BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan. Hadirnya masyarakat informasi (information society) yang diyakini sebagai salah satu agenda penting masyarakat dunia pada milenium ketiga, antara lain ditandai dengan pemanfaatan internet yang semakin meluas dalam berbagai aktifitas kehidupan manusia, bukan saja di Negara – Negara maju tapi juga dinegara berkembang termasuk Indonesia. Fenomena ini pada gilirannya telah menempatkan Informasi sebagai komoditas ekonomi yang sangat penting dan menguntungkan. Kecanggihan Teknologi Informasi ini telah memberikan fasilitas – fasilitas dan kemudahan – kemudahan yang sangat membantu pekerjaan menusia serta kebutuhan – kebutuhan lainya. Perpaduan Teknologi komputer dengan Teknologi telekomunikasi telah mampu menciptakan jaringan – jaringan atau computer network yang bersifat mendunia, aplikasinya pun kini semakin berkembang bukan hanya dilingkungan Universitas, Pusat Penelitian dan Laboratorium untuk keperluan yang bersifat ilmiah atau Riset, akan tetapi kini telah berkembang dilingkungan Perusahaan, Perbankan, Instansi Pemerintah, Militer / Hankam, Hukum dan Peradilan dan Individu atau perorangan kini ada kecenderungan bahwa berbagai kebijakan didasarkan pada sistem komputer dengan kata lain kehadiran teknologi di bidang komputer merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan untuk menunjang pembangunan nasional. Kemajuan teknologi telah merubah struktur masyarakat dari yang bersifat lokal menuju ke arah masyarakat yang berstruktur global. Perubahan ini disebabkan oleh kehadiran teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi itu terpadu dengan media telekomunikasi dan komputer, yang kemudian
Universitas Sumatera Utara
melahirkan piranti baru yang disebut dengan internet. 1 Kehadiran internet telah memunculkan paradigma baru dalam kehidupan manusia. Kehidupan berubah dari yang hanya bersifat nyata (real) ke realitas baru yang bersifat maya (virtual). Realitas yang kedua ini biasanya dikaitkan dengan internet. Dengan melihat perubahan yang terjadi di tengah – tengah masyarakat J.E. Sahetapy menyatakan bahwa kejahatan erat kaitannya dan bahkan menjadi bagian dari hasil budaya itu sendiri. Artinya semakin tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin modern pula kejahatan itu bentuk, sifat dan cara pelaksanaannya. 2 Kejahatan dalam bidang teknologi informasi secara umum dapat dikategorikan
menjadi
dua
kelompok.
Pertama,
kejahatan
biasa
yang
menggunakan teknologi informasi sebagai alat bantunya. Dalam kejahatan ini terjadi peningkatan modus dan operandinya dari semula menggunakan peralatan biasa, sekarang telah memanfaatkan teknologi informasi. Dampak dari kejahatan biasa yang telah menggunakan teknologi informasi ternyata berdampak cukup serius, terutama jika dilihat dari jangkauan dan nilai kerugian yang ditimbulkan oleh kejahatan tersebut. Pencurian uang dengan pembobolan bank atau pembelian barang menggunakan kartu kredit curian, pencurian data melalui media internet dapat menelan korban di wilayah hukum negara lain, suatu hal yang jarang terjadi dalam kejahatan konvensional. Kedua, kejahatan yang muncul setelah adanya internet,
dimana
sistem komputer
sebagai
korbannya.
