BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara emerging economy
yang sedang
berkembang pembangunan ekonomi dan penerapan demokrasi. Ekonomi Indonesia relatif cukup kuat ditengah ketidakstabilan ekonomi global. Pada 2009 misalnya, saat krisis finansial yang melanda dunia, berdasarkan data Bank Indonesia, Indonesia masih mampu mencatat pertumbuhan sebesar 4,5%, tertinggi ketiga setelah Cina dan India. Pada 2011, ekonomi Indonesia tumbuh 6,5%, capaian tertinggi setelah krisis 1997/1998, jauh lebih cepat dari laju pertumbuhan ekonomi dunia yang hanya sebesar 3,9%. Pencapaian pertumbuhan ekonomi tersebut tentunya tidak terlepas dari berbagai kebijakan dan upaya yang telah dilakukan pemerintah. Suatu keberhasilan tentu tidak terlepas dari biaya. Pembangunan ekonomi tersebut membutuhkan sumber dana yang memadai dan berkesinambungan. Mengingat hingga saat ini Indonesia masih banyak bergantung pada impor barang modal, maka perekonomian nasional masih membutuhkan kesinambungan pasokan valuta asing (valas), sebagai sumber pembiayaan impor. Pasar valuta asing di pasar domestik saat ini sebagian besar berasal dari dana asing dalam bentuk investasi portofolio, yaitu berupa pembelian saham perusahaan lokal, Surat Berharga Negara, atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Aliran modal
1
asing dalam investasi portofolio ini bersifat jangka pendek dan rentan terhadap resiko pembalikan (sudden capital reversal). Keluarnya modal asing seketika ini dapat menimbulkan goncangan terhadap nilai tukar rupiah, sehingga dalam kondisi ini sudah barang tentu tidak akan menguntungkan karena pembangunan nasional membutuhkan kestabilan nilai tukar rupiah. Kestabilan nilai tukar juga sangat diperlukan oleh para pelaku pasar, diantaranya yang terpenting adalah importir dan eksportir. Menurut Bank Indonesia, sumber dana lain yang sifatnya lebih stabil dapat berasal dari Devisa Hasil Ekspor (DHE) atau Devisa Utang Luar Negeri. Namun demikian, dalam pelaksanaanya, tidak seluruh DHE masuk ke dalam negeri, tetap berada di luar negeri. Hal ini mengakibatkan pasar valas domestik secara struktural dapat mengalami kekurangan pasokan valas. Kurangnya pasokan valas inilah dapat mempengaruhi aliran modal asing jangka pendek. Pada 2011, jumlah DHE yang disimpan di luar negeri diperkirakan mencapai US$ 29 miliar. Jumlah tersebut lebih dari cukup untuk menggantikan sumber dana pembangunan yang berasal dari “hot money” sebesar US$ 16 miliar pada 2010, dan menyusut menjadi USD $ 6 miliar pada 2011. Atas dasar itulah Bank Indonesia pada September 2011 mengeluarkan aturan yang dapat memastikan penerimaan DHE, melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/20/PBI/2011 tentang Penerimaan DHE dan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri. Peraturan baru ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2012, dimana seluruh eksportir diwajibkan melaporkan hasil penerimaan DHE melalui Bank Devisa dalam 2
negeri. Pada saat yang sama, kebijakan pengaturan penerimaan DHE ini tetap berlandaskan pada sistem devisa bebas yang berlaku selama ini yaitu UU Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar, suatu kebijakan yang diperkirakan kurang sejalan dengan peraturan BI tersebut. Masuknya DHE ke perbankan nasional akan meningkatkan pasokan valas domestik dan mengurangi ketergantungan pada dana asing berjangka pendek. Hal itu akan memperkuat stabilitas nilai tukar dan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia. Aliran DHE ke perbankan dapat mengaktifkan pasar valas di dalam negeri dan mendorong pelaku pasar keuangan, serta menciptakan pasar keuangan yang lebih sehat. Di sisi lain penerimaan DHE memberikan peluang bagi bank devisa dalam negeri untuk mendapatkan sumber dana valas yang dapat digunakan antara lain untuk penyaluran kredit valas atau pinjaman pasar uang antar-bank, di samping peluang mendapatkan fee based income tambahan. Kondisi ini merupakan tantangan bagi bank devisa dalam negeri untuk bersaing menjaring para eksportir-eksportir besar maupun kecil dengan memberikan produk maupun layanan terbaiknya.
1.2. Perumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan melakukan pembahasan terhadap beberapa identifikasi dan perumusan masalah yang ada, yang kemudian memunculkan sejumlah pertanyaan sebagai berikut:
3
(i) Bagaimana dampak, keunggulan dan kelemahannya dari perubahan kebijakan penerimaan DHE tersebut terhadap Bank X, yaitu sebelum, sesudah adanya perubahan kebijakan tersebut? (ii) Apakah penerimaan Devisa Hasil Ekspor yang diterima oleh Bank X akan meningkat dengan adanya kebijakan DHE?
1.3 Pertanyaan penelitian Oleh karena itu, pertanyaan pokok penelitian yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: “Bagaimana Pengaruh dan Implikasi Peraturan BI No. 13/20/PBI/2011 Terhadap Penerimaan DHE Bank X?”
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian untuk mengetahui dan menganalisa dampak dan implikasi kebijakan DHE terhadap penerimaan DHE pada Bank X, sebelum dan sesudah adanya kebijakan tersebut, serta memprediksi penerimaan DHE untuk 2 tahun mendatang. 1.5 Manfaat penelitian: Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: (i) Diperoleh gambaran tentang keuntungan Bank X, sebagai salah satu Bank Devisa di Indonesia, akibat penerapan kebijakan DHE tersebut.
4
(ii) Diketahuinya dampaknya peraturan BI tersebut terhadap penerimaan DHE pada Bank X. (iii) Bahan masukan dan saran terhadap manajemen Bank X, sehingga Bank X dapat meraih manfaat maksimal atas perubahan peraturan tersebut, (iv) Diperoleh pemahaman tentang kemungkinan terjadi konflik antara kebijakan DHE dengan sistem devisa bebas. (v) Hasil ramalan penerimaan DHE yang akan diperoleh oleh Bank X dalam periode 2013 – 2014 1.6. Metodologi Penelitian Data Devisa Hasil Ekspor sebelum, sesudah adanya perubahan regulasi diperoleh/dikumpulkan dari Bank X, sebagai kasus/sampel bank devisa dalam negeri. Penelitian dilakukan dengan menggunakan tabel analisa sederhana dengan membandingkan rata-rata penerimaan DHE sebelum dan sesudah adanya regulasi. Angka rata-rata tersebut akan dites secara statistik perbedaan dua Means, sehingga dapat diperoleh kesimpulan yang lebih sahih. Disamping itu, disertakan atau dikuatkan juga dengan analisa kuantitatif terhadap sejumlah nasabah eksportir Bank X. Bagian terakhir, dilakukan peramalan atau prediksi penerimaan DHE untuk 2 tahun mendatang dengan menggunakan metode time series. Kemudian disusun pula sejumlah saran buat manajemen Bank X dalam rangka merespons dan memaksimalkan hasilnya atas regulasi tersebut.
5