BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Jati merupakan kayu yang memiliki banyak keunggulan, antara lain yaitu
jati memiliki kelas awet dan kelas kuat yang tinggi seperti pendapat Sumarna (2005) yang menyatakan bahwa tanaman jati merupakan tanaman tropika dan subtropika yang sejak abad ke-9 telah dikenal sebagai pohon yang memiliki kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi. Jati merupakan salah satu tanaman yang saat ini dikenal luas oleh masyarakat dan mulai banyak ditanam dalam bentuk hutan tanaman maupun hutan rakyat. Hal ini dikarenakan keunggulan jati itu sendiri yaitu jati merupakan kayu mewah, berkualitas tinggi, harga jualnya mahal, dan bernilai ekonomis tinggi. Kayu Jati dapat digunakan sebagai bahan dasar pembangunan rumah, konstruksi jembatan, kayu lapis, rangka kusen, pintu, jendela, kerajinan pahat yang bernilai seni tinggi juga untuk furniture. Perum Perhutani merupakan salah satu perusahaan milik negara yang berkembang dibidang industri kayu jati saat ini mengalami penurunan produktivitas. Menurut Sumarna (2005) kebutuhan kayu jati dalam negeri sampai saat ini belum terpenuhi semua. Dari kebutuhan sebesar 2,5 juta m3 per tahun baru dapat dipenuhi oleh Perum Perhutani sebesar 0,75 juta m3 per tahun sehingga masih ada kekurangan sekitar 1,75 juta m3. Dari data tersebut terlihat bahwa terdapat kesenjangan antara permintaan dan ketersediaan kayu jati itu sendiri. Hal tersebut menjadi tantangan bagi Perum Perhutani untuk dapat
1
2
meningkatkan produksi agar dapat memenuhi kekurangan permintaan kayu jati yang belum terpenuhi. Salah satu upaya Perum Perhutani untuk meningkatkan produksi kayu jati yaitu dengan mengembangkan bibit unggul jati melalui pembiakan vegetatif. Hasil pembiakan tersebut lebih dikenal dengan sebutan Jati Plus Perhutani (JPP) Stek Pucuk. Jati Plus Perhutani memiliki beberapa keunggulan, antara lain yaitu daurnya pendek sehingga untuk memanen jati tidak memerlukan waktu 60-80 tahun, selain itu riap diameter untuk Stek Pucuk ini juga lebih tinggi tiap tahunnya. Keuntungan lain dari pengembangan stek pucuk ini yaitu anakan hasil perbanyakan membawa seluruh sifat induknya, pelaksanaannya mudah dan murah (low technology) (Adinugraha dan Mahfudz, 2014). Pengembangan teknik stek pucuk dilakukan untuk memproduksi bibit secara massal. Pengembangan teknik ini diawali dengan pembangunan kebun pangkas sebagai sumber penghasil tunas untuk bahan stek pucuk. Stek Pucuk adalah metode pengembangbiakan tanaman secara vegetatif dengan bahan pucuk tanaman. Pengamatan keberhasilan tanaman bisa dilihat dari pertumbuhannya. Pertumbuhan tanaman dapat diukur dari beberapa parameter yaitu diameter, tinggi, luas tajuk, volume dan sebagainya (Bechtold, 2003). Semakin bertambah usia tanaman maka nilai paramater pengukuran akan semakin besar yang terlihat dari ukuran individu pohon, sehingga diperlukan ruang tumbuh sebagai media tanam bagi tanaman. Ruang tumbuh berkaitan dengan jarak antar pohon. Jarak antar pohon yang rapat dapat mempengaruhi kompetisi yang terjadi pada individu pohon yang satu dengan yang lainnya. Kompetisi yang terjadi dikarenakan adanya
3
