BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu aktifitas manusia, walaupun bekerja tidak
hanya menghasilkan uang, tetapi bekerja dapat memberikan status individu dan individu dapat berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitarnya. Bekerja merupakan bentuk dari aktivitas yang mendapat dukungan sosial yang berupa penghargaan lingkungan masyarakat terhadap aktivitas kerja maupun dukungan individu yang melatar belakangi aktivitas kerja itu sendiri seperti kebutuhan untuk aktif, kebutuhan untuk berproduksi, kebutuhan untuk memperoleh harga diri, serta kebutuhan yang lainnya, sehingga pada hakikatnya bekerja merupakan kebutuhan bagi manusia. Pada kenyataannya pekerjaan yang dilakukan tidak akan berlangsung selamanya, karena ada batasan usia tertentu dalam bekerja yang disebut dengan masa pensiun. Pensiun merupakan suatu proses berakhirnya masa kerja rutin dan dimulainya masa istirahat karena masa kerja secara aktif telah selesai dan berakhir. Masa pensiun cukup memprihatinkan karena adanya persepsi yang kurang tepat dalam memaknai masalah pensiun. Pensiun memaksa individu untuk memaksa suatu peningkatan dalam ruang lingkup pengambilan keputusan tentang kehidupan pribadi seseorang. Masa pensiun yang dimaksud adalah masa pensiun wajib, dimana individu terpaksa melakukan pensiun karena organisasi tempat individu bekerja menetapkan usia tertentu sebagai batas usia seseorang untuk berhenti bekerja tanpa pertimbangan suka atau tidak
Universitas Sumatera Utara
Hilangnya pekerjaan saat memasuki usia lanjut merupakan suatu kecemasan yang sering terjadi. Kehilangan teman – teman kerja dan hilangnya ‘masa’ memegang suatu jabatan struktural membuat individu takut dan cemas. Berkurangnya ketahanan fisik di usia yang semakin lanjut juga menjadi suatu kecemasan dan pada akhirnya menjadi stressor atau sumber stres yang dirasakan berat bagi individu yang tidak begitu kuat mentalnya dalam menghadapi stres. Masa pensiun sering menimbulkan perasaaan tidak berguna bagi individu yang akan memasuki masa pensiun baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Mestinya pensiun adalah dambaan semua orang. Karena semakin lama bekerja akan semakin lelah sehingga membutuhkan istirahat. Tetapi pada kenyataannya orang takut bila menghadapi masa pensiun, mereka takut kehilangan masa keberartiannya. Pandangan negatif tentang pensiun menyebabkan individu cenderung menolak datangnya masa pensiun. Penolakan tersebut ditandai dengan adanya perasaan cemas. Kecemasan pada masa pensiun sering muncul pada setiap individu yang sedang menghadapinya karena dalam menghadapi masa pensiun dalam dirinya terjadi goncangan perasaan yang begitu berat karena individu harus meninggalkan pekerjaannya. Masa pensiun ini dapat menimbulkan masalah karena tidak semua orang siap menghadapinya. Pensiun akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, selain itu akan memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang paling vital adalah menghilangkan identitas seseorang yang sudah melekat begitu lama. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
masa pensiun ini sering menimbulkan masalah psikologis baru bagi yang menjalaninya, karena banyak dari mereka yang tidak siap menghadapi masa ini. Ketidaksiapan menghadapi masa pensiun pada umumnya timbul karena adanya kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhan tertentu. Perubahan yang diakibatkan oleh masa pensiun ini memerlukan penyesuaian diri. Proses penyesuaian diri yang paling sulit adalah pada masa pensiun. Pada saat menghadapi masa pensiun ada gejala fisiologis yang sering muncul diantaranya merasa mudah lelah ketika bekerja, jantung berdebar-debar, kepala pusing, kadang-kadang mengalami gangguan tidur. Sedangkan gejala psikologisnya yaitu rendah diri, tidak dapat memusatkan perhatian, timbulnya perasaan kecewa sehingga dapat mempengaruhi interaksi dengan orang lain. Dukungan sangat dibutuhkan oleh individu yang akan memasuki masa pensiun, baik dari teman kerja, keluarga, pasangan hidup dan teman di lingkungan sekitarnya. Dukungan sosial dapat menimbulkan pengaruh