yang aktif. DHCPOFFER: Setelah DHCP Server mendengar broadcast dari DHCP Client, DHCP server kemudian menawarkan sebuah alamat kepada DHCP client. DHCPREQUEST: Client meminta DCHP server untuk menyewakan alamat IP dari salah satu alamat yang tersedia dalam DHCP Pool pada DHCP Server yang bersangkutan. DHCPACK: DHCP server akan merespons permintaan dari klien dengan mengirimkan paket acknowledgment. Kemudian, DHCP Server akan menetapkan sebuah alamat (dan konfigurasi TCP/IP lainnya) kepada klien, dan memperbarui basis data database miliknya. Klien selanjutnya akan memulai proses binding dengan tumpukan protokol TCP/IP dan karena telah memiliki alamat IP, klien pun dapat memulai komunikasi jaringan. Empat tahap di atas hanya berlaku bagi klien yang belum memiliki alamat. Untuk klien yang sebelumnya pernah meminta alamat kepada DHCP server yang sama, hanya tahap 3 dan tahap 4 yang dilakukan, yakni tahap pembaruan alamat (address renewal), yang jelas lebih cepat prosesnya.
36 Berbeda dengan sistem DNS yang terdistribusi, DHCP bersifat stand-alone, sehingga jika dalam sebuah jaringan terdapat beberapa DHCP server, basis data alamat IP dalam sebuah DHCP Server tidak akan direplikasi ke DHCP server lainnya. Hal ini dapat menjadi masalah jika konfigurasi antara dua DHCP server tersebut berbenturan, karena protokol IP tidak mengizinkan dua host memiliki alamat yang sama. Selain dapat menyediakan alamat dinamis kepada klien, DHCP Server juga dapat menetapkan sebuah alamat statik kepada klien, sehingga alamat klien akan tetap dari waktu ke waktu 2.6.2 DHCP Scope DHCP Scope adalah alamat-alamat IP yang dapat disewakan kepada DHCP client. Ini juga dapat dikonfigurasikan oleh seorang administrator dengan menggunakan peralatan konfigurasi DHCP server. Biasanya, sebuah alamat IP disewakan dalam jangka waktu tertentu, yang disebut sebagai DHCP Lease, yang umumnya bernilai tiga hari. Informasi mengenai DHCP Scope dan alamat IP yang telah disewakan kemudian disimpan di dalam basis data DHCP dalam DHCP server. Nilai alamat-alamat IP yang dapat disewakan harus diambil dari DHCP Pool yang tersedia yang dialokasikan dalam jaringan. Kesalahan yang sering terjadi dalam konfigurasi DHCP Server adalah kesalahan dalam konfigurasi DHCP Scope. 2.6.3 DHCP Lease DHCP Lease adalah batas waktu penyewaan alamat IP yang diberikan kepada DHCP client oleh DHCP Server. Umumnya, hal ini dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa oleh seorang administrator dengan menggunakan beberapa peralatan konfigurasi (dalam Windows NT Server dapat menggunakan DHCP Manager atau dalam Windows
37 2000 ke atas dapat menggunakan Microsoft Management Console [MMC]). DHCP Lease juga sering disebut sebagai Reservation. 2.6.4 DHCP Options DHCP Options adalah tambahan pengaturan alamat IP yang diberikan oleh DHCP ke DHCP client. Ketika sebuah klien meminta alamat IP kepada server, server akan memberikan paling tidak sebuah alamat IP dan alamat subnet jaringan. DHCP server juga dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa agar memberikan tambahan informasi kepada klien, yang tentunya dapat dilakukan oleh seorang administrator. DHCP Options ini dapat diaplikasikan kepada semua klien, DHCP Scope tertentu, atau kepada sebuah host tertentu dalam jaringan. 2.7.
Hardware Jaringan Membangun suatu jaringan, baik itu bersifat LAN (Local Area Network) maupun
WAN (Wide Area Network), kita membutuhkan media baik hardware maupun software. Beberapa media hardware yang penting didalam membangun suatu jaringan, seperti: kabel atau perangkat Wi-Fi, ethernet card, hub atau switch, repeater, bridge atau router, dll. 2.7.1. Kabel Ada beberapa tipe (jenis) kabel yang banyak digunakan dan menjadi standar dalam penggunaan untuk komunikasi data dalam jaringan komputer. Kabel-kabel ini sebelumnya harus lulus uji kelayakan sebelum dipasarkan dan digunakan. Perlu diingat bahwa hampir 85% kegagalan yang terjadi pada jaringan komputer disebabkan karena adanya kesalahan pada media komunikasi yang digunakan termasuk kabel dan konektor serta kualitas pemasangannya. Kegagalan lainnya bisa disebabkan faktor teknis dan kondisi sekitar.
38 Setiap jenis kabel mempunyai kemampuan dan spesifikasinya yang berbeda, oleh karena itu dibuatlah pengenalan tipe kabel. Ada dua jenis kabel yang dikenal secara umum dan sering dipakai untuk LAN, yaitu coaxial dan twisted pair (UTP unshielded twisted pair dan STP shielded twisted pair). 2.7.1.1 Coaxial Cable Dikenal dua jenis tipe kabel koaksial yang dipergunakan buat jaringan komputer, yaitu: - thick coax (mempunyai diameter lumayan besar) dan - thin coax (mempunyai diameter lebih kecil). 2.7.1.2 Thick coaxial cable (kabel koaksial “gemuk”) Kabel coaxial jenis ini dispesifikasikan berdasarkan standar IEEE 802.3 10BASE5, dimana kabel ini mempunyai diameter rata-rata 12mm. Kabel jenis ini biasa disebut sebagai standard ethernet atau thick ethernet, atau hanya disingkat ThickNet, atau bahkan cuma disebut sebagai yellow cable karena warnanya yang kuning. Kabel Coaxial ini jika digunakan dalam jaringan mempunyai spesifikasi dan aturan sebagai berikut: o Setiap ujung harus diterminasi dengan terminator 50-ohm (dianjurkan menggunakan terminator yang sudah dirakit, bukan menggunakan satu buah resistor 50 ohm 1 watt, sebab resistor mempunyai disipasi tegangan yang lumayan lebar). o Maksimum 3 segment dengan tambahan peralatan (attached devices, seperti repeater) atau berupa populated segments (seperti bridge). o Setiap kartu jaringan mempunyai kemampuan penguat sinyal (external transceiver).
