BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Kota Tangerang merupakan kota yang cukup besar jika dilihat dari letak sisi geografisnya. Seperti kota-kota besar lainnya, Kecamatan Pamulang Kabupaten Tangerang juga menghadapi permasalahan perkotaan seperti kepadataan penduduk, penataan kota, penyakit demam berdarah dan lain-lain. Banyaknya penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) yang menjadi epidemik dapat menyebabkan terjadinya wabah dan itu merupakan kerugian bagi suatu daerah. Grafik penderita DBD di Kecamatan Pamulang tahun 1998-2008 ; diilustrasikan pada Gambar 1.1 berikut : 160 143
140 120 100
89
80
73
60 40
36
44
48
46
49
51
54
0
1
2
2
4
3
Penderita meninggal
50
20 0
0
1
3
4
7
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Gambar 1.1 Grafik penderita DBD Sumber (Puskesmas Pamulang)
Berdasarkan grafik diatas terlihat tingkat penderita DBD terjadi dari tahun 1998-2008 yaitu 36 orang pada tahun 1998 sedangkan 89 pada
1
2
tahun 2008, selanjutnya yang meninggal tahun 1998 sebanyak 0 orang sedangkan pada 2008 sebanyak 7 orang. Dan menurut Dinas kesehatan tangerang penderita DBD paling tinggi terjadi di Kecamatan Pamulang karena banyaknya wilayah yang menjadi daerah epidemis. Seperti di, Kelurahan Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Benda, Benda Baru, dan Bambu Apus,1 kondisi ini juga diperparah karena faktor informasi penyebaran DBD tidak merata kepada seluruh masyarakat. Ini terlihat dari hasil analisis yang dilakukan dimana 83% dari instrumen penelitian dianggap valid, jadi dapat disimpulkan bahwa faktor informasi berpengaruh dalam proses surveilans DBD (Kuesioner terlampir pada Lampiran ). karena itu dibutuhkan tool dan aplikasi untuk menangani info penyebaran DBD, karena pada saat ini pengelolahan informasi mengenai surveilans (pengumpulan data) DBD masih dikerjakan secara manual sehingga sering timbul masalah keterlambatan data, serta data yang disajikan tidak up to date dan sering sekali kurang jelas dalam mencatatan alamat, yang menyebabkan kurang akuratnya dalam menentukan daerah yang terjangkit yang akhirnya mengganggu perencanaan, pencegahan dan upaya-upaya pemberantasan DBD. Melihat kegawatan penyakit ini maka seharusnya pendataan DBD didukung oleh sistem yang handal. Salah satu alternatif teknologi informasi yang dapat diterapkan untuk menanggulangi masalah tersebut adalah Sistem
1
http://www.dinkeskabtangerang.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=14&Itemid=27 (06/05/09 : 10.00-11.36 wib)
3
Informasi Geografis (SIG) yang sangat berguna untuk menampilkan peta tematik DBD yang untuk mengetahui distribusi epidemiologi kejadian kasus DBD di kecamatan Pamulang sehingga SIG akan sangat membantu otoritas kesehatan untuk mengambil kebijakan yang cepat dan tepat. Dalam hal ini hasil-hasil dari Surveilans epidemologis dalam format SIG bisa ditampilkan secara fleksibel melalui internet, maka informasi yang di dapat menjadi lebih cepat dan beragam, serta mampu menyebarkan informasi surveilans demam berdarah secara meluas dan secara langsung dapat dilihat oleh Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Asuransi maupun masyarakat umum dimanapun mereka berada. Selain itu dengan penerapan SIG dengan pemanfaatan jaringan internet diharapkan mampu untuk membantu Kecamatan Pamulang dalam mengelola dan mengolah informasi surveilans demam berdarah sehingga para Stake Holder (pihak-pihak terkait) dapat mengatasi atau pencegah wabah demam berdarah pada masa yang akan datang. Menurut
WHO,
surveilans
adalah
proses
pengumpulan,
pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.2 Metode surveilans itu sendiri adalah kumpulan data penyakit yang diobservasi untuk mengetahui tren dan mendeteksi perubahan kejadian penyakit tersebut secara dini. Pola dan distribusi penyakit juga mudah
2
http://www.surveilans.org/about_us.php?tpl=id
(27/01/09 : 11.00-11.34 wib)
4
diamati berdasarkan area geografis, usia, komunitas, dan sebagainya.3 Dengan
itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Sistem
Informasi Surveilans Demam Berdarah di Kecamatan Pamulang.
I.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan pokok permasalahan, yaitu bagaimana Puskesmas (bagian Surveilans) dapat menyajikan informasi demam berdarah dengue dengan cepat, sehingga Dinas kesehatan Tangerang Selatan dapat mengambil kebijakan ?
I.3. Batasan Masalah Penelitian ini hanya akan dibatasi pada : 1. Daerah penelitian hanya mencakup kecamatan Pamulang. 2. Membangun sarana informasi surveilans demam berdarah. 3. Untuk keperluan penelitian ini adalah data lama yaitu Data yang diperoleh pada tahun 2008.
I.4. Tujuan dan Manfaat I.4.1. Tujuan 1. Dihasilkan
Sistem
Informasi
Geografis
(SIG)
yang
memanfaatkan jaringan internet yang mampu digunakan secara
3
http://hdn.zamrudtechnology.com/category/e-health/
(06/05/09 : 10.00-11.36 wib)
5
efektif dan efisien sebagai sarana penyebaran informasi surveilans demam berdarah. 2. Memberikan informasi surveilans demam berdarah berupa gambaran lokasi maupun informasi dengan memanfaatkan peta digital, sebagai bahan pertimbangan dalam menangani demam berdarah. 3. Merancang Sistem informasi surveilans demam berdarah secara interaktif yang mampu memberi kemudahan bagi para pengguna nantinya. I.4.2. Manfaat 1. Bagi Penulis a. Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan b. Membandingkan teori-teori yang ada dengan permasalahan yang ada sebenarnya. c. Menambah
pengalaman,
memperluas
wawasan
dan
mengembangkan potensi diri. d. Sebagai salah satu persyaratan guna menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S1) Teknik Informatika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bagi Universitas a. Untuk mengetahui sejauh mana kualitas dari mahasiswa.
6
b. Dapat menjadi sumbangan karya ilmiah dalam disiplin ilmu Teknologi Informasi. c. Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan atau acuan bagi peneliti lain yang berniat mengkaji permasalahan atau topik yang sama. 3. Bagi Kecamatan Pamulang a. Dapat menyediakan informasi untuk Stake Holder dalam pencarian data-data surveilans demam berdarah di Kecamatan Pamulang. b. Sebagai wujud pendekatan pelayanan kepada masyarakat dengan memperhatikan faktor efesiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan. 4. Bagi Umum Dapat memberi kemudahan untuk mengakses informasi surveilans demam berdarah yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi pencegahan dan penangananya.
I.5. Metode Penelitian Dalam rangka penulisan skripsi ini tahapan metode penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah : 1.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam pembahasan masalah skripsi ini adalah : a. Studi Pustaka
7
Metode yang dilakukan dengan cara pengumpulan data secara teoritis sebagai bahan perbandingan dengan jalan mengadakan pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai literature baik dari buku maupun internet. b. Wawancara Metode ini dilakukan dengan mengajukan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang bersangkutan di dalam penulisan skripsi ini. c. Observasi Metode ini dilakukan dengan menggunakan pengamatan secara langsung terhadap proses kerja yang ada dalam permaslahan yang sedang diamati.
2.
Metode Pengembangan Sistem Pengembangan sistem yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah siklus pengembangan model System Development Life Cycle (SDLC) adalah suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk menyelesaikan suatu masalah sistem. Meskipun pendekatan untuk menyelesaikan masalah dapat berbeda-beda, namun biasanya pendekatan tersebut memiliki tahapantahapan umum sebagai berikut: {Whitten, Jeffrey L. dkk. 1998} a. Planning (perencanaan)
8
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap ruang lingkup dan batasan dari permasalahan, dan merencanakan strategi dan tujuan akhir dari pengembangan sistem.
b. Analysis (Analisis) Pada tahapan ini dilakukan studi dan analisis terhadap permasalahan, penyebapnya, serta dampaknya. Kegiatan ini ditindak lanjuti dengan identifikasi dan analisa terhadap kebutuhan yang harus dipenuhi oleh solusi sistem yang akan dipilih. c. Design (Perancangan) Pada tahapan ini dilakukan peracangan solusi sistem. Tidak semua solusi membutuhkan perancangan. d. Construction (Konstruksi) Pada tahapan ini dilakukan pengkodean dan debugging. e. Implementation (Implementasi) Pada tahapan ini dilakukan implementasi dan pengujian terhadap solusi yang dipilih dan telah direncanakan. f. Support (Pendukung/Pemeliharaan) Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap solusi yang telah diimplementasikan, memperbaiki rancangan, dan bila diperlu mengimplementasikan kembali perbaikan solusi. Pada situasi tertentu, tahap ini mengharuskan pengembangan sistem kembali ke beberapa tahapan sebelumnya.
9
I.6.
Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya dalam lima bab pembahasan. Rincian pembahasan setiap bab yaitu sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penulisan, ruang lingkup masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Bab
ini
menjelaskan
teori-teori
tentang
analisa
dan
perancangan sistem, serta teori-teori dan pustaka yang relevan dengan permasalahan dari penelitian yang dilakukan. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas metode yang digunakan penulis dalam melakukan pencarian data maupun pengembangan sistem yang dilakukan pada penelitian ini.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN Bab
ini
membahas
tentang
perencanaan,
perancangan,
kontruksi, implementasi serta pengujian sistem yang dibangun,
10
dengan mengacu pada model pengembangan sistem System Development Life Cycle (SDLC). BAB V
PENUTUP Bab ini merupakan bab akhir yang memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dibuat.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Konsep Dasar Sistem Informasi
2.1.1
Pengertian Sistem Apa itu Sistem? Sistem kebanyakan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai sekelompok elemen yang saling berhubungan atau berinteraksi hingga membentuk satu kesatuan. Akan tetapi, konsep umum sistem berikut ini memberikan konsep dasar yang lebih tepat untuk bidang Sistem Informasi. Sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur. (O’brien, 2006:29) Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, antara lain sebagai berikut : 1)
Komponen Sistem (components) Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen atau elemen yang saling berinteraksi, artinya komponen atau elemen yang saling bekerja sama dalam bentuk satu kesatuan. Komponen atau elemen sistem dapat berupa subsistem atau bagian dari sistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem. Untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
10
11
2)
Batas Sistem (boundary) Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luar. Batas suatu sistem menunjukkan lingkup (scope) dari sistem tersebut. 3)
Lingkungan luar (environtments) Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi dari sistem.
4) Penghubung (interface) Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lain untuk dapat berinteraksi membentuk suatu kesatuan. 5) Masukan (input) Masukan sistem merupakan energi yang dimasukan ke dalam sistem yang berupa masukan perawatan (maintenance input) dan keluaran sinyal (signal output). Maintenance input adalah energi yang dimasukan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal output adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran. 6) Keluaran (output) Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan pembuangan.
menjadi
keluaran
yang
berguna
dan
sisa
12
7)
Pengolahan ( process ) Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolahan yang akan merubah masukan menjadi keluaran.
8)
Sasaran ( objective ) Suatu sistem harus mempunyai sasaran, karena sasaran sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan oleh sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil apabila mengenai sasaran atau tujuan.
2.1.2
Pengertian Infomasi Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini dan mendatang, akan tetapi informasi dapat menjadi data mentah bagi tingkat manajemen tertentu. Sistem informasi menerima masukan data dan instruksi, mengolah data tersebut sesuai instruksi dan mengeluarkan hasilnya. Model data sistem yaitu masukan, pengolahan dan keluaran adalah cocok bagi kasus pengolahan sistem informasi yang paling sederhana dimana semua masukan tiba pada saat bersamaan. Definisi lain mengenai informasi menurut Raymond Mc. Leod, Jr adalah “suatu sumber daya yang penting secara strategis, yang kemudian diolah komputer. Adapun kualitas suatu informasi tergantung pada tiga hal, yaitu:
13
1) Akurat Akurat berarti informasi harus bebas dari suatu kesalahan dan tidak menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut. 2) Tepat pada waktunya Tepat pada waktunya berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat, karena informasi merupakan landasan didalam mengambil keputusan. 3) Relevan Relevan
berarti
informasi
tersebut
mempunyai
manfaat
untuk
pemakainya. Relevansi nformasi untuk tiap-tiap orang satu dengan lainnya berbeda. Misalnya informasi mengenai sebab terjadinya kerusakan mesin produksi kepada akuntan perusahaan adalah kurang relevan dan akan lebih relevan bila ditunjukkan kepada ahli teknik perusahaan
2.1.3
Pengertian Sistem Informasi Sistem Informasi dapat didefinisikan sebagai suatu susunan dari orang, data, proses, dan teknologi informasi yang saling berhubungan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan keluaran informasi yang diperlukan untuk mendukung suatu organisasi.
14
Sistem informasi dapat digolongkan menurut fungsinya, antara lain adalah sebagai berikut ini:(Whitten, 2004:12) 1)
Transaction Processing System (TPS), suatu sistem informasi yang menangkap dan memproses data tentang transaksi bisnis. seperti pesanan(order), kartu catatan waktu, pembayaran, reservasi, dan sebagainya.(Whitten, 2004:12)
2)
Management Information System (MIS), suatu sistem informasi yang disediakan untuk menghasilkan
laporan yang berorientasi pada
manajemen yang berdasarkan pada proses transaksi dan operasi dari organisasi. Atau dengan kata lain menggunakan data transaksi untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh manajer untuk menjalankan bisnis.(Whitten, 2004:12) 3)
Decision Support System (DSS), suatu sistem informasi yang membantu mengidentifikasi pengambilan keputusan yang mungkin atau
menyediakan
informasi
untuk
membantu
pengambilan
keputusan manajemen.(Whitten, 2004:12) 4)
Executive Information System (EIS), suatu sistem informasi yang mendukung perencanaan dan kebutuhan penilaian dari manajer eksekutif. EIS dikhususkan untuk kebutuhan informasi yang unik dari para eksekutif yang merencanakan bisnis dan menilai capaian rencana bisnis tersebut. (Whitten, 2004:13)
15
5)
Expert System(ES), suatu sistem informasi yang menangkap keahlian dari para pekerja dan kemudian menirukan keahlian tersebut untuk dimanfaatkan oleh orang yang tidak ahli.(Whitten, 2004:14)
6)
Communications and Collaboration System, suatu sistem informasi yang memberikan peluang komunikasi yang lebih efektif antara para pekerja, mitra, pelanggan, dan para penyalur untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk bekerja sama. (Whitten, 2004:14)
7)
Office Automation System, suatu sistem informasi yang mendukung cakupan luas dari aktivitas kantor yang disediakan untuk meningkatkan alur kerja(work flow) antara para pekerja dan membantu karyawan membuat dan membagi dokumen yang dapat mendukung aktivitas kantor sehari-hari. (Whitten, 2004:14)
Komponen Sistem Informasi adalah sebagai berikut: 1) Perangkat Keras (Hardware), Terdiri dari komputer, peripheral, jaringan, dsb. 2) Perangkat
Lunak
perintah/fungsi
yang
(Software), ditulis
Merupakan dengan
aturan
kumpulan tertentu
dari untuk
memerintahkan komputer melaksanakan tugas tertentu. Software dapat digolongkan menjadi Sistem Operasi (Windows 2000, Linux, Unix, dll), Aplikasi (Akuntansi, database, dll), Utilitas (Anti Virus, Speed Disk, dll), serta Bahasa (Java, VB, Delphi, C++, dll). 3) Data, Merupakan komponen dasar dari informasi yang akan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan informasi.
16
4) Prosedur, Dokumentasi prosedur / proses sistem, buku penuntun operasional (aplikasi) dan teknis. 5) Manusia (Human), Yang terlibat dalam komponen manusia seperti operator, pemimpin sistem informasi dan sebagainya. Oleh sebab itu perlu suatu rincian tugas yang jelas. Kegiatan dari sistem informasi antara lain adalah: 1) Input, Menggambarkan suatu kegiatan untuk menyediakan data untuk diproses. 2) Proses, Menggambarkan bagaimana suatu data di proses untuk menghasilkan suatu informasi yang bernilai tambah. 3) Output, Suatu kegiatan untuk menghasilkan laporan dari proses di atas tersebut. 4) Penyimpanan, Suatu kegiatan untuk memelihara dan menyimpan data. 5) Control, Suatu aktivitas untuk menjamin bahwa sistem informasi tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan.1
2.2
Pengertian Perancangan Sistem Perancangan sistem adalah tahap dalam pengembangan sistem yang dilakukan setelah tahap analisa sistem, dimana dalam tahap ini seorang analis sistem akan merancang atau membentuk sistem tersebut.