positif seperti dapat mengurangi kecemasan dan memelihara kondisi psikologis yang berada dalam tekanan. Dukungan sosial bagi individu yang akan memasuki masa pensiun merupakan hal yang penting, karena individu tersebut merasa dicintai, diperhatikan dan merasa tidak sendirian dalam menghadapi masa pensiun. Dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada dukungan sosial dari keluarga yang dapat diperoleh dari komunikasi antar pribadi yang dilakukan keluarga. Komunikasi dan manusia adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Komunikasi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Tanpa melakukan komunikasi, maka seseorang akan sulit untuk melangsungkan hidupnya. Sebagai makhluk social, kita merasa perlu
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan orang lain. Kita memerlukan hubungan dan ikatan emosional dengan mereka, bahkan kita membutuhkan pengakuan mereka atas keberadaan dan kemampuan kita. Komunikasi
secara
terminologis
merujuk
pada
adanya
proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi, dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Merujuk pada pengertian Ruben dan Steward mengenai komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals-in relationships, group, organizations and societes-respond to and create message to adapt to the environment and one other. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Secara umum ragam tingkatan komunikasi meliputi komunikasi massa, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi intrapribadi dan komunikasi antarpribadi. Komunikasi yang akan lebih jauh dibahas dalam penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai sesuatu yang unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikam bersifat pribadi. Komunikasi dan interaksi pribadi dianggap paling ampuh untuk
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain karena dari pengaruh yang ditimbulkannya terjadi sebuah proses psikologis yang akhirnya bermuara pada proses sosial. Salah satu bentuk komunikasi antarpribadi yang paling sederhana dapat kita amati di dalam keluarga. Bagaimanapun, dalam sebuah keluarga komunikasi merupakan hal yang amat penting untuk menjaga hubungan antar pribadi tiap anggota keluarga. Dengan membangun dan membina komunikasi antarpribadi yang baik diantara anggota keluarga, khususnya orangtua dan anak, maka akan tercipta pula hubungan yang baik. Komunikasi yang perlu dilakukan adalah komunikasi yang bersifat integratif, dimana ayah, ibu dan anak terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan dan menghindari model komunikasi yang bersifat dominatif atau suka menguasai pembicaraan. Selanjutnya diharapkan komunikasi orangtua dengan anaknya banyak bersifat mendorong, penuh penghargaan, penuh dukungan dan perhatian. Pada karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar
Muda
Medan berdasarkan hasil wawancara
dengan beberapa
karyawannya mengungkapkan bahwa kecemasan yang terjadi muncul karena adanya ketakutan akan ketidaktercukupinya kebutuhan-kebutuhan keluarganya baik untuk kebutuhan sehari-hari ataupun kebutuhan mendadak atau tidak terduga seperti salah satu anggota keluarga sakit. Pada umumnya mereka beranggapan bahwa apabila mereka masih aktif bekerja mereka akan mendapat fasilitasfasilitas yang dapat meringankan kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan mendadak atau tidak terduga. Selain itu juga ada anggapan akan mendapat bantuan baik moril maupun materil dari rekan-rekan sekantor. Saat masa pensiun
Universitas Sumatera Utara
mereka merasa cemas sekalipun mendapatkan uang pensiun karena masih ada anggapan bahwa jumlah uang yang diterima kurang memenuhi kebutuhankebutuhannya. Peneliti akan meneliti bagaimana peran komunikasi antarpribadi keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan. Hasil observasi dan wawancara dengan responden yang didapat selama peneliti melakukan penelitian akan dituangkan dalam bab pembahasan.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah peran Komunikasi Antarpribadi di dalam keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan?”.
