BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Karate bukan merupakan kebudayaan asli dari Jepang melainkan merupakan kebudayaan turunan dari China daratan yang mengalami peleburan dengan masyarakat Kepulauan Okinawa yang diperkirakan dimulai sejak tahun 1756 (INKAI, 2007: 1). Pada tanggal 20 Oktober 1957 digelar turnamen karate pertama di Toukyou yang merupakan momen penting bagi kelahiran karate sebagai kebudayaan Jepang di mata publik negeri sendiri, bahkan menjadi salah satu simbol kebangkitan jati diri Jepang sebagai sebuah bangsa yang baru saja mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II. Secara pribadi, penulis memilih karate sebagai tema utama penelitian bukan karena adanya hubungan organisasi atau pengalaman pernah bergabung dengan suatu lembaga atau organisasi karate melainkan penulis terinspirasi dengan film karya Hollywood berjudul Karate Kid yang dirasa cukup menarik dan disaksikan penulis pada tahun 1998. Sejak saat itu, penulis mengetahui tentang keberadaan seni beladiri karate melalui televisi dan sarana informasi lainnya. Meskipun penulis merasa tertarik untuk mempelajari seni beladiri, penulis belum pernah berkesempatan untuk
1
2
melakukannya secara langsung. Berdasarkan latar belakang ini, terlintas dalam pikiran penulis untuk membuat suatu penelitian mengenai karate. Karate Shoutoukan adalah karate yang pertama kali ada di Jepang dan Indonesia dan Institut Karate-Do Indonesia atau yang disingkat INKAI merupakan organisasi karate paling awal di Indonesia. Jumlah karateka Shoutoukan semakin bertambah khususnya di Indonesia. Padahal di Jepang sendiri, popularitas karate masih kalah dibandingkan dengan judo ataupun kendo. Kepustakaan mengenai karate pun masih sangat terbatas, terutama di Indonesia. Hermawan Sulistyo (2013: XIII) : “Bagi mereka yang menempatkan karate semata-mata sebagai cabang olahraga maka yang dikejar hanya prestasi. Sebaliknya, mereka yang menganggap karate adalah seni beladiri (martial arts), maka karate dianggap sebagai keterampilan berkelahi atau bahkan sekedar pamer kekuatan fisik”. Gichin Funakoshi ialah seorang Mahaguru karate atau dapat juga disebut Bapak Karate Modern. Beliaulah yang merintis karate sampai sebesar ini sekarang. Shoutoukan merupakan aliran yang dipelopori oleh beliau dan merupakan akar dari karate yang telah menyebar ke seluruh dunia, yang akan dibahas lebih merinci pada bab selanjutnya. Shoutoukan juga merupakan akar dari seluruh perguruan Federasi Olahraga Karate Indonesia (FORKI). Oleh karena itu, penelitian ini hanya akan membahas sejarah perkembangan karate Shoutoukan agar penulis dapat menggambarkan perkembangan karate secara secara keseluruhan (Wawancara dengan Tommy, 2014).
3
Menurut Dembo (2004 : 37), Unit Kegiatan Mahasiswa atau yang disingkat
UKM
merupakan
wadah
aktivitas
kemahasiswaan
untuk
mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu bagi para anggotaanggotanya. Lembaga ini merupakan rekan organisasi kemahasiswaan intra kampus lainnya seperti senat mahasiswa dan badan eksekutif mahasiswa, baik yang berada di tingkat program studi, jurusan, maupun universitas. Lembaga ini bersifat otonom, dan bukan merupakan sub-ordinat dari badan eksekutif maupun senat mahasiswa. Dalam tugas akhir yang berjudul Sejarah dan Perkembangan Karate Shoutoukan serta Prospeknya di Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta ini akan dibahas mengenai sejarah singkat karate di Jepang sampai masuk ke Indonesia khususnya Yogyakarta serta prospeknya di Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dengan mengambil data-data dan wawancara yang didapat dari UKM karatenya. Penulis mengambil perguruan tinggi negeri di Yogyakarta dengan alasan lokasi yang dekat. Penulis juga mengambil dua perguruan tinggi Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga sebagai objek penelitian dengan harapan memperoleh data-data yang valid dan kaya dikarenakan Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga sendiri merupakan universitas-universitas yang tertua di Yogyakarta. Oleh karena itu diharapkan penulis dapat menyusun skripsi dengan lebih baik. Penulis akan melakukan penelitian di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Karate INKAI Universitas Negeri Yogyakarta dan Unit
4
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Karate INKAI Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Penulis memilih objek penelitian ini juga didasarkan pada INKAI sebagai organisasi karate beraliran Shoutoukan yang tertua dan paling berpengaruh di Indonesia termasuk Yogyakarta (Basmara Sensei, 2014). Rhadian (2007: 21) mengatakan bahwa UKM Karate INKAI Universitas Negeri Yogyakarta dan UKM Karate INKAI Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga adalah organisasi karate Shoutoukan yang tertua dan terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Diharapkan dengan penulisan skripsi ini, akan dapat menelaah prospek karate Shoutoukan di Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain itu juga, latihan karate di UKM kampus yang bersifat terbuka untuk umum ini menjadikan pengurus organisasi UKM memiliki referensi yang luas mengenai
perkembangan
karate.