39 o Setiap segment maksimum berisi 100 perangkat jaringan, termasuk dalam hal ini repeaters. o Maksimum panjang kabel per segment adalah 1.640 feet (sekitar 500m). o Maksimum jarak antar segment adalah 4.920 feet (atau sekitar 1500 meter) dan setiap segment harus diberi ground. o Jarak maksimum antara tap atau pencabang dari kabel utama ke perangkat (device) adalah 16 feet (sekitar 5 meter). o Jarak minimum antar tap adalah 8 feet (sekitar 2,5 meter). 2.7.1.3 Thin coaxial cable (kabel koaksial “kurus”) Kabel coaxial jenis ini banyak dipergunakan di kalangan radio amatir, terutama untuk transceiver yang tidak memerlukan output daya yang besar. Jenis yang banyak digunakan RG-8 atau RG-59 dengan impedansi 75 ohm. Jenis kabel untuk televisi juga termasuk jenis coaxial dengan impedansi 75 ohm. Namun untuk perangkat jaringan, kabel jenis coaxial yang dipergunakan adalah (RG-58) yang telah memenuhi standar IEEE 802.3 - 10BASE2, dimana diameter rata-rata berkisar 5 mm dan biasanya berwarna hitam. Setiap perangkat (device) dihubungkan dengan BNC T-connector. Kabel jenis ini juga dikenal sebagai thin Ethernet atau ThinNet. Kabel coaxial jenis ini, misalnya jenis RG-58 A/U atau C/U, jika diimplementasikan dengan T-connector dan terminator dalam sebuah jaringan, harus mengikuti aturan sebagai berikut:
Pada topologi bus, setiap ujung kabel diberi terminator 50-ohm.
Panjang maksimal kabel adalah 606.8 feet (185 meter) per segment.
Setiap segment maksimum terkoneksi sebanyak 30 perangkat jaringan (devices)
40
Kartu jaringan sudah menggunakan transceiver yang onboard, tidak perlu tambahan transceiver, kecuali untuk repeater.
Maksimum ada 3 segment terhubung satu sama lain (populated segment) dengan pengubung repeater 185 x 3 = 555 meter.
Setiap segment sebaiknya dilengkapi 1 ground.
Panjang minimum antar T-Connector adalah 1,5 feet (0.5 meter).
Gambar 2.16. Kabel koaxial yang telah dipasang konektor, terminator dan BNC T
Gambar 2.17. Model jaringan Ethernet BUS 2.7.1.4 Twisted Pair Cable Selain kabel koaksial, Ethernet juga dapat menggunakan jenis kabel lain yakni UTP (Unshielded Twisted Pair) dan Shielded Twisted Pair (STP). Kabel UTP atau STP yang biasa digunakan adalah kabel yang terdiri dari 4 pasang kabel yang terpilin. Dari 8 buah kabel yang ada pada kabel ini, hanya digunakan 4 buah saja yang digunakan untuk dapat mengirim dan menerima data (Ethernet).
41 Perangkat-perangkat lain yang berkenaan dengan penggunaan jenis kabel ini adalah konektor RJ-45 dan HUB.
Gambar 2.18. Kabel UTP (katagori 5) dan konektor RJ-45 Standar EIA/TIA 568 menjelaskan spesifikasi kabel UTP sebagai aturan dalam instalasi jaringan komputer. EIA/TIA menggunakan istilah kategori untuk membedakan beberapa tipe kabel UTP, Kategori untuk twisted pair (hingga saat ini, Mei 2005), yaitu: Tabel 2.4 Tipe kabel UTP Type Cable
Keterangan
UTP
Analog. Biasanya digunakan diperangkat telephone pada jalur
Catagory 1
ISDN (Integrated Service Digital Network), juga untuk menghubungkan modem dengan line telephone.
UTP
Bisa mencapai 4 Mbits (sering digunakan pada topologi token
Catagory 2
ring)
UTP / STP
10 Mbits data transfer (sering digunakan pada topologi token ring
Catagory 3
atau 10BaseT)
UTP / STP
16 Mbits data transfer (sering digunakan pada topologi token
Catagory 4
ring)
UTP / STP
Bisa mencapai 100 Mbits data transfer /22db (sering digunakan
Catagory 5
pada topologi star atau tree) ethernet 10Mbps, Fast ethernet 100Mbps, tokenring 16Mbps
42 UTP / STP
1 Gigabit Ethernet (1000Mbps), jarak 100m
Catagory 5e STP
2,5 Gigabit Ethernet, menjangkau jarak hingga 100m, atau
Catagory 6
10Gbps (Gigabit Ehernet) 25 meters. 20,2 db Up to 155 MHz atau 250 MHz
STP
Gigabit Ethernet/20,8 db (Gigabit Ehernet). Up to 200 MHz atau
Catagory 7
700 MHz
Pemberian kategori 1/2/3/4/5/6/7 merupakan kategori spesifikasi untuk masingmasing kabel tembaga dan juga untuk jack. Masing-masing merupakan seri revisi atas kualitas kabel, kualitas pembungkusan kabel (isolator) dan juga untuk kualitas “belitan” (twist) masing-masing pasang kabel. Selain itu juga untuk menentukan besaran frekuensi yang bisa lewat pada sarana kabel tersebut, dan juga kualitas isolator sehingga bisa mengurangi efek induksi antar kabel (noise bisa ditekan sedemikian rupa). Perlu diperhatikan juga, spesifikasi antara CAT5 dan CAT5enchanced mempunyai standar industri yang sama, namun pada CAT5e sudah dilengkapi dengan insulator untuk mengurangi efek induksi atau electromagnetic interference. Kabel CAT5e bisa digunakan untuk menghubungkan network hingga kecepatan 1Gbps.
Gambar 2.19. Konektor RJ-45 dan cara membedakannya
43 Ada dua jenis pemasangan kabel UTP yang umum digunakan pada jaringan lokal, ditambah satu jenis pemasangan khusus untuk cisco router, yakni:
Straight Through Cable
Cross Over Cable dan
Roll Over Cable
a. Straight Through Cable Untuk pemasangan jenis ini, biasanya digunakan untuk menghubungkan beberapa unit komputer melalui perantara HUB / Switch yang berfungsi sebagai konsentrator maupun repeater.
