BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan kain batik. Seiring dengan perkembangan arus globalisasi, banyak kebudayaan makin memudar. Dibutuhkan upaya yang besar untuk melestarikan setiap kebudayaan yang ada. Salah satu kebudayaan Indonesia yang tergerus oleh arus globalisasi adalah batik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, batik memiliki arti kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain tersebut, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Setiap motif memiliki makna filosofis, keunikan, simbol tradisi, dan cerita kehidupan masyarakat sekitar. Terdapat pula berbagai motif yang dapat memberi informasi tentang status sosial dan jenis kelamin orang yang memakainya. Namun, tidak banyak masyarakat yang mengetahui tentang makna filosofis, keunikan, simbol tradisi dari motif batik.
Sumber : http://batik-tulis.com/
Gambar 1. Parang Rusak Barong
E.A. Pamungkas (2010: 30) berpendapat bahwa di Yogyakarta, terdapat motif Parang Rusak Barong yang memiliki arti pemakai merupakan orang berkuasa dan memiliki kewibawaan seorang raja. Motif seperti pada Gambar 1 hanya boleh dipakai oleh raja dan kerabatnya. Kata barong memiliki arti sesuatu yang besar. Ini sebabnya motif Parang Rusak Barong berukuran besar. Ukuran tinggi 1 unit motif parang yang digunakan raja berkisar 24 cm, pangeran menggunakan motif berukuran 10 cm, dan bupati menggunakan motif berukuran 4 cm. Arah parang dari kiri atas menuju kanan bawah dikenakan oleh kaum perempuan, sedangkan arah parang dari kanan atas menuju kiri bawah dikenakan oleh kaum laki-laki. Asti M. dan Ambar B. Arini (2011: 56) meyebutkan bahwa di daerah Cirebon terdapat motif Paksi Naga Liman yang memiliki simbol pesan keagamaan. Pada Gambar 2 terlihat motif Paksi Naga Liman yang berbeda dengan motif Parang yang kaku. Motif ini digambarkan dengan bentuk yang lebih fleksibel. Paksi menggambarkan rajawali, naga
menggambarkan ular naga, dan liman
menggambarkan gajah. Motif tersebut bermakna peperangan kebaikan melawan keburukan dalam mencapai kesempurnaan. Pada motif ini terdapat percampuran kebudayaan islam, cina, dan india.
Sumber : http://batik-tulis.com/
Gambar 2. Motif Batik Paksi Naga Liman
Berbagai bentuk motif batik yang ada menyebabkan sebagian besar orang kesulitan mengenali motif batik. Untuk memudahkan pengenalan, beberapa seniman batik mengelompokkan motif-motif tersebut berdasarkan bentuk geometrisnya, yaitu: kelompok dengan ragam hias geometris dan kelompok dengan ragam hias non geometris. Menurut Sri Soedewi Samsi (2007: 3) batik dengan ragam hias geometris adalah batik dengan dasar berbentuk bangun geometri seperti persegi, persegi panjang, lingkaran, segitiga, dan lainnya. Contoh dari batik geometris yaitu: bentuk motif Kawung, Parang, Nitik, Ceplok, dan lain sebagainya. Batik dengan ragam hias non geometris adalah batik dengan unsur dasar bukan bangun geometris. Ragam hias ini cenderung fleksibel dan lebih menceritakan keadaan alam atau masyarakat sekitar dengan bentuk bunga, daun, hewan, dan lainnya. Contoh dari batik non geometris yaitu: batik motif Paksi Naga Liman, motif Jawa Hokokai. Pembuatan batik membutuhkan kesabaran dan ketelitian karena dibuat secara manual dengan menerakan lilin sedikit demi sedikit. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 4 bulan. Karena pembuatan yang masih sederhana dan cukup rumit saat itu, batik tidak dilindungi oleh hak paten. Hal ini menimbulkan kekhawatiran ketika beberapa tahun yang lalu batik pernah diklaim menjadi milik negara lain. Penyebabnya adalah kurangnya perhatian masyarakat terhadap warisan budaya batik dan hak patennya. Banyak masyarakat yang tidak mengetahui makna yang terkandung dalam motif batik tersebut. Keindahan motif batik merupakan salah satu daya tarik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Banyak wisatawan yang membeli batik sebagai cinderamata