Kejahatan
yang
menggunakan aplikasi internet adalah salah satu perkembangan dari kejahatan teknologi informasi. Jenis kejahatan dalam kelompok ini makin bertambah seiring 1
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayatara (Cyber Crime), (Jakarta: PT. Refika Aditama, 2005), hlm.103 2 Abdul Wahid, Kriminologi dan Kejahatan Kontemporer, (Malang: Lembaga Penerbitan Fakultas Hukum UNISMA, 2002) hal. 21. Universitas Sumatera Utara
dengan kemajuan teknologi informasi. Contoh dari kejahatan kelompok ini adalah perusakan situs internet, pengiriman virus atau program-program komputer yang tujuannya merusak sistem kerja komputer.3 Namun disamping itu patut pula disadari bahwa perkembangan teknologi komputer tersebut dapat atau telah menimbulkan berbagai kemungkinan yang buruk baik yang diakibatkan karena keteledoran, dan kekurang mampuan maupun kesengajaan yang dilandasi karena itikad buruk. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini juga akan membawa resiko meningkatnya kejahatan di bidang teknologi informasi dengan berbagai modus baru dan muatan baru. Pencurian data / pemalsuan data, penyalahgunaan kartu kredit, penggelapan, dan pengerusakan sistem komputer. Perlunya penegakan hukum dibidang teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas teknologi dan sumber daya di Indonesia. Hal ini akan mempengaruhi citra Indonesia sebagai salah satu Negara dengan tingkat pemakaian teknologi informasi yang tinggi, serta secara tidak langsung akan meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Oleh sebab itu kebijakan pengembangan teknologi informasi harus pula di imbangi dengan proteksi yuridisnya (peraturan perundang-undangan) dan usaha mewujudkan cita – cita hukum (rechtside) untuk mensejahterahkan masyarakat melalui kebujakan hukum pidana tidak merupakan satu – satunya cara yang memiliki peran penting yang strategis. Dikatakan demikian karena hukum pidana hanya sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).
3
Heru Sutadi, Cybercrime, Apa Yang http://www.sinarharapan.co.id/berita/0304/05/opi01.html.2003
Bisa
Diperbuat?,
Universitas Sumatera Utara
Teknologi Informasi dan Komunikasi Elektronik telah mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global. Disamping itu, perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi Informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi pengingkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia sekaligus menjadi arena efektif perbuatan melawan hukum. Misalnya, Ecommerce tidak sedikit membuka peluang bagi terjadinya tindak pidana penipuan, seperti yang dilakukan oleh sekolompok pemuda di Medan yang memasang iklan di salah satu website terkenal “Yahoo” dengan seolah-olah menjual mobil mewah Ferrary dan Lamborghini dengan harga murah sehingga menarik seorang pembeli dari Kuwait. Dunia perbankan melalui Internet (e-banking) Indonesia dikejutkan oleh ulah seseorang bernama Steven Haryanto, seorang hacker dan jurnalis pada majalah Master Web. Lelaki asal Bandung ini dengan sengaja membuat situs asli tapi palsu layanan internet banking Bank Central Asia, (BCA). Steven membeli domain-domain dengan nama mirip www.klikbca.com (situs asli Internet banking BCA), yaitu domain wwwklik-bca.com, kilkbca.com, clikbca.com, klickca.com, dan klikbac.com. Isi situs-situs plesetan ini nyaris sama. Jika nasabah BCA salah mengetik situs BCA asli maka nasabah tersebut masuk perangkap situs plesetan yang dibuat oleh Steven sehingga identitas pengguna (user id) dan
nomor
identitas personal dapat diketahuinya. Diperkirakan, 130 nasabah BCA tercuri datanya. Menurut pengakuan Steven pada situs bagi para webmaster di Indonesia, www.webmaster.or.id tujuan membuat situs plesetan adalah agar publik berhatihati dan tidak ceroboh saat melakukan pengetikan alamat situs (typo site), bukan untuk mengeruk keuntungan. Kasus yang menghebohkan lagi adalah hacker
Universitas Sumatera Utara
bernama Dani Hermansyah, pada tanggal 17 April 2004 melakukan deface dengan mengubah nama-nama partai yang ada dengan nama-nama buah dalam website www.kpu.go.id yang mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemilu yang sedang berlangsung pada saat itu. Dikhawatirkan, selain nama-nama partai yang diubah bukan tidak mungkin angka-angka jumlah pemilih yang masuk di sana menjadi tidak aman dan bisa diubah. Kelemahan administrasi dari
suatu
website
juga
terjadi
pada
penyerangan
terhadap
website
