BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Industri kreatif di tanah air saat ini dapat dikatakan sedang berkembang pesat, sebagai contoh pada bidang perfilman, Laskar Pelangi merupakan sebuah judul film layar lebar yang dibuat oleh Rumah Produksi Miles pada tahun 2008, film ini disutradarai oleh Riri Reza dan diproduseri oleh Mira Lesmana.5 Film Laskar Pelangi ini dibuat berdasarkan novel yang dibuat oleh Andrea Hirata yang terbit pada tahun 2005. Rumah Produksi Miles telah mengeluarkan modal senilai kurang lebih sembilan miliar rupiah untuk memproduksi film tersebut.6 Nilai ongkos produksi film yang besar tersebut sejalan dengan kesuksesan pemutaran
5
Antara, Laskar Pelangi The Movie, http://laskarpelangithemovie.blogspot.com/2009/03/laskarpelangi-akan-ditayangkan-di.html#links, 17 Maret 2009, diakses 6 Juni 2014. Film produksi 2008 yang telah ditonton lebih dari satu juta orang, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, itu diangkat dari novel pertama Andrea Hirata di tahun 2005. Film yang mengisahkan kehidupan 10 anak keluarga miskin yang bersekolah di sebuah sekolah Muhammadiyah di Pulau Belitung dan ini pertama kali diputar di bioskop-bioskop Tanah Air pada 25 September 2008. 6 Sari MA, Lestari N, Tritama C, 2012, Isu Lokalitas dalam Film Indonesia, Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta. Film Laskar Pelangi diangkat dari novel berjudul sama karya Andrea Hirata. Film ini mengangkat realitas sosial masyarakat Belitung, tentang persahabatan, kegigihan dan harapan, dalam bingkai kemiskinan dan ketimpangan kelas sosial."Jumlah penonton dan panjangnya masa pemutaran film sejak 25 September memperlihatkan penonton butuh sesuatu yang baru, yang inovatif, walau yang ditampilkan realitas tidak gemerlap," papar Mira. Selama ini, kebanyakan film Indonesia bertema drama cinta, horor, dan komedi, sementara Miles Films dalam empat film terakhirnya menggarap tema realisme sosial-politik. Mira mengakui, inovasi itu tidak selalu berhasil secara komersial. Produksi film ini menghabiskan biaya Rp 9 miliar dan 90 persen dikerjakan di dalam negeri.
1
Laskar Pelangi di seratus layar bioskop di dua puluh lima kota di Indonesia yang mendapatkan perhatian lebih dari empat juta penonton serta telah mendapat penghargaan baik dalam maupun luar negeri.7 Film-film diproduksi berdasarkan novel-novel best seller yang sukses saat ini dan disukai oleh masyarakat. Judul berbagai film tersebut yaitu 5 cm, 9 Summers 10 Autumns, serta Habibie dan Ainun.8 Film berjudul 5 cm merupakan film yang dibuat berdasarkan novel yang ditulis oleh Donny Dhirgantoro, film berjudul 9 Summers 10 Autumns yang dibuat berdasarkan novel yang ditulis oleh Iwan Setiawan, film berjudul Habibie dan Ainun yang dibuat berdasarkan novel yang ditulis oleh Bapak mantan Presiden RI Habibie.9 Film-film yang telah disebutkan di atas merupakan film-film peraih penghargaan dan diminati oleh banyak lapisan masyarakat. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa film-film layar lebar dapat memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi di masyarakat. Rumah 7
Film Indonesia, Laskar Pelangi, http://filmindonesia.or.id/movie, 15 November 2013, diakses 15 Juni 2014. Pemenang di Indonesia Movie Awards Kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, Pendatang Baru Terfavorit Pria, dan Film Favorit, Pemenang di Asian Film Awards Kategori Best Film dan Best Editor, Penghargaan AFA Trophy. 8 Thomas M, Novel Best Seller Lahirkan Film-Film Laris, http://www.koran-sindo.com/node/300062, 8 November 2013, diakses 15 Juni 2014. Film 5 cm yang dirilis 12 Desember 2012, diadaptasi dari novel karya Donny Dhirgantoro, bercerita tentang lika-liku persahabatan di antara lima remaja dan perjuangan mereka mendaki Gunung Semeru. Film yang dibintangi oleh Fedi Nuril, Denny Sumargo, Herjunot Ali, Riani Raline Shah, dan Igor Saykoji. Film garapan sutradara Rizal Mantovani ini bisa menarik 3,5 juta dan yang paling fenomenal, tentunya film Habibie & Ainun yang dirilis 20 Desember 2012. Kesuksesan yang diraih rumah produksi mengadaptasi novel ke dalam layar lebar tersebut, akan tetap menggoda para sineas untuk mengadaptasi cerita novel ke dalam film. 9 Thomas M, Novel Best Seller Lahirkan Film-Film Laris, http://www.koran-sindo.com/node/300062, 8 November 2013, diakses 15 Juni 2014. Film ini diadaptasi dari novel nonfiksi tentang perjalanan hidup dan kisah cinta mantan presiden RI BJ Habibie dan Ainun Habibie dan dibintangi Reza Rahadian, Bunga Citra Lestari, Tio Pakusadewo, sertaHengky Solaiman, Habibie & Ainun berhasil meraih perolehan penonton sebanyak 4,5 juta.