1.3
Pembatasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga
dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut yakni sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya melingkupi masalah komunikasi antarpribadi keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan. 2. Objek penelitian ini adalah karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan yang akan menghadapi masa pra pensiun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai Juli 2012.
Universitas Sumatera Utara
3. Penelitian ini menggunakan studi kasus, yaitu kasus dengan menggunakan wawancara, observasi dan studi kepustakaan.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bagaimana peran komunikasi antarpribadi keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan. b. Untuk mengetahui bagaimana intensitas komunikasi antarpribadi keluarga dalam menghadapi kecemasan pnnsiun pada karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan. c.. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong kecemasan menghadapi pensiun pada karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan. 1.4.2 Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah: a. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperluas khasanah penelitian di lingkungan FISIP USU. b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khususnya berkaitan dengan kajian studi Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai kajian ilmu komunikasi antar pribadi. c. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan cakrawala bagi peneliti, serta dapat menjadi masukan bagi para karyawan dalam menghadapi pensiun.
Universitas Sumatera Utara
1.5
Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir
dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nawawi, 2001:39). Kerlinger menyebutkan bahwa teori adalah sekumpulan konstruk (konsep), defenisi dan dalil yang saling terkait, yang menghadirkan suatu pandangan yang sistematis tentang fenomena dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variabel, dengan maksud menjelaskan
dan meramalkan
fenomena (Rakhmat, 2004:6). Teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan memberikan pandangan terhadap suatu permasalahan. Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan antara lain: 1.5.1 Teori Kecemasan Teori kecemasan oleh Freud pertama kali diungkapkan tahun 1890, Teori Freud tentang kecemasan pertama kali didasari oleh suatu pemikiran berani yang mengungkapkan analogi dari kesamaan respon tubuh selama serangan kecemasan. Teori ini dikemukakan sekitar tahun 1894 sebagai penyambung dari teori koitus interuptus yang sebelumnya telah dikemukakan. kecemasan menurut Freud dibagi menjadi tiga yaitu kecemasan realitas, kecemasan neurosis, dan kecemasan moral. Freud membagi kecemasan menjadi tiga, yaitu: a. Kecemasan Realitas atau Objektif (Reality or ObjectiveAnxiety) Suatu kecemasan yang bersumber dari adanya ketakutan terhadap bahaya yang mengancam di dunia nyata.Kecemasan seperti ini misalnya ketakutan terhadap
Universitas Sumatera Utara
kebakaran, angin tornado, gempa bumi, atau binatangbuas. Kecemasan ini menuntun kita untuk berperilakubagaimana menghadapi bahaya. Tidak jarang ketakutanyang bersumber pada realitas ini menjadi ekstrim. b. Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety) Kecemasan atau ketakutan untuk itu berkembang karena adanya harapan untuk memuaskan impuls Id tertentu. Kecemasan neurotik yang muncul adalah ketakutan akan terkena hukuman karena memperlihatkan perilaku impulsif yang didominasi oleh Id. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketakutan terjadi bukan karena ketakutan terhadap insting tersebut tapi merupakan ketakutan atas apa yang akan terjadi bila insting tersebutdipuaskan. Konflik yang terjadi adalah di antara Id dan Ego yang kita ketahui mempunyai dasar dalam realitas. c. Kecemasan Moral (Moral Anxiety) Kecemasan ini merupakan hasil dari konflik antara Id dan superego. Secara dasar merupakan ketakutan akan
suara hati individu sendiri. Ketika individu
termotivasi untuk mengekspresikan impuls instingtual yang berlawanan dengan nilai moral yang termaksud dalam superego individu itu maka ia akan merasa malu atau bersalah. Pada kehidupan sehari-hari ia akan menemukan dirinya sebagai “conscience stricken”. Kecemasan moral menjelaskan bagaimana berkembangnya superego. Biasanya individu dengan kata hati yang kuat akan mengalami konfllik yang lebih hebat daripada individu yang mempunyai kondisi toleransi moral yang lebih longgar. Seperti kecemasan neurosis, kecemasan moral juga mempunyai dasar dalam kehidupan nyata. Apapun tipenya, kecemasan merupakan suatu tandap peringatan kepada individu. Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada
Universitas Sumatera Utara
individu termotivasiuntuk memuaskan. Tekanan ini harus dikurangi. Kecemasan memberikan peringatan kepada individu bahwa ego sedang dalam ancaman dan oleh karena itu apabila tidak ada tindakan maka ego akan terbuang secara keseluruhan. Ada berbagai cara ego melindungi dan mempertahankan dirinya. Individu akan mencoba lari dari situasi yang mengancam serta berusaha untuk membatasi kebutuhan impuls yang merupakan sumber bahaya. 1.5.2