www.golkar.or.id milik partai Golkar. Serangan terjadi hingga 1577 kali melalui jalan yang sama tanpa adanya upaya menutup celah disamping kemampuan hacker yang lebih tinggi. Dalam hal ini teknik yang digunakan oleh hacker adalah PHP Injection dan mengganti tampilan muka website dengan gambar wanita sexy serta gorilla putih sedang tersenyum. Dari realitas tindak kejahatan tersebut di atas bisa dikatakan bahwa dunia ini tidak lagi hanya melakukan perang secara konvensional akan tetapi juga telah merambah pada perang informasi Untuk mengatasi keamanan gangguan pendekatan teknologi sifatnya mutlak dilakukan sebab tanpa suatu pengaman jaringan akan sangat mudah disusupi, diintersepsi, atau diakses secra ilegal dan tanpa hak. Melihat fakta hukum sebagaimana yang ada pada saat ini, dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah disalah gunakan sebagai sarana kejahatan ini
menjadi
teramat
penting
untuk
diantisipasi
bagaimana
kebijakan
hukumnya,dan untuk dapat dilakukannya upaya pencegahan terhadap tindak pidana pemalsuan maka harus diketahui juga faktor – faktor apa yang membuat seseorang dapat melakukan tindakan itu.sehingga tindak pidana tersebut dapat diatasi dengan undang – undang yang berlaku dan dengan cara – cara pendekatan terhadap masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hal – hal tersebut maka penulis hendak menyusun skripsi yang berjudul “ Kajian Kriminologi Tentang Tindak Pidana Pemalsuan Data dan Kaitannya Dengan Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. ”
B. Permasalahan. Berdasarkan uraian diatas timbul beberapa masalah yang perlu dikaji dalam penulisan skripsi ini, antara lain : 1. Bagaimana Pemalsuan Data ditinjau dari KUHP dan Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. ? 2. Faktor – faktor apa yang menyebabkan Tindak Pidana Pemalsuan Data di Indonesia. ? 3. Bagaimana upaya penanggulangan Tindak Pidana Pemalsuan Data di Indonesia. ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan. Skripsi ini sebagai suatu karya ilmiah yang kiranya dapat bermanfaat bagi perkembangan hukum di Indonesia. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui bentuk – bentuk Tindak Pidana Pemalsuan data dalam KUHP. 2. Untuk mengetahui faktor – faktor penyebab Tindak Pidana Pemalsuan Data. 3. Untuk mengetahui bagaimana upaya penanggulangan Tindak Pidana Pemalsuan Data.
Universitas Sumatera Utara
Skripsi ini juga memnerikan menfaat yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan penulisan yang telah diuraikan diatas, yaitu : 1. Manfaat Teoritis. Dengan adanya penulisan skripsi ini kiramya dapat menambah wawasan dan kaedah ilmu pengetahuan dalam bidang hukum pidana yang berkaitan dengan tindak pidana pemalsuan data yang dikaitkan dengan teknologi dan informasi yang ada, serta memberi gagasan dalam upaya penanggulangan tindak pidana tersebut. 2. Manfaat Praktis. Untuk dapat mencegah dan menanggulangi tindak pidana pemalsuan yang banyak terjadi dimasyarakat baik yang menggungakan media elektronik ataupun media lainnya. Dan juga dapat memberi masukan bagi aparat penegak hukum dalam membrantas tindak pidana ini dan menyadarkan masyarakat dalam peran sertanya untuk ikut dalam usaha tersebut.
D. Keaslian Penulisan. “ Kajian Kriminologi Tentang Tindak Pidana Pemalsuan Data dan Kaitannya Dengan Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. ” yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maupun di Fakultas Hukum Universitas lain yang di Indonesia. Skripsi ini merupakan hasil karya dari penulis sendiri melalui pemikiran, referensi buku – buku, referensi internet dan bantuan dari pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
E. Tinjauan Kepustakaan. 1. Pengertian Tindak Pidana Pemalsuan. Perbuatan pemalsuan sesungguhnya baru dikenal di dalam suatu masyarakat yang sudah maju dimana surat, uang logam, merek atau tanda tertentu dipergunakan untuk mempermudah lalu lintas hubungan di dalam masyarakat. 4 Tindak pidana mengenai pemalsuan adalah berupa kejahatan yang di dalamnya mengandung unsur keadaan ketidakbenaran atau palsu atas sesuatu yang sesuatunya itu tampak dari luar seolah – olah benar adanya padahal sesungguhnya bertentangan dengan yang sebenarnya. 5 Ketidakbenaran dari sesuatu tersebut menyebabkan banyaknya masyarakat yang tidak dapat membedakan mana yang asli dan mana yang palsu hal ini dikarenakan sipelaku menggunakan banyak cara yang menyebabkan masyarakat terjebak dalam kondisi tersebut. Ketidakbenaran atau pemerkosaan terhadap kebenaran tersebut dapat dilakukan dengan cara : 6 Pemalsuan intelektuil dapat terdiri atas pernyataan atau pemberitahuan yang diletakkan dalam suatu tulisan atau surat, pernyataan atau pemberitahuan mana sejak semula adalah tidak benar dengan perkataan lain orang yang memberikan pernyataan atau pemberitahuan itu mengetahui atau memahami, bahwa hal itu tidak benar atau tidak sesuai dengan kebenaraan, hingga tulisan atau surat itu mempunyai isi tidak benar. Pemalsuan materiil :
4
H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana bagian khusus (KUHP buku II), (Alumni, Bandung1980), hal 155. 5 Adam Chazawi, Kejahatan Terhadap Pemalsuan, (PT Raja Grafindo Paersada, Jakarta, 2001), hal2-3 6 H.A.K. Moch. Anwar, Op Cit , hal 157 - 158.
