perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
1.1
Latar Belakang Perkembangan industri makanan di Indonesia sangat potensial, hal ini
disebabkan karena makanan sudah merupakan bagian dari kebutuhan manusia. Pasar industri makanan nyaris tidak pernah sepi, bahkan akan terus meningkat dengan seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yang menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2010 mencapai angka 237.641.326 jiwa. Dari Badan Pusat Statistik bukan hanya bahan makanan pokok saja yang meningkat, kebutuhan akan bahan makanan ringan seperti snack juga terus meningkat. Dengan kondisi tersebut, maka perusahaan yang bergerak di bidang makanan ringan dituntut untuk mampu bersaing dan berkembang ke arah yang lebih baik. Perubahan dan tuntutan itu membuat sebagian besar industri pangan harus melakukan efisiensi segala aktivitas yang ada di perusahaan, contohnya pemesanan bahan baku, persediaan, proses produksi, pengiriman produk jadi dan lain-lain. PT. GarudaFood Putra Putri Jaya (GPPJ) Divisi Coated Peanuts adalah salah satu perusahaan berskala nasional yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman yang terletak di Kota Pati, Jawa Tengah. Perusahaan tersebut memiliki dua buah pabrik yaitu Pabrik A dan Pabrik B. Pabrik A sebagian besar memproduksi makanan yang berbahan dasar kacang seperti kacang atom, kacang telur, kacang panggang dan lain-lain. Sedangkan untuk pabrik B memproduksi makanan yang berbahan dasar dari tepung misalnya kripik kentang, pilus, gery toya-toya dan lain-lain. Pabrik A memiliki 6 lini produksi yaitu Lini 1 dan Lini 2 yang memproduksi kacang atom, Lini 3 yang memproduksi kacang telur, Lini 4 yang memproduksi kacang kriting, Lini 12 yang memproduksi kacang panggang commit to user dan Lini 13 yang memproduksi popcorn. Penelitian ini difokuskan pada Lini 3
I-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang memproduksi dua item kacang telur yaitu kacang telur ekspor (KTE) dan kacang telur lokal (KTL). KTE dibagi menjadi dua item yaitu TGD (bungkus kecil) dan TGC (bungkus besar), sedangkan KTL dibagi menjadi dua item yaitu TGPE (bungkus kecil) dan TGF (bungkus besar). Pada sistem produksinya PT. GarudaFood Putra Putri Jaya Coated Peanuts Devision merupakan perusahaan yang menggunakan sistem make to stock yaitu siklus dimulai ketika perusahaan menentukan produk, kemudian menentukan kebutuhan bahan baku, dan memproduksi untuk disimpan. Perencanaan produksi sudah diatur oleh departemen PPIC berdasarkan permintaan konsumen, persediaan yang masih ada di gudang dan kapasitas produksi pada setiap group kerja atau shift. Begitu juga dengan produksi kacang telur di lini 3, target produksi ditentukan oleh departemen PPIC, sehingga proses produksi diatur oleh PPIC mulai dari berapa target yang akan diproduksi sampai pembagian jadwal produksi. Persentase produksi KTE lebih besar dibandingkan dengan produksi KTL pada lini 3, sehingga untuk memaksimalkan produksi tersebut maka penelitian difokuskan pada item KTL. Lini 3 bekerja dalam 3 shift dan terbagi dalam 3 group yaitu group A, group B, dan group C. Pada produksi KTL untuk item TGPE dan TGF terdapat permasalahan, dimana output dari mesin frying tidak sama dengan penyerapan mesin packing sehingga terjadi penumpukan Work In Process (WIP) sebelum ke mesin packing. Penumpukan WIP tersebut menyebabkan tidak habisnya WIP yang bisa dipacking di akhir shift, sehingga untuk menghabiskan WIP tersebut dilakukan pakcing lagi di shift berikutnya dan begitu seterusnya. Untuk mengurangi pemborosan yang ada maka dibutuhkan pendekatan lean manufacturing. Lean manufacturing dapat didefinisikan sebagai alat untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value adding activities) dalam desain, produksi (untuk bidang manufaktur) atau operasi (untuk bidang jasa), dan supply chain management, yang berkaitan langsung dengan pelanggan. (Gaspersz, 2011). Dalam buku Toyota Way Fieldbook , terdapat delapan tipe pemborosan
commit to user waiting (waktu menunggu), yaitu over production (produksi berlebih),
I-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