Self Disclosure Menurut Devito (1997:231-132), self disclosure merupakan proses
pengungkapan reaksi/tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi, serta memberikan informasi guna memahami suatu tanggapan terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap suatu yang telah dikatakan/dilakukannya, atau perasaan kita terhadap suatu kejadian yang baru saja kita saksikan. Beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi menurut Devito adalah sebagai berikut: 1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang. 2. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, maka orang tersebut akan menyukai kita, sehingga ia akan semakin membuka diri terhadap kita. 3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain tterbukti cenderung memiliki sifat-sifat, seperti : kompeten, terbuka, ekstrovert, fleksibel, adaptif dan intelijen.
Universitas Sumatera Utara
4. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar reaksi yang memungkinkan komunikasi intim yang baik dengan diri kita sendiri ataupun orang lain. 5. Membuka diri berarti bersikap realistis sehingga harus jujur, tulus dan autentik. Teori Self Disclosure/proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi fokus penelitian dalam teori komunikasi merupakan proses pengungkapan informasi pribadi kita kepada orang lain. Joseph Luft mengemukakan teori Self Disclosure berdasarkan pada model interaksi manusia yang disebut Johari Window, dimana terdapat empat bidang didalamnya, yakni : terbuka, buta, tersembunyi dan tidak diketahui.
1.6
Kerangka Konsep Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti
yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33). Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 1995:40). Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya.Beberapa konsep yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1.6.1. Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang. Menurut Devito, komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik secara langsung. Untuk memperjelas pengertian komunikasi antarpribadi, Devito memberikan beberapa ciri sebagai berikut: a. Keterbukaan Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide/gagasan suatu permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut/malu, keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masingmasing. b. Empati Kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada orang lain. c. Dukungan Setiap pendapat, ide/gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan demikian keinginan yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
d. Rasa positif Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat tanggapan positif, rasa positif
menghindarkan
pihak-pihak
berkomunikasi
untuk
tidak
curiga/berprasangka yang dapat menganggu jalinan interaksi. e. Kesamaan Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan sikap, usia, ideologi dsb. 1.6.2. Komunikasi Keluarga Dalam pengertian psikologis, (Soleman, 1994 dalam Gunarsa, 2003:10) keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama, dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, dan saling memperhatikan. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam interaksi dengan kelompoknya. Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinterakasi dengan anggota lainnya sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar komunikasi dan hubungan timbal balik dapat terpelihara dengan baik, maka hubungan timbal balik dalam keluarga harus menggambarkan ikatan yang sangat kuat sebagai berikut: a. Hubungan suami-isteri berdasarkan cinta kasih. b. Hubungan orangtua dengan anak didasarkan kasih sayang.
Universitas Sumatera Utara
c. Hubungan orangtua dengan anak remaja berdasarkan rasa sabar. d. Hubungan antara anak didasarkan atas kasih sesama. Komunikasi dalam keluarga akan memberikan rasa aman dan bahagia bila berlandaskan kasih sayang (Gunarsa, 2002:13). 1.6.3. Kecemasan. Kecemasan ialah semacam kegelisahan-kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difus atau baur, dan mempunyai ciri yang mengazab pada seseorang (Kartono, 2002:129) Priest (1994) berpendapat bahwa kecemasan atau perasaan cemas adalah suatu keadaan yang dialami ketika berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi. Atkinson, dkk (1996) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan gejala seperti kekhawatiran dan perasaan takut. Segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organism dapat menimbulkan kecemasan, konflik merupakan salah satu sumber munculnya rasa cemas. Adanya ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, serta perasaan tertekan untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan juga menumbuhkan kecemasan (Safaria, 2009:49) Blackburn dan Davidson (1994) mengemukakan, reaksi kecemasan dapat mempengaruhi suasana hati, pikiran, motivasi, perilaku dan gerakan biologis (Safaria, 2009:56).