Gambar 2.20. Straight Through Cable T568B Penggunaan kabel UTP model straight through pada jaringan lokal biasanya akan membentuk topologi star (bintang) atau tree (pohon) dengan HUB/switch sebagai pusatnya. Jika sebuah HUB/switch tidak berfungsi, maka seluruh komputer yang terhubung dengan HUB tersebut tidak dapat saling berhubungan. Penggunaan HUB harus sesuai dengan kecepatan dari Ethernet card yang digunakan pada masing-masing komputer. Karena perbedaan kecepatan pada NIC dan HUB berarti kedua perangkat tersebut tidak dapat saling berkomunikasi secara maksimal.
44
Gambar 2.21 Pemasangan Straight Through Cable dengan HUB Penggunaan Straight Through Cable o PC Hub o PC Switch o Hub Hub o Switch Router b. Cross Over Cable Berbeda dengan pemasangan kabel lurus (straight through), penggunaan kabel menyilang ini digunakan untuk komunikasi antar komputer (langsung tanpa HUB), atau dapat juga digunakan untuk meng-cascade HUB jika diperlukan. Sekarang ini ada beberapa jenis HUB yang dapat di-cascade tanpa harus menggunakan kabel menyilang (cross over), tetapi juga dapat menggunakan kabel lurus.
Gambar 2.22 Cross Over Cable dan penggunaannya
45 Penggunaan Cross Over Cable o PC PC o Switch Swicth o Switch Hub
a.
Roll-Over Cable Pada sistem CISCO, ada satu cara lain pemasangan kabel UTP, yang
digunakan untuk menghubungkan sebuah terminal (PC) dan modem ke console Cisco Router atau console switch managible, cara ini disebut dengan Roll-Over. Kabel Roll-Over tersebut sebelumnya terkoneksi dengan DB-25 atau DB-9 Adapter sebelum ke terminal (PC). Anda dapat mengenali sebuah kabel roll-over dengan melihat ke dua ujung kabel. Dimana warna kabel dari sisi yang satu akan berbalik pada sisi kabel di ujung yang lain. Misalnya kabel putih orange yang berada pada pin 1 ujung kabel A, akan berada pada pin 8 ujung kabel B.
Gambar 2.23. RollOver Cable dari console switch ke PC
46
Gambar 2.24 Cara melihat Roll-Over Cable
Gambar 2.25. Koneksi Console Terminal
Gambar 2.26. Koneksi Auxiliry port router cisco ke modem
Gambar 2.27. RJ-45 to DB-25 Adapter
47 Tabel 2.5 Hubungan antar pin RJ-45 untuk pemasangan kabel Roll-over Router
Router
Workstation Workstation
Pin name
Pin
Pin
Pin name
White-Orange
1
8
Brown
Orange
2
7
White-Brown
White-Green
3
6
Green
Blue
4
5
White-Blue
White-Blue
5
4
Blue
Green
6
3
White-Green
White-Brown
7
2
Orange
Brown
8
1
White-Orange
Direction
Penggunaan kabel rolover o PC console router o PC console switch managible o Router modem 2.7.1.5 Fiber Optic Cable Kabel yang memiliki inti serat kaca sebagai saluran untuk menyalurkan sinyal antar terminal, sering dipakai sebagai saluran BACKBONE karena kehandalannya yang tinggi dibandingkan dengan coaxial cable atau kabel UTP. Karakteristik dari kabel ini tidak terpengaruh oleh adanya cuaca dan panas.
48
Gambar 2.28. Konektor dan kabel Fiber Optic
Gambar 2.29. Lapisan kabel fiber optic a. Kemampuan Kabel Serat Optik (FO) Fiber optik menunjukkan kualitas tinggi untuk berbagai macam aplikasi, hal ini di sebabkan: o Dapat mentransmisi bit rate yg tinggi, o Tidak sensitif pada gangguan elektromagnetik o Memiliki Bit Error Rate (kesalahan) kecil o Reliabilitas lebih baik dari kabel koaksial b. Kondisi & tempat pemasangan kabel FO o Di wilayah kota, terdapat banyak lekukan dan saluran yang biasanya dipenuhi oleh kabel lain, sehingga pemasangan infrastruktur baru selalu dibuat dalam jumlah kecil, sehingga radius belokan fiber dan kabel diusahakan tetap kecil.
49 o Kabel terpasang dalam bermacam-macam kondisi, seperti: di luar, dibawah tanah, di udara, dalam ruangan. Konsekuensinya banyak kondisi termal, mekanikal dan tekanan lain yang harus diterima. o Hindari kondisi banyaknya penyambungan, sehingga tidak memerlukan teknisi yang terlatih dan persiapan yang mudah. o Jangan sampai terjadi banyak tekukan & kebocoran jacket pelindung yang bisa menyebabkan kebocoran Cahaya o
Biaya jalur koneksi global harus menjadi lebih rendah.
Gambar 2.30. contoh kebocoran cahaya akibat kesalahan pemasangan dan penyambungan kabel FO Berikut ini merupakan tabel standarisasi kabel dari IEEE untuk kabel jenis coaxial, UTP/STP maupun Fiber Optic Tabel 2.6. Tipe Standarisasi Kabel 1
50
Tabel 2.7. Tipe Standarisasi Kabel 2
2.7.2 Ethernet Card /Network Interface Card (Network Adapter) Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu node yang lain.
51 Setiap Ethernet card mempunyai alamat sepanjang 48 bit yang dikenal sebagai Ethernet address (MAC Address). Alamat tersebut telah ditanam ke dalam setiap rangkaian kartu jaringan (NIC) yang dikenali sebagai ‘Media Access Control’ (MAC) atau lebih dikenali dengan istilah ‘hardware address’. 24 bit atau 3 byte awal merupakan kode yang telah ditentukan oleh IEEE.
Gambar 2.31. Pembagian bit pada MAC Address.
Gambar 2.32. Cara melihat MAC Address, dengan mengetik winipcfg pada menu RUN di Windows 98.