1
http://prabu.wordpress.com/2006/02/19/data-dan-informasi-2
(28/01/09 : 10.00-11.36 wib)
17
Seperti yang dikemukakan oleh Scott (1989:158) didalam bukunya, seperti berikut: ”Perancangan sistem menentukan bagaimana suatu sistem mencapai apa yang harus dicapai. Tahap ini melibatkan konfigurasi komponenkomponen perangkat keras lunak dari suatu sistem, sehingga setelah instalasi akan benar-benar memuaskan seperti telah ditetapkan pada akhir tahap analisa sistem”. Menurut John Burch (1992:461) perancang atau disain sistem dapat didefinisikan sebagai penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengurutan dalam beberapa elemen terpisah kedalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi. 1) Diagram Hubungan Data (Entity Relationship Diagram) Diagram Hubungan Data digunakan untuk menggambarkan hubungan antara data store yang ada didalam diagram aliran data. Komponen-komponen yang digunakan didalam diagram hubungan data antara lain: 1) Entitas (Entity) Digambarkan dengan kotak segi empat dan digunakan untuk menunjukkan orang, tempat, objek atau konsep dan sebagainya yang menunjukkan dimana data dicatat atau disimpan. Ada 2 macam entitas yaitu: (a) Strong Entity Set Yaitu entity set satu atau banyak atributnya digunakan oleh entitas lain.
18
(b) Weak Entity Set Yaitu entity set yang tidak memiliki atribut yang dapat dijadikan kunci, sehingga membutuhkan atribut dari entitas lain. Dengan kata lain entitas yang bergantung pada entitas lain (strong entity). Contoh: Entity Set 2) Hubungan atau Relasi Digambarkan dengan kotak berbentuk diamon dengan garis yang menghubungkan
ke
entity
yang
terkait.
Hubungan
atau
relasi
menunjukkan abstraksi dari sekumpulan hubungan yang mengkaitkan antara entity yang berbeda. Contoh: Divisi
buat
Surat Permohonan
3) Atribut Menunjukkkan karakteristik dari tiap entitas atau sesuatu yang menjelaskan entitas atau hubungan. Dari setiap atribut-atribut entitas terdapat satu atribut yang dijadikan sebagai kunci (key). Ada beberapa jenis key yaitu:
Primary key
Secondary key
Candidate key
Alternate key
19
Composite key
Foreign key
4) Cardinality Diagram ER juga menunjukkan tingkat hubungan yang terjadi, dilihat dari segi kejadian atau banyak tidaknya hubungan antar entitas tersebut. Ada 3 kemungkinan hubungan yang ada yaitu:
1) Satu ke satu (one to one atau 1:1) Tingkat hubungan dinyatakan satu ke satu jika suatu kejadian pada entitas pertama hanya mempunyai satu hubungan dengan satu kejadian pada entitas kedua. Demikian juga sebaliknya, satu kejadian pada entitas yang kedua hanya bisa mempunyai satu hubungan dengan satu kejadian pada entitas yang pertama. Contoh:
Nota
1
dapat
1
Kwitansi
2) Satu ke Banyak (one to many atau 1:M) Tingkat hubungan satu ke banyak (1:M) adalah sama dengan banyak ke satu (M:1), tergantung dari arah mana hubungan-hubungan tersebut dilihat. Untuk satu kejadian pada entitas yang pertama dapat mempunyai banyak hubungan dengan kejadian pada entitas yang kedua. Sebaliknya satu kejadian pada entitas yang kedua hanya bisa
20
mempunyai satu hubungan dengan satu kejadian pada entitas yang pertama Contoh:
Divisi
1
buat
M
Surat Permohonan
3) Banyak ke Banyak (Many to Many atau M:N) Tingkat hubungan banyak ke banyak terjadi jika tiap kejadian pada sebuah entitas akan mempunyai banyak hubungan dengan kejadian pada entitas lainnya. Baik dilihat dari sisi entitas yang pertama maupun yang kedua. Contoh: M Barang
2)
N kembali
Retur
LRS (Logical Record Structure) Logical Record Structure dibentuk dengan nomor dari tipe record.
Beberapa tipe record digambarkan oleh kotak empat persegi panjang dan dengan nama yang unik. Beda LRS dengan ER-diagram nama tipe record berada diluar kotak field tipe record ditempatkan. Logical Record Structure terdiri dari link-link diantara tipe record. Link ini menunjukkan arah dari satu tipe record lainnya. Banyak link dari LRS yang diberi tanda field-field yang kelihatan pada kedua link tipe record. Penggambaran LRS mulai dengan menggunakan model yang dimengerti. Dua metode yang dapat
21
digunakan, dimulai dengan hubungan kedua model yang dapat dikonversikan ke LRS. Metode yang lain dimulai dengan ER-diagram dan langsung dikonversikan ke LRS. 3)
Transformasi ERD ke LRS (Logical Record Structure) Sebuah model sistem yang digambarkan dengan sebuah Diagram-ER akan
mengikuti pola/aturan pemodelan tertentu. Dalam kaitannya dengan konversi ke LRS, maka perubahan yang terjadi adalah mengikuti aturan-aturan berikut ini: 1. Setiap entitas akan diubah ke bentuk kotak. 2. Sebuah atribut relasi disatukan dalam sebuah kotak bersama entitas jika hubungan yang terjadi pada diagram-ER 1:M (relasi bersatu dengan cardinality M) atau tingkat hubungan 1:1 (relasi bersatu dengan cardinality yang paling membutuhkan referensi), sebuah relasi dipisah dalam sebuah kotak tersendiri (menjadi entitas baru) jika tingkat hubungannya M:M (many to many) dan memiliki foreign key sebagai primary key yang diambil dari kedua entitas yang sebelumnya saling berhubungan. 4) Normalisasi Suatu file yang terdiri dari beberapa group elemen yang berulang – ulang perlu diorganisasikan kembali. Proses untuk mengorganisasikan file dengan menghilangkan group elemen yang berulang atau sebuah langkah atau proses untuk menyederhanakan sebuah relationship antar elemen data didalam tuple (record) ini disebut dengan normalisasi. Normalisasi juga banyak dilakukan dalam merubah bentuk database dari suatu struktur pohon atau struktur jaringan menjadi struktur hubungan.
22
Pengertian Normalisasi adalah suatu teknik analisa data yang mengorganisir data ke dalam suatu kelompok untuk membentuk kesatuan data yang nonredundant, stabil, fleksibel, dan adaptif.(Whitten 2004:322) Adapun beberapa jenis/tipe normalisasi yaitu: (1)
Normalisasi bentuk pertama (1NF/First Normal Form), suatu tabel adalah 1NF jika tidak ada atribut yang dapat mempunyai nilai lebih dari satu(repeating group) untuk kejadian yang tunggal dari entitas itu.(Whitten 2004:323)
(2)
Normalisasi bentuk kedua (2NF/Second Normal Form), suatu tabel adalah 2NF apabila tabel tersebut sudah berada pada 1NF dan setiap atribut yang bukan key bergantung penuh pada primary key (tidak terjadi partial dependencies). (Whitten 2004:323)
(3)
Normalisasi bentuk ketiga (3NF/Third Normal Form), suatu tabel adalah 3NF apabila sudah berada dalam 2NF dan setiap atribut yang bukan key tidak bergantung terhadap atribut lain kecuali terhadap primary key (non transitive dependencies). (Whitten 2004:323)
(4)
Boyce Code Normal Form (BCNF) Pada tahap ini dilakukan penghilangan beberapa sisa keganjilan dari normalisasi bentuk kedua atau apabila setiap determinant adalah merupakan candidate key.
(5)
Fourth Normal Form (4NF) Pada tahap ini dilakukan penghilangan beberapa ketergantungan pada banyak harga (multivalued dependency).
23
(6)
Fifth Normal Form (5NF) Pada tahap kelima ini dirancang untuk mengatasi jenis ketergantungan yang disebut join dependency. Cara Normalisasi yaitu dengan melakukan penelitian terhadap suatu relasi dengan melihat ketergantungan antar atribut didalam relasi. Normalisasi berfungsi untuk menghindari kemungkinan terdapatnya anomaly pada saat penempatan basis data tersebut. Anomaly adalah error atau inkonsistensi data. Anomaly ada tiga jenis, yaitu :
(1)
Insertion Anomaly Merupakan error yang terjadi sebagai akibat operasi insert record pada sebuah relasi.
(2)
Deletion Anomaly Merupakan error yang terjadi sebagai akibat operasi delete record pada sebuah relasi.
(3)
Update Anomaly Merupakan error yang terjadi sebagai akibat operasi Update record pada sebuah relasi.
2.3
Sistem Informasi Geografis
2.3.1
Geografi Geografi adalah studi tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas bumi. Kata geografi berasal dari bahasa Yunani yaitu g? ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau
24
"menjelaskan"). Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua). Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.2
2.3.2
Konsep Dasar SIG Menurut Eddy Prahasta (2005:51), era komputerisasi telah membuka wawasan dan paradigma baru dalam proses pengambilan keputusan dan penyebaran informasi. Data yang mempresentasikan “dunia nyata” dapat disimpan dan diproses sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam bentuk-bentuk yang lebih sederhana dan sesuai kebutuhan. Pemahaman mengenai “dunia nyata” akan semakin baik jika proses-proses manipulasi dan presentasi data yang direlasikan dengan lokasi-lokasi geografi di permukaan bumi telah dimengerti. Sejak pertengahan 1970-an, telah dikembangkan sistem-sistem yang secara khusus dibuat untuk menangani masalah informasi yang bereferensi geografis dalam berbagai cara dan bentuk. Masalah-malah ini mencakup :
1) Pengorganisasian data dan informasi.
2
http://www.geografiana.com/makalah/esensi/geografi
(23/01/09 : 10.00-11.15 wib)
25
2) Menempatkan informasi pada lokasi tertentu. 3) Melakukan komputasi, memberikan ilustrasi keterhubungan satu sama lainnya (koneksi), beserta analisa-analisa lainnya. Sebutan untuk sistem-sistem yang menangani masalah-masalah diatas adalah SIG, sistem informasi geografis.
2.3.3
Pengertian SIG Definisi SIG selalu berkembang, bertambah dan bervariasi terlihat dari banyaknya definisi SIG yang telah beredar. Selain itu, SIG juga merupakan suatu bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif baru, digunakan oleh berbagai bidang disiplin ilmu, dan berkembang dengan cepat. Berikut sebagian kecil dari definisi-definisi yang telah beredar di berbagai (Eddy Prahasta, 2005:54), pustaka: 1) SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objekobjek dan fenomena dmana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi: (a) masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis dan manipulasi dat, (d) keluaran [Aronoff89].
26
2) SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data manusia (brainware), organisasi atau lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di
permukaan bumi
[Chrisman97] 3) SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi [Esri90]
2.3.4
Data SIG Data dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) dibagi atas dua bentuk (Charter, 2004:10), yaitu :
1) Geoghraphical atau Data Spasial, merupakan data yang terdiri atas lokasi eksplisit suatu geografi yang diset ke dalam bentuk koordinat. 2) Attribut atau Data aspasial, adalah gambaran data yang terdiri atas informasi yang relevan terhadap suatu lokasi, seperti kedalaman, ketinggian, lokasi penjualan, dan bisa dihubungkan dengan lokasi tertentu dengan maksud untuk memberikan identifikasi seperti alamat, kode pin dan lain-lain. Selanjutnya kedua jenis data diatas disimpan dalam bentuk layerlayer yang dihubungkan melalui frame geografi. Setiap fitur pada layer
27
memiliki pengidentifikasi yang unik sehingga memungkinkan kita untuk mengubah informasi relevan yang disimpan pada database external. SIG juga memiliki mode abtraksi yang sederhana, yang memungkinkan kita untuk menangkap elemen yang diinginkan.
2.3.5
Komponen SIG SIG merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegerasi dengan lingkungan sistem-sistem kmputer yang lain ditingkat fungsional dan jaringan. Sistem SIG terdiri dari beberapa komponen (Eddy Prahasta, 2005:58), berikut : 1)
Perangkat keras : Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dari PC destop, workstations, hingga multiuser host yang dapat digunakan oleh banyak orang secara
bersamaan
dalam
jaringan
komputer
yang
luas,
berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan (harddisc) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. Walaupun demikian, fungsional GIS tidak terkait secara ketat terhadap karakteristik- karakteristik fisik perangkat keras ini sehingga keterbatasan memori pada PC-pun dapat diatasi. Adapun perankat keras yang sering digunakan SIG adalah komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter, dan scanner. 2)
Perangkat lunak : Bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular
28
dimana basisdata memegang peranan kunci. Setiap subsistem diiplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul, hingga tidak mengherankan jika ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan modul program (*.exe) yang masing-masing dapat dieksekusi sendiri. 3)
Data & Informasi geografi : SIG dapat mengumpulkan da menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik secara langsung dengan cara dijitasi data spasialnnya dari peta dan memasukan data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.
4)
Manajemen : Suatu proyek SIG akan berhasil jika di-manage dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.
2.3.6
Arsitektur SIG Berbasis Web Sistem informasi geografis berbasis web adalah suatu aplikasi berbasis SIG yang dapat dijalankan dan diaplikasikan pada suatu web browser baik dalam suatu jaringan global yaitu internet maupun dalam jaringan komputer berbasis lokal yaitu intranet. Untuk dapat melakukan komunikasi dengan komponen yang berbeda-beda di lingkungan web maka dibutuhkan sebuah web server, yang pengembangan arsitektur sistemnya mengikuti arsitektur client server.
29
Gambar 2.1. Arsitektur SIG berbasis Web (Nuryadin, 2005:8)
Pada gambar diatas, interaksi antara klien dengan server berdasarkan skenario request dan respon. Web browser disisi klien mengirim request ke server web. Karena server web tidak memiliki kemampuan pemrosesan peta, maka request berkaitan dengan pemrosesan peta akan diteruskan oleh server web ke server aplikasi dan Map Server. Hasil pemrosesan akan dikembalikan lagi melalui server web, terbungkus dalam bentuk file HTML atau applet. Arsitektur Sistem Informasi Geografis (SIG) di web dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu : a.
Pendekatan Thin Client Pendekatan ini memfokuskan diri pada sisi server. Hampir semua proses dan analisis data dilakukan berdasarkan request dari sisi server. Data hasil pemrosesan kemudian dikirimkan ke klien dalam format standard HTML, yang didalamnya terdapat
30
file gambar dalam format standar (GIF, PNG atau JPG) sehingga dapat dilihat menggunakan sembarang web browser. Kelemahan utama pendekatan ini menyangkut keterbatasan opsi interaktif dengan user yang kurang fleksibel. b.
Pendekatan Thick Client Pada pendekatan ini, pemrosesan data dilakukan di sisi klien menggunakan beberapa teknologi seperti ActiveX atau applet. Kontrol ActiveX atau applet akan dijalankan di klien untuk memungkinkan web browser menangani format data yang tidak dapat ditangani oleh web browser dengan kemampuan standard. Dengan adanya pemrosesan klien, maka transfer data antara klien dengan web server akan berkurang. Tidak seperti pada pendekatan thin client, data akan dikirim ke klien dalam bentuk data vektor yang disederhanakan. Pemrosesan dan penggambaran kembali akan dilakukan disisi klien. Kelemahan dari pendekatan ini, harus ada tambahan aplikasi yang dipasang di komputer klien.
2.4
Model Dunia Nyata Dunia nyata hanya bisa dideskripsikan didalam pengertian modelmodel yang membatasi konsep-konsep dan prosedur-prosedur yang diperlukan untuk mentranslasikan pengamatan-pengamatan (pengukuran) kedalam data yang dimengerti dan dibutuhkan (berguna) didalam SIG.
31
Proses-proses yang diterlibat didalam menginterpresentasikan realitas dengan menggunakan model dunia nyata dan model data disebut dengan sebagai pemodelan data (data modelling). Dengan demikian, kita membuat suatu mdel realitas yang merupakan penyederhanaan dari asekaspek dunia nyata. Adapun prinsip-prinsip yang digunakan didalam masalah ini dapat digambarkan (Eddy Prahasta, 2005:98), sebagai berikut : Realitas Fisik
Model Dunia Nyata
Fenomena Aktual : 1.Properties 2. Connections
Entity: 1. Tipe 2. Atribut 3. Relasi
Model Data Objek: 1. Tipe 2. Atribut 3. Relasi 4. Geometri 5. Kualitas
Peta/ Report
Basis Data
Simbol, garis, titik, teks, anotasi, dll.