ketika berkunjung ke suatu daerah. Pesatnya wisatawan yang datang ke Indonesia dapat menjadi peluang untuk mengenalkan batik tidak hanya sebatas cinderamata, tetapi dapat sekaligus mengedukasi wisatawan tentang makna motif batik tersebut. Dengan demikian, kepariwisataan dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan keindahan batik yang ada. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga sangat berpotensi sebagai alat bantu dalam mengenalkan, melestarikan, dan mengembangkan motif batik yang ada. Salah satu teknologi yang sedang berkembang dan dapat digunakan untuk mengenalkan motif batik adalah Augmented Reality. Azuma dalam karya ilmiahnya berjudul A Survey of Augmented Reality (2007) menjelaskan bahwa Augmented Reality adalah teknologi yang menggabungkan obyek-obyek maya yang ada dan dihasilkan (generated) oleh komputer dengan benda-benda yang ada di dunia nyata sekitar kita, dan dalam waktu yang nyata. Tidak seperti realitas maya yang sepenuhnya menggantikan kenyataan, Augmented Reality hanya melengkapi kenyataan. Augmented Reality merupakan teknologi yang dapat menggabungkan objek 3D ke lingkungan dunia nyata melalui webcam atau kamera yang ada pada piranti gadget. Webcam atau kamera berguna untuk mengidentifikasi gambar penanda atau marker. Setelah proses identifikasi, piranti akan menampilkan gambar ataupun mengeluarkan suara penjelasan sesuai yang diinginkan. Penggunaan Augmented Reality di Indonesia sendiri masih tergolong sedikit karena masih merupakan hal baru. Kondisi ini dapat menjadi peluang mengenalkan dan memvisualisasikan motif
batik. Selain penggunaan yang mudah, aplikasi ini dapat menampilkan batik dalam bentuk 3D. Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah dipaparkan tentang motif batik, maka penelitian ini difokuskan pada motif batik geometris. Salah satu cara untuk mengenalkan keunikan motif batik tersebut menggunakan teknologi Augmented Reality melalui media smartphone dengan sistem operasi Android. Kumpulan marker yang digunakan dibuat dalam bentuk buku saku panduan wisata. Penggunaan teknologi ini, diharapkan dapat membantu pengenalan jenis batik dan penemuan ide baru membuat motif batik. Dengan demikian, penelitian mengenai pengenalan motif batik melalui teknologi Augmented Reality sangat menarik untuk dikaji. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, judul yang diambil dalam penelitian ini yaitu “Aplikasi Augmented Reality Batik 3D dengan Ragam Hias Geometris”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang muncul sebagai berikut. 1.
Batik merupakan salah satu kebudayaan Indonesia yang tergerus oleh arus globalisasi.
2.
Belum banyak masyarakat atau wisatawan yang mengetahui makna filosofis, keunikan, simbol tradisi dan status sosial orang yang memakainya.
3.
Keanekaragaman bentuk motif batik membuat sebagian orang kesulitan mengenalinya.
4.
Keindahan motif batik merupakan salah satu daya tarik wisatawan, tetapi belum banyak pengenalan motif batik melalui bidang pariwisata.
5.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya Augmented Reality kurang dimanfaatkan untuk mengenalkan batik secara lebih menarik.
C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya sebagai berikut. 1.
Aplikasi yang dikembangkan sebatas prototype dengan beberapa batasan motif batik.
2.
Motif dikhususkan pada jenis batik dengan ragam hias geometris, yaitu: Ceplok, Kawung, Nitik, Parang.
3.
Aplikasi Augmented Reality dibuat untuk versi android dengan Unity sebagai komponen pembangunnya.
4.
Marker berupa potongan motif batik dalam bentuk buku saku.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, ditentukan rumusan penelitian sebagai berikut. 1.
Bagaimana perancangan aplikasi Augmented Reality batik 3D dengan ragam hias geometris?
2.
Bagaimana visualisasi motif batik dilihat dari sudut pandang 3D?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut. 1.
Mengetahui cara membuat aplikasi Augmented Reality batik 3D dengan ragam hias geometris.
2.
Mengetahui visualisasi motif batik dilihat dari sudut pandang 3D.
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata a. Mengembangkan teknologi dalam melestarikan kebudayaan khususnya batik. b. Menarik minat wisatawan terutama terhadap batik. c. Mengedukasi wisatawan nusantara tentang batik.
2.
Dinas Pendidikan a. Mengedukasi pelajar tentang batik dengan cara yang menarik. b. Mengembangkan teknologi dalam mempelajari kebudayaan khususnya
batik. 3.
Penggiat Seni a. Membantu menciptakan inovasi batik baru. b. Menjadi sarana promosi hasil karya seni.
4.
Pelaku Usaha Batik a. Membantu mengiklankan atau mempromosikan batik dengan lebih menarik. b. Mengedukasi konsumen tentang makna motif batik.