Universitas Sumatera Utara
a. Perbuatan mengubah sesuatu benda, tanda, merkm mata uang, tulisan / huruf yang semula asli dan benar sedemikian rupa hingga benda, tanda, merk, mata uang, tulisan / surat itu menunjukkan atau menyatakan sesuatu hal yang lain dari pada yang aslinya. Benda, tanda, merk, mata uang, tulisan / surat itu telah secara materiil dipalsukan, tetapi karenanya isinya juga menjadi palsu atau tidak benar. b. Perbuatan membuat benda, tanda, merk, mata uang atau tulisan / surat sejak semula sedemikian rupa, hingga mirip dengan yang aslinya atau yang benarnya, tetapi bukan yang asli. Dari pengertian tindak pidana pemalsuan ini dapat ditarik 6 objek dari tindak pidana pemalsuan seperti yang terdapat dalam Kitab Undang – undang Hukum Pidana yang antra lain adalah : 1. Keterangan diatas sumpah. 2. Mata uang. 3. Uang kertas. 4. Materai. 5. Merk. 6. Surat. Dengan perbuatan tersebut diatas, meskipun dapat digolongkan didalam pemalsuan secara materiil, tetapi berhubung karenanya juga isinya menjadi palsu atau tidak benar, maka sekaligus terjadi pemalsuan materiil dan pemalsuan intelektuil. Pemalsuan intelektuil yang murni hanya dapat terjadi apabila suatu data / tulisan / surat merupakan data / tulisan / surat sendiri yang keseluruhannya asli, tidak diubah, tetapi pernyataan yang termuat didalamnya adalah tidak asli atau tidak benar. Pemalsuan yang dilakukan terhadap mata uang dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan logam campuran yang sama dengan yang dimiliki oleh mata unag asli, merupakan pemalsuan baik materiil maupun intelektuil sebab penempatan tera pada mata uang adalah palsu dalam dua cara. 2. Pengertian Data, Komputer, Internet, Informasi, Transaksi Elektronik,dan Dokumen Elektronik. a. Pengertian Data. Data adalah informasi yang dicatat dalam suatu bentuk yang mana dapat diproses melalui peralatan yang berfungsi secara otomatis menanggapi instruksi – instruksi yang diberikan bagi tujuan tersebut. 7 Defenisi ini sangat luas dan akan mencakup data yang disimpan dalam disk magnetis, pita rekam, kartu – kartu kantong, kode not balok dan lain – lain, demikian pula data yang disimpan pada memori komputer yang dapat terhapus dengan cepat. 8 Data yang terdiri dari informasi yang berkaitan dengan kehidupan individu yang dapat diindentifikasikan dari informasi tersebut ( atau dari informasi itu atau informasi yang ada dalam penguasaan pengguna data ), termasuk setiap pernyataan pendapat tentang individu tetapi tidak mencakup semua indikasi tentang kehendak pengguna data yang berkaitan dengan individu tersebut. 9 b. Pengertian Komputer. Sebelum membicarakan keterkaitan antara hukum pidana dan komputer, maka perlu dikemukakan disini pengertian komputer secara sekilas dan populer. Istilah komputer berasal dari bahasa Inggris computer, yang kata dasarnya to compute yang berarti menghitung. Istilah komputer yang semula artinya 7
David I. Bainbridge, Komputer dan Hukum (cetakan pertama), (Sinar Grafiks, Jakarta, 1993), hal.220-221. 8 Ibid. 9 Ibid. Universitas Sumatera Utara
penghitung, kemudian berkembang lebih luas karena istilah kalkulator khusus dipakai untuk mesin hitung, yang asal katanya to calculate 10. Istilah komputer ( computer ) yang semula dipkai untuk alat menghitung suara pemilihan presiden ( voting ) itu berkembang terus sesuai dengan kemajuan teknologi elektronik yang canggih. Ada yang melukiskan komputer itu secara sederhana sebagai : ” serangkaian atau kumpulan mesin elektronik yang bekerja secara bersama – sama dan dapat melakukan rententan atau rangkaian pekerjaan secara otomatis melalui instruksi atau program yang diberikan kepada nya.” 11 Institut Komputer Indonesia mendefinisikan