interaksi antar individu untuk memperebutkan ketersediaan sumber daya dalam hal ini cahaya matahari, air dan nutrisi di dalam tanah untuk menunjang pertumbuhan pohon dan dampaknya bisa terlihat pada ukuran individu pohon yang berbeda seperti tinggi, diameter dan luasan tajuk dibanding ukuran individu pohon lain di sekitarnya. Parameter dalam pengukuran kompetisi individu pohon salah satunya bisa terlihat dari tinggi, diameter dan tajuk pohonnya. Tinggi dan diameter pohon dapat menggambarkan parameter volume batang khususnya volume batang bebas cabang. Volume batang bebas cabang menggambarkan potensi (produktivitas) yang terbentuk dari adanya pertumbuhan pohon, sedangkan perkembangan tajuk menggambarkan ruang yang diperlukan oleh pohon untuk dapat tumbuh secara optimal. Tingkat kompetisi yang terjadi antar individu dan volume batang bebas cabang yang terbentuk bisa dijadikan sebagai parameter untuk melihat kerapatan tegakan berdasarkan prinsip biologis yaitu hubungan antara lebar tajuk pohon dan diameternya serta volume batang bebas cabangnya. Ukuran pohon bertambah seiring dengan pertambahan umur sehingga menyebabkan ukuran tinggi dan diameter pohon makin besar (Simon, 2007). Parameter-parameter tersebut sangat penting untuk menggambarkan pertumbuhan pohon, untuk itu diperlukan pengamatan mengenai volume batang bebas cabang, kebutuhan ruang tumbuh dan tingkat kompetisi antar individu Jati Plus Perhutani asal Stek Pucuk di KPH Ngawi.
4
1.2
RUMUSAN MASALAH Produktivitas pohon dipengaruhi oleh tinggi dan diameter pohon, semakin bertambah umur pohon maka tinggi dan diameternya juga semakin bertambah. Namun hal ini akan bertolak belakang apabila tajuk yang terbentuk semakin besar pula, hal ini akan menyebabkan penurunan pertambahan diameter batang dan peningkatan pertambahan tinggi pohon. Apabila diameter tajuk yang terbentuk semakin besar maka akan menyebabkan meningkatnya kompetisi antar individu pohon sehingga hal tersebut akan berpengaruh pada produktivitas tegakannya. Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ruang tumbuh (area proyeksi tajuk) dan tingkat kompetisi terhadap produktivitas, maka rumusan masalah yang akan diselesaikan melalui penelitian ini yaitu : 1.
Model penduga volume bebas cabang seperti apakah yang baik untuk diterapkan pada JPP asal stek pucuk pada umur 4 sampai 7 tahun di KPH Ngawi?
2.
Bagaimana produktivitas tegakan JPP asal stek pucuk umur 4 sampai 7 tahun dilihat dari volume bebas cabang dalam lingkup KPH Ngawi?
3.
Bagaimanakah hubungan antara volume batang bebas cabang, ruang tumbuh dan indeks kompetisi JPP asal stek pucuk pada umur 4 sampai 7 tahun di KPH Ngawi?
5
1.3
TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Mengetahui model penduga volume bebas cabang Jati Plus Perhutani asal Stek Pucuk umur 4 sampai 7 tahun di KPH Ngawi. 2. Mengetahui produktivitas JPP asal stek pucuk umur 4 sampai 7 tahun di KPH Ngawi yang ditunjukkan dengan parameter volume bebas cabang. 3. Mengetahui hubungan antara volume batang bebas cabang, ruang dan indeks kompetisi Jati Plus Perhutani asal Stek Pucuk umur 4 sampai 7 tahun di KPH Ngawi
1.4
MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian yaitu: 1. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada tegakan JPP asal stek pucuk. 2. Menjadi bahan informasi mengenai produktivitas JPP asal stek pucuk di KPH Ngawi. 3. Menjadi bahan informasi mengenai ruang tumbuh dan tingkat kompetisi yang berpengaruh terhadap produktivitas sehingga dapat dirumuskan tindakan pengelolaan yang tepat.