Gambar 2.33. Cara melihat MAC Address, dari shell DOS dengan mengetik ipconfig /all pada SO Windows.
52 Kartu jaringan Ethernet biasanya dibeli terpisah dengan komputer, kecuali network adapter yang sudah onboard. Komputer Macintosh juga sudah mengikutkan kartu jaringan ethernet didalamnya. Kartu Jaringan ethernet model 10Base umumnya telah menyediakan port koneksi untuk kabel coaxial ataupun kabel twisted pair, jika didesain untuk kabel coaxial konektornya adalah BNC, dan bila didesain untuk kabel twisted pair maka akan punya port konektor RJ-45. Beberapa kartu jaringan ethernet kadang juga punya konektor AUI. Semua itu dikoneksikan dengan coaxial, twisted pair, ataupun dengan kabel fiber optik.
Gambar 2.34. Network Interface card (dari atas ke bawah konektor RJ-45, konektor AUI, dan konektor BNC 2.7.3 Hub dan Switch (Konsentrator) Sebuah konsentrator (Hub atau switch) adalah sebuah perangkat yang menyatukan kabel-kabel network dari tiap workstation, server atau perangkat lain. Dalam topologi bintang, kabel twisted pair datang dari sebuah workstation masuk kedalam hub atau switch. Hub dan switch mempunyai banyak lubang port RJ-45 yang dapat dipasang konektor RJ-45 dan terhubung ke sejumlah komputer. Beberapa jenis hub dapat dipasang bertingkat (stackable) hingga 4 susun. Biasanya hub maupun switch memiliki jumlah lubang sebanyak 4 bh, 8 bh, 16 bh, hingga 24 bh.
53
Gambar 2.35. Beberapa komputer yang terhubung melalui sebuah hub Switch merupakan konsentrator yang memiliki kemampuan manajemen trafic data lebih baik bila dibandingkan hub. Saat ini telah terdapat banyak tipe switch yang managible, selain dapat mengatur traffic data, juga dapat diberi IP Address. 2.7.4 Repeater Fungsi utama repeater yaitu untuk memperkuat sinyal dengan cara menerima sinyal dari suatu segmen kabel LAN lalu memancarkan kembali dengan kekuatan yang sama dengan sinyal asli pada segmen kabel yang lain. Dengan cara ini jarak antara kabel dapat diperjauh. Penggunaan repeater antara dua segmen atau lebih segmen kabel LAN mengharuskan penggunaan protocol physical layer yang sama antara segmen-segmen kebel tersebut misalnya repeater dapat menghubungkan dua buah segmen kabel Ethernet 10BASE2.
54
Gambar 2.36. Penggunaan repeater antara dua segmen 2.7.5 Bridge Fungsi dari bridge itu sama dengan fungsi repeater tapi bridge lebih fleksibel dan lebih cerdas dari pada repeater. Bridge dapat menghubungkan jaringan yang menggunakan metode transmisi yang berbeda. Misalnya bridge dapat menghubungkan Ethernet baseband dengan Ethernet broadband. Bridge mampu memisahkan sebagian dari trafik karena mengimplementasikan mekanisme frame filtering. Mekanisme yang digunakan di bridge ini umum disebut sebagai store and forward. Walaupun demikian broadcast traffic yang dibangkitkan dalam LAN tidak dapat difilter oleh bridge. Terkadang pertumbuhan network sangat cepat
makanya di perlukan jembatan
untuk itu. Kebanyakan Bridges dapat mengetahui masing-masing alamat dari tiap-tiap segmen komputer pada jaringan sebelahnya dan juga pada jaringan yang lain di sebelahnya pula. Diibaratkan bahwa Bridges ini seperti polisi lalulintas yang mengatur dipersimpangan jalan pada saat jam-jam sibuk. Dia mengatur agar informasi di antara kedua sisi network tetap jalan dengan baik dan teratur.
55 Bridges juga dapat digunakan untuk mengkoneksi network yang menggunakan tipe kabel yang berbeda ataupun topologi yang berbeda pula. Bridges dapat mengetahui alamat masing-masing komputer di masing-masing sisi jaringan.
Gambar 2.37. Bridges yang digunakan untuk mengkoneksi 2 segmen 2.7.6 Router Sebuah Router mampu mengirimkan data/informasi dari satu jaringan ke jaringan lain yang berbeda, router hampir sama dengan bridge, meski tidak lebih pintar dibandingkan bridge, namun pengembangan perangkat router dewasa ini sudah mulai mencapai bahkan melampaui batas tuntutan teknologi yang diharapkan. Router akan mencari jalur terbaik untuk mengirimkan sebuah pesan yang berdasarkan atas alamat tujuan dan alamat asal. Router mengetahui alamat masing-masing komputer dilingkungan jaringan lokalnya, mengetahui alamat bridges dan router lainnya.
Gambar 2.36. Cisco Router persfektif dari belakang Router juga dapat mengetahui keseluruhan jaringan dengan melihat sisi mana yang paling sibuk dan bisa menarik data dari sisi yang sibuk tersebut sampai sisi tersebut bersih/clean.
56 Jika sebuah perusahaan mempunyai LAN dan menginginkan terkoneksi ke internet, maka mereka sebaiknya membeli dan menggunakan router, mengapa ? Karena kemampuan yang dimiliki router, diantaranya: 1.
router dapat menterjemahkan informasi diantara LAN anda dan internet
2.
router akan mencarikan alternatif jalur yang terbaik untuk mengirimkan data melewati internet
3.
mengatur jalur sinyal secara effisien dan dapat mengatur data yang mengalir diantara dua buah protocol
4.
dapat mengatur aliran data diantara topologi jaringan linear Bus dan Star
5.
dapat mengatur aliran data melewati kabel fiber optic, kabel koaksial atau kabel twisted pair.
