BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Filariasis
limfatik
atau
lebih
dikenal
dengan
penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan yang penting di dunia. Di puluhan negara, lebih dari satu milyar orang memiliki resiko terkena filariasis. Data WHO tahun 2010 menunjukkan bahwa lebih dari 120 juta orang telah terinfeksi dengan 40 juta dari mereka telah mengalami penurunan kapabilitas yang serius (WHO, 2010).
Filariasis penting
untuk
limfatik
menjadi
ditindaklanjuti
satu
penyakit
karena
tidak
yang hanya
menimbulkan masalah kesehatan bagi penderitanya, namun juga memberikan dampak ekonomi yang serius. Penderita filariasis
dapat
mengalami
penurunan
produktivitas
kerja yang disebabkan perjalanan penyakit yang menahun dan
sering
berakhir
dengan
cacat
tubuh
yang
sulit
disembuhkan(Noerhayati,1989).
1
2
Indonesia filariasis lainnya
merupakan
limfatik
yaitu
salah
selain
Bangladesh,
satu
negara
endemik
delapan
negara
endemik
India,
Maladewa,
Myanmar,
Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste. Sekitar 337
kabupaten
di
Indonesia
masih
merupakan
daerah
endemis (WHO, 2010).
Sebagian besar (sekitar 95%) infeksi filariasis limfatik
di
Asia
bancrofti. vektor,
tenggara
Filariasis yang
utamanya
quinquefasciatus
(WHO,
disebabkan
bancrofti
Wucheria
disebarkan
oleh
nyamuk
Culex
adalah 2010).
oleh
Dengan
demikian,
pengendalian vektor merupakan cara yang paling mudah untuk memberantas penyakit ini.
Pengendalian larva
nyamuk
vektor
Culex
dilakukan
dengan
quinquefasciatus.
membunuh
Larva
dibunuh
menggunakan larvasida agar rantai penularan Wucheria bancrofti
oleh
nyamuk
bisa
terputus.
Penggunaan
larvasida pada habitat pembiakan nyamuk telah terbukti membantu mengurangi populasi nyamuk dewasa di daerah sekitarnya (EPA, 2000).
3
Temephos
biasanya
digunakan
untuk
menjadi
larvasida nyamuk. Temephos merupakan larvasida golongan organofosfat yang aman untuk manusia dan hewan berdarah panas
lainnya.
Meskipun
sangat
efektif
terhadap
pemberantasan larva nyamuk (Sudijono, 1983), penggunaan Temephos pada program pemberantasan filariasis belum memberikan hasil yang memuaskan. Ini ditunjukkan dengan masih banyaknya daerah endemis filariasis di Indonesia (Liem, 2006).
Beberapa
tanaman
telah
diteliti
memiliki
efek
larvasida. Penelitian – penelitian tersebut memberikan alternatif
untuk
insektisida
insektisida
nabati.
Daya
yang
bunuh
lebih
alami
insektisida
yaitu nabati
berasal dari zat toksik yang dikandungnya. Zat tersebut dapat bersifat racun terhadap serangga melalui absorbsi saluran pencernaan atau melalui permukaan kulit pada hewan
berbadan
lunak.
(Suparvan
et
al.,
1974).
Kelebihan insektisida nabati antara lain, lebih murah, mudah diperoleh, dan ramah lingkungan (Maiherizansyah, 2006).
Rimpang lempuyang gajah telah diteliti memiliki kandungan
senyawa
golongan
sianida,
saponin,
tanin,
4
flavonoid, (Fifendy,
alkaloid, 1997).
steroid,
Senyawa
dan
flavonoid
minyak
ini
atsiri
diduga
dapat
digunakan sebagai insektisida (Rahman, 2009). Karena itu,
diteliti
daya
larvasida
dari
rimpang
lempuyang
gajah (Zingiber zerumbet) terhadap larva nyamuk Culex quinquefasciatus.
I.2. Rumusan Masalah
a. Apakah
ekstrak
(Zingiber
etanol
zerumbet)
rimpang
lempuyang
memiliki
daya
gajah
larvasida
terhadap larva nyamuk Culex quinquefasciatus?
b. Berapa rimpang
nilai
LC50
lempuyang
dan
LC90
gajah
dari
ekstrak
(Zingiber
etanol
zerumbet)
terhadap larva nyamuk Culex quinquefasciatus?
c. Apakah terdapat peningkatan angka kematian larva nyamuk
Culex
dosis ekstrak?
quinquefasciatus
pada
peningkatan
5
I.3. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui daya larvasida ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) terhadap larva nyamuk Culex quinquefasciatus.
b. Mengetahui rimpang
nilai
LC50
lempuyang
dan
gajah
LC90
ekstrak
(Zingiber
etanol
zerumbet)
terhadap larva nyamuk Culex quinquefasciatus.
c. Mengetahui peningkatan angka kematian larva nyamuk Culex quinquefasciatus setelah dipajan dosis yang meningkat.
I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian
ini
bermanfaat
untuk
meneliti
efek
larvasida alami berupa ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) terhadap larva nyamuk Culex quinquefasciatus. membantu
Penelitian
masyarakat
dan
ini
pemerintah
diharapkan dalam
dapat
mengatasi
persebaran filariasis limfatik dengan bahan yang lebih murah dan ramah lingkungan.
6
I.5 Kerangka Konsep Faktor Pengganggu: a. Kualitas air b. Penerapan metode c. Variasi geografis d. Pelarut
Daya Larvasida Ekstrak Rimpang Lempuyang Gajah
Berbagai dosis konsentrasi ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah Faktor Pengganggu: a. Variasi individual b. Variasi biologis dari masingmasing larva nyamuk
Larva instar III-IV Nyamuk Culex quinquefasciatus
I.6 Keaslian Penelitian
Penelitian (2011)
dengan
(Annona
serupa memajankan
muricata)
pernah
ekstrak
terhadap
quinquefasciatus.
Penelitian
lempuyang
(Zingiber
gajah
dilakukan etanol
larva ini
oleh daun
sirsak
nyamuk
Culex
menggunakan
zerumbet)
Jaya
sebagai
rimpang bahan
larvasida terhadap larva nyamuk Culex quinquefasciatus.