BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Penurunan produktivitas hutan alam telah mengakibatkan berkurangnya suplai hasil hutan kayu yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri kehutanan. Hal ini mendorong adanya upaya pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.P 12/Menlhk-II/2005, pembangunan
Hutan
Tanaman
Industri
bertujuan
untuk memenuhi
kesinambungan bahan baku industri kehutanan, meningkatkan produksi dan diversifikasi hasil hutan, perbaikan aspek lingkungan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan produksi pada hutan tanaman. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan HTI yaitu memperhatikan asas finansial perusahaan, asas ekonomi masyrarakat dan asas kelestarian. Asas finansial perusahaan yaitu pengusahaan hutan mampu memberikan keuntungan finansial yang layak bagi perusahaan. Asas ekonomi masyarakat yaitu masyarakat sekitar hutan dapat meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat pada proses produksi HTI. Asas kelestarian dapat diwujudkan dengan pemanfaatan sumber daya hutan yang memperhatikan kelestarian sumber daya hutan sehingga mampu memberikan manfaat yang berkelanjutan.
1
Dalam merancang sebuah rencana pengelolaan HTI diperlukan suatu alat atau teknik manajemen yang menunjang terhadap pencapaian tujuan untuk mempercepat perkembangan perusahaan. Alternatif teknik pembangunan proyek pengusahaan dapat dilakukan melalui analisis analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial diperlukan untuk menyediakan informasi mengenai jumlah dan waktu dari aliran kas masuk dan arus kas keluar yang digunakan untuk melaksanakan proyek yang bermanfaat dalam perencanaan dan pengendalian anggaran. Analisis ekonomi diperlukan untuk memberikan informasi apakah proyek tersebut memberikan efisiensi ekonomi bagi masyarakat secara keseluruhan atau tidak atas penggunaan sumber daya yang ada. Menurut Gray (1985) analisis finansial dan analisis ekonomi merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk menilai tingkat kelayakan usaha yang didasarkan pada 3 indikator yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit-Cost Ratio (BCR). Nilai NPV, BCR dan IRR saling berhubungan. Suatu kegiatan dikatakan layak bagi perusahaan bila nilai NPV positif. Nilai NPV positif artinya BCR lebih besar dari satu dan nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga diskonto (discount rate) yang dipergunakan dalam perhitungan nilai NPV, sehingga salah satu dari ketiga nilai tersebut dapat dipergunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu kegiatan akan menguntungkan (layak) atau tidak bagi perusahaan. Selain mengetahui kelayakan investasi diperlukan informasi perusahaan untuk mencapai titik impas dengan menggunakan analisis Break Event Point (BEP).
2
HTI PT. Silva Nusantara Investama merupakan pengelola lahan pembebasan milik PT. Pertiwi Lestari dengan status legalitas ijin Hak Guna Pakai untuk keperluan pengembangan Hutan Tanaman Industri Tanaman. PT. Silva Nusantara Investama bergerak dalam bidang produksi bahan baku hasil hutan kayu dengan jenis tanaman sengon. PT Silva Nusantara Investama dibangun pada tahun 2013 yang dalam pengelolaannya dibutuhkan sebuah rencana untuk menentukan kelayakan investasi pada perkembangan pembangunannya. Untuk menentukan kelayakan investasi dilakukan 2 pendekatan yaitu analisis ekonomi dan analisis finansial, dengan 3 kriteria kelayakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit-Cost Ratio (BCR). Selain itu untuk mengetahui titik impas perusahaan dengan indikator luasan minimal dan volume tegakan dengan menggunakan metode analisis Break Event Point (BEP), sehingga dalam proyek pembangunan Hutan Tanaman industri, PT. Silva Nusantara Investama dapat memberikan manfaat ekonomi untuk perusahaan dan masyarakat dengan tetap mempertimbangkan asas kelestarian.
3
1.2. RUMUSAN MASALAH HTI PT. Silva Nusantara Investama merupakan industri hutan tanaman penghasil kayu yang baru dibangun. Dalam pembangunannya dibutuhkan evaluasi kelayakan usaha yaitu dengan analisis finansial dan ekonomi untuk mengetahui apakah proyek yang sedang dijalanakan layak atau tidak. Kelayakan usaha pembangunan HTI perlu diketahui agar dalam aktivitas produksi hasil penjualan atau penerimaan mampu menutup seluruh biaya investasi dan biaya operasional perusahaan sehingga perusahaan
tidak
mengalami
kerugian. Untuk
itu
perusahaan perlu mengetahui : 1. Bagaimanakah kelayakan finansial dan ekonomi HTI PT. Silva Nusantara Investama dengan kriteria NPV, BCR, dan IRR? 2. Berapakah titik impas perusahaan (BEP) pada indikator volume tegakan dan luas minimal HTI PT. Silva Nusantara Investama ?
1.3. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kelayakan usaha secara finansial dan ekonomi pada HTI PT. Silva Nusantara Investama dengan 3 kriteria yaitu NPV, BCR, dan IRR. 2. Mengetahui titik impas (BEP) dari indikator volume tegakan dan luasan kawasan pada HTI PT. Silva Nusantara Investama.
4
1.4. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi perusahaan Hutan Tanaman Industri PT. Silva Nusantara Investama, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam pengembangan usahanya. 2. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat dijadikan perbandingan dari teori-teori yang didapat di perkuliahan khususnya mengenai analisis kelayakan finansial dan ekonomi dengan penelitian langsung pada PT. Silva Nusantara Investama. 3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
referensi
dalam
penyusunan
penelitian
selanjutnya
atau
penelitian-penelitian yang sejenis.
5