Gambar 2.37. Simbol Network Device 2.7.7 Wireless Acces Point Wireless Acces Point adalah sebuah alat yang memungkinkan perangkat komunikasi nirkabel untuk terhubung ke jaringan nirkabel dengan menggunakan Wi-Fi, Bluetooth atau standar yang terkait. WAP biasanya menyambung ke jaringan kabel, dan
57 dapat meneruskan data antara perangkat nirkabel (seperti komputer atau printer) dan kabel perangkat di dalam jaringan. Dengan menggunakan WAP, maka sebuah jaringan komunikasi akan terbentuk tidak hanya dua atau tiga perangkat saja yang dapat berkomunikasi tetapi cukup banyak yang dapat saling berbicara dengan perantara sinyal radio ini. Selain itu dengan menggunakan WAP, jaringan kabel dengan wireless juga dapat berhubungan sehingga komunikasi jaringan menjadi lebih lebar.
Gambar 2.38 Wireless Acces Point
58
BAB III KEADAAN UMUM INSTANSI
3.1.
Pengenalan Ruang Lingkup Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor Adalah perguruan tinggi
kedinasan Departemen Pertanian, yang dibina oleh Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. Cikal bakal institusi ini bernama Middelbare Landbouw School (MLS), yang didirikan sejak tahun 1903 dan dikembangkan menjadi Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA), Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP). Tahun 1987 berubah menjadi Diklat Akademi Penyuluhan Pertanian Bogor (Diklat APP Bogor), dan Akademi Penyuluhan Pertanian Bogor (APP Bogor). Dengan Keppres RI No. 50 tahun 2001 Akademi Penyuluhan Pertanian Bogor ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor. STPP Bogor bertujuan meningkatkan profesionalisme Penyuluh Pertanian. Lulusan STPP Bogor bergelar Sarjana Sains Terapan (SST). STPP Bogor saat ini memiliki 2 jurusan yaitu Jurusan Penyuluhan Pertanian dan Jurusan Penyuluhan Peternakan. Kedua Jurusan/Program Studi ini telah diakreditasi oleh BAN-PT dengan No: 003/BAN-PT/Ak-III/Dpl.IV/VIII/2006, dengan nilai B. Berdasarkan Permentan No. 45/Permentan/OT.140/10/2008 Tugas Pokok Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor adalah : a.
Menyelenggarakan Pendidikan Tinggi Program Diploma 4 (Bidang Penyuluhan Pertanian dan Penyuluhan Peternakan)
b.
Menyelenggarakan Diklat Fungsional Rumpun Ilmu Hayat Pertanian dan peternakan
59 c.
Terwujudnya STPP Bogor Andal untuk menghasilkan Penyuluhan Pertanian dan Peternakan yang Tangguh dalam menghadapi tantangan Teknologi masa kini. Untuk menindak lanjuti salah satu tugas pokok pengembangan Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor maka di bentuklah Unit Komputer yang didirikan pada tahun 2007 merupakan salah satu lembaga/instansi pengabdian aktivitas Komputerisasi STPP Bogor. Kehadirannya diprogram dalam rangka menjawab kebutuhan internal STPP Bogor guna meningkatkan kemampuan dan kualitas proses belajar, mengajar untuk menghasilkan tenaga-tenaga Penyuluh Ahli yang andal dan tangguh, mampu memenuhi kebutuhan pembangunan Pertanian yang ditunjang dengan program-program pengolahan data secara optimal dan Profesional dalam penyajian penelitian sebagai pengabdian kepada masyarakat. 3.2.
Visi Visi Unit Komputer adalah eksis ditengah masyarakat yang senantiasa berubah,
merupakan harapan sekaligus janji yang harus diwujudkan STPP Bogor melalui dimensi pengabdian. Unit Komputer berkeyakinan bahwa harapan dan janji tersebut dapat terwujud hanya apabila pendidikan dengan segala substansi berproses melalui perbaikan yang terusmenerus. Continuous Improvement adalah visi yang akan menjadi landasan berpijak aktivitas Unit Komputer sebagai pilar pengabdian baik di dalam maupun di luar kampus STPP Bogor. 3.3. Misi Misi Unit Komputer yaitu wawasan strategis pemicu kemajuan dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas yang diinginkan melalui Unit pemberdayaan Penyuluhan Ahli berbasis komputer. Misi lembaga adalah turut membangun Penyuluh Ahli
60 yang informatif, proaktif dan produktif melalui pengembangan sistem informasi yang berbasis komputer guna :
Peningkatan kemapuan pengguna software komputer yang mendukung kerja penyuluh Ahli dalam mengembangkan Penelitian dalam masyarakat.
Menjembatani STPP dengan masyarakat melalui penerapan aplikasi– aplikasi praktis kedalam berbagai kegiatan produktif penelitian pertanian pada masyarakat.
Merangsang kreatifitas dalam meningkatkan kinerja Penyuluh Ahli.
Tujuan lembaga adalah meningkatkan kinerja sumber daya manusia dalam mendukung terciptanya sistem informasi yang efektif dan efisien melalui berbagai penggunaan software komputer. Sasarannya dalam fungsi pelayanannya Unit Komputer melayani internal dan eksternal kampus, yaitu melalui pelatihan bagi dosen, karyawan pemerintah, swasta dan umum.
61 3.4.
STRUKTUR ORGANISASI Struktur Organisasi Unit Komputer STPP Bogor sebagai berikut :
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Unit Komputer STPP Bogor 3.5.
Fasilitas Hardware Dan Software Yang Ada Di Unit Komputer
3.5.1. Hardware Fasilitas Hardware yang ada di Unit Komputer antar a lain:
Beberapa unit PC yang terhubung ke jaringan.
Komputer-komputer tersebut memiliki Processor IP 4; CPU 2,00 Ghz; RAM 256 MB
Perlengkapan praktek jaringan komputer lengkap (HUB, switching, kabel UTP dan sebagainya)
62 3.5.2. Software Fasilitas software antara lain: Windows Xp 1, 2 Microsoft Office Anti Virus 3.6.
Kegiatan Unit Komputer STPP Bogor Kegiatan di UNIT KOMPUTER mencakup kegiatan dilingkungan STPP Bogor dan
Luar STPP Bogor, sebagai berikut : 3.6.1. Kegiatan Unit Komputer di Lingkungan STPP Bogor: Pelatihan Dosen Pelatihan Praktikum Mahasiswa Pelatihan Karyawan 3.6.2. Kegiatan Unit Komputer di Luar STPP Bogor Mengadakan Pelatihan Komputer Mengadakan pelatihan Office, Excell Pelatihan Presentase
Gambar 3.2 Maintenance 3.2 Maintenance Unit Komputer
63
BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN
4.1.