Objek: 1. Tipe 2. Atribut 3. Relasi 4. Geometri 5. Kualitas
Gambar 2.2. Realitas Fisik, Model Dunia Nyata,....., dan Basis Data Untuk membawa dunia nyata kedalam SIG, harus menggunakan model dunia nyata yang telah disederhanakan. Fenomena-fenomena yang serupa dan mirip dapat diklasifikasikan dan dideskripsikan dalam bentuk model dunia nyata. Model dunia nyata ini kemudian dikonversikan ke
32
dalam bentuk model data dengan menggunakan elemen-elemen geometri dan kualitas. Kemudian, model dunia data ini juga ditranster ke dalam bentuk basis data yang dapat menangani data-data dijital yang dapat dipresentasikan ke dalam bentuk peta-peta dan laporan, baik secara softcopy maupun hardcopy.
2.5 2.5.1
Surveilans Demam Berdarah Pengertian Surveilans Menurut
WHO,
surveilans
adalah
proses
pengumpulan,
pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus
serta
penyebaran
informasi
kepada
unit
yang
membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.3 Data dalam hal ini dapat merupakan bencana alam, penyebararan penyakit, dan lain-lain. Menurut Dr. Hari Santoso, SKM, M.Epid
Subdit Surveilans,
Ditjen PP & PL. Surveilans adalah kegiatan “analisis” yang sistematis dan berkesinambungan melalui kegiatan pengumpulan dan pengolahan data serta penyebar luasan informasi untuk
pengambilan keputusan dan
tindakan segera. Melakukan Analisis yaitu Orientasi tidak cukup hanya penyakit, Pertimbangkan faktor resiko di luar sektor kesehatan, Ketajaman analisis, dan Pertimbangkan lintas batas wilayah, tidak cukup hanya
3
http://www.surveilans.org/about_us.php?tpl=id
(27/01/09 : 11.00-11.34 wib)
33
pertimbangan wilayah administrasi pemerintahan.4 Contoh surveilans DBD menurut satuannya masing-masing :
Gambar 2.3 : Penderita berdasarkan Jenis Kelamin
4
http://125.160.76.194/data/materi/pelatihansibencana/Surveilans%20Situasi%20Bencana.ppt. (10/01/09 : 09.00-10.10 wib)
34
Tabel 2.1. Penderita berdasarkan Bulan dan Jenis Kelamin
JUMLAH NO.
BULAN
L
P
T
laki-laki
620
1
Januari
40
30
70
Perempuan
622
2
Pebruari
39
34
73
3
Maret
73
62
135
4
April
13
18
31
5
Mei
65
51
116
6
Juni
53
45
98
7
Juli
9
4
13
8
Agustus
80
103
183
9
September
63
106
169
10
Oktober
40
56
96
11
Nopember
75
59
134
12
Desember
70
54
124
620
622
1242
2.5.2
Sejarah Surveilans Dimulai
ketika
William
Farr,
mengembangkan
sistem
pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab kematian dibandingkan pola kematian antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya. Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan
35
evaluasi program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.5
2.5.3
Sistem Surveilans Penyakit DBD Pengamatan penyakit DBD di Pukesmas meliputi kegiatan
pencatatan, pengolahan dan penyajian data penderitan DBD untuk pantauan mingguan, laporan mingguan wabah, laporan bulanan P2DBD, penentuan desa atau kelurahaan yang rawan. Mengetahui ditribusi kasus DBD atau kasus tersangka DBD per RW atau dusun, menentukan musim penularaan dan mengetahui kecenderungan penyakit. ( Ditjen P2M dan PLP,1992)
2.5.4
Pengertian Demam Berdarah Dengue Demam dengue (dengue fever, selanjutnya di singkat DF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia (berkurangnya jumlah leukosit didalam darah, jumlahnya sama dengan 5000 per millimeter kubik atau kurang), sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa pengecap yang terganggu dan biasanya akan sembuh setelah 5 hari. (FKUI, 1996:417) Demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic fever, selanjutnya disingkat DHF), ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasa memburuk
5
http://www.fkm.unair.ac.id/files/matkul/KME131/Konsep_Surveilans.pdf. (10/01/09 : 09.00-10.10 wib)
36
setelah dua hari pertama. Uji tourniquet (pita yang ditarik dengan ketat mengelilingi anggota gerak untuk menahan sirkulasi disebelah distal untuk sementara waktu) disertai beberapa atau semua gejala pendarahan seperti petekie spontan (bintik merah kecil akibat keluarnya sejumlah darah) yang timbul serentak, purpura (pendarahan kecil dalam kulit), epitaksis (pendarahan hidung), hematemesis (muntah darah), melena (keluarnya feses hitam yang diwarnai oleh darah yang berubah), trombositopenia (menurunnya
jumlah
trombosit
dalam
siklus
darah),
hematokrit
(persentase volume eritrosit dalam darah) meningkat dan gangguan maturasi megakariosit ( proses pematangan trombosit pada sel raksasa di sumsum tulang belakang). (FKUI, 1996:417)
2.5.5
Sejarah dan Penyebaran Demam Berdarah Epidemik dengue dilaporkan pertama kali di Batavia oleh David Bylon pada tahun 1779, sedangkan DHF pertama kali dikemukakan oleh Quintos dan kawan-kawan di Manila pada anak-anak pada tahun 1945. penyakit dengue merupakan penyakit epidemik di Indonesia, tetapi dalam jarak 5 sampai 20 tahun dapat timbul letusan epidemik. (FKUI, 1996:417). Demam berdarah dengue di Indonesia, pertama kali dicurigai berjangkit di Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian secara medis baru diperoleh pada tahun 1970. DBD pada orang dewasa pertama kali dilaporkan oleh Swandana (1970) yang kemudian secara drastis meningkat dan menyebar keseluruh Dati I di Indonesia. (FKUI, 1996:417).
37
Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti, di samping pula Aedes albopictus. Vektor ini bersarang di bejana-bejana yang berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas dan lain-lainnya. Adanya vektor tersebut berhubungan erat dengan beberapa faktor (FKUI, 1996:418), antara lain: 1) Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperluan seharihari. 2) Sanitasi lingkungan yang kurang baik. 3) Penyediaan air bersih yang langka. Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah yang berpenduduk, karena: 1) Antar rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karena jarak terbang Aedes aegypti 40-100 meter. 2) Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang-ulang (multiple biter), yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu yang singkat. Dengan semakin lancarnya hubungan lalu lintas, kota-kota kecil atau daerah semiurban dekat kota besar pun saat ini menjadi mudah terserang akibat penjalaran penyakit dari satu sumber di kota besar. Kasus DHF cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan disebabkan: 1) Kebiasaan musim mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk; karena pengaruh musim hujan , puncak jumlah gigitan terjadi pada siang dan sore hari.
38
2) Perubahan musim mempengaruhi manusia sendiri dalam sikapnya terhadap gigitan nyamuk, misalnya dengan lebih banyak berdiam dirumah selama musim hujan.
2.5.6
Pencegahan Demam Berdarah Untuk memutuskan mata rantai penularan, pemberantasan vektor merupakan cara yang paling memadai, vektor dengue khususnya A. aegypti sebenarnya mudah diberantas karena sarang-sarangnya terbatas ditempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum 100 meter. Tetapi karena vektor terbesar luas, untuk keberhasilan pemberantasan dilakukan total converage ( meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tidak dapat berkembang biak lagi. Ada 2 cara pemberantasan (FKUI, 1996:425), vektor :
1) Menggunakan insektisida Yang lazim dipakai dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa (adultsida) dan themepos (abate) untuk membunuh jentik nyamuk (larvasida). Cara menggunakan malathion ialah dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging). Untuk pemakaian rumah tangga dapat digunakan berbagai jenis insektisida yang
disemprotkan
didalam
kamar/ruangan,
organofosfat, karbamat dan lain-lain.
misalnya
golongan
39
Cara penggunaan themos (abate) ialah dengan pasir abate (sand granules) kedalam sarang-sarang nyamuk aedes,
yaitu penampungan air bersih.
Dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1% per 10 liter air. 2) Tanpa insektisida Caranya adalah : - Menguras bak air, tempayan, dan tempat penampungan air minimal 1X seminggu (perkembangan telur ke nyamuk lamanya 7-10 hari). - Menutup tempat penampungan air rapat-rapat. - Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, botol-botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang. - Isolasi pasien agar pasien tidak digigit vektor untuk menularkan pada orang lain, ini sulit dilaksanakan lebih awal dari perawatan di rumah sakit karena kesulitan praktis. - Mencegah gigitan nyamuk dengan cara memakai obat gosok maupun pemakaian kelambu memang dapat mencegah gigitan nyamuk, tetapi cara ini dianggap kurang praktis. - Imunisasi maupun pemberian anti virus dalam usaha memutuskan rantai penularan, saat ini baru dalam tahap penelitian.
40
2.6
Perangkat Lunak Yang Digunakan Dalam Sistem
2.6.1
ArcView ArcView merupakan salah satu perangkat lunak desktop Sistem Informasi Geografis (SIG) dan pemetaan yang telah dikembangkan oleh ESRI (Environmental System Research Institute) (Prahasta, 2007:1). Dengan ArcView kita dapat melakukan visualisasi, mengexplore, menjawab query, menganalisis data secara geografis dan sebagainya. Kemampuan – kemampuan yang dimiliki oleh ArcView adalah :
1) Pertukaran data, membaca dan menuliskan data dari dan ke format perangkat lunak SIG lainnya. 2) Melakukan analisis statistic dan operasi-operasi matematis 3) Menampilkan informasi (basisdata) spasial maupun atribut. 4) Menjawab query spasial maupun atribut 5) Melakukan fungsi-fungsi dasar SIG 6) Membuat peta tematik 7) Mengcostumize aplikasi dengan menggunakan bahasa skrip.
2.6.2
Mapserver Menurut Eddy Prahasta (2007:36) mapserver merupakan salah satu lingkungan pengembangan perangkat lunak open source yang dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi internet-based yang melibatkan data spasial (peta dijital). Mapserver mempunyai cukup fungsionalitas inti SIG yang dapat mendukung berbagai aplikasi web yang
41
terkait spasial. Selain itu juga mapserver sangat unggul didalam me-render data spasial (citra, data vektor, dan peta dijital lainnya) untuk aplikasi web.
2.6.3
PHP PHP singkatan dari Hypertext Preprocessor yang digunakan sebagai bahasa script server-side dalam pengembangan web yang disisipkan pada dokumen HTML. Penggunaan PHP memungkinkan web dapat dibuat dinamis sehingga maintenance situs web tersebut akan menjadi lebih mudah dan efisien. PHP merupakan software open-source yang disebarkan dan dilisensikan secara gratis serta dapat di-download secara bebas disitus resminya htpp://www.php.net. PHP memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahasa script sejenis. PHP difokuskan pada pembuatan script server-side, yang bisa melakukan apa saja yang dapat dilakukan oleh CGI, seperti mengumpulkan data dari form, menghasilkan isi halaman web dinamis, dan kemampuan mengirim serta menerima cookies, bahkan lebih dari pada kemampuan CGI. (Andi, 2006:2)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada penyusunan skripsi ini diperlukan data-data informasi sebagai bahan yang dapat mendukung kebenaran materi uraian pembahasan. Selain itu untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam sebuah perancangan perangkat lunak ada beberapa tahap yang harus dilakukan, dalam bab ini dijelaskan mengenai tempat dan waktu penelitian, bahan dan alat serta metodologi penelitian yang digunakan penulis, alasan pemilihan metodologi dan tahapan-tahapan pada metode pengembangan sistem.
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam pembangunan aplikasi sistem informasi spasial ruang pembangunan penulis melakukan penelitian ke instansi pemerintah yang terkait dengan surveilans demam berdarah untuk mengambil dan mengobservasi data-data penderita demam berdarah. Dimana pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pamulang yang beralamat di Jl. Surya Kencana No.1 Pamulang Barat, dan di laksanakan mulai Oktober 2009 – 2010.
3.2. Peralatan dan Bahan Bahan dan alat
yang di kumpulkan untuk digunakan dalam
pembuatan aplikasi Perancangan Sistem Informasi Geografis Surveilans Demam Berdarah terdiri atas peta-peta dan hardware serta software. Bahan
42
berupa peta yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut ini : (Terlampir Dalam Lampiran B). Tabel 3.1. Daftar Bahan Penelitian No.
Bahan
Sumber
Keterangan
1.
Citra Landsat Th. 2008
Bakosurtanal
Referensi batasbatas administratif
2.
Peta kependudukan di Kecamatan Pamulang skala 1 : 80.000
Kecamatan Pamulang
Referensi kependudukan
3.
Peta Megapolitan map & street guide
Dr. Riadika Mastra
Sebagai Peta dasar
4.
Buku Panduan P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan )
Bidang P2PL Kecamatan Pamulang
Referensi Peningkatan menyiapkan rencana, pelaksanaan, monitoring / evaluasi kegiatan pengamatan penyakit dan imunisasi, mengendalikan penyakit serta penyehatan
Sedangkan alat yang digunakan untuk membangun aplikasi dan test koneksi jaringan adalah satu buah PC (Personal Computer). Berikut merupakan spesifikasi dari alat yang digunakan : a.
Perangkat Lunak Windows XP Service Pack 2, Macromedia Dreamweaver 8, Arcview 3.3, Quantum GIS, MapServer 4 Windows (MS4W) version 1.6, Datadata peta dijital.
43
b.
Perangkat Keras Processor Dual Core 1.86 GHz, Harddisk 160 GB, Memory 512 MB, VGA 128 MB, LAN Card, DVD – RW, Keyboard dan Mouse.
3.3. Tahapan Penelitian Pada Gambar 3.1. merupakan gambar tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis :
Gambar 3.1. Tahapan Penelitian
44
3.4. Metode Pengumpulan Data Dalam rangka menyusun skripsi ini dilakukan riset atau penelitian untuk menjaring data-data atau bahan materi yang diperlukan. Adapun metode pengumpulan data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut:
3.4.1. Studi Pustaka Dalam metode ini dilakukan pencarian buku-buku maupun website yang membahas Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan kaitannya dengan surveilans demam berdarah.
3.4.2. Wawancara Dalam tahapan ini penulis melakukan wawancara dengan beberapa pihak yang terkait dalam surveilans demam berdarah di Puskesmas Pamulang. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui sistem yang berjalan saat ini dan kebutuhan user untuk aplikasi yang akan dibangun nantinya. (Terlampir dalam Lampiran A).
3.4.3. Observasi Pada metode ini penulis mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap Sistem yang berjalan dalam perancangan surveilans demam berdarah Kecamatan Pamulang yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kecamatan Pamulang
45
Bidang surveilans
dan penyebaran penyakit, yang berkoordinasi
dengan Dinas kesahatan Tangerang dan Departeman kesehatan. Untuk lebih jelasnya sistem yang berjalan akan di bahas pada DFD Sistem yang berjalan, beserta kelebihan dan kelemahannya. Sementara data-data yang diperoleh dari observasi yang telah dilakukan adalah : (Terlampir dalam Lampiran B) a.
Data penderita demam berdarah tahun 2008
b.
Peta kependudukan di Kecamatan Pamulang skala 1 : 80.000
3.5. Metode Pengembangan Sistem Metodologi yang digunakan untuk membangun sistem ini adalah konsep siklus hidup pengembangan sistem atau System Development Life Cycle (SDLC) yang dikembangkan oleh Hosier (Prahasta, 2005: 223). Berikut ini merupakan tahapan-tahapan dalam SDLC yaitu: Perencanaan Sistem, Analisis Sistem, Perancangan Sistem, Implementasi, Operasi dan Pemeliharaan.
46
Gambar 3.2. Tahapan Pengembangan Metode SDLC
Berikut ini merupakan beberapa alasan penulis menggunakan metode pengembangan SDLC: 1.
Melihat aplikasi yang dikembangkan penulis, merupakan aplikasi yang membutuhkan perawatan dalam pembaharuan data. Pada metode SDLC terdapat tahap pemeliharaan, sehingga metode ini sangat cocok digunakan pada pengembangan aplikasi ini.
2.
Dalam pengembangan sistem yang ada dengan metode SDLC dapat dilakukan perencanaan yang sistematis sehingga dapat memperkecil kesalahan dalam pembuatan program aplikasi. Karena sistem yang nantinya dibuat sesuai dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya.
3.
Sistem yang dibangun merupakan sistem yang amat kompleks karena menggunakan sistem client server bukan standalone sehingga harus menggunakan model sekuensial linear (SDLC).
47
4.
Menurut Prahasta (2005: 228), metode RAD memiliki kelemahan dalam proses perbaikan, sehingga menyebakan pada proses iterasi menghasilkan satu versi perangkat lunak. Dengan demikian pada saat hasil akhirnya diterima oleh pengguna, terdapat beberapa versi perangkat lunak.
5.