Keberadaan
UKM
Karate
INKAI
Universitas Negeri Yogyakarta dan UKM INKAI Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga diakui oleh FORKI (Federasi Olahraga Karate Indonesia) dan KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) sebagai badan olahraga nasional sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan lebih teratur dan berjalan dengan baik. Di Universitas Gadjah Mada sebenarnya juga terdapat UKM Karate INKAI, namun keberadaannya tidak diakui oleh FORKI dan KONI. Hal ini dikarenakan oleh para pemimpin organisasi UKM Karate INKAI Universitas Gadjah Mada yang memutuskan untuk mengganti kegiatan olahraga karate mereka dengan kegiatan olahraga yang mereka sebut sebagai olahraga “karate tradisional” dan memisahkan diri dari badan resmi olahraga
5
karate milik pemerintah. Penulis berasumsi bahwa dengan tidak adanya keterikatan UKM Karate INKAI Universitas Gadjah Mada dengan badan pemerintahan menyebabkan pembukuan dan pencatatan pada UKM karate ini benar-benar tidak tertata. Sumber wawancara pun dinilai penulis tidak kompeten dan dinilai tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada penelitian ini. Penulis menyadari akan kekurangan penulis sebagai soto atau orang luar bagi dunia karate. Namun atas dasar semangat karate untuk tidak pantang menyerah, penulis tetap menguatkan hati untuk tetap melanjutkan penulisan tugas akhir ini dengan mengusung karate sebagai tema. Dengan dukungan dari dosen, staf pengajar jurusan Sastra Jepang, serta dukungan dari sahabat-sahabat UKM Karate INKAI Perguruan tinggi di Sleman, penulis yakin dapat membuat karya tulis yang bermanfaat bagi dunia pendidikan. 1.2 Rumusan Masalah 1.
Bagaimana sejarah dan perkembangan karate Shoutoukan hingga sampai Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga?
2.
Bagaimana prospek karate INKAI sebagai turunan dari karate Shoutoukan khususnya di Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas
Islam
perkembangannya?
Negeri
Sunan
Kalijaga
dilihat
dari
6
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan dan menjelaskan sejarah perkembangan karate Shoutoukan, INKAI serta studi budaya organisasi karate INKAI khususnya UKM Karate INKAI Universitas Negeri Yogyakarta dan UKM Karate INKAI Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini ialah : 1.
Menambah wawasan pembaca mengenai sejarah perkembangan karate Shoutoukan dari Jepang sampai Indonesia khususnya di Yogyakarta.
2.
Memberikan gambaran bagaimana perkembangan kebudayaan seni beladiri karate Shoutoukan yang berasal dari daerah yang kecil di Okinawa Jepang sampai ke Indonesia.
3.
Memberikan informasi mengenai prospek organisasi Karate INKAI sebagai turunan karate Shoutoukan di Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
1.5 Tinjauan Pustaka Anwar (2005: 1) dalam tugas akhirnya yang berjudul Karate: Seni Beladiri Jepang menyatakan bahwa karate merupakan seni beladiri yang tumbuh dan berkembang pesat di seluruh penjuru dunia. Diawali dari Jepang yang masih mempertahankan nilai-nilai budaya, karate sebagai seni olahraga
7
beladiri Jepang mengajarkan jiwa ksatria, filosofi dan martabat bagi mereka yang tekun dan serius menjalaninya serta tidak hanya sekedar olahraga fisik dan sistem pertahanan diri saja. Funakoshi, Gichin (1999: 7) via skripsi Identifikasi Kendala Pencapaian Prestasi Karateka di Daerah Istimewa Yogyakarta, Hapsari (2001: 1) mengatakan bahwa karate adalah teknik seni perkasa yang memungkinkan orang membeladiri tanpa senjata. Pada skripsi ini, beliau mencoba mengidentifikasi kendala pencapaian prestasi karateka di Daerah Istimewa Yogyakarta baik kendala internal maupun eksternal dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Sementara itu, Urban (via Anwar 2005: 2) dalam bukunya The Karate Dojo mengungkapkan: “The most significant result of growing awareness of karate is the realization among educators that here is unexplored area of knowledge : there is much to be learned about karate as a practical means of self-defense, as a sport, and as a philosophy”. Artinya, peningkatan rasa ketertarikan pada karate adalah kesadaran pribadi masing-masing individu untuk mempelajarinya. Karate mencakup pencarian pengetahuan yang tidak terbatas dan berfungsi sebagai pertahanan diri, olahraga dan filosofi.