Analisis Analisa sistem merupakan tahap yang harus dilakukan untuk membangun atau
melakukan pengembangan sistem, dan jika terjadi kesalahan pada tahap analisis ini maka akibatnya akan mempengaruhi tahap perencanaan dan implementasi. Analisis berisi analisis masalah, analisis prosedur kerja, analisis personal dan analisis software yang digunakan untuk jaringan. Kenyamanan kerja merupakan salah satu tujuan semua orang (karyawan/staf), namun semua itu tidak dapat dicapai secara maksimal karena sumber daya dan manajemen yang menentukan. Misalnya di Unit Komputer STPP Bogor dan tiap ruangan Kabag (kepala bagian) terdapat beberapa unit komputer dan itu semua bersifat stand alone. 4.2.
Hasil Analisis
4.2.1. Jaringan Komputer Saat penulis melakukan survey jaringan komputer belum terbentuk, semua staf bekerja dengan komputernya masing-masing dan apabila ada keperluan mengambil data dari komputer yang lain maka dilakukan dengan mengkopi menggunakan disket, flash disk atau yang lainnya. 4.2.2. Spesifkasi Hardware Yang Digunakan Hardware yang digunakan di Unit Komputer pada umumnya sudah bagus sudah menunjang untuk dibuat LAN (Local Area Network). Tiap PC sudah terpasang LAN Card dengan processor paling rendah adalah Intel Pentium II - 400 MHz dengan RAM (SDRAM) 128 MHz dan paling tinggi adalah Intel Pentium 4 – 2,4 GHz dengan RAM
64 (DDRAM) 512 MHz dan semuanya sudah terpasang CD ROM Samsung 52 X Pada Server ditambah CD RW Asus 52 X. Tabel 4.1 : Spesifikasi Hardware yang digunakan Nama
Processor
RAM
Komputer
(MHz)
(MHz)
1.
PC 1
400
128
-
RTL 8139
2.
PC 2
667
128
Canon BJC 215
RTL 8139
3.
PC 3
600
128
-
RTL 8139
PC 4
600
128
-
RTL 8139
5.
PC 5
600
128
-
RTL 8139
6.
PC 6
400
128
-
RTL 8139
7.
PC 7
667
128
Canon BJC 215
RTL 8139
8.
PC 8
667
128
-
RTL 8139
9.
PC 9
2000
256
Canon BJC 215
RTL 8139
No
Tempat
Printer
LAN Card
Gedung 4. 1
Canon BJC 215 10.
PC 10
2000
256
RTL 8139 Scanner
11.
PC 11
2000
128
Canon BJC 215
RTL 8139
PC 12
2000
128
-
RTL 8139
13.
PC 13
2000
128
-
RTL 8139
14.
PC 14
2000
128
-
RTL 8139
Gedung 12. 2
Canon 15.
PC 15
2400
512
2100 Scanner
BJC RTL 8139
65 4.2.3. Spesifikasi Software yang digunakan Software yang digunakan di Unit Komputer STPP adalah sebagai berikut :
4.3.
Windows 98 SE
Windows 2000 Professional
Windows XP Professional
Office XP Professional
Utility (Software yang lain)
Topologi Jaringan Berdasarkan kondisi lingkungan kerja yang telah digambarkan, yang terdiri dari dua
gedung, maka topologi jaringan yang diterapkan di Unit STPP Bogor yaitu topologi pohon atau topologi hierarki.
66 Topologi pada dasarnya adalah peta dari sebuah jaringan. Topologi pohon atau di sebut juga topologi hirarki dan bisa juga disebut topologi bertingkat merupakan topologi yang bisa di gunakan pada jaringan di dalam ruangan kantor. Pada gambar bisa kita lihat hubungan antar satu komputer dengan komputer lain merupakan percabangan dengan hirarki yang jelas, sentral pusat atau yang berada pada bagian paling atas (server) merupakan sentral yang aktif sedangkan sentral yang ada di bawahnya adalah sentral yang pasif. Topologi jaringan pohon yang diterapkan di Unit STPP Bogor ini memadukan karakteristik dari jaringan linier dan jaringan bintang. Jaringan ini terdiri dari sekumpulan workstation berkonfigurasi dengan struktur bintang yang terhubung dengan Jaringan Internet. Jaringan pohon memungkinkan perluasan dari sub jaringan yang telah ada. Keuntungan: Akses ke station lain (client atau server) cepat Dapat menerima workstation baru selama port di centralnode (hub/switch) tersedia. Hub/switch bertindak sebagai konsentrator. Hub/switch dapat disusun seri (bertingkat) untuk menambah jumlah station yang terkoneksi di jaringan.
User dapat lebih banyak dibanding topologi bus, maupun ring.
Kerugian: Bila traffic data cukup tinggi dan terjadi collision, maka semua komunikasi akan ditunda, dan koneksi akan dilanjutkan/dipersilahkan dengan cara random, apabila hub/switch mendetect tidak ada jalur yang sedang dipergunakan oleh node lain. 4.3.1. Topologi Jaringan Nirkabel (Wireless) Setelah penulis survey di Unit Komputer STPP Bogor, perangkat kabel bisa berkomunikasi dengan perangkat nirkabel menggunakan jalur akses . Jalur akses adalah
67 unit kecil yang terhubung ke jaringan Ethernet (atau jaringan kabel lain) dengan kabel, tetapi yang juga berisi nirkabel 802.11b-compliant transceiver. Perangkat nirkabel lain yang datang dalam jangkauan jalur akses dapat berkomunikasi dengan jaringan kabel, hanya seolah-olah mereka terhubung dengan kabel sendiri. Jalur akses yang berfungsi sebagai jembatan yang transparan, efektif memperpanjang kabel jaringan area lokal (LAN) untuk menyertakan perangkat nirkabel. maka topologi wireless yang diterapkan di unit Komputer STPP Bogor yaitu topologi infrastruktur. Pada jaringan infrastruktur, perangkat nirkabel berkomunikasi hanya dengan jalur akses, mereka tidak berkomunikasi satu sama lain secara langsung. Oleh karena itu, bahkan jika dua komputer nirkabel berada dalam jangkauan satu sama lain, mereka harus tetap menggunakan jalur akses untuk berkomunikasi.