Metode SDLC merupakan metode yang digunakan secara umum dalam pengembangan aplikasi Sistem Informasi Geografis. Dalam berbagai aplikasi
web
GIS
yang
telah
dikembangkan
sebagian
besar
menggunakan metode SDLC karena mudah dimengerti.
3.5.1. Perencanaan Sistem Tahap perencanaan sistem merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem informasi yang bertujuan mencari inti permasalahan dan kendala-kendala yang ada pada sistem yang berjalan serta merumuskan tujuan dibangunnya Perancangan Sistem Informasi Geografis Surveilans Demam Berdarah Pada tahapan ini penulis melakukan penelitian awal atau studi kelayakan (feasibility study) untuk mengidentifikasi masalah awal yang ada pada sistem yang ada kemudian menentukan faktor penyebabnya, selain itu penulis mengidentifikasikan kebutuhan user terhadap sistem yang akan dikembangkan, dengan cara melakukan wawancara, kuesioner maupun pengamatan langsung pada bagian surveilans di Puskesmas Pamulang.
48
3.5.2. Analisis Sistem Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis sistem yang berjalan untuk kemudian menyimpulkan permasalahan yang terjadi khususnya dalam prosedur penyampaian informasi surveilans demam berdarah yang selama ini dilakukan Puskesmas Pamulang. Tahap ini merupakan dasar bagi tahapan perencanaan sistem baru yang dapat memaksimalkan pengolahan data dan penyampaian informasi. Hasil dari analisis sistem diperoleh, sistem yang ada pada Puskesmas sudah baik, akan tetapi memiliki kekurangan dalam penyampaian informasi yang masih dilakukan secara manual dan hanya terdokumentasi dalam bentuk buku atau media fisik lainnya. Kegiatan analisis kebutuhan dan kondisi meliputi : 1.
Gambaran Umum daerah penelitian Tujuannya adalah memberikan gambaran tentang kondisi geografis Kecamatan Pamulang yang bermanfaat sebagai informasi
tambahan
dalam
analisis
yang
menyangkut
pembangunan berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis). 2.
Diagram Alir Data Sistem yang berjalan pada Puskesmas Tujuannya adalah untuk mengetahui prosedur penyampaian informasi perencanaan pembangunan yang sedang berjalan sehingga dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari sistem yang ada.
49
3.
Usulan Pemecahan Masalah Memberikan usulan pemecahan masalah pada Puskesmas Kecamatan Pamulang dalam meningkatkan efektivitas sistem penyampaian penyebaran DBD dengan membuat usulan sistem baru yang berbasis SIG, yang mampu memberikan informasi suveilans demam berdarah.
3.5.3. Perancangan Sistem Tahap ini bertujuan untuk mencari bentuk yang optimal dari aplikasi yang akan dibangun dengan mempertimbangkan berbagai faktor-faktor permasalahan dan kebutuhan yang ada pada sistem seperti yang telah ditetapkan pada analisis kebutuhan dan kondisi. Tahap perancangan adalah tahapan yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Dalam tahap ini penulis menggunakan beberapa tools (alat) untuk membuat rancangan sistem, diantaranya adalah sebagai berikut : 1.
Perancangan Proses Dalam melakukan perancangan sistem, penulis menggunakan alat Data Flow Diagram (DFD) untuk menggambarkan suatu sistem
yang
diusulkan
berikut
kamus
datanya
(Data
Dictionary) untuk menjelaskan data yang ada pada DFD. 2.
Perancangan Basis Data Setelah perancangan sistem dilakukan kemudian penulis merancang basis datanya dengan menggunakan alat bantu
50
Entity Relationship Diagram (ERD) yang menggambarkan hubungan antar entitas yang ada pada DFD. Untuk mengefisienkan dan mengefektifkan serta menghindari data yang sama, dalam basis data penulis juga melakukan normalisasi. 3.
Perancangan Struktur Menu Aplikasi Perancangan
Struktur
Menu
Aplikasi
bertujuan
untuk
menentukan menu-menu yang diperlukan pada aplikasi yang akan dikembangkan. 4.
Perancangan Antarmuka (interface) Aplikasi Perancangan antarmuka aplikasi bertujuan untuk menemukan bentuk yang optimal dari tampilan aplikasi, sehingga dapat mempermudah user dalam berkomunikasi dengan sistem.
3.5.4. Implementasi Sistem Tahapan ini merupakan tahap lanjutan dari desain aplikasi sistem, yaitu menafsirkan atau menterjemahkan desain aplikasi sistem ke dalam bahasa pemograman yang dapat dimengerti oleh sistem komputer. Dalam tahapan ini dijelaskan secara detail penggunaan sistem dari proses memperbaharui informasi yang ada hingga proses preview peta. Selain itu pada tahapan ini dilakukan pengetesan aplikasi oleh pengguna dengan menggunakan beberapa metode diantaranya metode purposive random sampling, yaitu melakukan pembagian
51
kuesioner dan pengambilan sampel secara acak untuk menilai aplikasi yang dikembangkan oleh penulis. Selain itu penulis juga melakukan pengetesan aplikasi dengan menggunakan white box dan black box. (Hasil Terlampir Dalam Lampiran C)
3.5.5. Pemeliharaan Tahapan ini merupakan tahapan akhir jika sistem yang telah dibuat telah diimplementasikan dengan baik. Untuk itu sistem yang ada harus benar-benar diimplementasikan dengan baik, agar user yang akan menggunakan dalam hal ini Puskesmas Kecamatan Pamulang Bidang surveilans, dapat mempergunakan sistem dengan baik dan mampu memperbaharui data surveilans demam berdarah Kecamatan Pamulang.
3.6. Sistem Yang Berjalan Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis di ketahui bahwasannya dalam perancangan surveilans demam berdarah di Kecamatan Pamulang, Puskesmas Pamulang melakukan koordinasi dengan instansi lain yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang untuk selanjutnya menyampaikan data surveilans kepada Departemen Kesehatan. Berikut merupakan uraian sistem yang berjalan dalam perancangan surveilans demam berdarah selama ini di Puskesmas : a.
Alur pelaporan DBD mulai dari masyarakat dan dari petugas kesehatan, rumah sakit ataupun klinik lainnya, kemudian pelaporan dilanjutkan ke
52
Kelurahan atau langsung ke Puskesmas dengan bukti surat keterangaan dokter dan hasil laboraorium. b.
Bagian P2PL bagian surveilans seminggu sekali mengambil data penyakit menular secara keseluruhan pada setiap Kelurahan di Kecamatan Pamulang dan melakukan penyelidikan epidemologi (PE) untuk mengetahui sumber kasus atau penderita dan radius penyebaran.
c.
Setelah itu data penyakit DBD yang telah terkumpul di ditribusikan ke bagian DBD di P2PL Puskesmas Pamulang.
d.
Pendistribusian data penyakit DBD kemudian di lanjutkan ke bagian P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang setiap bulan sekali, yang kemudian P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang menyusun perencanaan dan pencegahan penyebaran penyakit DBD berdasarkan data dan penyelidikan epidemologi (PE) yang sudah di terima dari P2PL Pukesmas Pamulang.
e.
Selanjutnya tindak lanjut pencegahan penyebaran penyakit DBD dan penyelidikan PE yaitu fogging atau pemberantasan sarang nyamuk (PSN) jika terjadi epidemic, dan melakukan penyuluhan jika daerah tersebut berpotensi epidemik. Dari uraian di atas, maka dapat di gambarkan Document Flow Diagram
dari sistem yang berjalan pada Gambar 3.3, berikut ini :
53
Gambar 3.3. DFD Sistem Berjalan Selanjutnya untuk tugas, fungsi, visi, misi dan struktur organisasi dari Dinas/Instansi yang terkait dalam surveilans demam berdarah ini, akan diuraikan secara lebih mendalam pada bab selanjutnya.
54
3.6.1. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Yang Berjalan Berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan dari sistem yang berjalan dalam perancangan surveilans demam berdarah ini adalah: a.
Kelebihan Sistem yang berjalan 1) Koordinasi yang baik antara masing-masing Instansi dalam mendistribukan data surveilans DBD di Kecamatan Pamulang yang bertujuan untuk mengambil keputusan untuk memeberantas wabah DBD. 2) Penggunaan sistem komputer secara terbatas dalam pengolahan data-data surveilans DBD. 3) Masyarakat terlibat dalam Alur mendistribusian data DBD.
b.
Kekurangan Sistem yang berjalan 1) Informasi yang dihasilkan masih hanya terbatas pada data tekstual saja. 2) Penggunaan sistem komputer hanya terbatas pada penyusunan laporan surveilans DBD. 3) Sering terjadi keterlambatan pelaporan data surveilans DBD serta data yang disajikan tidak up to date karena sistem surveilans masih dilakukan secara manual. Karena seharusnya laporan kasus DBD di tindak lanjuti dalam kurun waktu 1 X 24 jam.
55
4) Masyarakat hanya terlibat pada saat pelaporan DBD masing kelurahan.
56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perencanaan Sistem Kesehatan nasional Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan dan ujung tombak bagi pelayanan terhadap masyarakat. Meskipun Puskesmas telah memberikan kotribusi dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Namun masih kurangnya pelayanan yang bermutu, menyeluruh dan terpadu diseluruh Puskesmas yang ada di Tangerang. Kegiatan sudah berjalan di Puskesmas Kecamatan Pamulang cukup baik namun Informasi yang diberikan masih sangat terbatas pada informasi yang bersifat tekstual dan cara penyajiannya masih kurang maksimal, terutama pada pencegahan penyakit menular seperti demam berdarah dengue. Untuk memudahkan masyarakat mendapatkan informasi serta membantu Puskesmas dalam mengelola data-data surveilans demam berdarah dengue (DBD) maka sistem yang dibuat harus dapat berinteraksi dengan baik kepada user, baik user yang mengelola sistem maupun yang menggunakan sistem. Dalam membangun aplikasi ini terdapat beberapa proses yang dilakukan yaitu mengidentifikasi kebutuhan user, baik secara software, hardware maupun brainware yang menggunakan dan identifikasi masalah yang terjadi pada pengelolaan sistem sebelumnya. Sehingga aplikasi yang dibangun dapat digunakan secara efisien.
57
58
Sistem yang dibangun ini tidak sepenuhnya menggantikan sistem yang telah berjalan sebelumnya, akan tetapi sistem yang dibangun ditujukan untuk membantu sistem yang sebelumnya telah berjalan.
4.1.1. Identifikasi Kebutuhan (User Need Assisment) Mengidentifikasikan kebutuhan merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam tahap perencanaan sistem. Kebutuhan dapat juga diartikan sebagai suatu keinginan atau suatu hal. Untuk itu dibuat suatu sistem yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat mengenai informasi surveilans demam berdarah dengue di Kecamatan Pamulang. Dari hasil penelitian dan pengumpulan data melalui observasi maupun wawancara ke Puskesmas Pamulang, diperoleh berbagai kebutuhan yang diharapkan oleh Puskesmas beserta dinas terkait lainnya sebagai pelaksana sistem dan masyarakat/pengembang sebagai pengguna sistem, antara lain: 1.
Kebutuhan akan suatu sistem yang dapat memberikan informasi surveilans DBD dalam satu kecamatan kepada masyarakat yang dapat diakses dan digunakan dimana dan kapan saja dengan mudah sehingga masyarakat dapat mengantipasi penyebaran DBD.
2.
Dibutuhkan sistem yang dapat menghasilkan informasi yang tidak terbatas hanya pada data tekstual.
3.
Dibutuhkan sistem yang dapat mengoptimalkan pemanfaatan komputer guna mendukung kinerja dari Puskesmas Pamulang.
59
4.1.2. Identifikasi Masalah Adapun permasalahan yang terjadi dalam sistem yang telah berjalan antara lain : 1.
Informasi yang dihasilkan oleh bagian P2PL Puskesmas Pamulang tentang DBD masih bersifat tekstual sehingga perlu dilengkapi dengan data yang berupa data tekstual.
2.
Pendokumentasian yang belum terkomputerisasi secara baik dan benar terhadap data surveilans DBD.
3.
Sistem yang diterapkan masih manual dan terbatas pada informasi yang bersifat tekstual sehingga dirasa kurang efektif lagi, selain itu masyarakat sulit memperoleh
informasi
mengenai surveilans demam berdarah.
4.1.3. Tujuan Pengembangan Sistem Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada di atas maka dapat dirumuskan tujuan dari pengembangan Sistem Informasi Surveilans DBD (demam berdarah dengue) ini adalah sebagai berikut : 1.
Mampu
menghasilkan
sistem
yang dapat
memberikan
informasi penyebaran penyakit pada orang yang terjangkit DBD di seluruh Kecamatan Pamulang kepada masyarakat yang dapat diakses dimana dan kapan saja dengan mudah oleh masyarakat.
60
2.
Mampu menghasilkan informasi Surveilans DBD yang tidak hanya
terbatas
pada
data
tekstual
saja,
tetapi
juga
menghasilkan data spasial dalam bentuk tampilan peta yang representatif dan mudah dimengerti. 3.
Penggunaan sistem komputer yang lebih optimal, karena memanfaatkan
web
yang
memudahkan
masyarakat
/pengembang untuk berinteraksi dalam pencegahan dan pemberantasan penularan DBD tanpa batasan tempat dan waktu.
4.2. Analisis Sistem Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis sistem yang berjalan untuk kemudian menyimpulkan permasalahan yang terjadi khususnya dalam prosedur penyampaian informasi surveilans DBD yang selama ini dilakukan Puskesmas (Pusat kesehatan masyarakat). Tahap ini merupakan dasar bagi tahapan perencanaan sistem baru yang dapat memaksimalkan pengolahan data dan penyampaian informasi.
4.2.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian Pamulang adalah sebuah kecamatan di Kota Tangerang Selatan. Sebelum Kota Tangerang Selatan menjadi kota otonom, Pamulang merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Tangerang.
61
Di Pamulang terdapat beberapa komplek perumahan seperti Reni Jaya, Pamulang Vila, Gria Jakarta, Vila Pamulang Mas, Pamulang Estate(MA),BPI (Bukit Pamulang Indah, Puri Pamulang. Komplek-komplek perumahan ini mulai berdiri tahun 1983. Di Pamulang juga berdiri Giant Department Store, Superindo, Carrefour yang menandakan pertumbuhan ekonomi di kecamatan ini sangat pesat. Dahulu sempat pula didirikan Alfa Toko Gudang Rabat, Dwima, serta Cinema 21. Kecamatan Pamulang terbagi atas 8 kelurahan yaitu: 1.
Kelurahan Pondok Benda
2.
Kelurahan Benda Baru
3.
Kelurahan Bambu Apus
4.
Kelurahan Kedaung
5.
Kelurahan Pamulang Barat
6.
Kelurahan Pamulang Timur
7.
Kelurahan Pondok Cabe Udik
8.
Kelurahan Pondok Cabe Ilir Tabel 4.1 merupakan data kepadatan penduduk perkilometer
per Km2 diKecamatan Pamulang. Tabel 4.1 Kepadatan Penduduk Per Km2 menurut kelurahan
4.1291
Banyaknya Penduduk 36.406
Kepadatan Per Km2 8.816
Pamulang Barat
4.4423
40.324
9.077
Pamulang Timur
2.8080
24.077
8.574
No.
Kelurahan
Luas ( Km2)
1.
Pondok Benda
2. 3.
62
4.
Pondok Cabe Udik
5.1400
16.352
3.181
5.
Pondok Cabe Ilir
4.2100
28.932
6.872
6.
Kedaung
2.7867
41.894
15.033
7.
Bambu Apus
2.4045
17.327
7.206
8.
Benda Baru
2.8800
31.276
10.859
Jumlah :
28.8006
236.588
4.2.2. Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Pamulang. Gambar
4.1.
merupakan
gambar
struktur
organisasi
Puskesmas yang terkait dalam melakukan Surveilans DBD.
63
Gambar 4.1. Struktur Puskesmas Kecamatan Pamulang
4.2.3. Profil Puskesmas Kecamatan Pamulang Puskesmas adalah unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan. Yang dimaksud dengan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yakni organisasi di lingkungan Dinas Kabupaten/kota yang melaksanakan tugas Teknis Operasional. Dalam melaksanakan
64
tugas pelayanan kesehatan, dilaksanakan melalui pelayanan dalam gedung, Pustu, Pusling dan pelayanan rujukan. Kriteria UPTD terdiri dari : 1.
Tidak melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, perijinan.
2.
Mempunyai misi/tugas pokok yang jelas dan tidak berduplikasi atau tumpang tindih dengan unit organisasi yang lain.
3.
Didukung
oleh
3
(tiga)
faktor
:
SDM,
anggaran,
sarana/prasarana kerja. 4.
