1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
I.1.1. Perkembangan arsitektur dan urbanisme Pada tahun 1960-an, arsitektur, perencanaan, arsitektur lansekap dan profesi lainnya saling menyalahkan satu sama lainnya sebagai penyebab dari menurun atau mundurnya kualitas urban. Urban desain muncul sebagai kritik terhadap lingkungan binaan yang dihasilkan oleh para arsitek modern, perencana kota, arsitek lansekap dan profesional lain yang terkait dalam pembangunan lingkungan binaan. Urban desain atau perancangan kota, pada dasarnya merupakan suatu disiplin perancangan, yang berkaitan erat dengan kebijakan dalam perancangan dan manajemen pembangunan fisik kota. Urban desain memusatkan perhatiannya pada tatanan fisik kota dan lingkungannya, baik dalam bentuk lingkungan alami, maupun lingkungan binaan sehingga ruang dan bangunan perkotaan tersebut dapat dimanfaatkan dalam lingkup sosial, ekonomi dan budaya. Keberadaan urban desain dikembangkan lebih sebagai sebuah sarana untuk membangun “jembatan” antara perbedaan profesi desain dan perencanaan dan memfokuskan kepada pengembangan dan peningkatan kualitas dari lingkungan binaan.
2
Berkaca kepada urban desain dalam konteks arsitektur dan urbanisme, arsitektur sebagai pembentuk wajah kota dituntut untuk lebih dapat melihat arsitektur tidak hanya dalam kaidah pembentuk fisik ruang namun juga pembentuk ruang dalam konteks ekonomi, sosial dan budaya. Di sini arsitektur menjadi salah satu unsur penting dalam meningkatkan kualitas urban. Hal ini mempertegas peranan arsitek dalam konteks arsitektur dan urbanisme. Perkembangan pesat perkotaan saat ini, seiring majunya teknologi komunikasi dan gelombang globalisasi memberikan fenomena yang dinamis dan tak terduga. Kota terasa menjadi sesuatu yang global di hampir semua bagian dunia beserta perkembangannya bercampur dengan kerumitannya. Dari sini muncul sebuah pertanyaan dapatkah arsitektur memberikan kontribusi yang signifikan pada kota?. Sebuah jawaban yang tidak mudah. Terlebih lagi melihat kepada kondisi perekonomian dunia, di tengah keadaan politik yang kurang menentu, pada saat yang sama dunia dihadapkan pada isu-isu lingkungan terkini; pemanasan global, ekologi yang terpuruk, densitas kota dan kemiskinan, arsitektur harus bersiap diri menghadapi katastropi (bencana) di depan mata. Menghadapi fenomena ini, arsitektur dituntut untuk mengkonstruksikan kembali pemikiran serta merangkum beberapa disiplin (psikologi, sosiologi, ekonomi dan budaya) untuk memberikan masukan yang komprehensif bagi perbaikan masa depan kota. Melihat kepada fenomena perkembangan kota, arsitektur dan urbanisme seakan merupakan rangkaian yang tak terpisahkan. Lingkungan binaan (arsitektur), langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak serta
3
lebih jauh akan membentuk karakter dari penghuninya. Interaksi mendasar antara lingkungan binaan dengan penduduk kota juga akan membentuk way of living atau perilaku hidup pada tatanan geografi, politik, sosial, ekonomi maupun budaya. Hasil interaksi dengan lingkungan binaan ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi lingkungan ataupun penduduknya. Namun di sisi lain, juga dapat memberikan kontribusi yang negatif bagi lingkungan dan penduduknya. Sebagai contohnya adalah kasus peruntuhan perumahan rakyat Pruitt-Igoe di Missouri, Amerika Serikat pada tahun 1972. Sembilan tahun setelah pembangunannya (1954), ternyata kondisi dan pola hidup di perumahan ini menurun dan malah menimbulkan kriminalitas. Disini menunjukkan adanya keterkaitan yang jelas dan tak terpisahkan antara urbanisme sebagai perilaku hidup dan arsitektur dalam kapasitasnya sebagai lingkungan binaan. Permasalahan urban merupakan isu yang integrated dengan kehidupan perkotaan. Terkait dengan dinamika perkembangan kota, dan berkembangnya kemampuan manusia penghuni kotanya, maka lingkup permasalahan urban seharusnya juga dimaknai sebagai sebuah isu yang dinamis. Selanjutnya penggalian wacana arsitektur dalam konteks urban menjadi semakin jelas dan signifikan. Pembelajaran akan sebuah kajian teori, konsep dan karya arsitektur dalam konteks arsitektur dan urbanisme menjadi sebuah gambaran wacana arsitektur dalam upayanya menghadapi fenomena urban serta untuk meningkatkan kualitas urban itu sendiri.