2
produksi Miles yang telah memproduksi film Laskar Pelangi tersebut merupakan rumah produksi lokal yang bergerak dalam bidang perfilman yang cukup ternama. Rumah produksi Miles dan rumah produksi lain yang sejenis akan selalu menghadapi besarnya biaya dalam melakukan proses produksi film. Salah satu solusi untuk menghadapi permasalahan besarnya biaya produksi film tersebut adalah dengan bantuan dana pinjaman guna memenuhi kebutuhan produksi baik dari pihak bank maupun pihak bukan bank. Produk dari sebuah rumah produksi tersebut pada umumnya adalah film, apabila dilihat dari kacamata hukum, film merupakan salah satu kekayaan intelektual yang disebut sebagai hak cipta, hal tersebut diatur oleh Pasal 12 ayat (1) huruf k UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (UUHC). Hak cipta mengandung arti sebagai hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu, sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 1 ayat (1) UUHC. Hak eksklusif yang dilindungi di dalam UUHC tersebut memberikan hak kepada orang yang menciptakan karya dalam bidang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, serta memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial, sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 2 ayat (1) dan (2) UUHC. Apabila dilihat dari sifat kebendaannya, Berdasarkan Pasal 3 UUHC maka hak cipta dikategorikan sebagai benda tidak 3
berwujud yang dapat dialihkan atau beralih. Dengan adanya pengakuan secara eksplisit dalam UUHC yang menyebutkan bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak, maka menurut konstelasi hukum jaminan di Indonesia, hak cipta dapat dipakai sebagai objek jaminan utang. Selain sifatnya kebendaannya yang dikategorikan sebagai benda tidak berwujud yang dapat dialihkan atau beralih. Hak cipta juga mempunyai nilai ekonomis yang dapat dipertahankan terhadap siapapun dan dapat beralih atau dialihkan oleh pencipta atau pemegang hak cipta, sehingga dengan demikian hak cipta telah memenuhi persyaratan sebagai suatu hak kebendaan yang dapat dipakai sebagai objek jaminan utang. Meskipun UUHC tidak mewajibkan untuk mendaftarkan sebuah ciptaan, namun untuk memenuhi syarat, maka hak cipta yang akan dijadikan jaminan utang tersebut haruslah terdaftar pada Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Hal ini karena Hak cipta yang terdaftar lebih memberikan kepastian hukum serta memudahkan bank dalam pengalihan terhadap hak cipta yang dijadikan jaminan apabila terjadi wanprestasi. Hak cipta sebagai jaminan kredit sudah dapat dilakukan pada beberapa negara lain, diantaranya adalah Thailand,10
10
Cita C., 2013, Bentuk Penggunaan HKI untuk Tujuan Alat Penjaminan, Disampaikan dalam Seminar Perlindungan Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Sebagai Alat Kolateral dalam Sistem Hukum Nasional, Bandung.
4
Amerika Serikat, Spanyol11 dan Singapura.12 Sejumlah praktik penggunaan hak cipta sebagai jaminan untuk memperoleh kredit adalah Michael Jackson yang dilaporkan telah meminjam uang sebesar 200 juta US Dollar dari Sony dengan menggunakan royalti albumnya sebagai jaminan,13 Elton John pada tahun 2006 menggunakan royalti lagunya sebagai jaminan kredit sebesar 40 juta US Dollar pada HSBC.14 Namun penggunaan hak cipta sebagai alat penjaminan hingga saat ini belum dapat dilakukan di Indonesia dikarenakan beberapa hambatan dalam penentuan pranata jaminan yang digunakan serta hambatan-hambatan lainnya, sehingga penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang penulis tuangkan dalam tesis dengan judul “Perspektif Hukum Indonesia terhadap Hak Cipta sebagai Jaminan Kredit”.
11
Bambang, I., 2013, Sinkronisasi dan Harmonisasi Pengaturan Hak Pemegang HKI untuk Tujuan Alat Penjaminan dalam Perspektif Sistem Hukum Nasional, Bandung. 12 Singapore Law, Bangking and Finance, http://www.singaporelaw.sg/, 10 Juni 2013, 15 November 2013. 13 Singapore Law, Bangking and Finance, http://www.singaporelaw.sg/, 10 Juni 2013, diakses 15 November 2013. 14 DetikNews, Bangkrut, Elton John Cari Pinjaman, http://www.hotdetik.com/read/2006/11/08, 8 November 2006, diakses 10 Maret 2013.
5
B. Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penulisan tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Syarat apakah yang harus dipenuhi agar hak cipta dapat dijadikan sebagai jaminan kredit? 2. Lembaga apakah yang dapat memfasilitasi hak cipta sebagai jaminan kredit?
C. Keaslian Penelitian Penelitian di dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu perguruan tinggi. Penulis mencantumkan sumber referensi yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam catatan kaki dan daftar pustaka. Penulis menemukan tesis terkait perlindungan hak cipta yaitu tesis berjudul Hak Cipta terhadap Program Komputer Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang ditulis oleh T.A. Hanafiah Nanda Raja Magister Hukum Universitas Indonesia dan Aspek Hukum Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Khususnya di Bidang Buku Studi pada Penerbit PT Balai Pustaka (Persero) yang ditulis oleh Sonny Widyawan pada Magister Hukum Universitas Indonesia di tahun 2005. Kedua tesis tersebut membahas tentang bagaimana perlindungan hak cipta terhadap program komputer dan buku, apa saja bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta terhadap program komputer dan buku, bagaimana cara
6
mengatasi berbagai kendala terkait kesamaan beberapa paragraf tulisan di buku dan kesamaan source code untuk pogram komputernya.
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian untuk tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan menganalisis syarat hak cipta yang dapat digunakan sebagai objek jaminan utang menurut perspektif hukum jaminan Indonesia; dan 2. Menganalisis lembaga jaminan yang dapat memfasilitasi hak cipta sebagai objek jaminan kredit.
E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian untuk tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat ilmiah yaitu bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan dalam pengembangan ilmu hukum, khususnya hukum bisnis; dan 2. Manfaat praktis yaitu dapat memberikan solusi yang tepat bagi pengambil kebijakan jika timbul masalah terkait hak cipta sebagai jaminan kredit.
7