4.3 Gambar Topology Wireless
68 4.3.2 Akses Lapisan ini merupakan hubungan node-node individual pada switch, router, radio access point yang ada gedung itu sendiri. Jadi pada lapisan ini komunikasi data hanya berlansung di internal gedung itu sendiri.
Gambar 4.4 Jalur Akses 4.4.
Perancangan
4.4.1. Hadware Jaringan Untuk menyusun rancangan jaringan komputer pada gedung harus diperhatikan antara lain : jenis kabel, keamanan instalasi dari gangguan fisik dan kelistrikan, pemilihan topologi, jumlah pemakai, penyebaran ruangan dan perencanaan pengembangan pada masa mendatang. Namun ada beberapa faktor yang lebih spesifik yang perlu diperhatikan yaitu letak main hole/saft/AHU (saluran AC) atau lorong kabel, semuanya harus memperhatikan pada tiga orientasi yaitu : orientasi organisasi, orientasi ekonomis dan orientasi teknis.
69
Orientasi organisasi : untuk menciptakan citra organisasi modern, membangun kerja yang dinamis, meningkatkan kinerja dan kontrol organisasi.
Orientasi ekonomis : peningkatan efisiensi, pengawasan, peningkatan produktifitas dan penghematan biaya.
Orientasi teknis : keamanan data, kehandalannya, kecepatan dan kemudahan dalam pengoperasian sistem. Apabila ingin kinerja jaringannya bagus maka harus ditunjang oleh hardware
yang cukup bagus. Untuk klien server minimal Pentium II 400 Mhz dengan RAM 128 MHz dan untuk server yang disarankan minimal Pentium 4 dengan RAM 512 MHz untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini : Peralatan Instalasi
Router
Access Point
Kabel UTP dan Konektor RJ 45 (secukupnya)
Switch HUB 2 Buah (minimal)
Krim Tool
Printer
Tester
4.3.2 IP Address Pada kasus ini kita hanya memerlukan satu network yang bisa meng-cover jumlah host yang sedikit itu. Kita mengambil satu IP Address dari kelas c, misalnya : 192.168.5.0 dan mulai perhitungan ini dengan mengunakan bilangan biner bahwa Ip Address untuk kelas C terdiri dari N.N.N.H, dimana N adalah Network dan H adalah Host, untuk sementara abaikan dulu network adressnya dan fokuskan pada host adressnya. Host adress
70 pada kelas c yang akan kita pecah akan terlihat seperti : N.N.N.-- N.H maka kita akan miminjam beberapa bit dari host yang kita jadikan sebagai network address. Host adress pada kelas c yang terdiri dari 8 bit : 1 1 1 1 1 1 1 1 = 255 kita perlu mengingat hitungan 2n yang akan kita lakukan pada setiap perhitungan ip address : 2^7 2^6 2^5 2^4 2^3 2^2 2^1 2^0 hasil dari bilangan pangkat diatas adalah berturut turut : 128 64 32 16 8 4 2 1 = 255 jumlah host yang diminta hanya 50, maka kita menjumlahkan dari angka 16 + 8 + 4 + 2 + 1 dan hasilnya adalah 31, sedangkan jumlah host yang diperlukan adalah 50, kalau begitu kita harus menjumlahkan lagi dari angka 32 + 16 + 8 + 4 + 2 +1, maka hasilnya adalah 63, dan kita telah memenuhi syarat karena jumlah host yang diperlukan hanya 50. Dalam hal ini kita meminjam 2 bit dari 8 bit yang ada untuk dijadikan sebagai network address, 2 bit itu adalah angka 128, dan 64. Jika kita jumlahkan akan menghasilkan 192 maka subnet adress untuk network ini adalah 255.255.255.192 atau kita bisa menuliskan 192.168.5.0 - 26 untuk IP Address tanpa subnetting adalah 24 atau 255.255.255.0, karena kita meminjam 2 bit, tinggal kita tambahkan saja, sehingga menjadi 26 atau 255.255.255.192 kemudian kita tentukan network adress untuk subnet mask tersebut caranya tinggal mengurangkan dari total bit, lakukan pengurangan 256 - 192 = 64 (angka 256 adalah total keseluruhan bit, dan 192 adalah subnet adress). Network adress pertama adalah : 192.168.5.64 Network adress kedua adalah : 192.168.5.128 Network adress ketiga adalah : 192.168.5.192 Hasilnya adalah : network adress : 192.168.5.64 dengan Subnet mask : 255.255.255.192 dan IP Address yang pertama adalah : 192.168.5.63 dan IP Address yang terakhir adalah : 192.168.5.126 dengan broadcast adress adalah : 192.168.5.127. Untuk
71 mendapatkan broadcast address maka tinggal mengurangkan satu dari network adress yang kedua, dalam hal ini 128 - 1 = 127. Untuk pengembangan jaringan beberapa tahun kedepan maka akan leluasa untuk penambahan komputer karena di network address pertama tersisa sekitar 49 buah IP Adress yang belum terpakai dan pada network address yang kedua dan ketiga. Tabel 4.2 : Pengalamatan IP Address Nama No
IP Address
Tempat Komputer Router eth-0
192.168.10.1/24
Router eth-1
192.168.5.1/24
1.
PC 1 / WS 1
192.168.10.77
2.
PC 2 / WS 2
192.168.10.76
PC 3 / WS 3
192.168.10.75
PC 4 / WS 4
192.168.10.74
PC 5 / WS 5
192.168.10.73
6.
PC 6 / WS 6
192.168.10.72
7.
PC 7 / WS 7
192.168.10.71
8.
PC 8 / WS 8
192.168.5.70
9.
PC 9 / WS 9
192.168.5.69
10.
PC 10 / WS 10
192.168.5.68
3. 4. 5.
Gedung 1
11.
Gedung
PC 11 / WS 11
192.168.5.67
12.
2
PC 12 / WS 12
192.168.5.66
13.
PC 13 / WS 13
192.168.5.65
14.
PC 14 / WS 14
192.168.5.64
15.
PC 15 / Server
192.168.5.63
72
BAB V IMPLEMENTASI
5.1
Instalasi dan konfigurasi Mikrotik Pertama kali yang harus disiapkan adalah komputer server atau mikrotik board.