4
I.1.2. Rem Koolhaas " The architect Rem Koolhaas, 67. Koolhaas' habit of shaking up established conventions has made him one of the most influential architects of his generation. " (sumber: http://www.archdaily.com/294302/why-is-rem-koolhaas-theworlds-most-controversial-architect-by-nicolai-ouroussoff/)
“I‟ve absolutely never thought about money or economic issues,” Koolhaas said. “But as an architect I think this is a strength. It allows me to be irresponsible and to invest in my work.” (sumber: http://www.archdaily.com/294302/why-is-rem-koolhaas-theworlds-most-controversial-architect-by-nicolai-ouroussoff/)
Rem Koolhaas merupakan sosok yang kontroversial dalam dunia arsitektur sejak masih menjadi mahasiswa di London pada akhir tahun 1960-an. Karyakaryanya merupakan gambaran karya arsitektur yang tidak umum dan menjadi perdebatan. Kebiasaan Rem Koolhaas mengguncang konvensi mapan telah membuatnya salah satu arsitek paling berpengaruh dari generasinya. Tidak seperti arsitek ternama lainya, Frank Gehry atau Zaha Hadid, yang terus berupaya menyempurnakan visi estetika tunggal mereka dalam karir yang panjang, Rem Koolhaas lebih merupakan sosok seniman konseptual yang ide-idenya terus mengalir dan tak terduga. Selain itu, berbeda dengan kebanyakan arsitek lainnya, Rem Koolhaas berpartisipasi dalam banyak kompetisi. Proses ini memberikan kemungkinan kebebasan akan kreativitas, karena proses ini tidak menggantungkan diri pada klien namun juga beresiko karena Rem Koolhaas akan menginvestasikan sejumlah besar waktu dan uang dalam proyek-proyek yang bisa saja tidak akan
5
pernah bisa dibangun. Namun di satu sisi, bagi Rem Koolhaas ini memberikannya pengalaman serta kekuatan baginya terutama fokusnya dalam dinamika arsitektur dalam lingkup urban. Perkembangan dinamika urban yang turut memberikan imbas kepada lingkungan binaan, menjadikan banyak arsitek tidak hanya bersikap pasif dalam melihat keterkaitan arsitektur dalam lingkup urban. Le Corbusier dengan La Ville Radieuse (The Radiant City) pada tahun 1935 merupakan rumusan ide-idenya terkait fenomena urban terutama perumahan dan perkotaan. Demikian juga Aldo Rossi, dalam tulisannya mengkritik kurangnya pemahaman akan kota dalam praktek arsitektur. Aldo Rossi mengemukakan teorinya dalam buku-bukunya The Architecture of the City (L'architettura della città, 1966) dan A Scientific Autobiography (Autobiografia Scientifica, 1981). Bernard Tschumi dalam bukunya “The Manhattan Transcript” di tahun 1981, membahas fragmenfragmen realita kota Manhattan. Selain itu, Daniel Libeskind yang meski tidak banyak menampilkan teori, namun desain Libeskind banyak dikategorikan sebagai bangunan yang mampu berdialog dengan penggunanya. Keterikatan pengguna desain dengan desainnya merupakan strategi desain Libeskind agar realita perkotaan yang padat berpengaruh positif terhadap masyarakat kotanya. Secara keseluruhan, masing-masing arsitek mempunyai pandangan, cara dan fokus yang beragam dalam menyikapi arsitektur terkait fenomena urban. Meskipun banyak arsitek lainnya yang juga turut berkontribusi dalam lingkup
6
urban, namun sosok Rem Koolhaas merupakan sosok arsitek yang berbeda dalam melihat arsitektur serta peranannya dalam lingkup urban. “Yet Koolhaas‟ most provocative—and in many ways least understood—contribution to the cultural landscape is as an urban thinker. Not since Le Corbusier mapped his vision of the Modernist city in the 1920s and ‟30s has an architect covered so much territory. Koolhaas has traveled hundreds of thousands of miles in search of commissions. Along the way, he has written half a dozen books on the evolution of the contemporary metropolis and designed master plans for, among other places, suburban Paris, the Libyan desert and Hong Kong.” (sumber: http://www.archdaily.com/294302/why-is-rem-koolhaas-theworlds-most-controversial-architect-by-nicolai-ouroussoff/)
“In fact Koolhaas‟ urbanism, one could say, exists at the tipping point between the world as it is and the world as we imagine it.” (sumber: http://www.archdaily.com/294302/why-is-rem-koolhaas-theworlds-most-controversial-architect-by-nicolai-ouroussoff/)
Sebagaimana disampaikan dalam kutipan di atas, sosok Rem Koolhaas dianggap arsitek yang mempunyai banyak peranan dalam lingkup urban seperti halnya Le Corbusier. Rem Koolhaas dianggap salah satu arsitek yang intensif dalam perkembangan isu urban serta mempunyai pandangan yang tidak konvensional. Merunut pada masa-masa awal kehidupan Rem Koolhaas akan dapat memberikan pandangan yang lebih jelas mengenai sosok arsitek yang dianggap
intensif
dalam
perkembangan
isu
urban
sekaligus
dengan
pandangannnya yang tidak konvensional. Seperti halnya pada saat Rem Koolhaas masih menjadi mahasiswa di A.A. School (The Architectural Association School of
7
Architecture) di London pada akhir tahun 1960-an, ia telah membuktikan dirinya sebagai seorang pemikir berani dan tidak konvensional. Gambar-gambar yang dihasilkan untuk proyek tugas akhirnya (The Voluntary Prisoners of Architecture) yang sekarang dimiliki oleh MoMA (Museum of Modern Art), digambarkan sebagai "masterpiece" dari desain yang tidak konvensional dalam kontribusi konsep penataan kota. Selanjutnya, Rem Koolhaas di akhir tahun tujuh puluhan mengeluarkan buku
"Delirious
New
York:
A
Retroactive
Manifesto
of
Manhattan"
(dipublikasikan pada 1978) yang merupakan embrio awal teori Rem Koolhaas dengan pandangannya yang kontroversi dalam "Manhattanism". Buku "Delirious New York: A Retroactive Manifesto of Manhattan" merupakan buku yang menguatkan sosok Rem Koolhaas sebagai provokator. Ketika Rem Koolhaas menulisnya, di pertengahan 1970-an, kondisi urban New York City berada dalam spiral kekerasan dan kerusakan. New York City pada waktu itu dapat dilihat dengan kerusakan kondisi urbannya dengan banyaknya sampah yang menumpuk di jalan-jalan, terjadinya pembakaran rumah-rumah petak di area South Bronx serta keberadaan warga kelas menengah yang lebih memilih di pinggiran kota menghindari kondisi 'chaos' di pusat kota. Namun Rem Koolhaas melihat kondisi sebagai potensi perkotaan yang besar. Kejelian Rem Koolhaas dalam melihat kondisi ini merupakan proses tersendiri bagi Rem Koolhaas dalam melihat permasalahan sekaligus potensi dari dinamika urban yang terjadi. Dinamika kondisi urban yang menurut Rem Koolhaas tampak mampu menampung berbagai
8
campuran kegiatan manusia dari kondisi fantasi yang ekstrim hingga subkultur yang paling terpinggirkan. Kemudian
dilanjutkan
dengan
buku
berikutnya
"S,M,L,XL"
(dipublikasikan pada tahun 1995) dengan teori "Bigness" dan "Generic City", yang dapat dilihat sebagai tindak lanjut dari "Manhattanism" dengan karya-karya penting Rem Koolhaas yang dapat dikatakan sebagai aplikasi nyata dari teori-teori yang digulirkannya. Rem Koolhaas dalam buku S,M,L,XL mencoba membangun sebuah pendekatan arsitektur dalam konteks urban, sebuah upaya merangkai benang merah antara arsitektur dan urbanisme. Pada tahun 2000, Rem Koolhaas mendapatkan mendapatkan penghargaan internasional di bidang arsitektur yaitu Pritzker Prize Award. Pritzker Prize Award merupakan penghargaan tertinggi setingkat Nobel di bidang arsitektur. Dan sebagaimana yang disampaikan Hyatt Foundation, Pritzker Prize Award ditujukan kepada seorang arsitek yang bekerja dengan menunjukkan kombinasi dari bakat, visi dan komitmen, yang telah menghasilkan kontribusi yang konsisten dan signifikan terhadap kemanusiaan dan lingkungan binaan melalui seni arsitektur.
