BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Dalam rangka pengembangan ekonomi, pemerintah Provinsi Jawa Tengah melakukan pembangunan infrastruktur jalan bebas hambatan atau sering disebut jalan tol yang menggabungkan dua kota besar di Jawa Tengah. Pembangunan jalan bebas hambatan Semarang - Solo dikerjakan pada tahun 2010 terbagi atas tiga paket pengerjaan. Paket pertama menghubungkan ruas Semarang - Ungaran sepanjang 10,85 km. Pada proses pembangunan jalan bebas hambatan ruas Semarang - Ungaran yang dikerjakan oleh PT. Waskita mengalami masalah berupa gerakan tanah pada beberapa titik di km 5+600 hingga km 8+500. Gerakan tanah erat kaitannya dengan proses geologi baik eksogenik maupun endogenik. Proses eksogenik yang intensif pada lokasi penelitian menghasilkan kondisi lereng menjadi rentan terhadap gerakan tanah. Kondisi lereng yang rentan terhadap gerakan tanah merupakan kondisi yang berpotensi menimbulkan kerugian dan merupakan ancaman bagi lokasi penelitian yakni jalan tol Semarang - Solo ruas Semarang - Ungaran km 5+600 sampai km 8+500. Kondisi lereng yang rentan dipengaruhi oleh faktor internal lereng seperti litologi penyusun lereng, kemiringan lereng, struktut geologi dan hidrologi. Penyelidikan awal mengindikasikan jalan tol dibangun di atas wilayah dengan kondisi geologi yang tidak stabil mengakibatkan kontruksi jalan dan jembatan yang berada di titik km 5+600 sampai km 8+500 rentan untuk bergerak. Catatan sejarah menyatakan tahun 1974 relokasi pemukiman pernah dilakukan akibat longsor (Adi & Sulistyo, 2010). Penyelidikan mengenai gerakan tanah yang dilakukan oleh Fahrudin, dkk (2011) menyatakan bahwa konstruksi Jembatan Susukan (km 6+100 hingga km 7+150) dan Penggaron
Bab I Pendahuluan
1
(km 7+850 hingga 8+500) jalan tol Semarang - Solo ruas Semarang Ungaran dibangun pada morfologi hummocky terrain yang menandakan adanya kontrol struktur pada pembentukan morfologi di sekitar jalan tol Semarang - Solo ruas Semarang - Ungaran dan diperkirakan terdapat lebih dari satu bidang gelincir pada lokasi penelitian. Pemantauan secara berkala terhadap gerakan tanah pada jalan tol serta pembatasan beban kendaraan yang melalui jalan tol dilakukan hingga saat ini sebagai tindakan antisipasi gerakan tanah. Penentuan zona ancaman gerakan tanah diperlukan untuk mengetahui zona tingkat ancaman lokasi penelitian berdasarkan faktor ancaman gerakan tanah. Metode pembobotan dan penilaian menggunakan analisa hirarki dipilih guna mendapatkan hasil kuantitatif yang dapat menyatakan indeks ancaman paling berpengaruh pada lokasi penelitian berdasarkan skala prioritas indeks ancaman. 1.2
Rumusan Permasalahan Gerakan tanah menjadi salah satu kendala teknis dalam pembangunan jalan bebas hambatan Semarang - Solo ruas Semarang – Ungaran yang dikembangkan oleh PT. Trans Marga Jateng. Kendala gerakan tanah yang terjadi hingga saat ini menjadi ancaman bagi jalan tol. Gerakan tanah dipengaruhi oleh karakteristik geologi yang menjadi faktor internal penyusun lereng seperti kemiringan lereng, litologi penyusun lereng, struktur geologi, hidrologi yang saling berinteraksi. Interaksi masing-masing faktor internal penyusun lereng yang saling berpengaruh tersebut menghasilkan kondisi lingkungan yang rentan terhadap gerakan tanah. Kondisi lingkungan yang rentan terhadap gerakan tanah ini merupakan ancaman bagi lokasi penelitian. Lokasi penelitian yakni jalan tol Semarang - Ungaran km 5+600 sampai km 8+500 memiliki karakteristik geologi yang mempengaruhi lereng menjadi tidak stabil atau rentan untuk bergerak, sehingga menjadi ancaman. Pemetaan dilakukan untuk mengetahui karakteristik geologi lokasi
Bab I Pendahuluan
2
penelitian untuk kemudian diberikan bobot dan penilaian. Pembobotan dan penilaian dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik geologi yang paling berpengaruh terhadap kondisi rentan gerakan tanah. Interaksi karakteristik geologi penyusun lereng disajikan dalam bentuk peta menghasilkan peta zona ancaman gerakan tanah.
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : a) Menentukan karakteristik geologi penyusun lereng yang paling berpengaruh terhadap gerakan tanah pada lokasi penelitian berdasarkan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP); b) Melakukan zonasi ancaman gerakan tanah berdasarkan hasil analisa metode Analitycal Hierarchy Process (AHP).
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian
ini
diharapkan
memberikan
informasi
mengenai
karakteristik geologi yang paling berpengaruh terhadap gerakan tanah sehingga menjadi bahan pertimbangan pengembangan wilayah serta pencegahan gerakan tanah yang tepat bagi gerakan tanah pada lokasi penelitian.