Memiliki rencana program dan kegiatan pengembangan yang berkelanjutan. Selama ini pandang orang tentang Puskesmas masih kurang
baik terutama berkaitan dengan penampilan fisik yang kurang bersih dan nyaman serta keramahan petugas dalam pelayanan kesehatan masih masih kurang, serta tidak seluruh upaya kegiatan pokok Puskesmas
dapat
diselenggarakan dengan
baik
oleh setiap
Puskesmas disamping kemampuan tiap Puskesmas berbeda-beda. Dalam sistem kesehatan nasional Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan dan ujung tombak bagi pelayanan terhadap masyarakat. Meskipun Puskesmas telah memberikan kotribusi dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat namun masih kurangnya pelayanan yang bermutu, menyeluruh dan terpadu diseluruh Puskesmas yang ada di Tangerang.
65
Adapun program yang terdapat di Puskesmas Pamulang yaitu program kesehatan dasar, pengembangan wajib dan pengembangan pilihan. 1)
2)
3)
Pengembangan kesehatan dasar meliputi : 1.
Promosi kesehatan
2.
Penyehatan lingkungan
3.
Kesehatan ibu dan anak dan KB
4.
Perbaikan gizi
5.
Pencegahan penyakit menular
6.
Pengobatan
Pengembangan wajib meliputi : 1.
Lansia
2.
UKS / UKGS
3.
Anti Napza
Pengembangan pilihan meliputi : 1.
Laboratorium
2.
UKGMD
3.
JPKMM
Dalam menyelenggarakan program kerja nya Puskesmas Kecamatan Pamulang memiliki Visi, misi dan tujuan sebagai berikut:
66
Visi : Terwujudnya Puskesmas Pamulang dengan pelayanan kesehatan yang bermutu, menyeluruh dan terpadu. Misi : 1.
Memberikan pelayanan prima di semua sektor.
2.
Pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar.
3.
pusat pemberdayaan kesehatan dan keluarga.
4.
meningkatkan kemitraan dengan berbagai sektor.
Moto : Berhasil Prima Bersih, Harmonis, Silaturahmi,dan pelayanan prima. Nilai : 1.
Disiplin.
2.
Tanggung Jawab.
3.
Kejujuran. Berikut ini merupakan tugas dan fungsi dari masing-masing
bagian yang ada dalam Struktur Organisasi Puskesmas Pamulang. A.
Kepala Puskesmas Pamulang Tugas : 1.
Mengkoordinir
penyusunan
perencanaan
tingkat
Puskesmas berdasarkan data program Kepala Dinas Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
67
2.
Merumuskan
kebijaksanaan
operasional
dalam
bidang pelayanan kesehatan masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3.
Memberikan tugas kepada para bawahan dan unit-unit serta Puskesmas Pembantu sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
4.
Memimpin Urusan Tata Usaha, Unit-unit pelayanan, Puskesmas Pembantu / bidan dan para bawahan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat agar pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan.
5.
Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis kepada para bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
6.
Menilai prestasi kerja para bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan karier.
7.
Mengevaluasi
pelaksanaan
kegiatan
Puskesmas
berdasarkan realisasi program kerja dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai bahan dalam menyusun program kerja berikutnya. 8.
Membuat laporan pelaksanaan kegiatan sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada Kepala Dinas Kesehatan.
68
9.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
10.
Kepala
Puskesmas dalam melaksanakan tugasnya
berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan. B.
Bagian Tata Usaha Tugas : 1.
Menyusun
rencana
kegiatan
Urusan
Tata
Usaha
berdasarkan data Program Puskesmas dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja. 2.
Membagi
tugas
kepada bawahan agar pelaksanaan
tugas dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3.
Mengkoordinasikan
para
bawahan dalam menyusun
program kerja Puskesmas agar terjalin kerjasama yang baik. 4.
Memberi
petunjuk
kepada
bawahan
dengan cara
mencocokan dengan petunjuk kerja yang diberikan dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku agar tercapai keserasian dan kebenaran kerja. 5.
Menilai prestasi kerja bawahan berdasarkan hasil yang dicapai agar sesuai dengan rencana dan ketentuan
69
peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai bahan dalam peningkatan karier. 6.
Melaksanakan
pengelolaan
urusan
kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, surat menyurat, hubungan masyarakat dan urusan-urusan umum, perencanaan serta pencatatan dan pelaporan. 7.
Mengevaluasi hasil kegiatan Urusan Tata Usaha secara keseluruhan.
8.
Membuat sebagai
laporan
kegiatan
bahan informasi
dibidang
tugasnya
dan pertanggungjawaban
kepada atasan. 9.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
10.
Urusan Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Urusan yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas.
C.
Bendahara Tugas : 1.
Menyusun rencana kegiatan Bendahara berdasarkan data Program Puskesmas dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.
2.
Melaksanakan
pengelolaan
Keuangan sesuai dengan
prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
70
3.
Mengevaluasi
hasil
kegiatan
Keuangan
secara
keseluruhan. 4.
Membuat catatan tugasnya
dan laporan kegiatan dibidang
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban kepada atasan. 5.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Dalam melaksanakan tugasnya Benda Hara di bantu oleh : a.
Benda Hara Logistik Tugas : 1.
Menyusun rencana kegiatan Logistik berdasarkan data Program Puskesmas dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.
2.
Melaksanakan
pengelolaan
Logistik
sesuai
dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 3.
Mengevaluasi
hasil
kegiatan
catatan
dan
Logistik
secara
keseluruhan. 4. Membuat
laporan
kegiatan
dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.
71
b.
Bendahara Retribusi Tugas : 1.
Menyusun rencana kegiatan Logistik berdasarkan data Program Puskesmas dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.
2.
Melaksanakan
pengelolaan
Retribusi
sesuai
dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 3.
Mengevaluasi
hasil kegiatan Retribusi secara
keseluruhan. c.
Bendahara Operasional Tugas : 1.
Membantu tugas bendahara umum
2.
Mengelola,
mengadministrasikan dan
membuat
pertanggungjawaban atas operasional Puskesmas. 3. d.
Bekerja di bawah koordinasi bendahara umum.
Bendahara JPKMM ( Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin) Tugas : 1.
Mendata dan menjaring masyakarat miskin dan tidak mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
72
2.
Mengevaluasi secara
3.
hasil kegiatan Pelayanan JPKKM
keseluruhan.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban bendahara umum.
e.
Petugas Loket Tugas : 1.
Melaksanakan kegiatan Pelayanan di Loket dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur
dan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan yang berlaku. 2.
Mengevaluasi hasil kegiatan Pelayanan di Loket secara keseluruhan.
3.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban benda hara umum. D.
YANKES (Pelayanan Kesehatan) Tugas : Menyiapkan bahan perumusan kebijakan, serta melaksanakan pembinaan dan pengembangan pelayanan Puskesmas. Dalam melaksanakan tugasnya YANKES, dibantu oleh : a.
Koordinasi Rawat Jalan Tugas :
73
Mempunyai
tugas
menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan dengan melakukan promosi kesehatan melalui penyuluhan, melaksanakan perlindungan khusus melalui imunisasi dan keluarga
berencana,
menegakkan
diagnosa
dini,
pengobatan segera dan penatalaksanaan terapi yang kuat serta melaksanakan pelayanan rujukan. b.
Koordinasi Rawat Inap Tugas : 1.
Mempunyai tugas menyelenggarakan
pelayanan
perawatan medis dan perawatan untuk penyembuhan, persiapan operasi kecil dan setelah operasi, pelayanan bayi sehat dan sakit serta ibu sesudah melahirkan. 2.
Mengevaluasi hasil kegiatan Rawat Inap secara keseluruhan.
3.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban kepada atasan. c.
Petugas Gedung Obat Fungsi : 1. Melaksanakan kegiatan Gudang Obat
meliputi
distribusi obat ke unit pelayanan dan koordinasi lintas
74
program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.
Mengevaluasi hasil kegiatan Gudang Obat secara keseluruhan.
3.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban kepada atasan. d.
Petugas Apotik Tugas : 1.
Melaksanakan kegiatan Pelayanan Obat di Apotik dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur
dan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan yang berlaku. 2.
Mengevaluasi hasil kegiatan Pelayanan Obat di Apotik secara keseluruhan.
3.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban kepada atasan. E.
P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) Tugas : 1.
Membagi tugas kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
75
2.
Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit termasuk imunisasi.
3.
Mengevaluasi
hasil
kegiatan Unit Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit secara keseluruhan. 4.
Membuat laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.
Dalam melaksanakan tugasnya P2PL bantu oleh : a.
Petugas Imunisasi Tugas : 1.
Melaksanakan pemberian
kegiatan
Immunisasi,
Immunisasi swepping
meliputi
Immunisasi,
penyuluhan Immunisasi, penanganan KIPI dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur
dan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan yang berlaku. 2.
Mengevaluasi
hasil
kegiatan
Immunisasi
secara keseluruhan. 3.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
pertanggungjawaban kepada atasan.
dan
76
b.
Petugas Filaria Tugas : 1.
Melaksanakan pemberian
kegiatan
Filaria
meliputi
Faksin Filaria, penyuluhan
Filaria,
penanganan KIPI dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.
Mengevaluasi
hasil
kegiatan
Filaria
secara keseluruhan. 3.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban kepada atasan. c.
Petugas Haji Tugas : 1.
Melakukan pemeriksaan
untuk mengetahui kondisi
kesehatan calon jemaah haji, apakah dalam keadaan sehat, sakit atau memiliki keterbatasan. Apabila diketahui sakit, maka diperlukan pengobatan hingga masalahnya terkendali atau sembuh . Apabila diketahui memiliki keterbatasan, maka diperlukan koreksi sehingga dapat mengurangi keterbatasannya. apabila diketahui dalam keadaan sehat, maka
77
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diperlukan untuk memperoleh kondisi prima. 2.
Mengevaluasi hasil kegiatan petugas Haji secara keseluruhan.
3.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban kepada atasan. d.
Petugas Kusta Tugas : 1.
Melaksanakan kegiatan P2 Kusta meliputi penemuan dini penderita Kusta, pengobatan penderita Kusta, pemeriksaan kontak penderita Kusta, pemeriksaan anak sekolah, penyuluhan Kusta dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.
Mengevaluasi
hasil
kegiatan
P2
Kusta
secara keseluruhan. 3.
Membuat
catatan
dan
laporan
kegiatan
dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.
78
e.
Surveilans Tugas : 1.
Menyusun rencana kegiatan Surveilans berdasarkan data Program Puskesmas dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.
2.
Melaksanakan
kegiatan
pengumpulan
data
Surveilans penyakit,
meliputi
penyelidikan
epidemiologi, penanganan KLB dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku. 3.
Mengevaluasi
hasil
kegiatan
Surveilans
secara keseluruhan. 4.
Membuat
catatan
dan
laporan
kegiatan
dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan. f.
TB Paru Tugas : 1.
Menyusun rencana kegiatan P2 TB berdasarkan data Program
Puskesmas
dan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.
79
2.
Melaksanakan kegiatan P2 TB meliputi penemuan dini penderita TB melalui pengumpulan pot sputum, pengobatan penderita TB, pemeriksaan kontak penderita TB, penyuluhan TB dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.
Mengevaluasi
hasil
kegiatan
P2
TB
secara
keseluruhan. 4.
Membuat
catatan
dan
laporan
kegiatan
dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan. g.
ISPA – Diare Tugas : 1.
Melaksanakan kegiatan P2 ISPA dan Diare meliputi penemuan dan pengobatan dini penderita ISPA dan Diare, penyuluhan ISPA dan Diare dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku. 2.
Mengevaluasi hasil kegiatan P2 ISPA dan Diare secara keseluruhan.
80
3.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban kepada atasan. h.
DBD Tugas : 1.
Menyusun rencana kegiatan P2 DBD berdasarkan data Program Puskesmas dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.
2.
2. Melaksanakan
kegiatan
P2 DBD
meliputi
penemuan penderita suspek DBD serta melakukan rujukan untuk penanganan lebih lanjut, pemantauan jentik berkala / abatisasi selektif ( PJB / AS ), pembinaan peran serta masyarakat dalam kegiatan PSN ( pemberantasan sarang nyamuk ), penyuluhan DBD dan koordinasi lintas program / lintas sektor terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3.
Mengevaluasi hasil kegiatan P2 DBD secara keseluruhan.
4.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
pertanggungjawaban kepada atasan.
informasi
dan
81
i.
IMS (Infeksi Menular Seksual) Tugas : 1.
Menyusun rencana kegiatan IMS berdasarkan data Program
Puskesmas
dan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja. 2.
Mengadakan
pemeriksaan
rutin
IMS,
Pemeriksaan kepada para penderita IMS itu dimulai dari pemeriksaan dalam, lalu konseling seputar keluhan yang dideritanya, penyuluhan tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS, 3.
Mengevaluasi hasil kegiatan IMS secara keseluruhan.
4.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban kepada atasan. j.
Kesling (Kesehatan Lingkungan) Tugas : 1.
Menyusun rencana kegiatan Kesling berdasarkan data Program
Puskesmas
dan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja. 2.
Pengawasan terhadap tempat-tempat umum (TTU), pengawasan terhadap tempat pengolahan makanan
82
(TPM) dan pengawasan terhadap industri rumah tangga. 3.
Mengevaluasi
hasil
kegiatan
Kesling
secara
keseluruhan. 4.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban kepada atasan. F.
KESGA ( Kesehatan Keluarga) Tugas : 1.
Menyusun rencana kegiatan Unit Peningkatan Kesehatan dan Kesehatan Keluarga berdasarkan data program Puskesmas dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.
2.
Membagi tugas
tugas kepada bawahan agar pelaksanaan
dapat
dilaksanakan sesuai dengan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku. 3.
Melaksanakan kegiatan kesejahteraan Ibu dan Anak, KB, perbaikan gizi, usaha kesehatan kerja serta Usia Lanjut.
4.
Mengevaluasi
hasil
kegiatan
Unit Peningkatan
Kesehatan dan Kesehatan Keluarga secara keseluruhan. 5.
Membuat
laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai
bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.
83
Dalam melaksanakan tugasnya KESGA, dibantu oleh : a.
KIA (Kesehatan Ibu Dan Anak), KB (Keluarga Berencana) dan Anak. Tugas : 1.
Melaksanakan kegiatan Pelayanan KIA / KB meliputi ANC, PNC, perawatan Neonatus, pelayanan KB, penyuluhan KIA / KB dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.
Mengevaluasi hasil kegiatan Pelayanan KIA / KB secara keseluruhan.
3.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban kepada atasan. b. Remaja/Napza Lansia Tugas : 1.
Melaksanakan kegiatan Pelayanan Remaja/Napza Lansia meliputi untuk penanganan kasus remaja disediakan
psikolog
yang
bertugas
memberi
berbagai penyuluhan serta memperkenalkan proses reproduksi yang sehat. Unruk program Lansia meliputi perbaikan gizi kepada Lansia, mengadakan senam Lansia, dan pembinaan mental.
84
2.
Mengevaluasi
hasil
kegiatan
Pelayanan
Remaja/Napza Lansia secara keseluruhan. 3.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban kepada atasan. c. UKS/UKGS (Usaha Kesehatan Sekolah / Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) Tugas : 1.
Melaksanakan
kegiatan
UKS
dan
Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut serta koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.
Memberikan
penyuluhan
tentang
penyakit-
penyakit secara umum dan penyakit kanker leher rahim,HIV dan lain-lain. Meliputi pengertiannya, tanda-tanda
klinis,
faktor-faktor
risiko
dan
pengobatannya serta upaya pencegahannya dengan sedapat mungkin menghindari faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan prilaku seseorang ( seperti : kawin atau melakukan hubungan sexual pada usia kurang dari 17 tahun, melakukan hubungan sexual dengan berganti-ganti pasangan atau melakukan hubungan sexual dengan pasangan yang sering
85
berganti-ganti pasangan, kurang memperhatikan hygiene, sering terjadi infeksi berulang pada organ tubuh tertentu yang kurang mendapat penanganan, wanita
terlalu
sering
melahirkan,
kebiasaan
merokok, kebiasaan minum minuman beralkohol, kebiasaan makan makanan dengan menu / gizi yang tidak seimbang, terpapar sinar matahari yang berlebihan, dan pemakaian zat kimia atau bahan pengawet yang tidak pada tempatnya ). 3.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban kepada atasan. d. MTBS (Manajemen Terpadu Balita) Tugas : 1.
Melaksanakan kegiatan MTBS serta koordinasi lintas program lintas program terkait sesuai dengan prosedur
dan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan yang berlaku. 2.
Melayani
balita
sakit
rawat
jalan.