" Rem Koolhaas is that rare combination of visionary and implementer— philosopher and pragmatist—theorist and prophet—an architect whose ideas about buildings and urban planning made him one of the most discussed contemporary architects in the world even before any of his design projects came to fruition. It was all accomplished with his writings and discussions with students, many times stirring controversy for straying outside the bounds of convention. He is as well known for his books,
9
regional and global plans, academic explorations with groups of students, as he is for his bold, strident, thought provoking architecture. " (kutipan juri Pritzker Prize Award tahun 2000 - www.pritzkerprize.com, 2012)
Sebagaimana yang digambarkan para juri Pritzker Prize Award tahun 2000, Rem Koolhaas adalah kombinasi langka antara visioner dan pelaksana, seorang filsuf dan pragmatis, seorang ahli teori dan peramal, seorang arsitek yang ide-idenya tentang arsitektur dan perencanaan urban membuatnya menjadi salah satu arsitek kontemporer yang paling dibicarakan di dunia bahkan sebelum Rem Koolhaas melaksanakan proyek desainnya. Seattle Public Library sebagai karya Rem Koolhaas dapat dilihat sebagai salah satu upaya arsitektur dalam menghadapi fenomena urban. Perpustakaan umum di kota Seattle, Amerika Serikat ini tidak hanya secara khusus ditujukan untuk buku, namun lebih kepada perpustakaan sebagai sebuah pusat informasi tempat berbagai bentuk media, baik itu yang lama (dalam hal ini buku) maupun media baru seperti media digital. Dalam era di mana informasi dapat diakses di manapun, simultansi, keberagaman serta pemilihan media, akan menjadikan perpustakaan menjadi sebuah sarana yang vital bagi masyarakat. Lebih jauh, Rem Koolhaas
memberikan
sebuah
konsep
untuk
meredefinisikan
peranan
perpustakaan tidak hanya sebagai pusat dari media informasi yang sesuai dengan kebutuhan zaman, namun sekaligus memberikan peranan perpustakaan sebagai pusat sosial, sebuah pusat komunitas bagi masyarakat Kota Seattle dengan penggunaan ruang-ruangnya. Menjadikan perpustakaan lebih "hidup" dan menjadi
10
kebutuhan yang signifikan terutama dalam memberikan ruang sosial dalam skala kota. Di sini Rem Koolhaas secara jelas memberikan gambaran sebuah cara dalam menjadikan arsitektur sebagai upaya respon terhadap kota dan gaya hidup di dalamnya, juga sekaligus memberikan sebuah gambaran bentuk nyata aplikasi pemikiran dan konsepnya dalam keterkaitan arsitektur dan urbanisme. Keberhasilan Rem Koolhaas sebagai arsitek, akademisi dan teoritikus menjadi sebuah fenomena yang menarik. Sebagaimana kutipan para juri Pritzker Prize Award tahun 2000, Rem Koolhaas dianggap sebagai seorang arsitek yang dekat dengan visi masa depan dan mampu berkomunikasi dan beradaptasi terhadap perubahan. Keberhasilannya dalam memenangkan sayembara-sayembara internasional dan penghargaan atas karya-karya arsitekturnya menunjukkan bahwa Rem Koolhaas mampu menerapkan konsep dan pemikirannya dalam paradigma arsitektur dan urbanisme. Di sini secara keseluruhan, Rem Koolhaas mencoba menawarkan sebuah persepsi baru dalam melihat arsitektur dan urbanisme.
I.2. Lingkup Permasalahan
Lingkup permasalahan dalam penelitian ini mengacu pada beberapa hal sebagai berikut:
Arsitektur sebagai pembentuk wajah kota dituntut untuk lebih dapat melihat arsitektur tidak hanya dalam kaidah pembentuk fisik ruang namun juga pembentuk ruang dalam konteks ekonomi, sosial dan budaya.
11
Peranan arsitektur menjadi salah satu unsur penting dalam meningkatkan kualitas urban. Fenomena perkembangan kota, arsitektur dan urbanisme seakan merupakan rangkaian yang tak terpisahkan serta menunjukkan adanya keterkaitan yang jelas dan tak terpisahkan antara urbanisme sebagai perilaku hidup dan arsitektur dalam kapasitasnya sebagai lingkungan binaan yang dapat memberikan kontribusi positif maupun negatif bagi lingkungan dan penduduknya.
Keberhasilan Rem Koolhaas sebagai arsitek, akademisi dan teoritikus menjadi sebuah fenomena yang menarik. Keberhasilannya dalam memenangkan sayembara-sayembara internasional dan penghargaan atas karya-karya arsitekturnya menunjukkan kemampuan
Rem Koolhaas
dalam menerapkan konsep dan pemikirannya dalam paradigma arsitektur dan urbanisme. Pembelajaran akan sebuah kajian teori, konsep dan karya arsitektur dalam konteks arsitektur dan urbanisme menjadi sebuah gambaran wacana arsitektur dalam upayanya menghadapi fenomena urban serta untuk meningkatkan kualitas urban itu sendiri.