Setelah itu, masukkan cd yang tadi telah terisi mikrotik kedalam komputer server kemudian hidupkan komputer tersebut. Tunggu hingga pada komputer muncul seperti dibawah ini
Gambar 5.1 Sistem Mikrotik Router Setelah itu tekan tombol ‘a’ untuk menginstall semua fasilitas yang ada di mikrotik, biarakan saja proses berjalan, karena proses instalasi sedang berlangsung mulai dari formatting disk hingga proses instalasi selesai. Jika muncul tampilan berikut ini berarti proses instalasi selesai. Setelah proses pengcopyan file selesai kemudian proses instalasi membutuhkan reboot ulang. Apabila semua proses instalasi tidak mengalami error setelah
73 reboot ulang di layar akan muncul tampilan user login dan password. Secara default user yang dipakai adalah user admin dengan password yang masih kosong
Gambar 5.2 tampilan user login dan password 5.2
Konfigurasi IP Adress dan Network Address Translation (NAT) Penulis tidak akan membahas perintah command line, karena akan sangat rumit dan
sulit untuk menghafalkannya. Untuk mensetting Mikrotik ini kita menggunakan tools lain yaitu
Winbox.
Tools
winbox
ini
bisa
diambil
secara
free
di
website
http://www.mikrotik.co.id. Dengan Winbox ini kita bisa mendeteksi System Mikrotik yang sudah di install, asalkan masih dalam satu network, yaitu dengan mendeteksi MAC address dari ethernet yang terpasang di Mikrotik. Tampilan awal pertama kali mengaktifkan winbox adalah seperti berikut
74
Gambar 5.3 WinBox Loader v2.2.10 Kita tinggal pilih MAC address yang sudah terdeteksi dan klik tombol Connect. Maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini :
Gambar 5.4 MAC address Dalam pembahasan kali ini, mesin mikrotik ini akan kita jadikan sebagai internet gateway. Yang artinya adalah client yang ada dibelakang Mesin MikroTik akan mengakses internet melalui Gateway nya yaitu MikroTik itu sendiri. Untuk itu kita perlu melakukan
75 beberapa langkah lagi agar client kita dapat juga terhubung ke internet yaitu dengan melakukan NAT (Network Address Translation) yang akan mentranslasikan IP Private pada jaringan LAN anda menjadi IP Publik sehingga dapat melakukan browsing.
Gambar 5.5 NAT (Network Address Translation) a. Langkah awal yang harus di lakukan adalah seting IP Address, melalui menu IP Address
Gambar 5.6 Setting IP Address
76
Gambar 5.7 Interface Setting IP Address b.
Lakukan Setting default gateway pada system routing, yang nantinya routing ini akan digunakan untuk menentukan informasi tujuan routing selanjutnya. Sehingga semua traffic yang menuju Internet akan di arahkan ke router tersebut.
Gambar 5.8 Setting Default gateway
77 c.
Langkah selanjutnya adalah melakukan setting DNS server, yang mana server tersebut akan mentranslate nama domain ke IP Address.
Gambar 5.9 setting DNS server d. Lakukan NAT / Masquerading agar IP Private anda dapat melakukan browsing dengan IP Public yang dimiliki oleh router dan juga melindungi jaringan Internal dari akses jaringan Internet.
Gambar 5.10 IP Public
78 5.3
Installasi Ip Address di Client Karena kita melakukan seting DHCP untuk setiap klient maka komputer client
tidak diseting ipaddress secara manual, tetapi akan otomatis terkoneksi dengan jaringan.
Gambar 5.11 Seting Ip Address secara manual
79
BAB VI PENUTUP
6.1.
Kesimpulan Berdasarkan analisis penulis setelah menyelesaikan penulisan maka perlu dilakukan
kaji ulang dengan melakukan analisa yang mendasar tentunya pada pokok permasalahan yang ditulis oleh penyusun. Pengkajian ulang ini dimaksudkan untuk menyimpulkan apa saja yang telah dibahas pada Bab-bab sebelumnya dengan mengambil pointer-pointer yang penting saja serta mewakili dari setiap bab. Kesimpulan yang diambil ini tidak mutlak benar adanya karena kesimpulan dilakukan oleh penafsiran penyusun, tentu saja tidak dipungkiri bahwa ada pendapatpendapat orang lain yang berbeda dengan menggunakan asumsi dan sudut pandang tersendiri. Berikut adalah point-point kesimpulan dari seluruh bab : 1.
Unit Komputer STPP Bogor sudah menggunakan jaringan komputer.
2.
Unit Komputer STPP Bogor Belum Menggunakan Jaringan Internet.
3.
Jaringan komputer berguna untuk memudahkan transper data, sharing data, dan lain-lain.
4.
Perancangan harus bisa mendesain agar lingkungan kerja tidak terganggu.
5.
Perancangan jaringan ini didasarkan pada keadaan ruangan.
6.
Jaringan komputernya menggunakan IP Adress kelas C dengan topologi Star supaya memudahkan dalam pengembangan.
80 6.2.
Saran 1.
Jaringan Komputer di STPP Bogor Menggunakan Autentifikasi pada setiap Usernya.
2.
Router yang digunakan adalah Mikrotik.
3.
Pengembangan jaringan kedepannya menggunakan Wireless Acces Point.
81
DAFTAR PUSTAKA
Sopandi, Dede. 2004. Instalasi dan Konfigurasi Jaringan Komputer. Bandung. Informatika Bandung. Oetomo, Budi Sutedjo Dharma. S.Kom., MM. 2003. Konsep dan Perancangan Jaringan Komputer. Yogyakarta. Andi Yogyakarta. Purbo, Ono W. 1998. TCP/IP. Jakarta. Elexmedia Komputindo. http://www.ilmukomputer.com Mulyana, Edi S. 2005. Pengenalan Protokol Jaringan Wireless Komputer. Jakarta : Penerbit ANDI Yogyakarta. Jhonsen, Jhon Edison,CCNA 2005. Membangun Wireless LAN. Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindo. Geier, Jim. 2005. Wireless Networks First-Step. Jakarta : Penerbit –Ed.I.ANDI Yogyakarta