MTBS
mengidentifikasi penyakit-penyakit yang ada secara akurat,
mengkombinasikan
pengobatan
semua
penyakit tersebut, merujuk penyakit yang berat secara cepat, menilai status gizi dan imunisasi serta
86
menangani dan memberikan konseling bagi ibu tentang perawatan anak balita di rumah, memberi pedoman nasihat pemberian makan dan kapan harus kembali segera dan kapan harus kembali untuk tindak lanjut. 3.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban kepada atasan. G.
PROMKES ( Promosi Kesehatan) Tugas : 1.
Menyusun
rencana
kegiatan
Promosi
Kesehatan
berdasarkan data Program Puskesmas dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja. 2.
Melaksanakan
kegiatan Promosi Kesehatan meliputi
Penyuluhan Kesehatan, Pembinaan PSM / UKBM, Pembinaan PHBS dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 3.
Mengevaluasi hasil kegiatan Promosi Kesehatan secara keseluruhan.
87
4.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.
Dalam melaksanakan tugasnya PROMKES, dibantu oleh : a. PSM (Peran Serta Masyarakat)/Kemitraan Tugas : 1.
Menyusun Serta
rencana
kegiatan
Masyarakat)/Kemitraan
Program
Puskesmas
dan
PSM (Peran
berdasarkan ketentuan
data
peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja. 2.
Menjalin
kemitraan
dengan
dengan
kabupaten/kota, swadana, LSM guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 3.
Mengevaluasi
hasil
kegiatan PSM (Peran Serta
Masyarakat) / Kemitraan secara keseluruhan. 4.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban kepada atasan. b. LB1 & LB3 Tugas : 1.
Laporan Bulanan yang harus dilakukan oleh Puskesmas yaitu (LB1:Data Kesakitan , berasal dari
88
kartu atau status rekam medis pasien dan LB3: Gizi, KIA, Immusasi , P2M) 2.
2. Mengevaluasi
hasil
kegiatan LB1 & LB
secara keseluruhan. 3.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya
sebagai
bahan
informasi
dan
pertanggungjawaban kepada atasan.
4.2.4. Sistem yang diusulkan Berdasarkan uraian di atas, maka kami mengusulkan pengembangan aplikasi Sistem Informasi Geografis surveilans DBD. Pembangunan aplikasi ini ditujukan untuk membantu Puskesmas dalam mengolah data dan memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang penyebaran wabah DBD di Kecamatan Pamulang. Sistem informasi yang diusulkan adalah : a.
Diusulkan
pengembangan
sistem
informasi
spasial
pembangunan jalan berbasis web sehingga dapat digunakan dengan mudah oleh masyarakat maupun pihak terkait dalam mengetahui informasi surveilans DBD dengan mengklik data yang ada pada pada point. b.
Sistem yang diusulkan berbasis web agar dapat dipergunakan dimana dan kapan saja oleh masyarakat maupun pihak terkait dapat melihat surveilans DBD di Kecamatan Pamulang.
89
4.2.4.1. Peta Peta yang digunakan adalah peta berbasis vektor yang digunakan
untuk
menampilkan
informasi
mengenai
informasi surveilans DBD, line, point dan polygon yang dimunculkan pada peta dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat / pihak terkait untuk mendapatkan informasi surveilans DBD yang dipilih dengan mengklik point dan kemudian muncul informasi atributnya.
4.2.4.2. Membuat Objek yang diusulkan a.
Data Spasial yang digunakan Penggunaan data spasial untuk menggambarkan Kecamatan Pamulang dalam bentuk polygon, line dan point. Objek ini diperoleh dengan melakukan dijitasi peta pada software arcview yang menghasilkan proyeksi UTM.
b.
Data Atribut Data atribut adalah data yang menjelaskan tentang detail spasial. Data yang akan ditampilkan berupa data dan atribut pada masing-masing data tersebut akan dijelaskan pada kamus data. Masyarakat / pihak terkait dapat melihat data atribut dari perancangan surveilans DBD diKecamatan Pamulang
dengan
mengklik
point
untuk
90
penyebarannya. Dengan mengklik point maka akan menghasilkan informasi field-field
data yang
ditampilkan secara otomatis.
4.2.4.3. Keunggulan Sistem Usulan Adapun keunggulan dari sistem ini, yaitu : a.
Memberikan informasi surveilans DBD diKecamatan Pamulang dalam bentuk peta.
b.
Dapat memvisualisasikan hasil surveilans DBD dalam bentuk tampilan peta yang representatif dan mudah dimengerti sehingga tidak terbatas pada data tekstual.
c.
Sistem ini meminimalkan keterlambatan dan tingkat kesalahan pada pelaporan data surveilans DBD .
d.
Menyedikan fasilitas interaktif yang memungkinkan bagi masyarakat untuk berinteraksi dalam bentuk usulan, saran atau keluhan tentang surveilans DBD, maupun ikut serta dalam forum penanggulangan DBD diKecamatan Pamulang.
e.
Sistem yang diusulkan dapat diperbaharui secara berkala.
91
4.3. Perancangan Sistem Tahap ini merupakan tahapan yang bertujuan untuk mencari bentuk yang optimal dari aplikasi yang akan dibangun dengan mempertimbangkan berbagai permasalahan dan kebutuhan yang ada pada sistem berjalan. Dalam tahap ini penulis menggunakan beberapa tools (alat) untuk membuat rancangan sistem, diantaranya adalah sebagai berikut : 4.3.1. Flowchart Of Document (FOD) Sistem Usulan Perancangan Flowchart Of Document (FOD) dirancang untuk menunjukkan alir (flow) di dalam sistem usulan secara logika berdasarkan analisa sistem yang berjalan. Flowchart Of Document (FOD) ini juga menunjukkan arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem beserta entitas yang terlibat dalam sistem yang diusulkan.
92
Gambar 4.2. FOD (Flowchart Of Document) Sistem Usulan Dari flowchart Of Document (FOD) diatas terlihat perbedaan jika dibandingkan sistem yang berjalan selama ini. Berikut ini merupakan penjelasan lengkap dari Flowchart Of Document (FOD) sistem usulan diatas : a.
Puskesmas bidang P2PL melakukan surveilans kepada masyarakat sehingga menghasilkan lporan surveilans secara umum. Laporan surveilans yang dihasilkan didokumentasi ke dalam database surveilans oleh Puskesmas P2PL sebagai
93
Admin administrator dari sistem dan juga oleh Dinas Kesehatan bagian P2PL yang bertanggung jawab terhadap surveilans pada kecamatan Pamulang. b.
Selanjutnya Puskesmas bagian P2PL melakukan verifikasi terhadap
database
surveilans
sehingga
dihasilkan
data
surveilans DBD yang dimasukan kedalam database surveilans DBD. c.
Pihak Kecamatan juga memberikan data kepadataan penduduk Kecamatan Pamulang dan data curah hujan sebagai data pembanding.
d.
Setelah itu data-data tersebut dimasukan kedalam database surveilans DBD oleh Puskesmas bidang P2PL. Selain itu Puskesmas bidang P2PL melakukan registrasi terhadap data kecamatan Pamulang untuk kemudian didijitasi dan diedit untuk selanjutnya dilakukan overlay atau penggabungan dengan data base surveilans DBD sehingga menghasilkan informasi spasial surveilans DBD Kecamatan Pamulang.
e.
Informasi spasial surveilans DBD tersebut nantinya akan dapat dinikmati oleh pihak terkait seperti kelurahan, Kecamatan, Dinas kesehatan, sebagai dasar acuan penentuan tindakan apakah epidemic ataukah potensi epidemic yang pada akhirnya akan menentukan tidakan terhadap masyarakat apakah
94
penyuluhan untuk potensi epidemic atau fogging untuk epidemic. f.
Selain itu masyarakat juga dapat menikmati dan memanfaatkan informasi spasial surveilans DBD Kecamatan Pamulang secara mudah karena sistem ini menggunakan media web sebagai sarana penyajiaanya.
4.3.2. Data Flow Diagram (DFD) Sistem Usulan Perancangan Data Flow Diagram dirancang untuk sebuah sistem usulan berdasarkan hasil analisa sistem yang berjalan. Diagram ini merupakan sarana komunikasi antara user dengan pengembang sistem untuk mengetahui seperti apa, dimana sistem usulan tersebut akan berjalan. Diagram ini menggambarkan secara garis besar semua masukan atau keluaran yang ada pada sistem, tetapi sebelumnya akan diuraikan analisa matriks data dari sistem yang diusulkan :
95
Tabel 4.2. Matriks Data Sistem Usulan Entitas
P2PL Puskesmas Pamulang
Data
P2PL Dinkes Tangsel
Kecamatan
Stake Holder
Data Laporan Surveilans Data Kepadatan Penduduk Data Curah Hujan Data Laporan Surveilans DBD Saran dan Usulan
Keterangan : = Data Source = Data Needed
Selanjutnya matriks data diatas digambarkan dalam Diagram Konteks
yang
implementasikan
merupakan dengan
kasus
lingkaran
khusus
DFD
tunggal
yang
yang
di
mewakili
keseluruhan sistem yang diusulkan seperti pada Gambar 4.2, berikut ini :
96
Surveilans
Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Bagian P2PL
Laporan Surveilans Data Kecamatan
Puskesmas bagian P2PL (ADMIN)
Saran / Usulan Informasi Spasial Surveilans DBD
Informasi Spasial Surveilans DBD Saran / Usulan Sistem Informasi Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Pamulang
Saran / Usulan
Curah Hujan
Kepadatan Penduduk
Stake Holder Kecamatan
Saran / Usulan
Informasi Spasial Surveilans DBD Informasi Spasial Surveilans DBD
Keterangan
:
P2PL
: Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Gambar 4.3. Diagram Konteks Sistem Usulan Berikut ini merupakan penjelasan dari diagram konteks sistem usulan diatas : a.
Puskesmas
Bidang
menghasilkan
P2PL
Laporan
melakukan Surveilans
surveilans untuk
yang
kemudian
memberikan kedalam sistem sehingga dihasilkan informasi spasial surveilans DBD. b.
Dinas Kesehatan Tangerang Selatan akan mendapatkan data laporan surveilans yang dihasilkan oleh sistem beserta
97
informasi spasial surveilans DBD yang digunakan sebagai dokumentasi dan dasar pengambilan keputusan.. c.
Sedangkan pihak kelurahan memberikan data penduduk kepada sistem dan mendapatkan informasi spasial surveilans DBD dari sistem yang digunakan sebagai dokumentasi dan dasar pengambilan keputusan.
d.
Selanjutnya pihak kecamatan memberikan data kepadatan penduduk kecamatan pamulang beserta data curah hujan di kota Pamulang ke dalam sistem untuk kemudian mendapatkan informasi spasial surveilans DBD dari sistem yang digunakan sebagai dokumentasi dan dasar pengambilan keputusan.
e.
Terakhir masyarakat sebagai pengguna dari sistem ini mendapatkan informasi spasial surveilans DBD dari sistem dan dapat dan berhak mengajukan saran atau usulan kedalam sistem. Setelah merancang Context Diagram, maka selanjutnya
merancang DFD Level 1, diagram ini dibuat untuk menggambarkan arus data dari tahapan proses diagram sebelumnya. Diagram ini menggambarkan proses – proses yang terdapat dalam Sistem Informasi Spasial Surveilans DBD, diantaranya perancangan interface, pengolahan data spasial maupun data non spasial. Pengolahan peta dan pengumpulan data informasi yang kemudian diolah pada sistem lalu menghasilkan output berupa
98
informasi spasial Surveilans DBD di Kecamatan Pamulang yang diinformasikan kepada user.
Puskesmas Bagian P2PL (ADMIN)
1 Klarifikasi data
Surveilans
Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Bagian P2PL
Laporan Surveilans
Data kecamatan Laporan Surveilans DBD
2 Pengolahan data
Input Profil
3 Pengolahan data Non Spasial
Spasial
Curah Hujan
Kecamatan
Kepadatan Penduduk
4 Perancangan Interface Data Raster Saran/Usulan
Register Peta
Informasi Spasial Surveilans DBD
Informasi Spasial Surveilans DBD Saran/Usulan 5 Pengolahan Data Spasial
Output Tabel Hasil Digitasi
Data Vektor
6 Pengolahan Informasi
Profile Puskesmas Visual peta
Informasi Spasial Surveilans DBD
Informasi Spasial Surveilans DBD
Saran/Usulan
Saran/Usulan
Gambar 4.4. DFD Level 1 Berikut ini merupakan penjelasan dari DFD Level 1 di atas : No proses
: 1
Nama proses
: Klasifikasi Data
Stake Holder
99
Input
: Data Surveilans
Output
: Laporan Surveilans
Keterangan
: Puskesmas Bidang P2PL melakukan surveilans sehingga menghasilkan data surveilans untuk kemudian di lakukan klasifikasi sehingga dapat menghasilkan laporan surveilans yang akan dimanfaatkan oleh Dinas Kesehatan Tangerang Selatan.
No proses
: 2
Nama proses
: Pengolahan Data
Input
: Data Kecamatan
Output
: Profil Puskesmas, Informasi Spasial Surveilans DBD
Keterangan
: Puskesmas Bidang P2PL memberikan data kecamatan beserta profil Puskesmas sebagai input dari proses 4 selain itu data kecamatan pamulang berupa peta digunakan sebagai input dari proses 5
No proses
: 3
Nama proses
: Pengolahan Data non Spasial
Input
: Laporan Surveilans DBD, Data Penduduk, Data Kepadatan Penduduk, Data Curah Hujan
Output
: Tabel Surveilans DBD
100
Keterangan
: Puskesmas Bidang P2PL memberikan data Laporan Surveilans DBD yang didapat dari output proses 1, Kelurahan memberikan Data Penduduk dan Kecamatan memberikan data kepadatan penduduk dan data curah hujan.
No proses
: 4
Nama proses
: Perancangan Interface
Input
: Data kota beserta profil Puskesmas
Output
: Profil Puskesmas Kecamatan Pamulang
Keterangan
: Puskesmas Bidang P2PL memberikan data kecamatan Pamulang serta profil Puskesmas Pamulang sebagai bahan dalam merancang interface dari sistem.
No proses
: 5
Nama proses
: Pengolahan Data Spasial
Input
: Data Raster Kecamatan Pamulang
Output
: Data Vektor informasi visualisasi peta
Keterangan
: Data Raster Kecamatan yang bersumber dari Puskesmas
bidang
P2PL
berupa
peta
administratif kecamatan pamulang di register untuk
kemudian
di
digitasi
sehingga
menghasilkan Data Vektor informasi visualisasi peta.
101
No proses
: 6
Nama proses
: Pengolahan Informasi
Input
: Output hasil tabel Surveilans DBD, Profil Puskesmas, Data Vektor informasi visualisasi peta dan saran/usulan masyarakat.
Output
: Informasi Spasial Surveilans DBD
Keterangan
: Dalam proses ini dilakukan pengolahan informasi dari data-data yang bersumber dari proses-proses sebelumnya menjadi Informasi Spasial Surveilans DBD.
Dalam diagram DFD Level 1 terdapat proses yang dapat dirinci, berikut merupakan penjelasan dari DFD proses 6.0 yang digambarkan pada Gambar 4.4. berikut ini :
102
Puskesmas Bagian P2PL (ADMIN)
Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Bagian P2PL
Laporan Surveilans DBD
Spasial kecamatan
Kecamatan
Informasi Spasial Surveilans DBD Data Raster Profile puskesmas Saran/Usulan
Register Peta Informasi Spasial Surveilans DBD Saran/Usulan 6.2 Pengolahan Informasi Spasial
6.1 Pengolahan Informasi Non Spasial Digitasi
Data Atribute
Spasial
6.3 Penggabungan Informasi
Data Vektor
Integrasi
6.4 Peyajian Informasi Informasi Spasial Surveilans DBD
Visual peta Saran/Usulan
Stake Holder
Informasi Spasial Surveilans DBD
Saran/Usulan
Gambar 4.5. DFD Proses 6 Berikut ini merupakan penjelasan dari DFD proses 6.0 di atas : No proses
: 6.1
Nama proses
: Pengolahan Informasi non Spasial
Input
: Tabel Status DBD, Tabel Kelurahan, Tabel Jalan, Tabel Kepadatan Penduduk, Tabel Kecamatan, Tabel Curah Hujan.