12
I.3. Pertanyaan Penelitian
Kajian teoritik dan konsep Rem Koolhaas merupakan sebuah pembahasan yang menarik untuk dikaji, terutama dalam cara pandang Rem Koolhaas dalam memaknai arsitektur dan urbanisme. Perumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : a.
Seperti apakah pendekatan teori dan konsep Rem Koolhaas dalam arsitektur dan urbanisme ?
b.
Bagaimana pendekatan teori dan konsep Rem Koolhaas tersebut diaplikasikan ke dalam karya-karyanya, dalam lingkup arsitektur dan urbanisme ?
I.4. Fokus
Fokus pada penelitian ini adalah kajian konsep dan hasil pemikiran Rem Koolhaas yang tertuang dalam karya tekstualnya, terutama karya tekstual dalam lingkup arsitektur dan urbanisme. Selanjutnya mengkaji aplikasi pemikiran Rem Koolhaas dalam karya-karya arsitekturnya dalam konteks arsitektur dan urbanisme, berikut kritik arsitektural yang melingkupinya.
13
I.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk memahami pendekatan Rem Koolhaas dalam arsitektur dan urbanisme. Kajian pendekatan teoritik dan konseptual Rem Koolhaas dalam arsitektur dan urbanisme, diharapkan didapatkan dengan pengkajian berdasar literatur yang berkaitan dengan Rem Koolhaas. Serta pembahasan pendekatan pemikiran Rem Koolhaas melalui karya-karyanya, diharapkan dapat dijadikan pemikiran dan penelitian lebih lanjut dalam konteks teori maupun aplikasi nyata dalam lingkup arsitekur dan urbanisme.
I.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi akademisi dan praktisi di bidang arsitektur serta bagi perkembangan ilmu arsitektur.
a. Manfaat yang diberikan bagi akademisi berupa :
Referensi dalam mengajar, terutama yang berkaitan dengan teori, konsep dan perancangan arsitektur dalam lingkup arsitektur dan urbanisme.
Referensi untuk penelitian serupa dengan topik yang berbeda atau yang lebih khusus.
14
b. Manfaat yang diberikan bagi dunia praksis arsitektur adalah :
Pemahaman lebih dalam tentang hasil pemikiran berupa kajian teori dan metode Rem Koolhaas, khususnya dalam konsep dan aplikasi yang dilakukannya untuk perkembangan dunia arsitektur.
Pemahaman
lebih
mendalam
khususnya
aplikasi
dalam
perancangan karya arsitektural dengan kasus dan permasalahan yang berbeda.
Menjadi salah satu pendekatan utama dalam perancangan, khususnya dalam konteks arsitektur dan urbanisme.
c. Manfaat yang diberikan bagi perkembangan ilmu arsitektur berupa :
Pengetahuan yang lebih mendalam mengenai hasil pemikiran Rem Koolhaas, khususnya dalam lingkup arsitektur dan urbanisme.
Memperkaya ilmu perancangan dalam arsitektur, khususnya metode dan aplikasi karya arsitektural dalam lingkup arsitektur dan urbanisme.
Wacana tentang kajian interdisipliner, antara ilmu arsitektur dengan ilmu- ilmu di luar arsitektur.
15
I.7. Keaslian Penelitian
Untuk mengetahui keaslian penelitian dengan judul Rem Koolhaas : Kajian Teori, Metode Serta Karyanya Dalam Lingkup Arsitektur Dan Urbanisme, dilakukan penelusuran terhadap karya tekstual berikut, yaitu:
a. Penelitian-penelitian yang dilakukan untuk memenuhi persyaratan sarjana strata dua (S-2), khususnya di lingkungan Program Studi Arsitektur, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
b. Penelitian-penelitian ataupun tulisan yang dipublikasikan terutama terkait dengan penelitian terhadap Rem Koolhaas baik itu ditinjau dari sisi teoritikal maupun aplikasi arstitekturalnya.
I.7.1. Penelitian-penelitian yang dilakukan untuk memenuhi persyaratan sarjana strata dua (S-2), khususnya di lingkungan Program Studi Arsitektur, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian dengan judul Rem Koolhaas : Kajian Teori, Metode Serta Karyanya Dalam Lingkup Arsitektur Dan Urbanisme, belum pernah dilakukan dan dipublikasikan khususnya di lingkungan Program Studi Arsitektur, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
16
Penelusuran yang telah dilakukan, ditemukan delapan penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan pendekatan dan metode dalam penelitian ini. Penelitian tersebut adalah :
1.
Dekonstruksi dalam Arsitektur (tesis) oleh Adityarini Natalisa, Sekolah Pascasarjana Teknik Arsitektur , UGM, 2002. Penelitian ini ditujukan pada kajian teori dekonstruksi dan karya-karya arsitektur dekonstruksi. Fokus penelitiannya diarahkan pada kajian lebih mendalam dari berbagai konsepsi Dekonstruksi secara tekstual, dengan harapan dapat menyimpulkan akar filosofinya dan metoda yang dapat dijadikan tolok ukur suatu karya arsitektur memenuhi kaidah-kaidah Dekonstruksi. Metoda penelitiannya adalah metoda rasionalistik dengan teknik content analysis. Penelitian ini membahas gagasan dan pendapat konsepsi Dekonstruksi dari tokohtokoh arsitektur, yaitu: Jaques Derrida, Kazuo shinohara, Charles Jencks, Peter Eisenmann, phillip Johnson, Mark Wigley dan Andrew Benjamin. Hasil temuannya mengacu kepada kajian metode yang digunakan dalam Dekonstruksi seperti dislocation, displacement, diflerence, decentring/discontinuity, dan decomposition. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran metode yang seharusnya
17
dimuat oleh para arsitek dalam merancang karya arsitektur yang dekonstruktif.
2.
