BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Dalam satu dasawarsa terakhir, industri keuangan syariah merupakan
industri yang terus berkembang di dunia, rata-rata pertumbuhan industri keuangan syariah mencapai 10-12 persen per tahun (World Bank, 2015). Pada tahun 2014, aset keuangan syariah global mencapai US$ 2,1 triliun, meningkat sebesar 14 persen dari tahun sebelumnya, tahun 2013, aset industri keuangan syariah tercatat sebesar US$1,8 triliun, dan diperkirakan pada akhir tahun 2015 aset keuangan syariah mencapai US$ 2,4 triliun (Malaysian Islamic Financial Centre, 2014). Pertumbuhan industri keuangan syariah tidak hanya terjadi di negara yang mayoritas penduduknya muslim, melainkan juga negara dengan mayoritas penduduk non-muslim, seperti Inggris, Hongkong, Afrika Selatan, Senegal dan Luxemburg. Kelima negara non- OIC (Organization of Islamic Coorporation) tersebut mengeluarkan sukuk yang ternyata direspon positif oleh masyarakat (Malaysian Islamic Financial Centre, 2014). Industri keuangan syariah di Indonesia meliputi perbankan syariah, pasar modal syariah dan Industri keuangan Non-Bank (INKB) syariah. Di tahun 2014, dari ketiga sektor jasa keuangan syariah Indonesia, pasar modal syariah menjadi penyumbang aset terbesar, yaitu sebesar Rp3.171,34 triliun dengan tingkat pertumbuhan 49,73 persen selama lima tahun, disusul dengan sektor perbankan syariah yang memiliki aset sebesar Rp 272,34 triliun, dengan tingkat pertumbuhan 179,29 persen selama lima tahun dan diperingkat ketiga terdapat INKB syariah
1
yang mempunyai aset sebesar Rp 54,41 triliun dengan tingkat pertumbuhan 191,27 persen selama lima tahun (Otoritas Jasa Keuangan, 2015). Pasar modal syariah di Indonesia meliputi saham syariah, sukuk korperasi, saham berharga syariah negara dan reksadana syariah. Diantara produk pasar modal syariah, saham syariah merupakan produk yang dapat menguasai pangsa pasar terbesar, yaitu sebesar 56,37 persen pada tahun 2014. Pertumbuhan jumlah saham syariah dari tahun 2007 sampai dengan 2015 mengalami peningkatan sebesar 84 persen, terhitung sejak pertama kali Daftar Efek Syariah (DES) diterbitkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007, tercatat 173 saham syariah yang terdaftar, hingga tahun 2015 tercatat 318 saham syariah dari total 516 saham yang terdaftar di BEI atau dapat dikatakan bahwa ada tahun 2015 jumlah saham syariah sudah mencapai 62 persen di BEI. El Qorchi (2005) di dalam Setiawan dan Oktariza (2013) menyimpulkan bahwa ada tiga alasan signifikan pergeseran sistem investasi konvensional ke sistem investasi syariah, yaitu, permintaan besar dari penduduk dunia yang beragama Islam, permintaan besar dari negara pertambangan minyak yang sebagian besar berada di Timur Tengah yang menganut sistem keuangan syariah, dan daya saing serta fokus etika yang dimiliki oleh saham syariah tidak hanya menarik investor muslim, namun juga investor non-muslim. Secara umum, saham syariah bukan merupakan hal yang terpisah dengan saham konvesional, saham syariah adalah saham pada umumnya yang memiliki kriteria khusus sesuai dengan hukum Islam dan tidak bertentangan dengan hukum Islam. Menurut Albaity dan Ahmad (2008), investasi di saham syariah merupakan
2
investasi yang berdasarkan pada prinsip transaksi Islam (Muamalah) dan merupakan kategori investasi yang beretika. Nilai etika di dalam saham syariah tidak hanya menarik investor muslim, namun juga investor non-muslim untuk beralih ke investasi syariah. Disamping pertumbuhan industri keuangan syariah dan hasil penelitian yang menjelaskan alasan pertumbuhan tersebut, terdapat pandangan yang pesimis terhadap saham syariah. Hal ini berkaitan dengan kriteria khusus yang ada di dalam saham syariah membatasi kinerja dan pemerolehan tingkat return. Menurut Bauer, et al (2006) di dalam