BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan menurut Undang Undang Kesehatan (UU No. 36 Tahun 2009) pasal 1 adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut UU tersebut jelas bahwa kesehatan mental atau kesehatan jiwa adalah salah satu komponen penting dalam menetapkan status kesehatan seseorang. Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah utama kesehatan disamping penyakit degeneratif, kanker, dan kecelakaan. (Hawari, 2012) Gangguan jiwa juga melanda hampir seluruh penduduk di semua negara. Gangguan jiwa memang tidak langsung menyebabkan kematian, namun beratnya gangguan tersebut akan menurunkan produktivitas sehingga akan menghambat pembangunan (Hawari, 2012) Skizofrenia, merupakan salah satu gangguan jiwa berat.
Menurut
American Psychiatric Associaton, skizofrenia adalah gangguan jiwa dengan ciri-ciri, halusinasi, delusi, gangguan pada berpikir dan konsentrasi dan sedikit motivasi. Angka kejadian skizofrenia di dunia sekitar 2 juta kasus setiap tahunnya. Di Amerika Serikat, prevalensi skizofrenia adalah 1% (Sadock and Sadock, 2009). Skizofrenia lebih banyak diderita laki-laki daripada perempuan. Skizofrenia terjadi pada rentang usia 15-35 dengan 50% kasus pada usia 25
1
2
tahun. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 prevalensi skizofrenia adalah 1,7 permil. Dari 33 provinsi di Indonesia,provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Aceh memiliki prevalensi tertinggi yaitu sebesar 2,7 permil. Skizofrenia
lebih
banyak
terjadi
pada
populasi
dengan
status
sosioekonomi rendah (Sadock and Sadock, 2009). Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang tidak mampu beradaptasi dengan struktur sosial yang baru. Hal tersebut dapat menjadi pemicu terjadinya gangguan jiwa seperti stress, frustasi bahkan skizofrenia (Dongoran, 2014) Skizofrenia yang tidak ditangani dengan baik akan menjadi beban bagi pemerintah, keluarga, serta masyarakat dikarenakan produktivitas penderita yang menurun sehingga akan menjadi beban biaya yang besar bagi penderita dan keluarga (RISKESDAS 2013). Penderita skizofrenia akan menjadi beban keluarga dan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik, maka dengan diketahui jumlah penderita skizofrenia akan mempermudah dalam mengambil kebijakan penanganan skizofrenia terutama di RSUP dr. Sardjito sebagai salah satu rumah sakit yang menangani skizofrenia di Yogyakarta. Dengan diketahui prevalensi, juga menambah data epidemiologi, terkait skizofrenia untuk kepentingan penelitian dan pengetahuan. Selain itu dengan diketahui jumlah penderita skizofrenia, akan mempermudah dalam pemetaan kelompok mana saja yang rentan menderita skizofrenia berdasarkan usia, jenis
3
kelamin, status pekerjaan, status kawin, status pendidikan dan tipe skizofrenia mana yang paling sering diderita.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana prevalensi penderita skizofrenia di departemen jiwa RSUP dr. Sardjito tahun 2012-2014?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Mengetahui prevalensi penderita skizofrenia di departemen jiwa RSUP dr. Sardjito tahun 2012-2014
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti - Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian - Mengaplikasikan
ilmu
pengetahuan
yang
didapat
selama
menjalani
pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
2. Bagi Perguruan Tinggi/Pendidikan - Mewujudkan tridarma perguruan tinggi - Mengembangkan ilmu pengetahuan. - Mendapatkan data awal prevalensi penderita skizofrenia berdasarkan usia,
4
jenis kelamin, status kawin, tipe skizofrenia, tingkat pendidikan dan status pekerjaan.
3. Bagi Masyarakat - Mendapatkan edukasi dan pengetahuan secara umum mengenai prevalensi skizofrenia berdasarkan usia, jenis kelamin, status kawin, tipe skizofrenia, tingkat pendidikan dan status pekerjaan di departemen jiwa RSUP dr. Sardjito tahun 2012-2014.
E. Keaslian Penelitian 1. Mc Grath et al (2008) Schizophrenia: A Concise Overview of Incidence, Prevalence, and Mortality. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis
distribusi, estimasi frekuensi dan mengeksplorasi beberapa aspek yang mempengaruhi skizofrenia yaitu jenis kelamin, urbanisitas, tren sekular, status ekonomi dan area geografis. Perbedaan penelitian ini dengan yang akan dilakukan adalah pada metodenya. Bahwa di penelitian ini merupakan penelitian systematic review. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah topik mengenai prevalensi skizofrenia.
2. Phanthunane et al (2010) Schizophrenia in Thailand : Prevalence and Burden of Disease. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi prevalensi dan beban penyakit (burden of disease) skizofrenia di Thailand menggunakan sumber data lokal yang telah ada. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan
5
adalah tempat penelitian dan metode penelitian. Tempat penelitian dilakukan di Thailand. Pada metode prevalensi didapatkan dari hasil survey yang ada di komunitas yang ditambahi dari perhitungan data pasien skizofrenia yang masuk ke rumah sakit. Prevalensi skizofrenia yang diteliti hanya berdasarkan usia dan jenis kelamin. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah mengenai prevalensi skizofrenia.
3. Parlopi (1997) Frekuensi Skizofrenia di Laboratorium Kedokteran Jiwa RSUP dr. Sardjito Tahun 1992-1994. Penelitian bertujuan untuk mengetahui frekuensi tipe skizofrenia dan penyebaran frekuensi skizofrenia dalam kelompok: usia, jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga, sosial ekonomi, pendidikan dan status kawin. Perbedaan penelitian ini dengan yang akan dilakukan adalah tahun catatan rekam medis yaitu pada penelitian ini tahun 1992-1994 dan kelompok yang akan diteliti yaitu usia, jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga, sosial ekonomi, pendidikan dan status kawin. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah topik mengenai jumlah penderita skizofrenia dan tempat pengambilan data rekam medis di RSUP dr. Sardjito.