1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber daya alam yang melimpah baik itu di darat maupun di laut. Berbagai potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia ini memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan negara lain yang sumber daya alamnya hanya sedikit. Letak Indonesia yang berada pada garis katulistiwa menjadikan negeri ini memiliki iklim tropis yang mendukung bagi pertumbuhan serta perberkembangan berbagai jenis flora dan fauna. Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang ada di negeri ini dan telah mengembangkannya ke dalam berbagai sektor. Salah satu sektor yang menjadi andalan di negeri ini adalah
sektor
pertanian,
dimana
sebagian
besar
penduduk
Indonesia
bermatapencaharian sebagai petani. Sektor pertanian di Indonesia ini terbagi-bagi kedalam beberapa bagian seperti pertanian lahan basah dan lahan kering, perkebunan, perladangan, serta peternakan. Saat ini yang penting untuk diperhatikan adalah pada sektor peternakan terutama peternakan sapi perah. Seperti diketahui bahwa peternakan sapi perah di Indonesia belum berkembang secara optimal, dapat dilihat dari produksi susu nasional yang baru mencapai 25-30% kebutuhan konsumsi nasional sementara susu dan produk olahan sisanya masih diimpor dari negara lain seperti Filipina,
2
New Zealand dan Australia. Hal ini terjadi karena terdapat beberapa faktor yang menghambat berkembangnya usaha ternak sapi perah di Indonesia, antara lain permodalan, pemasaran dan persaingan, penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan peternak, serta sarana transportasi (Rukmana, 2009:7). Dalam hal permodalan, di Indonesia khususnya di Jawa Barat usaha peternakan sapi perah mengalami hambatan dari segi pembibitan. Data dari Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jabar dan Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) menyebutkan bahwa stok bibit pada umumnya dalam kondisi kurang baik serta kepemilikan ternak sapi yang jumlahnya relatif kecil yaitu satu sampai lima ekor/peternak sehingga hal ini mempengaruhi pada produktivitas para peternak sapi perah. Dari potensi bibit, populasi total sapi perah di Jawa Barat terdapat 75.253 ekor, dengan sapi berproduksi berjumlah 35.543 ekor dan dalam setahun mendapatkan sapi pedet 25.000 ekor (80%) yang terdiri dari 50% betina dan 50% jantan. Jawa Barat sendiri per bulannya memproduksi sapi betina sebanyak 12.500 ekor, namun produksinya tetap stagnan, produktivitas masih sulit ditingkatkan dari angka rata-rata 11-12 liter/ekor/hari, meskipun sebagian peternakan sudah ada yang mencapai 30 liter/ekor/hari. Dari segi pamasaran dan persaingan, kendala yang dihadapi adalah daya beli masyarakat yang masih rendah terhadap produk susu, harga jual yang tidak sesuai dengan biaya produksi, serta persaingan dengan pabrik-pabrik susu yang memproduksi susu dalam kemasan kaleng yang kebanyakan produksi susu kaleng ini bahan bakunya diimpor dari luar negeri. Besarnya impor susu sapi dari luar negeri ini tentunya mengakibatkan berbagai kerugian diantaranya yaitu
3
terkurasnya devisa nasional, hilangnya kesempatan terbaik (opportunity loss) karena tidak memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada untuk perkembangan agribisnis persusuan, serta hilangnya pendapatan yang seharusnya diperoleh pemerintah dari pajak apabila agribisnis persusuan dikembangkan secara baik (Arief Daryanto, 2007). Dilihat dari penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan peternak, di Indonesia pada umumnya para peternak sapi perah masih kurang memiliki bekal ilmu pengetahuan atau skill di bidang peternakan sehingga berpengaruh besar tehadap pengembangan usaha ternak sapi perah. Selain beberapa faktor yang menghambat berkembangnya usaha peternakan sapi perah tersebut, terdapat persoalan lain yang ditimbulkan oleh peternakan sapi perah itu sendiri yaitu usaha peternakan sapi perah memiliki potensi menimbulkan masalah terhadap lingkungan disekitarnya. Seperti yang dinyatakan dalam SK Mentan No.237/Kpts/RC410/1991 tentang batasan usaha peternakan yang harus melakukan evaluasi lingkungan yang menyebutkan bahwa “Usaha peternakan sapi perah dengan skala lebih besar dari 20 ekor dan relatif terlokalisasi akan menimbulkan masalah terhadap lingkungan”. Satu ekor sapi dengan bobot badan 400–500 kg dapat menghasilkan limbah padat dan cair sebesar 27,5-30 kg/ekor/hari. Pengelolaan limbah yang kurang baik akan menjadi masalah serius pada usaha peternakan sapi perah, namun sebaliknya jika limbah ini dikelola dengan baik maka dapat memberikan nilai tambah bagi peternakan itu sendiri baik secara ekonomis maupun secara ekologis.