Albaity dan Ahmad (2008), menyebutkan bahwa persepsi umum mengenai investasi etis adalah investasi etis menghasilkan return di bawah return portofolio pasar. Selain itu, investasi etis mengalami kinerja di bawah pasar dalam kurun waktu yang lama karena investasi etis memiliki diversifikasi yang kurang memadai. Menurut McGowan dan Muhammad (2010), pandangan pesimis terhadap saham syariah terjadi karena pembatasan aktivitas ekonomi di perusahaan syariah, yaitu keterbatasan perusahaan untuk mendanai perusahaan dari utang dapat membatasi pertumbuhan berkelanjutan perusahaan dan pembatasan kesempatan investasi yang dapat menyebabkan pendapatan perusahaan berkurang. Penelitian mengenai evaluasi kinerja saham syariah dan saham konvesional di dalam dan luar Indonesia menghasilkan hasil yang belum konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Oktariza (2013) di Indonesia, Albaity dan Ahmad (2008) serta Albaity dan Ahmad (2011) di Malaysia, menunjukkan hasil tidak ada perbedaan signifikan antara kinerja saham
3
syariah dan saham konvensiaonal. Penelitian yang dilakukan Rahmayanti (2003) di Indonesia, menunjukkan bahwa saham syariah mengalami kinerja di atas pasar pada tahun 2001 dan kinerja di bawah pasar pada tahun 2002. Penelitian yang dilakukan oleh Chiadmi dan Ghaiti (2004) menemukan bahwa indeks syariah di Amerika memiliki volatilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan indeks pasar. Penelitian yang dilakukan oleh Fu, et al (2014) menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara risiko total saham syariah dengan saham konvensional dengan risiko total lebih besar yang dimiliki oleh saham syariah di Australia, namun return dan beta saham syariah dan konvensional memiliki kemiripan. Penyeleksian saham syariah dengan kriteria tertentu dapat menyebabkan tingkat return yang rendah disertai tingkat risiko yang tinggi, sehingga mempunyai kemungkinan bahwa saham syariah memiliki reaksi yang berbeda dengan saham konvensional dalam merespon beberapa faktor spesifik perusahaan (Ahmad dan Albaity, 2008). Penelitian ini juga meneliti reaksi saham syariah dan konvensional terhadap beberapa faktor spesifik perusahaan yang dihubungkan dengan tingkat return-nya. Penelitian ini meneliti hubungan return saham kedua jenis saham, syariah dan konvensional, dengan Earning per Share, Price Earning Ratio, Price to Book Ratio dan beta. Hasil penelitian ini dapat berguna untuk investor sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk keputusan investasi. Dari hasil penelitian terdahulu yang belum konsisten mengenai evaluasi kinerja saham syariah dibandingkan dengan saham konvesional, tidak ada bukti yang tetap yang menerangkan saham syariah memiliki perbedaan kinerja dengan
4
saham konvesional. Investor saham syariah masih mempunyai kesempatan untuk mendapatkan tingkat return di atas pasar sekaligus menjadi investor yang menginvestasikan kekayaannya di perusahaan yang mempunyai nilai etis. Oleh karena itu, penulis hendak menguji apakah kriteria khusus yang dimiliki saham syariah berpengaruh terhadap kinerja saham mereka. Penelitian juga menganalisis reaksi kedua jenis saham terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi return saham 1.2. Rumusan Masalah Kriteria khusus saham syariah dinilai dapat menghambat kinerja perusahaan dan menurunkan tingkat return, sehingga diekpektasikan kinerja saham syariah berada di bawah pasar dan saham konvensional, namun ekpektasi tersebut justru diikuti dengan fakta bahwa industri keuangan syariah di dunia mengalami pertumbuhan konsisten dan terdapat pula penelitian terdahulu yang menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kinerja saham syariah dan kinerja saham konvensional. Jarak antara ekpektasi dan fakta tersebut merupakan inti permasalahan dalam penelitian ini. 1.3.