Universitas Sumatera Utara
Simptom-simptom Psikologis Suasana hati Pikiran
Motivasi Perilaku Gerakan Biologis
Keterangan Kecemasan, mudah marah, perasaan sangat tegang. Khawatir, sukar berkonsentrasi,pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri tidak berdaya atau sensitif. Menghindari situasi, ketergantungan tinggi, ingin melarikan diri. Gelisah, gugup, waspada berlebihan Gerakan otomatis meningkat, berkeringat, gemetar, pusing, berdebardebar, mual, mulut kering.
1.6.4. Pensiun Secara umum, arti kata pensiun adalah seseorang yang sudah tidak bekerja lagi karena usianya sudah lanjut dan harus diperhentikan. Pensiun merupakan suatu proses berakhirnya masa kerja rutin dan mulainya masa istirahat karena masa kerja secara aktif telah selesai dan berakhir. Masa pensiun cukup memprihatinkan karena adanya persepsi yang kurang tepat dalam memaknai masalah pensiun. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang pensiun . Mereka mengatakan bahwa pensiun adalah suatu kondisi dimana individu tersebut telah berhenti bekerja pada suatu pekerjaan yang biasa dilakukan. Merekapun menerangkan batasan yang lebih jelas dan mengatakan bahwa pensiun adalah proses pemisahan seorang individu dari pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya seseorang digaji. Dengan kata lain masa pensiun mempengaruhi aktivitas seseorang, dari situasi kerja ke situasi di luar pekerjaan. Sedangkan berdasarkan pandangan psikologi perkembangan, pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu masa transisi ke pola hidup baru, ataupun merupakan akhir pola hidup .
Universitas Sumatera Utara
Masa pensiun ini dapat menimbulkan masalah karena tidak semua orang siap untuk menghadapinya. Pensiun akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, selain itu akan memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang paling vital adalah menghilangnya identitas diri seseorang yang sudah melekat begitu lama. Pensiun sering kali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak. Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang bias mendatangkan kepuasan (karena uang, jabatan, dan memperkuat harga diri). Oleh karena itu, sering kali terjadi orang yang pensiun bukannya bisa menikmati masa tua dengan hidup santai, sebaliknya ada yang justru mengalami problem serius (kejiwan ataupun fisik). Individu yang melihat masa pensiun hanya dari segi finansial kurang bisa beradaptasi dengan baik dibandingkan dengan mereka yang dapat melihat masa pensiun sebagai masa di mana manusia beristirahat manikmati hasil jerih payahnya selama ini di masa tuanya. Golongan pensiun sendiri terbagi menjadi kelompok yang optimis dan kelompok pesimis. Ada yang bahagia karena dapat menyelesaikan tugas dan pengabdiannya dengan “selamat” tanpa cela. Sebaliknya ada juga yang merasa khawatir akan kehidupan di masa yang akan datang. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka konsep-konsepnya dapat disederhanakan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Komunikasi AntarPribadi Keluarga 2. Kecemasan menghadapi Pensiun 1.6.5
Kecemasan Pensiun Kecemasan menghadapi pensiun adalah suatu gejala atau reaksi psikologis
dan fisiologis yang bersifat subjektif dan tidak menyenangkan yang terjadi pada individu yang sedang menghadapi pensiun. Kecemasan pensiun sering muncul pada setiap individu yang sedang menhadapi masa pensiun dalam dirinya terjadi guncangan perasaan yang begitu berat karena individu harus meninggalkan pekerjaannya. Jika
individu
mengalami kecemasan
dalam menghadapi
pensiun
dikarenakan tidak semua orang siap untuk menghadapinya. Dan batasan yang lebih jelas adalah proses pemisahan individu dari pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya sebagai seseorang yang digaji. Dengan kata lain timbulnya kecemasan pensiun karena akan memutuskan seseorang dari aktifitas rutin yang telah
dilakukan
selama
bertahun-tahun
dan
yang
paling
vital
adalah
menghilangkan identitas seseorang yang sudah lama melekat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi pensiun antara lain menurunnya pendapatan, hilangnya status sosial, berkurangnya interaksi sosial dengan teman kerja, datangnya masa tua.