komputer sebagai berikut : ” suatu rangkaian peralatan – prealatan dan fasilitas yang bekerja secara elektronis, bekerja dibawah kontrol status operating system, melaksanakan pekerjaan berdasarkan rangkaian instruksi – instruksi yang disebut program serta mempunyai internal stronge yang digunkan untuk menyimpan operating system, program dan data yang diolah. ” 12 c. Pengertian Internet. Internet adalah sistem informasi global yang mneghubungkan berbagai jarinagn komputer secara bersama – sama dalam suatu ruang global berbasis Internet Protocol. Internet merupakan jaringan luas dari komputer yang lazim disebut dengan orldwide network. Internet merupakan jaringan komputer yang terhubung satu sama lain melalui media komunikasi, seperti kabel telepon, serat optik, satelit maupun gelombang frekuensi.
10
Andi Hamzah, Hukum Pidana yang berkaitan dengan komputer (edisi kedua), ( Sinar Grafika, Jakarta, 1996 ), hal.1. 11 Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia – Amerika (LPKIA), mengenal duna komputer, Jakarta, 1986, hal. 12. 12 Andi Hamzah, Loc.Cit, hal 1. Universitas Sumatera Utara
Jaringan komputer ini dapat berukuran kecil yang biasa dipakaisecara intern dikantor – kantor, bank, atau perusahaan atau biasa disebut dengan internet, dapat juga berukuran super besar seperti internet.13 d. Pengertian Informasi, Transaksi Elektronik dan Dokumen Elektronik. Dalam ketentuan umum pasal 1 Undang – undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik disebut kan, bahwa Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik. Tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange ( EDI ), surat elektronik ( electronic mail ), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Sedangkan Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan menggunakan Komputer, Jaringan Komputer, dan /atau media elektronik lainnya. Dokumen Elektronik adalah setiap informasi elektroni yang dibuat, diteruskan, dikrimkan, diterima atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya 3. Teori-teori Sebab Terjadinya Kejahatan. George B Vold menyebutkan teori adalah bagian dari suatu penjelasan yang muncul manakala seseorang dihadapkan pada suatu gejala yang tidak
13
Ibid. Universitas Sumatera Utara
dimengerti. Upaya mencari penjelesan mengenai sebab kejahatan, sejarah peradaban manusia mencatat adanya dua bentuk pendekatan yang menjadi landasan bagi lahirnya teori - teori dalam kriminologi yaitu: 14 A. Spiritualisme. Dalam penjelasan tentang kejahatan, spiritualisme memiliki perbedaan mendasar dengan metode penjelasan kriminologi yang ada saat ini. Berbeda dengan teori – teori saat ini, penjelasan spiritualisme memfokuskan perhatiannya pada perbedaaan antara kebaikan yang datang dari Tuhan atau dewa dan keburukan yang datang dari setan. Seseorang
yang telah melakukan suatu
kejahatan dipandang sebagai orang yang telah terkena bujukan setan ( evill / demon ) . Penjelasan tentang kepercayaan manusia pada yang gaib tersebut dapat kita peroleh dari berbagai literature sosisologi, arkeologi dan sejarah selama berabad – abad yang lalu. Dalam perkembangan selanjutnya aliran spiritualisme ini masuk dalam lingkup pergaulan politik dan sosial kaum feodal. Landasan pemikiran yang paling rasional dari perkembangan ini adalah bahwa pada periode sebelumnya pada kejahatan dianggap sebagai permasalahan antara koban dan keluarga korban dengan pelaku dan keluarganya. Konsep perang tanding antara keluarga yang menjadi korban dengan keluarga pelaku merupakan wadah pembalasan dendam dan kerugian dari pihak korban. Dalam hal ini ada suatu kepercayaan dari masyarakat bahwa kebenaran akan selalu menang dan kejahatan pasti akan mengalami kebinasaan.