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah, terdapat
pertanyaan penelitian berupa: 1. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara kinerja saham syariah dengan kinerja saham konvesional, diukur menggunakan return, risiko total dan risiko sistematis? 2. Bagaimana kinerja portofolio saham syariah dibandingkan dengan portofolio saham konvesional diukur menggunakan risk-adjusted return?
5
3. Apakah Earning per Share (EPS), Price Earning ratio (PER), Price to Book Value (PBV) dan beta berpengaruh terhadap return saham syariah dan return saham konvensional?
1.4.
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan signifikan antara kinerja saham syariah dengan kinerja saham konvesional, diukur menggunakan return, risiko total dan risiko sistematis. 2. Untuk menganalisis kinerja portofolio saham syariah dibandingkan dengan portofolio saham konvesional diukur menggunakan risk-adjusted return. 4. Untuk menganalisis apakah Earning per Share (EPS), Price Earning ratio (PER), Price to Book Value (PBV) dan beta berpengaruh terhadap return saham syariah dan return saham konvensional? 1.5.
Batasan Penelitian Lingkup penelitian ini adalah saham-saham yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index (JII) dan saham-saham yang terdaftar di LQ45 periode 2011 sampai dengan 2015. Penelitian ini mengevaluasi kinerja saham individual sekaligus mengevaluasi kinerja portofolio saham. Penelitian ini menganalisis kinerja saham meggunakan proksi return dan risiko, kinerja portofolio saham menggunakan risk-adjusted return dengan metode Sharpe Ratio, Treynor Ratio dan Jensen Alpha, serta pengaruh Earning per Share (EPS), Price Earning ratio (PER), Price to Book Value (PBV) dan beta terhadap return saham syariah dan konvensional.
6
1.6.
1.
Manfaat Penelitian Akademis: memberikan kontribusi berupa pengetahuan yang lebih empiris dan data empiris pendukung bagi penelitian di masa mendatang mengenai kinerja saham syariah dibandingkan dengan kinerja saham konvesional.
2.
Investor dan calon investor : memberikan dasar empiris yang dapat digunakan untuk bahan pertimbangan keputusan berinvestasi dan menyusun portofolio saham yang optimal, khususnya pemilihan saham syariah atau saham konvesional.
3.
Regulator pasar modal :
memberikan dasar empiris untuk bahan
pertimbangan pengambilan keputusan untuk mengatur regulasi pasar modal Indonesia khususnya pasar modal syariah, mengingat pada saat penelitian ini ditulis, tren industri keuangan syariah dunia sedang tumbuh secara pesat dan berkesinambungan. Regulasi pasar modal perlu disesuaikan dengan tren industri keuangan global, agar Indonesia tidak terlambat memberikan fokus terhadap tren industri keuangan yang sedang berkembang tersebut. 1.7.
Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bagian ini berisi latar belakang, perumusan masalah, pertanyaan penelitian,tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
7
BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini berisi landasan teori mengenai investasi, saham, saham syariah, dan evaluasi kinerja portofolio dan studi empiris yang menjelaskan hasil temuan penelitian sebelumnya. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menjelaskan sampel dan populasi penelitian, jenis dan sumber data, periode penelitian, metode analisis dan pengujian hipotesis. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bagian ini berisi analisis statistik deskriptif, hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bagian terakhir yang berisi kesimpulan, saran, dan keterbatasan penelitian.
8