1.5
Penelitian Terdahulu Berdasarkan studi pustaka, penelitian dengan tema gerakan tanah pernah dilakukan beberapa peneliti dengan berbagai metode, namun belum dijumpai penelitian dengan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP). Berikut uraian beberapa penelitian yang pernah dilakukan : 1. Darmawan,dkk (2009) Kementrian ESDM melalui Badan Geologi menerbitkan peta kerentanan gerakan tanah Kota Semarang dengan skala 1:125.000. Berdasarkan peta kerentanan gerakan tanah tersebut wialayah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kerentanan gerakan tanah, yakni :
Bab I Pendahuluan
3
kerentanan gerakan tanah sangat rendah, zona kerentanan gerakan tanah rendah, zona kerentanan gerakan tanah menengah dan zona kerentanan gerakan tanah tinggi. 2. Yunas (2011) Yunas melakukan penelitian di jalan tol Semarang-Solo Km 5+500 sampai 5+800, Kelurahan Pudak Payung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah. Hasil peneltian menyimpulkan terdapat longsoran berjenis rotasional/nendatan dengan kedalaman bidang gelincir 21-28 m. Longsoran terjadi pada lereng yang curam dengan sifat fisik tanah berupa material yang belum terpadatkan. Longsor terjadi dipicu oleh infiltrasi air permukaan dan beban massa timbunan pada lereng. Pekerjaan galian meningkatkan tekanan overburden pada lereng. 3. Taufiq (2011) Taufiq melakukan evaluasi pergerakan tanah dengan pengaruhnya terhadap konstruksi jembatan jalan tol Semarang - Solo km 6+100 sampai dengan km 7+150. Hasil evaluasi menyimpulkan bahwa terdapat pergerakan tanah berupa longsoran rotasional ganda(multiple rotational slide) dan rayapan (creep) dengan perkiraan kedalaman bidang gelincir antara 12-15 m. Variasi kekuatan material penopang fondasi jembatan dipicu infiltasi air permukaan mengakibatkan pergeseran fondasi jembatan. 4. Wijaya (2011) Wijaya melakukan studi pengaruh pergerakan tanah pada bangunan jembatan penggaron di jalan tol Semarang - Solo km 7+850 sampai 8+500. Hasil studi menyatakan terdapat gerakan tanah berupa rayapan pada lokasi penelitian. Gerakan tanh dikontrol oleh tiga komponen geologi lingkungan yakni morfologi, hidrogeologi dan struktur geologi. Gerakan tanah mengakibatkan fondasi jembatan dan badan jalan retak serta terjadinya pereseran bis sumur bagian dalam.
Bab I Pendahuluan
4
5. Fahrudin,dkk (2011) Penelitian bersifat kajian awal mengenai gerakan tanah terjadi di Jalan Tol Semarang - Solo segmen Susukan-Penggaron. Penelitian ini menggunakan metode analisis Peta DEM (Digital Elevation Model) dan peta topografi serta korelasi data log bore dengan data geolistrik yang ada di daerah Susukan sampai Penggaron. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui menyebabkan
mekanisme gerakan
gerakan tanah
tanah
secara
dan
umum
faktor-faktor yang
terjadi
yang pada
pembangunan Jalan Tol Semarang - Solo ruas Susukan sampai Penggaron.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1. Ruang Lingkup Lokasi Lokasi penelitian berada pada perbatasan Kota Semarang dengan Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Akses menuju lokasi dapat ditempuh melalui jalur darat menggunakan kendaraan bermotor dari pusat kota Semarang sekitar 1 jam perjalanan.
Gambar 1.1 Peta lokasi daerah penelitian dan sekitarnya Bab I Pendahuluan
5
1.6.2. Ruang Lingkup Pekerjaan Pekerjaan dalam penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan dimulai dengan pengumpulan data sekunder, analisa hirarki, pembuatan peta zonasi ancaman gerakan tanah. a.
Pengumpulan data sekunder, dilakukan sebagai tahapan awal pekerjaan. Data sekunder merupakan panduan/acuan kondisi riil lapangan sebelum dan saat proses pembangunan jalan tol.
b.
Analisa hirarki dilakukan terhadap faktor ancaman gerakan tanah yang saling berinterikasi sehingga menimbulkan kondisi rentan gerakan tanah. Analisa ini meliputi penilaian dan pembobotan komponen berpengaruh sehingga diketahui komponen yang paling mempengaruhi.
c.
Pembuatan peta zonasi gerakan tanah merupakan sajian akhir dari keseluruhan proses penelitian yang menyajikan data dalam bentuk peta. Penyajian data dalam bentuk peta memberikan gambaran mengenai kondisi riil dan memudahkan untuk dibaca.
1.7
Batasan Penelitian Penentuan batasan penelitian diperlukan guna membatasi cakupan penelitian sehingga hasil penelitian lebih terfokus. Adapun batasan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Batasan wilayah penelitian yang hanya dilakukan pada jalan tol Semarang - Solo ruas Semarang - Ungaran km 5+600 hingga km 8+500; b) Analisa hirarki hanya dilakukan terhadap komponen geologi seperti : kemiringan lereng, litologi penyusun lereng, struktur geologi dan hidrologi; c) Penggunaan
peta
topografi
untuk
analisa
disesuaikan
dengan
ketersediaan data yang diperoleh dari PT. Trans Marga Jateng.
Bab I Pendahuluan
6