4
Ternak sapi perah yang ada di Indonesia kebanyakan terkonsentrasi di daerah-daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta dan Sumatra Utara yang pada umumnya terdapat di dua tempat yaitu di pinggirpinggir kota dan di luar kota terutama di daerah-daerah pertanian sayuran. Salah satu wilayah dimana usaha peternakan sapi perah berkembang dengan pesat ialah di provinsi Jawa Barat, terdapat lebih dari 10.000 rumah tangga pemelihara dan 8.000 rumah tangga usaha ternak sapi perah di provinsi ini. Jumlah rumah tangga peternakan sapi perah di provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1.1 Jumlah peternakan sapi perah di Jawa Barat
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Sapi Perah Rumah Rumah Kabupaten/Kota Tangga Tangga Pemelihara Usaha Kabupaten Bandung 8.008 6.362 Ciamis 258 2 Cirebon Sumedang 2.249 1.864 Purwakarta Bekasi Kota Bogor Sukabumi 2 1 Depok 3 3 Tasikmalaya 6 4 Jumlah 10.526 8.236
Jumlah
14.370 260 4.113 3 6 10 18.762
Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah peternakan sapi perah di Jawa Barat yang paling banyak populasi peternak sapi perahnya adalah di Kabupaten Bandung yaitu sekitar 14.370 peternak. Adanya pemekaran wilayah di Kabupaten Bandung menjadikan wilayah ini terbagi menjadi dua wilayah
5
pemerintahan yaitu Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Kabupaten Bandung Barat sendiri memiliki potensi sumberdaya peternakan sapi perah yang cukup besar, peningkatan jumlah ternak sapi dalam satu tahun mencapai 1089 ekor sapi yaitu 29.316 ekor sapi pada tahun 2008 menjadi 30.405 ekor sapi pada tahun 2009. Jumlah populasi ternak sapi perah di Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 1.2 Jumlah populasi ternak sapi perah di Kabupaten Bandung Barat No.
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Batujajar Cihampelas Cikalong Wetan Cililin Cipatat Cipeundeuy Cipongkor Cisarua Gunung Halu Lembang Ngamprah Padalarang Parongpong Rongga Sindangkerta Jumlah
Populasi ternak sapi perah 146 136 17 14 19 6.760 12 18.035 107 5.159 30.405
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bandung Barat, 2009
Jumlah populasi ternak sapi perah di Kabupaten Bandung Barat seperti yang terlihat pada tabel kebanyakan terdapat di Kecamatan Lembang. Wilayahnya yang cukup luas dan suhu udara yang cocok untuk ternak sapi perah menjadikan banyak berkembang peternakan sapi perah di kecamatan ini, selain itu pakan untuk memenuhi kebutuhan ternak yaitu hijauan atau rumput banyak tersedia.
6
Usaha peternakan sapi perah yang berkembang di Kecamatan Lembang ini dikelola oleh sebuah koperasi peternakan sapi perah rakyat yang dinamakan dinam dengan
Koperasi
Peternak
Susu
Bandung
Utara
(KPSBU)
Lembang.
Perkembangan jumlah populasi ternak sapi perah di Lembang sendiri setiap tahunnya mengalami perkembangan yang cukup signifikan seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia untuk memenuhi gizi dengan mengkonsumsi susu sapi, serta kebijakan pemerintah yang melalui Departemen Pertanian telah mempunyai program menggalakan peningkatan gizi. Berikut ini merupakan grafik peningkatan pen populasi ternak sapi perah yang berada di d Kecamatan Lembang dari tahun 2005 sampai tahun 2009.