Postmodernisme di dalam Arsitektur : Kajian Konsep dan Metoda perancangan formal (tesis) oleh Ikhwanuddin, sekolah Pascasarjana Teknik Arsitektur, UGM, 2004. Penelitian ini bertujuan untuk mencari keberadaan bentuk konsep dan metode desain dalam pemikiran postmoderisme arsitektur. Subyek penelitian ini adalah teori-teori postmodernisme di dalam arsitektur dari empat teoretisi arsitektur postmodern terkenal, yaitu: Robert Venturi, Charles Jencks, Heinrich Klotz dan Kisho Kurokawa. Selanjutnya tiap-tiap teori dari teoretisi dikaji esensinya, khususnya berkaitan dengan konsep dan metoda desain ekspresi formal arsitekturnya. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda rasionalistik dengan teknik content analysis. Temuannya menunjukkan terdapatnya tiga konsep utama dalam posmodern, yaitu representasi fiksional, hybrid dan kontekstual. Hasil penelitian ini juga menjelaskan bahwa konsep-konsep beserta metoda desain di dalam kerangka konsepsual postmodernisme arsitektur ditemukan keberadaannya didalam kasus-kasus penelitian dalam berbagai tingkat dan variasi.
18
3.
Bernard Tschumi : Teori, Metoda dan Aplikasi (tesis) oleh Prima Widia Wastuty, Sekolah Pascasarjana Teknik Arsitektur, UGM, 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji teori, prinsip desain dan metode yang digunakan, serta aplikasinya dalam karya-karya arsitektural dari Bernard Tschumi.
Penelitiannya difokuskan pada
kajian perumusan teori, prinsip desain dan metode Bernard Tschumi yang didapatkan dari tulisan, gambar dan diagram dari berbagai sumber,
yang
kemudian
diverifikasi
melalui
karya-karya
arsitekturalnya. Penelitian ini menggunakan metode content analysis. Karya arsitektur yang digunakan sebagai verifikasi dalam penelitian ini adalah Parc de la Villette, Glass Video Gallery, Le Fresnoy National Studio for Contemporary Arts, Rouen Concert Hall and Exhibition Hall dan The Expansion of the Museum of Modern Arts. Hasil penelitian ini menemukan metode desain dari Bernard Tschumi, yaitu: derivasi, no-sense/no meanings, program and distanciation, disjunction, cinegram, deconsruction, vector, solid void, activator, envelope, indifference, conflict, dan reciprocity. Selain itu, hasil dari penelitian ini juga menunjukkan kekhasan arsitektur Bernard Tschumi yang terletak pada disjungsi antara space (ruang), event (program)
dan
movement
(pergerakan)
arsitekturnya pada dekonstruksi program.
dengan
penekanan
19
4.
Daniel Libeskind: Teori, Metoda dan Aplikasi (tesis) oleh Bonifacio Bayu Senasaputro, Sekolah Pascasarjana Teknik Arsitektur, UGM, 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teori, prinsip dan metode desain dari pemikiran tokoh arsitek dekonstruksi Daniel Libeskind, serta melihat penerapan teori, prinsip dan metode tersebut dalam aplikasi karya-karya arsitekturalnya. Studi kajian dalam penelitian ini dilakukan dengan metode content cnalysis, dimana kasus-kasus yang diangkat melalui data-data berupa wacana tekstual, gambar serta diagram yang mewakili perumusan teori, prinsip dan metode desain, serta aplikasi dalam karya-karya arsitektural. Proses penelitian meliputi ekplorasi konsepsi teoritik dari wacana tekstual oleh Daniel Libeskind untuk mendapatkan konsepsi mendasar dari teori, prinsip dan metode desainnya. Selanjutnya dilakukan verifikasi pada karya-karya arsitektur Daniel Libeskind, yakni Jewish Museum Berlin, Felix Nussbaum Haus, Bremen Concert Hall, Victoria & Albert Museum dan Denver Art Museum. Hasil penelitian ini menemukan teori lines sebagai dasar pemikiran dari Daniel Libeskind, yang dikembangkan dalam konsepsi space, trajectory, elements dan context. Selanjutnya pada tingkat praksis, melalui penelusuran terhadap konsep, prinsip dan metoda juga diitemukan adanya suatu bentuk karakter yang sangat kuat secara
20
kontekstual terhadap site, konfigurasi massa, konfigurasi spasial, pengembangan organisasi fungsi yang membentuk pengalaman „meruang‟, serta karakter elemen fasad dan bukaan. Selain itu, hasil dari penelitian ini juga menunjukkan kekhasan arsitektur Daniel Libeskind yang merupakan dekonstruksi terhadap „teks‟ secara metaforik, yang terwujud dalam bentukan dan struktur dengan karakter „menerus‟.
5.
Kisho Kurokawa: Teori, Metoda dan Aplikasi (tesis) oleh Mashuri, Sekolah Pascasarjana Teknik Arsitektur, UGM, 2009. Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengkaji
lebih
dalam
pemikiran-pemikiran Kisho Kurokawa melalui karya teoritis dan karya arsitekturalnya, untuk kemudian menemukan teori dan metoda yang digunakan serta melihat penerapan teori dan metoda tersebut dalam karya-karya arsitekturalnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalistik dengan metode content analysis. Proses penelitian dilakukan dengan analisis karya-karya tekstual Kisho Kurokawa untuk menemukan teori-teori dan konsep-konsep arsitektur dari Kisho Kurokawa dan selanjutnya menganalisis karya-karya arsitekturalnya, yakni Nakagin Capsule Tower, Head Office of the Fukuoka Bank, Hiroshima City Museum of Contemporary Art, Pacific Tower dan The National Art Centre.
21
Hasil penelitian ini menemukan dua teori utama Kurokawa yaitu: metabolism dan symbiosis serta tujuh konsep perancangannya yaitu: super domino and capsule, intermediary, space, hybrid style, simulacra, whole and part dan ambiguity. Selanjutnya pada tingkat praksis, ditemukan enam metode perancangan yaitu: core-colum and super slab, unit space, fractal, intermediation, hybridization dan symbolization.
6.