8
1.6 Landasan Teori 1.6.1 Teori Kebudayaan Budaya merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepaskan dari manusia, karena kebudayaan selalu dipengaruhi oleh dinamisasi manusia dari cipta, rasa, dan karsa. Budaya menurut Sir Edward B. Taylor dalam Ben Haryo (2005: 14) adalah seluruh kompleksitas yang terbentuk dari sejarah dan diteruskan dari generasi ke generasi melalui tradisi yang mencakup sosial, ekonomi, hukum, agama, seni, teknik, kebiasaan. Ilmu kebudayaan selalu bersifat sosial dan historis. Kebudayaan menurut Sir Edward B. Taylor dalam Soerjono Soekamto (1982: 188-189) adalah komplikasi atau jalinan dalam keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat istiadat serta lain-lain kenyataan dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat. Budaya juga adalah sesuatu yang hidup berkembang dan bergerak menuju titik tertentu. Oleh karena itu, penelitian budaya juga perlu disesuaikan dengan perubahan tersebut. Penelitian budaya bersifat dinamis sehingga harus senantiasa mengikuti arah perkembangan budaya itu sendiri (Endraswara, 2012: 1). Pada penelitian ini, penulis akan meneliti perkembangan serta pergerakan seni beladiri karate Shoutoukan sebagai budaya yang terus-menerus berkembang seiring dengan berjalannya waktu dari Jepang sampai ke Indonesia khususnya di Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
9
1.6.2 Teori Organisasi Etzioni (1975) via Gudono (2014: 1) mengatakan bahwa seorang manusia lahir sampai mati dikuasai oleh organisasi. Saat kita lahir kita dilahirkan dalam organisasi yang disebut rumah sakit, kita menempuh pendidikan di organisasi yang bernama sekolah, bahkan saat meninggal pun jenazah kita akan diurus oleh organisasi, RT/RW, rumah sakit, dan yayasan pemakaman. Dari sudut pandang sosiologis, Weber via Gudono (2014: 2) mengatakan bahwa organisasi adalah sistem sosial dan merupakan instrumen rasional dari modernitas (Casey, 2002). Sadar atau tidak sadar manusia akan selalu berada dalam organisasi selama ia tergabung dalam sistem sosial. Parson (1960) via Gudono (2014: 4) mendefinisikan organisasi sebagai unit sosial yang dibentuk semata-mata untuk mencapai tujuan yang spesifik. Agar pencapaian tujuan bisa dilakukan secara efisien, koordinasi kegiatan membutuhkan struktur yang rasional dimana ada pihak yang diberi otoritas sebagai penguasa dan ada pihak yang dikuasai. Karate telah tumbuh berkembang menjadi sebuah sistem sosial yang sangat besar, dari seni beladiri yang tumbuh di Okinawa kemudian berkembang ke seluruh dunia berkat Gichin Funakoshi (Basmara Sensei, 2014). Pada penelitian ini akan dibahas bagaimana seluruh kegiatan karate akan tumbuh berkembang baik dari dalam internal organisasi maupun di luar organisasi itu sendiri.
10
1.6.3 Perilaku Organisasi Duncan, W. Jack dalam Thoha, Miftah (2010: 5) mengatakan bahwa perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Duncan menegaskan bahwa perilaku organisasi akan meliputi aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia demikian pula aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi. Thoha (2010: 7) mengatakan bahwa unit analisis perilaku organisasi hanya terbatas pada tingkah laku individu dan kelompok dalam suatu organisasi. Menurut Kelly (1974) via Gudono (2014: 9), perilaku organisasi ialah suatu sistem studi dari sifat organisasi seperti misalnya bagaimana organisasi itu dimulai, tumbuh dan berkembang, serta bagaimana pengaruhnya terhadap anggota-anggota sebagai individu kelompok-kelompok pemilih, organisasi-organisasi lainnya, dan institusi-institusi yang lebih besar. Pada penelitian ini, penulis akan mengobservasi bagaimana perilaku individu dan kelompok dalam suatu organisasi serta pengaruhnya pada organisasi itu sendiri secara kualitatif. Penulis akan lebih memfokuskan pada beberapa tokoh yang berpengaruh pada karate Shoutoukan melalui studi pustaka serta wawancara.