18500 18000 17500 17000 16500 16000 15500 15000 14500
18035
16533
16741
16946
15947
2005
2006
2007
2008
2009
Jumlah populasi ternak sapi perah Sumber: Data Populasi Sapi Perah Lembang dan Hasil perhitungan, 2010
Grafik 1.1 Peningkatan jumlah populasi ternak sapi perah Kecamatan Kecamatan Lembang
Melihat semakin meningkatnya jumlah populasi ternak sapi perah di Kecamatan Lembang ini, maka limbah peternakan yang dihasilkanpun akan semakin banyak. Selain itu, usaha peternakan yang semakin berkembang juga
7
harus disertai dengan peningkatan kualitas dan keterampilan dari para peternak dalam mengelola ternaknya agar kesehatan dan kebersihan lingkungan peternakan tetap terjaga termasuk kehigienisan produknya yaitu susu. Peningkatan jumlah usaha peternakan sapi perah ini akan menimbulkan permasalahan baru jika tidak ditangani dengan benar. Maka sebaiknya ada upaya yang dilakukan oleh para peternak untuk meningkatkan kualitas usaha peternakannya agar dapat pula meningkatkan kesejahteraan peternak itu sendiri, dan limbah peternakan yang dihasilkan dapat dikelola dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan disekitarnya. Upaya
yang dapat dilakukan dan
dikembangkan pada peternakan sapi perah salah satunya adalah dengan menerapkan konsep produksi bersih. Dalam peternakan sapi perah konsep produksi bersih ini adalah melalui pengelolaan limbah ternak secara baik sehingga dapat memberikan nilai tambah baik secara ekonomis maupun ekoligis. Dari latar belakang yang dipaparkan di atas mengenai potensi peternakan sapi perah dan permasalahan yang dihadapi serta salah satu upaya yang dapat dilakukan, maka penulis tertarik untuk mengkaji sudah sejauh mana para peternak sapi perah yang berada di Kecamatan Lembang menerapkan produksi bersih, serta bagaimana hubungannya dengan latar belakang peternak itu sendiri dan pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan peternakan. Terkait dengan hal tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian dengan mengambil judul “Penerapan Produksi Bersih Pada Peternakan Sapi Perah Di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat”.
8
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi lingkungan peternakan sapi perah yang ada di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat? 2. Bagaimana penerapan produksi bersih pada peternakan sapi perah di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat? 3. Bagaimana hubungan latar belakang sosial ekonomi peternak sapi perah dengan penerapan produksi bersih di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat? 4. Bagaimana hubungan penerapan produksi bersih dengan kondisi lingkungan peternakan sapi perah di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat?
C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kondisi lingkungan peternakan sapi perah yang ada di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 2. Mengidentifikasi penerapan produksi bersih pada peternakan sapi perah di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 3. Menganalisis hubungan latar belakang peternak sapi perah dengan penerapan produksi bersih di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 4. Menganalisis
hubungan
penerapan
produksi
bersih
dengan
kondisi
lingkungan peternakan sapi perah di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat
9
D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bahan pengayaan bagi peneliti dalam meningkatkan wawasan dan pemahaman terutama tentang judul skripsi yang dibahas. 2. Sebagai salah satu informasi dan masukan bagi pihak pemerintah untuk mengambil dan menetukan kebijakan dalam hal mengembangkan dan mensejahterakan peternak sapi perah serta menjaga kelestarian lingkungan. 3. Dapat memberikan gambaran bagi masyarakat terutama peternak sapi perah tentang bagaimana cara mengembangkan usaha peternakan yang lebih efisien dan menguntungkan bagi peternak maupun lingkungannya. 4. Sebagai salah satu bahan pengayaan dalam pengembangan ilmu dan pembelajaran Geografi. 5. Sebagai salah satu bahan bacaan dalam melakukan penelitian lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
E. Definisi Operasional 1. Penerapan Penerapan adalah suatu tindakan seseorang secara langsung dalam suatu kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan orang yang melakukan kegiatan tersebut. Dalam penelitian ini penerapan yang dimaksudkan adalah penerapan produksi bersih oleh peternak sapi perah pada peternakannya.
10
2. Produksi bersih Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan terus menerus pada proses produksi dan praproduksi, sehingga mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan (UNEP, 2003). Dalam penelitian ini produksi bersih yang dimaksudkan adalah pengelolaan lingkungan peternakan oleh para peternak secara baik yang meliputi kebersihan dalam pemeliharaan dan perawatan ternak, produksi susu serta pengelolaan limbah ternaknya. 3. Peternakan sapi perah Peternakan adalah suatu kegiatan usaha dalam meningkatkan manfaat kekayaan biotik berupa ternak, dengan cara produksi untuk memenuhi perkembangan kebutuhan manusia, dengan memperhatikan keseimbangan ekologis dan kelestarian alam (Atmadilaga dalam Mustopha, 1979). Peternakan sapi perah adalah suatu usaha pemeliharaan dan pembiakan ternak sapi, dengan memanfaatkan susu yang diproduksi oleh ternak tersebut. Peternakan sapi perah dalam penelitian ini ialah usaha peternakan dalam skala kecil atau pun sedang. 4. Kecamatan Lembang Kecamatan Lembang adalah lokasi penelitian yang merupakan salah satu kecamatan dari 15 Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat, dimana Kecamatan Lembang merupakan wilayah yang paling banyak terdapat populasi ternak sapi perahnya dan juga banyak masyarakat yang bermatapencaharian sebagai peternak sapi perah.