BAB I PENDAHULUAN
1.I Latar belakang
Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Tetapi keberadaan jalur hijau jalan pada saat ini di Indonesia khususnya di perkotaan, menunjukkan kearah penurunan. Hal ini seiring dengan meningkatnya pembangunan fisik di perkotaan seperti perkantoran, pemukiman, perdagangan, serta kegiatan industrialisasi lainnya dan kegiatan transportasi. Perkembangan ini selain memberikan pengaruh positif juga memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan. Salah satu pengaruh negatii yang ditimbulkan dan menjadi permasalahan utama pada saat ini adalah penurunan kualitas lingkungan perkotaan terutama pencemaran udara. Salah satu faktor utama terjadinya pencemaran udara di perkotaan ialah pesatnya pemakaian kendaraan bermotor. Emisi kendaraan bermotor yang tidak terkendali akan
meningkatkan konsentrasi
polutan seperti
NO2, SO2,
hidrokarbon, partikel dan timah. Data biro Pusat Statistik tahun 1999 di DKI Jakarta menunjukkan kendaraan bermotor merupakan pelepas polutan terbesar. Polutan yang dilepaskan oleh kendaraan bermotor sebesar 6.90% debu, 78.32% SO2, 29.18% NOx, 62.62% Hidrokarbon, 85.78% CO dan 3.90% C02 (BPS, 1999).
Dampak pencemaran udara yang ditimbulkan ternyata sangat merugikan, tidak hanya bagi kesehatan manusia tetapi juga terhadap lingkungan lain seperti hewan, tumbuhan, bangunan gedung dan lain sebagainya. Mengingat besarnya bahaya yang disebabkan oleh polutan ini maka beberapa cara telah dilakukan
untuk mengurangi bahaya polutan tersebut.
Beberapa polutan yang lepas
menyertai pergerakan kendaraan bermotor di jalan raya seperti CO dan SO, telah dapat dikurangi dengan perbaikan struktur mesin dan perbaikan mutu bahan bakar. Namun polutan NOx (NO dan NO2) dalam udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor belum dapat ditekan dengan perbaikan mesin dan bahan bakar. NO2 bersama dengan NO merupakan kelompok gas yang paling banyak ditemui sebagai pencemar udara dibandingkan bentuk nitrogen oksida (NOx) lainnya yang terdapat di atmosfer.
Menurut Fardiaz (1992) kedua bentuk
nitrogen oksida (NO dan NO2) sangat berbahaya bagi manusia. Sifat toksis NO2 mengakibatkan gangguan kesehatan terutama paru-paw, sedangkan NO dalam kadar tinggi dapat mengganggu sistem syaraf. Sifat toksisitas gas NO2 empat kali lebih kuat dibandingkan gas NO. Pemaparan kronis NOx menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh (Nebel & Wright, 1993). Mengingat jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat setiap tahun dan bahaya yang ditimbulkan, pemecahan polusi udara khususnya NO2 perlu ditanggani secara serius dengan menggunakan berbagai metode atau pendekatan yang tersedia. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menanggulangi bahaya dari pencemaran ini adalah penghijauan. Sejalan dengan pendapat Helman (1999) yang menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengatasi pencemaran udara adalah dengan memperbanyak hutan dan pepohonan di kota. Penghijauan terhadap lingkungan mempunyai fungsi protektii yaitu menyaring udara kotor pada zona padat di kota, baik. karena populasi manusia, asap mobil, maupun industri; sedangkan penghijauan di sepanjang jalan berguna untuk perlindungan terhadap udara dari gas buangan kendaraan bermotor.
Oleh karena itu,
penggunaan tanaman atau tumbuhan hijau selain dapat menyerap energi panas,
pencemar dipengaruhi oleh karakteristik morfologi daun, seperti ukuran dan bentuk daun, adanya rambut pada perrnukaan daun dan juga tekstur daun. Tanaman yang mempunyai sifat memiliki stomata banyak dan kecepatan tumbuh yang tinggi merupakan tanaman yang baik digunakan dalam menyerap gas (Fakuara, 1987). Mengingat besarnya manfaat tanaman dalam menyerap polutan, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tanaman yang berpotensi tinggi dalam menyerap polutan khususnya NOz sehingga dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Tanaman-tanaman tersebut juga dapat memberikan nilai estetis bagi jalur hijau, sehingga lanskap jalur hijau jalan maupun ruang terbuka hijau dapat berfungsi dengan baik. Untuk mengetahui penyerapan gas NO2 dari udara digunakan gas NO2 bertanda 15N. Dengan menggunakan gas ini maka nitrogen yang berasal dari tanah dapat dibedakan dengan nitrogen yang berasal dari udara. Sehingga dengan mengekspos tanaman dengan gas 1 5 ~ 0 dalam 2 "gas chamber" Ibilik gas, kemudian diukur kandungan I5Ndalam jaringan tanaman, maka jumlah serapan gas 15N02dapat diketahui (Nasrullah, 1997).
1.2
Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian adalah :
1. Menguji faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan gas NO2 pada tanaman yang meliputi; kerapatan stomata, total klorofil, tebal daun dan berat jenis daun 2. Mengetahui faktor lingkungan khususnya pengaruh cahaya yaitu kondisi
gelap dan terang terhadap penyerapan NOz.
Berdasarkan hasil penelitian ini akan diketahui tanaman yang berpotensi tinggi dalam menyerap polutan NO2 dan mempunyai nilai estetik. lnformasi ini akan membantu dalam perencanaan jalur hijau jalan maupun ruang terbuka hijau lainnya. Penggunaan jenis tanaman dan komposisi yang tepat pada jalur hijau jalan maupun pada ruang tehuka hijau lainnya dalam mengurangi dampak negatif kendaraan bermotor (NOz).
1.3 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. Penyerapan NO2dipengaruhi oleh kerapatan stomata, total klorofil, tebal J
:.-
daun,~berat jenis daun 2. Kondisi lingkunganlcahaya (kondisi gelap dan terang) mempengaruhi
penyerapan gas NO2.