Strategi Dan Aplikasi Pendekatan Kontekstual Dalam Perancangan Karya Arsitektural Renzo Piano (tesis) oleh Muhammad Ridha Alhamdani, Sekolah Pascasarjana Teknik Arsitektur, UGM, 2010. Penelitian
ini
mengkaji
strategi
dan
aplikasi
dalam
perancangan karya arsitektural Renzo Piano yang bertujuan untuk mengetahui strategi dan aplikasi pendekatan kontekstual Renzo Piano ditinjau dari empat parameter kontekstual, yaitu: pendekatan budaya (cultural respect) dalam skala makro, pendekatan alam (nature) dalam skala messo, pendekatan urban (urban context) dalam skala messo, dan pendekatan fisik bangunan (physical respect) dalam skala mikro. Selain itu penelitian ini juga ditujukan untuk mengetahui konsistensi penerapan
strategi
dan
aplikasinya,
serta
faktor
yang
mempengaruhinya dalam fase 30 tahun berkarya (1970-2000). Studi
22
kajian dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan rasionalistik dan metoda content analysis. Hasil
penelitian
berdasarkan
parameter
kontekstual
menunjukkan bahwa pendekatan alam (nature) banyak digunakan dalam karya-karyanya, khususnya responsif terhadap kondisi iklim kawasan dan pada pendekatan urban (urban context) lebih pada penyelesaian karya dalam lingkup kota atau kawasan urban. Selanjutnya pada pendekatan kontekstual tersebut, ditemukan empat strategi
yang
digunakan
Piano
dalam
perancangan
karya
arsitekturalnya, yaitu: reinvention, layering, multifunctionality dan fragmentation and integration. Selain itu, hasil dari penelitian ini juga memperlihatkan kompleksitas strategi dalam perancangan arsitektur Renzo Piano, khususnya nilai-nilai konteks terhadap nilai budaya, urban, alam dan lingkungannya.
7.
Le Corbusier: Penerapan "5 Butir Arsitektur Baru" Pada KaryaKaryanya (tesis) oleh Rony Setya Siswadi, Sekolah Pascasarjana Teknik Arsitektur, UGM, 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan pemikiran Le Corbusier melalui karya arsitekturnya. Le Corbusier adalah tokoh arsitektur modern yang menyerukan bahwa arsitektur baru harus mengikuti perkembangan zaman dan memanfaatkan kemajuan
23
teknologi. Le Corbusier memerinci secara tegas apa yang dimaksud dengan arsitektur baru, melalui pemikirannya yang diberi judul 'Les 5 points d'une architecture nouvelle' (1926) atau '5 butir arsitektur baru', yang terdiri dari (1) Pilotis atau mengangkat bangunan dari permukaan tanah, (2) Free facade, atau mengolah fasade dengan leluasa, (3) Free plan, atau mengolah denah dengan leluasa, (4) Long horizontal window, atau jendela memanjang horizontal, dan (5) Roof garden, atau taman di atap. Metode pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan penyaringan berganda, pertama disaring berdasar interval waktu, sehingga mewakili 60 tahun (1905-1965) keseluruhan waktu
berkarya
Le
Corbusier.
Penyaringan
kedua,
adalah
pertimbangan seleksi prioritas karya yang dikenal luas dan variasi sampel. Studi kajian dalam penelitian ini dilakukan dengan metoda content analysis. Hasil penelitian ini bahwa secara umum Le Corbusier cenderung konsisten menerapkan pemikirannya '5 butir arsitektur baru' dalam karya-karyanya. Dengan rincian sebagai berikut: • Pada Periode 1, usia 18-30 tahun, tingkat penerapan '5 butir arsitektur baru' hanya 22%, Hal ini dapat dimengerti karena Le Corbusier masih muda, masih belajar, dan konsep '5 butir arsitektur baru' belum tersusun utuh.
24
• Pada Periode 2, usia 34-50 tahun, tingkat penerapan '5 butir arsitektur baru' sangat tinggi mencapai 80%. Hampir pada semua bangunan di periode ini menerapkan kelima butir arsitektur baru tersebut. • Pada Periode 3, usia 60-78 tahun, tingkat penerapan '5 butir arsitektur baru‟ menurun dibandingkan periode sebelumnya, meskipun angkanya cukup tinggi, yakni 69%. Penurunan angka ini disebabkan oleh berkurangnya karya yang memakai pilotis dan roof garden.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan Le Corbusier selalu berkembang,
tidak
stagnan.
Le
Corbusier
selalu
mengikuti
perkembangan teknologi, seperti terlihat pada masa awal karirnya yang bereksplorasi dengan beton bertulang (teknologi yang relatif masih baru pada masa itu) dan pada masa tuanya, beliau bereksplorasi dengan struktur kabel dan tenda. Demikian juga dengan 'gaya' arsitekturnya, pada awal karirnya, Le Corbusier aktif menggagas 'arsitektur baru' yang mengedepankan kemurnian bentuk dan kejujuran fungsi melalui hasil pemikirannya yakni '5 butir arsitektur baru'. Ketika tua, Le Corbusier melakukan proses
yang berbeda,
penjelajahan desain berani serta 'gaya' arsitekturnya yang lebih mengarah pada ekspresionis.
25
Selanjutnya, Le Corbusier juga memiliki empati yang tinggi terhadap masalah sosial dan lingkungan, dia menaruh perhatian pada masalah perumahan dan perkotaan. Ide-idenya yang sangat fenomenal tentang perumahan dan perkotaan selalu memanfaatkan kemajuan teknologi. Salah satu pemikiran Le Corbusier yang mengupas permasalahan perumahan dan perkotaan dapat dilihat secara jelas dalam gagasannya tentang “Contemporary City of Three Million People" (1922) yang lalu disempurnakannya dalam “Ville Radius‟ (1935) atau kota bersinar.
8.
Aplikasi Desain Ekologis Dalam Karya Arsitektur Ken Yeang (tesis) oleh Aplimon Jerobisonif, Sekolah Pascasarjana Teknik Arsitektur, UGM, 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode dan aplikasi desain ekologis Ken Yeang dalam karya-karya arsitekturalnya. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat lebih dekat pendekatan desain bioklimatik oleh Ken Yeang dalam aplikasinya serta perbedaannya dengan pendekatan desain lainnya yang berada pada lingkup desain ekologis. Studi kajian dalam penelitian ini dilakukan dengan metode content analysis, dimana kasus-kasus yang diangkat melalui data-data berupa wacana tekstual, gambar serta diagram yang
26
mewakili perumusan metode serta aplikasi dalam karya-karya arsitektural. Hasil penelitian ini menemukan hal mendasar dalam metode pendekatan desain bioklimatik oleh Ken Yeang. Dengan rincian sebagai berikut:
Konfigurasi bangunan dan desain tapak, orientasi bangunan serta fasade bangunan.