transportation (transportasi yang tidak perlu), over processing (memproses secara berlebih), excess inventory (persediaan yang berlebih), unnecessary movement (gerakan yang tidak perlu), defect (produk cacat), unused employee creativity (kreativitas karyawan yang tidak dimanfaatkan) (Taiichi Ohno, 1998). Untuk mengidentifikasikan kedelapan pemborosan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode Value Stream Mapping (VSM) (Kalpakjian, 2006). VSM adalah gambaran dari seluruh aktivitas-aktivitas proses pada sistem yang didalamnya terdapat berbagai aktivitas dalam bentuk value added, necessary non value added dan non value added yang dibutuhkan untuk membawa produk dari suatu sumber yang melewati aliran-aliran utama, mulai dari row material hingga sampai ke tangan konsumen (Hines, P dan Taylor, D, 2000). Beberapa penelitian antara lain dilakukan oleh Triyono dan Rosyidi, (2014) mengimplementasikan metode VSM untuk menganalisis kebutuhan mesin packing pada perusahaan makanan. Arista (2011) mengurangi pemborosan waktu pada produk kursi dengan menggunakan pendekatan lean manufacturing. Fanani dan Singgih, (2011) mengimplementasikan lean manufacturing untuk peningkatan produktivitas proses produksi kertas. Hartini dkk, (2009) menganalisis pemborosan perusahaan mebel dengan pendekatan lean manufacturing. Dari berbagai pemborosan yang ada di lini 3, penelitian difokuskan pada pemborosan berupa penumpukan WIP yang terjadi setelah stasiun frying. Hal ini disebabkan karena dari hasil pengamatan awal, WIP merupakan waste yang paling besar dibandingkan dengan waste lain. WIP tersebut meliputi 53,17% dari waste yang lain dapat dilihat pada Lampiran L-12. Pada penelitian ini VSM sebagai tool dari lean manufacturing digunakan untuk mengidentifikasi masalah di lini 3. Setelah diidentifikasi masalah kemudian ditentukan permasalahan yang ada di lini 3 khususnya pada produk KTL. Langkah berikutnya yaitu membuat permodelan simulasi untuk menggambarkan sistem dari real (dunia nyata) ke dalam software komputer. Pada tahap selanjutnya model simulasi digunakan sebagai alat validasi dari metode lean manufacturing (Standridge dan Marvel, 2009). Metode simulasi digunakan untuk penggambaran current state dan future state pada VSM. commit to user
I-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan pada latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana mengurangi pemborosan pada proses pembuatan produk KTL dengan menggunakan analisis lean manufacturing dan simulasi?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Menentukan jumlah mesin packing yang dibutuhkan pada produk KTL
2.
Membangun model simulasi untuk melakukan validasi terhadap jumlah mesin packing yang sudah ditentukan.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1.
Dapat mengetahui jumlah mesin packing yang dibutuhkan pada produk KTL.
2.
Dapat mengetahui kinerja sistem produksi setelah dilakukan simulasi.
1.5 Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Produk yang diteliti adalah Kacang Telor Lokal (KTL) dengan kode item TGPE
b.
Untuk pembuatan VSM, pengambilan data dimulai dari bulan juli 2014 sampai september 2014.
c.
Untuk pengambilan data OEE (Overall Equipment Effectiveness) dan YWL (Yield, Waste, Loss) diambil dari tanggal 18 agustus 2014 sampai dengan 23 agustus 2014.
commit to user
I-4
perpustakaan.uns.ac.id
1.6
digilib.uns.ac.id
Asumsi Asumsi yang digunakan dalam penelitan ini adalah: a.
Lama jam kerja setiap shift 8 jam dan sehari ada 3 shift
b.
Pada permodelan simulasi down time loss diabaikan karena masuk dalam waktu istirahat.
c.
Tingkat kepercayaan yang digunakan pada penelitian ini adalah 95%.
d.
Pada pemodelan simulasi defect diabaikan karena memiliki persentase yang kecil yaitu kurang dari 0,5%.
e.
Pada pemodelan simulasi failure dan setup diabaikan karena saat pengambilan data tidak ada mesin yang mengalami failure.
1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dibuat agar dapat memudahkan pembahasan penyelesaian masalah dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai sistematika penulisan, sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian,
perumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang akan dipakai untuk mendukung penelitian, sehingga perancangan dilakukan secara teoritis.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tahapan yang dilalui dalam penyelesaian masalah secara umum yang berupa gambaran terstruktur dalam bentuk flowchart sesuai dengan permasalahan yang ada mulai dari studi pendahuluan, perancangan sampai dengan interpreasi dan analisis serta pemberian saran dan kesimpulan. commit to user
I-5
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
digilib.uns.ac.id
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, kemudian dilakukan pengolahan data secara bertahap.
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini memuat uraian analisis dan intepretasi dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan masalah. Bab ini juga menguraikan saran dan masukan bagi kelanjutan penelitian.
commit to user
I-6