Output
: Atribut Peta, Data Atribut
103
Keterangan
: Informasi yang dimaksud dalam proses ini merupakan Tabel yang di dapat dari data P2PL
No proses
: 6.2
Nama proses
: Pengolahan Informasi Spasial
Input
: Data Spasial
Output
: Data Vektor, Visual Peta
Keterangan
: Dalam proses ini dilakukan digitasi terhadap data raster
kecamatan
Pamulang
sehingga
menghasilkan data vektor dan visual peta yang akan digunakan pada proses selanjutnya. No proses
: 6.3
Nama proses
: Penggabungan Informasi
Input
: Informasi Spasial dan Informasi non Spasial
Output
: Informasi Terintegrasi
Keterangan
: Dalam proses ini data spasial dan data non spasial yang
dihasilkan
dari
proses
sebelumnya,
digabungkan sehingga menjadi informasi yang terintegrasi untuk disajikan ke user dari sistem. No proses
: 6.4
Nama proses
: Penyajian Informasi
Input
: Informasi Terintegrasi, Profil Puskesmas
Output
: Informasi Spasial Surveilans DBD
104
Keterangan
: Proses ini merupakan proses akhir dimana Informasi Spasial dan non Spasial yang telah terintegrasi disajikan kepada masyarakat, dan masyarakat dapat mengajukan pilihan informasi kepada sistem.
4.3.3. Perancangan Kamus Data Kamus data berguna untuk mengetahui aliran data atau informasi apa saja yang terdapat pada saat analisis ataupun perancangan sistem usulan. Tabel 4.3. Kamus Data
Kecamatan
=*kecamatan.dbf* {@id_kec + nm_kec + luas_kec + jmlh_pnddk}
Kelurahan
=*kelurahan.dbf* {@id_kel+nm_kel+luas_kel+ jmlh_pnddk+@id_kec}
Jalan
=*jalan.dbf* {@id_jalan+nm_jalan+panjang + @id_kel+@id_kec}
Kepadatan
=*kep_pnddk.dbf*
Penduduk
{@id_kep+jmlh_kep+ @id_kel+@id_kec }
Curah Hujan
=*curah_hujan.dbf* {@id_curah+curah_hujan+id_kel +@id_kec }
Kasus DBD
=*kasus_dbd.dbf* {@id_kasus+nm_penderita+umur+alamat+tgl_lapor+@id_kel+@id_kec +@id_jalan+@id_curah+@id_kep }
4.3.4. Perancangan Basis Data
105
Setelah perancangan sistem usulan dilakukan maka tahapan selanjutnya adalah merancang basis datanya dengan menggunakan alat
bantu
Entity
Relationship
Diagram
(ERD)
yang
menggambarkan hubungan antar entitas yang ada pada DFD. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam merancang basis data :
4.3.4.1. ERD (Entity Relationship Diagram) Digunakan untuk menyatakan jenis data dari hubungan ada diantara jenis data yang terdapat dalam sistem. Tujuan pemodelan ERD Spasial adalah menunjukkan hubungan antara simpanan data dan menghilangkan kerangkapan data serta membuat model yang dapat dimengerti dengan baik oleh pemakai maupun komputer.
106
Gambar 4.6. Entity Relationship Diagram (ERD) Spasial
107
4.3.4.2. Normalisasi Normalisasi merupakan proses untuk mengorganisasikan file dengan dengan menghilangkan grup elemen yang berulang, dimana suatu file yang terdiri dari beberapa grup elemen yang berulangulang perlu diorganisasikan kembali. Normalisasi dilakukan untuk menghindari kemungkinan terdapatnya anomali pada saat penggunaan basis data, sehingga relasi yang diperoleh dari analisa entitas sebaiknya dinormalkan terlebih dahulu. Berikut ini adalah tahapan normalisasi : a.
Bentuk Tidak Normal Bentuk tidak normal adalah kumpulan data-data yang akan
digunakan dalam merancang basisdata. Data-data ini masih banyak yang berulang. Gambar 4.7 berikut ini merupakan gambar bentuk tidak normal dari basis data sistem yang akan dibuat.
108
id_kec nm_kec luas_kec jmlh_pnddk id_kel nm_kel luas_kel jmlh_pnddk id_kec nm_kec luas_kec jmlh_pnddk id_jalan nm_jalan panjang id_kel nm_kel luas_kel jmlh_pnddk id_kec nm_kec luas_kec jmlh_pnddk id_kep jmlh_kep id_kel nm_kel luas_kel jmlh_pnddk id_kec nm_kec luas_kec jmlh_pnddk id_curah curah_hujan id_kel nm_kel luas_kel jmlh_pnddk id_kec nm_kec luas_kec jmlh_pnddk id_kasus nm_penderita umur alamat tgl_lapor id_kec id_kel id_jalan id_kep id_curah
Gambar 4.7. Bentuk Tidak Normal
109
b.
Bentuk Normal ke Satu (1 NF) Pada bentuk tidak normal masih terdapat atribut yang berulang
atau memiliki nilai sama sehingga belum memenuhi normalisasi bentuk pertama yaitu tidak ada atribut yang dapat memiliki nilai sama pada satu entitas.
id_kec nm_kec luas_kec jmlh_pnddk id_kel nm_kel luas_kel jmlh_pnddk id_jalan nm_jalan panjang id_kep jmlh_kep id_curah curah_hujan id_kasus nm_penderita umur alamat tgl_lapor
Gambar 4.8. Bentuk Normal ke Satu (1 NF)
110
c.
Bentuk Normal ke Dua (2 NF) Dapat dilihat pada gambar sebelumnya atribut belum
tergantung penuh pada primary key sehingga belum memenihu bentuk normal kedua maka langkah berikutnya dalam normalisasi adalah membentuk Normalisasi bentuk kedua yaitu jika entitas sudah berada dalam normalisasi bentuk pertama (1NF) dan nilai semua atribut yang bukan primary key.
Gambar 4.9. Bentuk Normal ke Dua (2 NF)
111
d.
Bentuk Normal ke Tiga (3 NF) Pada Normalisasi bentuk kedua (2NF) telah memenuhi syarat
dan setelah diperiksa semua atribut yang bukan primer tidak mempunyai hubungan transitif jadi telah memenuhi normalisasi bentuk ketiga.
Gambar 4.10. Bentuk Normal ke Tiga (3 NF)
112
4.3.4.3. Struktur Data Rancangan basis data atribut spasial dalam aplikasi Sistem Informasi Spasial Ruang Pembangunan Fisik terdiri dari tabel sebagai berikut : a.
Kecamatan Nama File
: kecamatan.dbf
Media
: Harddisk
Isi
: Data Atribut Kecamatan
Primary Key
: id_kec Tabel 4.4. Kecamatan
Field id_kec nm_kec luas_kec jmlh_pnddk b.
Tipe Number String Number Number
Panjang Decimal 2 20 7 10
0 0 2 0
Keterangan Id Kecamatan Nama Kecamatan Luas Kecamatan (km2) Jumlah Total Penduduk
Kelurahan Nama File
: kelurahan.dbf
Media
: Harddisk
Isi
: Data Atribut Batas Kelurahan
Primary Key
: id_kel
Foreign Key
: id_kec Tabel 4.5. Kelurahan
Field id_kel id_kec nm_kel
Tipe Number Number String
Panjang 2 2 20
Decimal Keterangan 0 Id Kelurahan 0 Id Kecamatan 0 Nama Kelurahan
113
luas_kel jmlh_pnddk c.
Number 7 Number 10
Luas Kelurahan (km2) Jumlah Total Penduduk
2 0
Jalan Nama File
: jalan.dbf
Media
: Harddisk
Isi
: Data Atribut Jalan
Primary Key
: id_jalan
Foreign Key
: id_kec, id_kel Tabel 4.6. Jalan
Field id_jalan id_kel id_kec nm_jalan Panjang d.
Tipe Number Number Number String Number
Panjang 2 2 2 20 5
Decimal 0 0 0 0 0
Keterangan Id Jalan Id Kelurahan Id Kecamatan Nama Jalan Panjang Jalan (km)
Kepadatan Penduduk Nama File
: kepadatan_penduduk.dbf
Media
: Harddisk
Isi
: Data Atribut Kepadatan Penduduk
Primary Key
: id_kep
Foreign Key
: id_kec, id_kel Tabel 4.7. Kepadatan Penduduk
Field id_kep id_kec id_kel Jmlh_kep
Tipe Number Number Number Number
Panjang 2 2 2 5
Decimal 0 0 0 0
Keterangan Id Kepadatan Penduduk Id Kecamatan Id Kelurahan Kepadatan Penduduk
114
e.
Curah Hujan Nama File
: curah_hujan.dbf
Media
: Harddisk
Isi
: Data Atribut Curah Hujan
Primary Key
: id_curah
Foreign Key
: id_kel, id_kec, id kasus Tabel 4.8. Curah Hujan
Field id_curah id_kel id_kec id_kasus Curah Hujan f.
Tipe Number Number Number Number Number
Panjang 2 2 2 5 5
Decimal 0 0 0 0 0
Keterangan Id Curah Hujan Id Kelurahan Id Kecamatan Id Kasus DBD Curah Hujan pertahun
Kasus DBD Nama File
: kasus_DBD.dbf
Media
: Harddisk
Isi
: Data Atribut Kasus DBD
Primary Key
: id_kasus
Foreign Key
: id_kel,id_kec,id_kep,id_curah,id_jalan Tabel 4.9. Kasus DBD
Field id_kasus id_kec id_kel id_kep id_curah id_jalan nm_penderita
Tipe Number Number Number Number Number Number String
Panjang 2 2 2 2 2 2 25
Decimal 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan Id Kasus Id Kecamatan Id Kelurahan Id Kepadatan Penduduk Id Curah Hujan Id Jalan Nama Penderita
115
Umur Alamat tgl_lapor
Number 5 String 25 Date 0
0 0 0
Umur Penderita Alamat Penderita Tanggal Pelaporan
4.3.5. Desain Struktur Menu Aplikasi Dalam Sistem Informasi Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Pamulang terdapat beberapa menu dan sub menu yaitu, Home, menu Tentang Surveilans, menu Sejarah Surveilans, Menu Apa Itu BDB, menu Sejarah DBD, menu Pencegahan DBD, menu Peta, menu Tentang Pamulang, menu Galeri, menu Saran, menu Artikel dan menu Administrator sebagai menu tersembunyi dan update atribut data untuk memperbaharui data spasial. Berikut merupakan gambaran hierarki struktur Dalam Sistem Informasi Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Pamulang, pada Gambar 4.7 : Sistem Informasi Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Pamulang
Home
Tentang Surveilans
Sejarah Surveilans
Apa itu DBD
Sejarah DBD
Pencegahan DBD
Tentang Pamulang
Peta
Galeri
Print
Help
Gambar 4.11. Struktur Aplikasi Sistem
Saran
Artikel
ADMIN
116
4.3.6. Desain Interface Pada bagian ini akan dibahas mengenai tahapan perancangan antarmuka aplikasi. Antarmuka yang akan dibangun, dirancang sesederhana
mungkin
sehingga
memudahkan
masyarakat/
pengembang sebagai pengguna dalam menggunakannya. Rancangan antarmuka dari aplikasi ini adalah sebagai berikut : a.
Rancangan menu aplikasi Sistem Informasi Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Pamulang dapat dilihat pada Gambar 4.12.
117
Surveilans DBD Puskesmas Kecamatan Pamulang Menu Home Struktur Organisasi Tentang Surveilans Sejarah Surveilans
Penjelasan Isi Menu
Apa Itu BDB ? Sejarah BDB Pencegahan BDB Peta Surveilans DBD Tentang Pamulang Galeri Saran Artikel
Link Terkait
@PamulangDBD.com,2009 All Rights Reserved.
Gambar 4.12. Rancangan Menu Aplikasi Berikut merupakan penjelasan tentang menu aplikasi Sistem Informasi Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Pamulang: 1.
Judul dari aplikasi yang dibuat adalah Sistem Informasi Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Pamulang.
118
2.
Menu Home yaitu menu yang memberi penjelasan tentang Sistem Informasi Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Pamulang.
3.
Menu struktur Organisasi, yang memberi penjelasan tentang tugas pokok dan fungsi serta struktur organisasi dari Puskesmas Kecamatan Pamulang.
4.
Menu
Tentang
Surveilans
yang
menjelaskan
tentang
Pengertian surveilans. 5.
Menu Sejarah Surveilans yang menjelaskan tentang sejarah surveilans.
6.
Menu Apa itu DBD? yang menjelaskan tentang Pengertian demam berdarah dengue.
7.
Menu Sejarah DBD yang menjelaskan tentang sejarah demam berdarah dengue.
8.
Menu Pencegahan DBD yang menjelaskan tentang cara atau metode pencegahaan demam berdarah dengue.
9.
Menu Peta merupakan menu utama yang menampilkan Informasi Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Pamulang dengan visualisasi Peta yang menarik dan interaktif
10.
Menu
Tentang
Pamulang
yang
menjelaskan
tentang
Perkembangan Kecamatan Pamulang. 11.
Menu Galeri yang menyedikan gambar Puskesmas Pamulang.
119
12.
Menu saran yang memberikan sarana interaktif
kepada
masyarakat untuk memberikan saran atau usulan pencegahan demam berdarah di Kecamatan Pamulang. 13.
Menu Artikel yang memberikan artikel mengenai demam berdarah dengue yang dapat diunduh.
14.
Login Area merupakan area login bagi user yang telah menjadi member dalam aplikasi ini untuk masuk dan berhak mengikuti sarana interaktif yang disediakan dalam sistem.
15.
Link Terkait merupakan area yang menampilkan link ke alamat situs yang terkait dengan DBD.
120
b.
Rancangan menu Peta, dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Gambar 4.13. Rancangan Menu Peta
Berikut merupakan penjelasan dari menu peta :
121
1.
Merupakan Isi peta yang terdapat gambar peta kota DKI Jakarta.
2.
Merupakan tempat untuk mengaktifkan layer yang ingin ditampilkan.
3.
Merupakan menu untuk mencari atribut peta.
4.
Terdapat tiga menu pada menu no.4 yaitu:
Print Map untuk mencetak peta dalam format HTML atau PDF
Download Map untuk, mengambil peta dalam format TIFF
Help untuk petunjuk bantuan aplikasi SISKEP menu peta.
5.
Home yaitu menu yang menunjukan tampilan pada saat pertama kali menu peta dibuka.
6.
Back yaitu menu untuk mengembalikan peta setelah kita melakukan proses berikut.
7.
Next yaitu menu untuk membalikan peta ke proses setelahnya.
8.
Zoom in yaitu menu untuk memperbesar peta sesuai dengan keinginan user.
9.
Zoom Out yaitu menu untuk memperkecil peta setelah di Zoom in.
10.
Pan yaitu menu untuk mengarahkan peta kearah yang user inginkan.
122
11.
Identify yaitu menu yang digunakan untuk memberikan informasi tentang daerah yang user melakukan proses klik pada wilayah tertentu. Query yang ditampilkan berbentuk query ganda, tergantung layer yang diaktifkan pada menu pengaktifan layer.
12.
Select yaitu menu yang digunakan untuk menseleksi daerah yang diinginkan untuk mengtahui informasi. Informasi yang dihasilkan bergantung pada shapefile yang diaktifkan.
13.
Auto Identify yaitu menu yang digunakan untuk memberikan informasi peta tetapi hanya satu wilayah saja. Fungsinya hampir sama dengan fungsi no.12.
14.
Refresh Map yaitu digunakan untuk merefresh isi peta.
15.
Reference Map yaitu peta rujukan dari isi peta pada no.1.
16.
Menunjukan koordinat peta secara dinamis, dapat berubahubah sesuai dengan pergerakan kursor mouse.
17.
Skala peta.
4.4. Implementasi Pada tahap ini dilakukan implementasi hasil rancangan ke dalam baris-baris kode program yang dapat dimengerti oleh komputer. Selain itu juga membahas sarana pendukung lain yang diperlukan agar sistem berjalan dengan baik.
123
4.4.1. Sarana Pendukung Aplikasi Aplikasi ini dikembangkan dengan menggunakan hardware dan software yang akan dijelaskan pada point-point berikut : a.
Perangkat Keras (Hardware) o Prosesor Dusl Core 1.80 GHz o Harddisk 160 GB o Memory 512 MB o VGA 128 MB o LAN Card o DVD – RW o Keyboard dan Mouse o Printer Epson Stylus T-11 o Scanner
b.
Perangkat Lunak (Software) o Windows XP Service Pack 2 o Arcview 3.3 o Gix Export Tool o MapServer 4 Windows (MS4W) version 2.2.7 o pmapper-3.2-beta3
4.4.2. Implementasi Sistem Dalam implementasi sistem ini dapat berjalan pada browser Mozilla Firefox. Dalam pengujian menggunakan jaringan sistem ini
124
telah diujikan pada sistem operasi Microsoft Windows XP Service Pack 2.
125
a.
Gambar 4.14 merupakan implementasi sitem pada Microsoft Windows XP Service Pack 2 dengan browser Mozilla Firefox
Gambar 4.14. Implementasi sitem pada Microsoft Windows XP Service Pack 2 dengan browser Mozilla Firefox
4.4.2.1 Preview User Sistem Berikut merupakan menu-menu yang terdapat dalam aplikasi Sistem Informasi spasial surveilans DBD yang digunakan oleh masyarakat : 1.