Peralatan pembayangan.
Instrumen penerangan alami.
Warna selebung bangunan.
Lansekap horizontal dan lansekap vertikal.
Ventilasi.
Pendekatan desain pasif dan minimun energi.
Memanfaatkan energi alam.
Penelitian ini secara spesifik memberikan gambaran metode Ken Yeang dengan pendekatan desain bioklimatik terkait karya arsitektur yang berfokus pada aplikasi desain ekologis.
Persamaan maupun perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat ditinjau dari lokus penelitian, metoda penelitiannya dan fokus dalam penelitiannya, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
27
Tabel 1.1. Keaslian dan posisi penelitian No
Judul Penelitian
1
Dekonstruksi Dalam Arsitektur, oleh Adityarini Natalisa
2
Postmodernisme di dalam Arsitektur : Kajian Konsep dan Metoda perancangan formal, oleh Ikhwanuddin
3
Bernard Tschumi : Teori, Metoda dan Aplikasi, oleh Prima Widia Wastuty
4
Daniel Libeskind: Teori, Metoda dan Aplikasi, oleh Bonifacio Bayu Senasaputro
5
Kisho Kurokawa: Teori, Metoda dan Aplikasi, oleh Mashuri
6
Strategi Dan Aplikasi Pendekatan Kontekstual Dalam Perancangan Karya Arsitektural Renzo Piano, oleh Muhammad Ridha Alhamdani
7
Le Corbusier: Penerapan "5 Butir Arsitektur Baru" Pada Karya-Karyanya, oleh Rony Setya Siswadi
8
Aplikasi Desain Ekologis Dalam Karya Arsitektur Ken Yean, oleh Aplimon Jerobisonif
Tahun
Lokus Penelitian
Metode Penelitian
Fokus Penelitian
2002
Dekonstruksi
Content Analysis
Konsep dan prinsip desain
2004
Postmodernisme
Content Analysis
Konsep dan Metoda Desain
2007
Bernard Tschumi
Content Analysis
Teori, Metoda dan Aplikasi
2008
Daniel Libeskind
Content Analysis
Teori, Metoda dan Aplikasi
2008
Kisho Kurokawa
Content Analysis
Teori, Metoda dan Aplikasi
2010
Renzo Piano
Content Analysis
Pendekatan Kontekstual
2010
Le Corbusier
Content Analysis
Teori, Metoda dan Aplikasi
2011
Ken Yang
Content Analysis
Metoda dan Aplikasi
28
No
Judul Penelitian
9
Rem Koolhaas : Kajian Teori, Metode Serta Karyanya Dalam Lingkup Arsitektur Dan Urbanisme, oleh Affrilyno
Tahun 2012
Lokus Penelitian Rem Koolhaas
Metode Penelitian
Fokus Penelitian
Content Analysis
Teori, Metoda dan Aplikasi
Sumber : Konstruksi Peneliti, 2014
Perbedaan-perbedaan yang dapat ditemukan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang berjudul Rem Koolhaas : Kajian Teori, Metode Serta Karyanya Dalam Lingkup Arsitektur Dan Urbanisme terletak pada lokus penelitian. Selanjutnya dalam fokus penelitian terdapat persamaan dengan empat penelitian sebelumnya, yakni : penelitian yang berjudul Bernard Tschumi : Teori, Metoda dan Aplikasi, oleh Prima Widia Wastuty, Daniel Libeskind: Teori, Metoda dan Aplikasi, oleh Bonifacio Bayu Senasaputro, Le Corbusier: Penerapan "5 Butir Arsitektur Baru" Pada Karya-Karyanya, oleh Rony Setya Siswadi dan Kisho Kurokawa: Teori, Metoda dan Aplikasi, oleh Mashuri. Persamaan penelitian ini berada pada tatanan fokus kajiannya, yakni: teori, metode dan aplikasi. Namun dalam penelitian yang berjudul Rem Koolhaas : Kajian Teori, Metode Serta Karyanya Dalam Lingkup Arsitektur Dan Urbanisme, fokus kajian teori, metode dan aplikasi dilakukan dalam lingkup yang lebih spesifik, yakni arsitektur dan urbanisme. Selanjutnya, persamaan yang dapat ditemukan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang berjudul Rem Koolhaas : Kajian
29
Teori, Metode Serta Karyanya Dalam Lingkup Arsitektur Dan Urbanisme terletak pada metode penelitiannya yang menggunakan metoda content analysis.
I.7.2. Penelitian-penelitian ataupun tulisan yang dipublikasikan terutama terkait dengan penelitian terhadap Rem Koolhaas baik itu ditinjau dari sisi teoritikal maupun aplikasi arstitekturalnya. Penelusuran
terhadap
penelitian-penelitian
ataupun
dipublikasikan terutama yang terkait dengan Rem Koolhaas,
tulisan
yang
diperoleh data
sebagai berikut: Tabel 1.2. Penelitian yang terkait dengan Rem Koolhaas No
Judul Penelitian
Tahun
1
Architectural Theory After 1968: Analysis of the Works of Rem Koolhaas and Bernard Tschumi, oleh Louis Martin
1988
Pokok Pembahasan " This research compares the works of Rem Koolhaas and Bernard Tschumi. The choice of these two architects is justified by the criteria established above. Concentrating on theory, their works raise many questions and are representative of the period during which they were conceived." (Martin, 1988, hal. 20)
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskusikan sifat, peran dan tujuan teori dalam wacana teori kontemporer arsitektur yang terkandung dalam teks, gambar, laporan kompetisi, wawancara dan esai kritis. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi komparasi terhadap dua orang arsitek kontemporer yakni Bernard Tschumi dan Rem Koolhaas. Penelitian ini difokuskan pada analisa keadaan arsitektur sekitar tahun 1968, selanjutnya analisa manifesto masing-masing
30
arsitek dan tahapan berikutnya berupa komparasi karya arsitektur Bernard Tschumi dan Rem Koolhaas, serta tahapan akhir yang difokuskan pada studi komparasi karya kompetisi Parc De La Villette dari Bernard Tschumi dan Rem Koolhaas.