1.7
Alur Pemikiran Model
teoritis
merupakan
paradigma
yang
menginformasikan
permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya. Variabelvariabel yang telah dikelompokkan ke dalam kerangka konsep dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Kecemasan menghadapi Pensiun
Komunikasi Antarpribadi Keluarga
GAMBAR 1 Model Teoritis Penelitian Dalam sebuah organisasi, perusahaan maupun lembaga pemerintahan, komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang selalu digunakan dalam menjalani aktivitas didalamnya. Komunikasi antar pribadi yang terjadi akan mengakibatkan pada kecemasan seseorang dalam menghadapi permasalahan baik itu yang bersifat pribadi, kelompok, keluarga, maupun di masyarakat. Kecemasan itu bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya berkurang atau menurunnya pendapatan seseorang, hilangnya status sosial, berkurangnya interaksi sosial, dan datangnya masa tua. Faktor-faktor tersebut menjadi suatu permasalahan bagi setiap orang, contohnya bagi para karyawan Bank BRI yang mengalami kecemasan dalam menghadapi masa pensiun. Sehingga, komunikasi antar pribadi yang terjadi dengan teman kerja maupun keluarga akan berbeda, dengan munculnya rasa gugup, bingung dan takut dalam berkomunikasi karena kecemasan menghadapi pensiun.
1.8
Operasional Variabel Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di
atas, maka untuk lebih memudahkan penelitian diperlukan suatu operasional variabel terkait, yakni sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
No. Variabel Teoritis 1. Komunikasi Antarpribadi Keluarga
2.
1.9
Kecemasan Menghadapi Pensiun
1. 2. 3. 4. 5.
Variabel Operasional Keterbukaan Empati Dukungan Rasa Positif Kesamaan
1 2 3 4 5
Suasana hati Pikiran Motivasi Perilaku Gerakan biologis
Definisi Operasional Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep
yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46). Defenisi operasional dari dalam penelitian ini adalah: 1. Komunikasi Antarpribadi Keluarga a. Keterbukaan : adanya suatu kemauan untuk membuka diri dan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan antar pribadi. b. Empati : kemampuan untuk menempatkan diri kita seperti apa yang dirasakan orang lain sewaktu kita berkomunikasi dengan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
c. Dukungan : suatu keadaan yang mendorong seseorang untuk berkomunikasi tanpa merasa tertekan dengan kritik yang dating padanya. d. Rasa positif : suatu perasaan yang dialami secara internal oleh individu bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukannya membawa manfaat bagi dirinya. e. Kesamaan : adanya suatu kondisi yang menunjukkan terdapatnya posisi kesejajaran antara pihak-pihak yang berkomunikasi tanpa memandang siapa lawan bicaranya. 2. Kecemasan Menghadapi Pensiun a. Suasana hati : kecemasan, mudah marah, perasaan sangat tegang. b. Pikiran
:
Khawatir,
sukar
berkonsentrasi,pikiran
kosong,
membesar-besarkan ancaman, memandang diri tidak berdaya atau sensitif. c. Motivasi : Menghindari situasi, ketergantungan tinggi, ingin melarikan diri. d. Perilaku : Gelisah, gugup waspada berlebihan. e. Gerakan biologis : Gerakan otomatis meningkat, berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.
Universitas Sumatera Utara