Menu Utama Menu utama merupakan menu yang tampil saat aplikasi pertama kali dijalankan. Menu ini merupakan penjelasan
126
tentang sistem informasi spasial surveilans DBD. Pada Gambar 4.15 berikut merupakan gambar dari menu utama.
Gambar 4.15. Menu Utama Sistem Informasi Spasial Surveilans DBD. 2.
Menu Struktur Organisasi Menu Struktur Organisasi merupakan menu yang memberikan penjelasan tentang tentang struktur organisasi di Puskesmas Pamulang. Pada Gambar 4.16 berikut merupakan gambar dari menu struktur organisasi.
127
Gambar 4.16. Menu Struktur organisasi
3.
Menu Tentang Pamulang Menu Tentang Pamulang merupakan menu yang memberikan penjelasan tentang Kecamatan Pamulang. Pada Gambar 4.17 berikut merupakan gambar dari menu Tentang Pamulang.
128
Gambar 4.17. Menu Tentang Pamulang
4.
Menu sejarah surveilans merupakan menu yang memberikan sejarah singkat tentang surveilans. Pada Gambar 4.18 berikut merupakan gambar dari menu sejarah surveilans.
129
Gambar 4.18. Menu Sejarah Surveilans
5.
Menu Tentang Surveilans merupakan menu yang menjelaskan tentang surveilans. Pada Gambar 4.19 berikut merupakan gambar dari menu tentang surveilans.
130
Gambar 4.19. Menu Tentang Surveilans
6.
Menu Pencegahaan DBD ? Adalah menu yang menjelaskan secara singkat apa itu DBD. Pada Gambar 4.20 berikut merupakan gambar dari menu Pencegahaan DBD?
131
Gambar 4.20. Menu Pencegahan DBD
7.
Menu Sejarah DBD adalah menu yang menjelaskan tentang sejarah DBD di Indonesia Pada Gambar 4.21 berikut merupakan gambar dari menu Sejarah DBD.
132
Gambar 4.21. Menu Sejarah DBD
8.
Menu
Artikel
merupakan
menu
yang
disajikan
oleh
administrator untuk user untuk memperoleh artikel-artikel yang dapat di unduh Pada Gambar 4.22 berikut merupakan gambar dari menu Artikel.
133
Gambar 4.22. Menu Artikel
9.
Menu Saran merupakan menu interaktif antara admin dengan dengan user disini user bisa memberikan saran atas tindakan yang dilakukan oleh Puskesmas sehingga masyarakat bias langsung peran aktif dalam program pembersantasan DBD. Pada Gambar 4.23 berikut merupakan gambar dari menu Saran.
134
Gambar 4.23. Menu Saran
10. Menu Peta merupakan menu yang paling merupakan menu yang paling penting dari sistem ini, menu ini memberikan informasi surveilans DBD di Kecamatan Pamulang. Data-data yang disajikan berbentuk dalam peta spasial. Pada Gambar 4.24 merupakan gambar dari menu peta.
135
Gambar 4.24. Menu Peta Sistem Informasi Spasial surveilans DBD di Kecamatan Pamulang Berikut merupakan penjelasan dari menu peta di atas: a) Menu home
digunakan untuk membuat map ke
tampilan awal saat map dibuka. Pada aplikasi Arcview 3.3, menu ini disebut menu zoom to full extent. Pada Gambar 4.25 dan Gambar 4.26 berikut merupakan penerapan dari menu home.
136
Gambar 4.25 Gambar Peta Saat Di Zoom In Berikut merupakan gambar peta setelah melakukan event klik pada tombol home.
Gambar 4.26 Gambar Peta Setelah Menekan Tombol Home
137
b) Menu back
digunakan untuk menjalankan proses
sebelumnya. Menu ini jika user telah melakukan prosesproses sebelumnya. Misalkan user telah melakukan event klik pada tombol zoom in atau zoom out. c) Menu next
digunakan untuk mengembalikan proses
yang telah kita lakukan.
d) Menu zoom in
digunakan untuk memperbesar
gambar peta yang ingin kita perbesar. Pada Gambar 4.27 berikut merupakan gambar dari penerapan menu zoom in.
Gambar 4.27 Peta Dalam Tampilan Keseluruhan (Kiri), Peta Dalam Tampilan Zoom In (Kanan)
138
e) Menu zoom out
digunakan untuk mengembalikan
peta ke posisi awal setelah diperbesar. Pada Gambar 4.28 berikut merupakan gambar dari penerapan menu zoom out.
Gambar 4.28 Peta Dalam Zoom In (Kiri), Peta Dalam Tampilan Zoom Out (Kanan) f) Menu pan
digunakan untuk menggeser peta sesuai
keinginan user. Menu ini tidak dapat berfungsi jika peta yang di preview dalam posisi peta tampilan keseluruhan (full extent). Pada Gambar 4.29 merupakan gambar penerapan dari fungsi menu pan.
139
Gambar 4.29 Peta Kecamatan Pamulang Sebelum Dilakukan Pergeseran (Kanan), Peta Pamulang Setelah Dilakukan Pergesaran (Kanan) g) Menu Identify
digunakan untuk memberikan
informasi atribut terhadap objek peta spasial yang user lakukan klik pada objek peta. Berikut merupakan penjelasannya.
Gambar 4.30 Gambar Theme Yang Diaktifkan
140
Pada Gambar 4.30 merupakan gambar theme yang diaktifkan. Jika menu identify diaktifkan dan dilakukan event klik pada objek data spasial akan menghasilkan query sesuai theme yang diaktifkan. Query yang ditampikan merupakan query ganda jika theme yang diaktifkan lebih dari satu. Sebagai contoh kita melakukan zoom in pada wilayah Kecamatan Pamulang Barat, lalu theme yang diaktifkan adalah Kelurahan, kasus DBD, jalan pemukiman, jalan utama. Pada Gambar 4.31 merupakan gambar wilayah Pamulang Barat.
Wilayah Pamulang Barat
Gambar 4.31 Gambar Wilayah Pamulang Barat Setelah itu aktifkan identify lalu lakukan proses klik kemudian akan menampilkan hasil query. Berikut pada Gambar 4.32 merupakan
141
hasil query dari wilayah Pamulang Barat.
Gambar 4.32 Gambar Hasil Query Wilayah Pamulang Barat h) Menu
select
merupakan
menu
yang
dapat
menampilkan hasil query, sama seperti menu identify akan tetapi query yang ditampilkan dapat menampilkan query beberapa wilayah. Menu ini hanya menampilkan query pada theme yang aktif. Berikut merupakan gambar penggunaan dari menu select (Gambar 4.33, Gambar 4.34 dan Gambar 4.35).
142
Gambar 4.33 Theme Yang Aktif
Gambar 4.34 Wilayah Yang Diseleksi
Gambar 4.35 Hasil Query i)
Menu auto identify
merupakan menu yang
digunakan untuk melihat atribut secara otomatis, menu ini hampir sama pada menu identify dan menu select hanya
143
menu ini tidak menampilkan hasil query di window baru akan tetapi pada posisinya ada pada sudut kiri peta.
Gambar 4.36 Fungsi Menu Auto Identify j)
Menu refresh map
digunakan untuk merefresh peta
jika peta mengalami perubahan dari bentuk awal. k) Tampilan skala ditampilkan pada pojok kiri atas tampilan peta. Gambar 4.37 merupakan gambar dari skala peta.
Gambar 4.37 Skala Peta l) Pada pojok kiri bawah ditampilkan koordinat peta yang bergerak secara dinamis mengikuti pergerakan kursor mouse. Gambar 4.38 merupakan gambar dari koordinat peta.
144
Gambar 4.38 Koordinat Peta m) Di atas peta terdapat menu tools, Gambar 4.39. Terdapat tiga menu dalam peta ini yaitu print peta, download dan help.
Gambar 4.39 Menu Tools
Print Peta berfungsi untuk melakukan pencetakan peta dalam format html atau format pdf. Pada Gambar 4.40 merupakan gambar setelah melakukan event klik pada tools print peta.
Gambar 4.40 Tools Print Peta Terdapat dua pilihan untuk melakukan print peta, pilihan pertama yaitu “Print Ke Format HTML” merupakan pencetakan dalam format html. Sedangkan “Print Ke Format PDF” merupakan pencetakan peta
145
dalam format pdf. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 4.41 dan Gambar 4.42.
Gambar 4.41 Print Peta dalam Format HTML
Gambar 4.42 Print Peta dalam Format PDF
146
Download berfungsi untuk melakukan pencetakan peta dalam format raster (GEOTIFF). Print dalam tools ini tidak
menampilkan
legenda
dari
themes
yang
diaktifkan. Untuk lebih lanjut berikut Gambar 4.43 dan Gambar
4.44
merupakan
penjelasan
dari
tools
download.
Gambar 4.43 Tools Download Peta
Gambar 4.44 Tampilan Peta Setelah Di Download
Help yaitu fungsi bantuan dalam menggunakan Sistem Informasi Spasial Surveilans DBD di Kecamatan
147
Pamulang. Tools ini digunakan sebagai panduan user dalam menggunakan aplikasi Web Mapping Sistem ini. Dapat dilihat pada Gambar 4.45.
Gambar 4.45 Tools Help
148
n) Dikanan atas Peta sebelah kiri Homepage terdapat Menu
,
pada
Gambar
4.46.
untuk
menampilkan Grafik DBD Kecamatan Pamulang :
Gambar 4.46 Grafik
Dengan menggunakan data pengukuran pada gambar 4.35 dan gambar Grafik 4.46 maka dapat ditarik kesimpulan : Dengan nilai curah hujan yang sama yaitu pada kemamatan pamulang ini, semakin tinggi kepadataan penduduk dalam suatu kelurahan maka semakin banyak kasus DBD pada kelurahan tersebut.
4.4.2.2. Preview Administrator Sistem Dalam pengupdatean data, baik konten penjelasan dari menumenu di atas maupun data atribut peta dibutuhkan seseorang yang
149
memiliki otorisasi, oleh karena itu pada Sistem Informasi Spasial Surveilans DBD di Kecamatan Pamulang terdapat user administrator untuk melakukan pengudatean data. Untuk masuk ke dalam mode administrator masukan username dan password dalam login area. Dalam aplikasi di atas username “admin” dan password “asdf”. Pada Gambar 4.46 merupakan gambar aplikasi web dalam mode administrator.
Gambar 4.47 Halaman administrator
Sebagai user yang memiliki otoritas, administrator berhak melakukan pengupdatean data konten pada beberapa menu dalam sistem. Berikut merupakan penjelasan cara pengupdatean masingmasing menu yang ada dalam sistem : a.
Update Menu Saran
150
Gambar 4.48 Halaman Saran dalam Mode administrator
Disini administrator dapat melakukan tiga hal dalam mengupdate isi dari menu Saran, yaitu : o
Membuat
mengupdate saran yang baru dengan
melakukan event klik pada Saran baru lalu akan muncul tampilan menu editor seperti yang ditunjukkan Gambar 4.48 berikut :
151
Gambar 4.49 Menu Editor untuk membuat Saran
o
Menghapus Saran yang telah ada dengan melakukan klik Hapus.
b.
Update Menu Artikel
Gambar 4.50 Halaman administrator Menu Artikel
152
Artikel disini merupakan halaman yang berisi file yang dapat
di
download.
Disini
administrator
dapat
mengupload file artikel baru dengan melakukan event klik artikel baru lalu akan muncul menu seperti yang ditunjukkan Gambar 4.50 berikut :
Gambar 4.51 Menu Editor untuk mengupload file baru c.
Update Peta Disini administrator dapat mengupdate beberapa atribut spasial peta yaitu arribute Kasus DBD. Sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 4.51 berikut :
153
Gambar 4.52 Tabel Atribute Spasial Kasus DBD Pada
gambar
diatas,
seorang
administrator
dapat
mengupdate kasus DBD dengan melakukan event klik pada update maka akan muncul tampilan tabel dari atribut spasial yang dimaksud, seperti yang ditunjukkan Gambar 4.52 berikut :
154
Gambar 4.53 Menu Editor Untuk Mengedit Atribute Spasial
4.5
Pengujian Pada tahap ini dilakukan pengujian masing-masing modul dalam
sistem apakah sesuai dengan tugasnya. Kemudian dilakukan uji coba terhadap integrasi keseluruhan unit pogram untuk mengetahui apakah sistem yang telah dibuat sudah memenuhi kriteria yang diinginkan. Proses pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode Black box yaitu pengetesan menggunakan metode pengujian logika program dengan contoh per kasus atau masalah yang diajukan. Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian yang telah dilakukan.
155
Tabel 4.10. Hasil Pengujian dengan Metode Black Box Hasil No.
Modul
Prasyarat
Hasil yang diharapkan Testing
Login 1
sebagai Melakukan edit dan hapus
Saran
Ok Administrator. Login
2
sebagai Melakukan edit pada halaman
Galeri
Ok Administrator. Login
3
Artikel
baru
Artikel
Ok
Login
4.6
Galeri
sebagai Mengupload
Administrator.
4
pada Halaman Saran
Update DBD
pada halaman Artikel
sebagai Mengedit atribut kasus DBD
Administrator.
Ok pada halaman Update DBD
Pemeliharaan Sistem Proses dari SDLC yang terakhir merupakan proses maintenance yaitu perawatan dalam sistem. Proses perawatan meliputi pengupdatean data, pengelolaan database dan perawatan komponen hardware. Proses ini dapat dilakukan jika dalam proses implementasi sistem user (Administrator) dapat mengoperasikan sistem dengan baik.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Dengan di terapkannya Sistem Spasial Surveilans Demam Berdarah berbasis web ini akan lebih memudahkan pendistribusian data surveilans demam berdarah di kecamatan Pamulang kepada pihak-pihak terkait seperti masyarakat, Dinas Kesehatan dan rumah sakit, dapat di dilihat pada gambar 4.24. 2. Dengan sistem berbasis spasial ini informasi yang dihasilkan lebih cepat dan lengkapi oleh peta berbasis vektor dan dapat di update saat terjadi kasus DB, dapat di lihat pada gambar 4.52 . 3. Penggunaan Sistem Spasial Surveilans Demam Berdarah ini membantu Dinas Kesehatan Tangerang Selatan dalam pengambilan keputusankeputusan apakah terjadi KLB (kejadian luar biasa) atau tidak. Sehingga pelayanan terhadap masyarakat dapat semakin membaik. 4. Dengan curah hujan yang sama di Kecamatan Pamulang dan semakin tinggi kepadataan penduduk dalam suatu kelurahan maka semakin tinggi pula kasus DBD pada kelurahan tersebut.
5.2 Saran Diharapkan adanya hubungan yang terintegrasi dengan bagian surveilans penyakit lainya seperti: filaria, malaria, ispa dan lain-lain, sehingga menciptakan suatu aplikasi yang utuh, karena aplikasi ini hanya mengolah data pada bagian P2PL surveilans demam berdarah saja.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas kesehatan tangerang selatan. 2008. Buku panduan surveilans . tangerang selatan, 2008 Puskesmas Pamulang. 2008. Laporan surveilans demam berdarah dengue Puskesmas Pamulang. Pamulang, 2008. Charter Denny. 2004. Desain dan Aplikasi Geographics Information System. Jakarta : Elex Media Komputindo Charter Denny, 2004. MapInfo Professional. Bandung : Informatika Bandung Hartono Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi Offset McLeod, Raymond. Management Information Systems. 8th Edition. 2001. Prentice Hall International. Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar Informasi Goegrafis. Bandung: Informatika Bandung. Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografis: Tutorial ArcView, Bandung: Informatika Bandung. Prahasta, Eddy. 2004. Sistem Informasi Geografis: Tools dan Plug-Ins, Bandung: Informatika Bandung. Whitten, Jeffrey L. and Lonnie D. Bentley, Kevin C. Dittman. 2004. Metode Desain & Analisis Sistem. Edisi keenam. Mc Graw Hill Education. Yogyakarta: Andi.
159
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1996. Buku ajar Ilmu Penyakit Menular. Jilid II Edisi I. Depok: Persatuan Ahli Penyakit Menular Indonesia.
160
DAFTAR PUSTAKA PENDUKUNG
http://www. geografiana.com/makalah/konsep-dasar-gis (9/12/08 : 12.00-12.30)
http://www.dinkeskabtangerang.go.id/index.php?option=com_content&view=arti cle&id=14&Itemid=27 (06/05/09 : 10.00-11.36 wib)
http://www.surveilans.org/about_us.php?tpl=id (27/01/09 : 11.00-11.34 wib)
http://hdn.zamrudtechnology.com/category/e-health/ (06/05/09 : 10.00-11.36 wib) http://prabu.wordpress.com/2006/02/19/data-dan-informasi-2 (28/01/09 : 10.00-11.36 wib)
161