2
3
“The Maximum Architecture Can Do”: Architecture And Urbanism From Le Corbusier To Rem Koolhaas, oleh Tugce Selin Tagmat
2004
Strategic Way Of Design In Rem Koolhaas‟ Parc De La Villette Project, oleh Özay Özkan
2008
"The aim of this study is to understand alternative positions towards the relationship between architecture and urbanism in the production of the city through a cross-reading of the architectural urban theories of Le Corbusier and Rem Koolhaas" (Tagmat, 2004, hal. iv)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami posisi-posisi alternatif hubungan antara arsitektur dan urbanisme dalam tatanan kota melalui lintas teori arsitektur dan urban dari Le Corbusier dan Rem Koolhaas. Yang dilakukan dengan membuat analisis komparatif pemahaman keterkaitan arsitektur dan urbanisme tentang bentuk, skala program,serta posisi terhadap konteks sosial organisasi perkotaan dari Le Cobusier dan Rem Koolhaas. "Critically analyzes the strategic way of design to understand its working principles via examining the Parc de la Villette competition project of Rem Koolhaas/OMA "(Ozkan, 2008, hal. iv)
Penelitian ini dilakukan dengan analisa mendalam, yang ditujukan untuk memahami prinsip perancangan dan mekanisme stategi perancangan Rem Koolhaas/OMA secara spesifik pada studi kasus tunggal yakni perancangan kompetisi Parc De La Villette Project oleh Rem Koolhaas. Sumber : Konstruksi Peneliti, 2014
31
Penelitian-penelitian yang terkait dengan Rem Koolhaas sebagaimana yang telah disebutkan, mempunyai wacana penelitian yang sangat spesifik. Pada penelitian Architectural Theory After 1968: Analysis of the Works of Rem Koolhaas and Bernard Tschumi, oleh Louis Martin dan penelitian “The Maximum Architecture Can Do”: Architecture And Urbanism From Le Corbusier To Rem Koolhaas, oleh Tugce Selin Tagmat
lebih difokuskan kepada komparasi
teoritikal, walau mempunyai perbedaan wacana pendekatan. Selanjutnya, dalam penelitian Strategic Way Of Design In Rem Koolhaas‟ Parc De La Villette Project, oleh Özay Özkan, lebih dititikberatkan pada pembahasan secara detail strategi desain Rem Koolhaas dalam salah satu proyek kompetisinya. Keberadaan penelitian Rem Koolhaas : Kajian Teori, Metode Serta Karyanya Dalam Lingkup Arsitektur Dan Urbanisme, sehubungan dengan penelitian yang terkait dengan Rem Koolhaas mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian dapat dilihat dari subyek penelitiannya yakni Rem Koolhaas. Selanjutnya terdapat juga persamaan penelitian Rem Koolhaas : Kajian Teori, Metode Serta Karyanya Dalam Lingkup Arsitektur Dan Urbanisme dengan penelitian “The Maximum Architecture Can Do”: Architecture And Urbanism From Le Corbusier To Rem Koolhaas, oleh Tugce Selin Tagmat, yakni pada lingkup penelitiannya yang berada pada tataran arsitektur dan urbanisme. Namun memiliki perbedaan yang cukup signifikan terlihat dalam metode dan fokusnya, dimana penelitian “The Maximum Architecture Can Do”: Architecture
32
And Urbanism From Le Corbusier To Rem Koolhaas, oleh Tugce Selin Tagmat, lebih mengarah pada studi komparasi teoritikal. Penelitian Rem Koolhaas : Kajian Teori, Metode Serta Karyanya Dalam Lingkup Arsitektur Dan Urbanisme, juga memiliki perbedaan dengan penelitian Architectural Theory After 1968: Analysis of the Works of Rem Koolhaas and Bernard Tschumi, oleh Louis Martin. Penelitian Architectural Theory After 1968: Analysis of the Works of Rem Koolhaas and Bernard Tschumi, oleh Louis Martin lebih mengarah kepada studi komparasi teoritikal dan aplikasi arsitektur dalam lingkup arsitektur, sedangkan penelitian Rem Koolhaas : Kajian Teori, Metode Serta Karyanya Dalam Lingkup Arsitektur Dan Urbanisme, difokuskan kepada kajian teoritik dan metode serta kajian aplikasi arsitektur dalam lingkup arsitektur dan urbanisme. Selanjutnya dalam penelitian Strategic Way Of Design In Rem Koolhaas‟ Parc De La Villette Project, oleh Özay Özkan, sehubungan dengan penelitian Rem Koolhaas : Kajian Teori, Metode Serta Karyanya Dalam Lingkup Arsitektur Dan Urbanisme, memiliki perbedaan dalam kajian fokus dan lingkup. Penelitian Rem Koolhaas : Kajian Teori, Metode Serta Karyanya Dalam Lingkup Arsitektur Dan Urbanisme, lebih mengarah pada kajian teoritik dan metode serta kajian aplikasi arsitektur dalam lingkup arsitektur dan urbanisme, sedangkan penelitian Strategic Way Of Design In Rem Koolhaas‟ Parc De La Villette Project, oleh Özay Özkan, lebih mengarah pada kajian konseptual yang spesifik dalam kasus aplikasi arsitektur.
33
Walaupun terdapat perbedaan dalam penelitian-penelitian tersebut, namun ada persamaan subyek penelitiannya yakni Rem Koolhaas. Persamaan subyek dalam penelitian inilah yang menjadikan keberadaan penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan konteks subyek, akan sangat membantu sebagai referensi data untuk penelitian yang dilakukan saat ini, khususnya sebagai bahan rujukan dalam kajian teori, metode serta karya arsitektur Rem Koolhaas.