14
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, ( PT Raja Grafindo Persada, 2001 ), hal 19-23. Universitas Sumatera Utara
Metode untuk membuktikan kesalahan seeorang dalam masyarakat primitf memiliki banyak model. Menceburkan seseorang kedalam sungai dengan cara mengikatnya pada sebuah batu besar. Meski dalam kenyataan di masyarakat , dapat dilihat secara nyata bahwa penjelasan spiritual ini ada dan berlaku dalam berbagai bentuk dan tingkat kebudayaan , namun aliran ini memiliki kelemahan . kelemahannya itu adalah bahwa penjelasan ini tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. B. Naturalisme. Naturalisme merupakan model pendekatan lain yang sudah ada sejak berabad – abad yang lalu . Adalah
“ Hippocrates ” ( 460 S . M . ) yang
menyatakan bahwa “ the brain is organ of the mind” . perkembangan paham rasionalisme yang muncul dari perkembangan ilmu alam setelah abad pertengahan menyebabkan manusia mencari model penjelasan lain yang lebih rasional dan mampu membuktikan secara ilmiah . dalam perjalanan sejarah kedua model penjelasan ini beriringan meski bertolak belakang. Lahirnya rasionalisme di Eropa menjadikan pendekatan ini mendominasi pemikirn tentang kejahatan pada abad selanjutnya. Dalam perkembangan lahirnya teori –teori tentang kejahatan , maka dapat di bagi dalam tiga mazhab atau aliran yaitu : 1. Aliran Klasik Dasar pemikiran dari ajaran klasik ini adalah adanya pemikiran bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas ( free will ) . Di mana dalam bertingkah laku , ia memiliki kemampuan untuk memperhitungkan segala tindakan berdasarkan keinginannya ( bedonisme ) . Dengan kata lain manusia dalam berperilaku dipandu oleh dua hal yaitu
Universitas Sumatera Utara
penderitaan dan kesenangan yang
menjadi resiko
dari tindakan yang
dilakukannya. Dalam hal ini hukuman di jatuhkan berdasarkan tindakannya , bukan kesalahannya. Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, Cesare Bonesana Marchese de Beccaria menuntut adanya persamaan di hadapan hukum bagi semua orang dan keadilan dalam penerapan sanksi. Ia menginginkan kesebandingan antra tindakan dan hukuman yang dijatuhkan. Ini dapat diungkapkan secara tersirat dalam tulisannya “The Crimes and Punishment”. 2. Aliran Neo Klasik. Aliran neo klasik pada dasarnya bertolak pada pemikiran mazhab klasik. Namun demikian para sarjana mazhab neoklasik ini justru menginginkan pembaharuan pemikiran dari mazhab klasik setelah kenyataannya pemikiran pada mazhab klsik justru menimbulkan ketidakadilan. Meski mazhab neo klasik tidak dilandaskan pada pemikiran ilmiah namun aspek-aspek kondisi pelaku dan lingkungannya mulai diperhatikan. Hal tersebut yang membuatnya berbeda dengan mazhab klasik. 3. Aliran Positifis
Secara garis besar positifis membagi dirinya menjadi dua pandangan yaitu: a. Determinisme Biologis yaitu teori-teori yang mendasari pemikiran bahwa perilaku manusia sepenuhnya tergantung pada pengaruh biologis yang ada dalam dirinya.
b. Determinisme Cultural yaitu teori yang mendasari pemikirannya pada pengaruh sosial, budaya dan lingkungan dimana seseorang itu hidup.
Universitas Sumatera Utara
C.Teori Makro (Teori yang bersifat abstrak):
a.
Teori anomi. 15 Teori yang mencari sebab kejahatan dari sosio-kultural dengan
berorientasi pada kelas sosial. Emile Durkheim orang yang pertama kali menggunakan istilah anomi untuk menggambarkan keadaan yang disebut Deregulation didalam masyarakat (hancurnya keteraturan sosial akibat hilangnya patokan-patokan dan nilai-nilai).
Robert Merton juga penganut Anomi tapi berbeda dengan Durkheim yaitu teorinya membagi norma sosial menjadi 2 jenis yakni tujuan sosial (Societal goals) dan sarana yang tersedia (Accept talk means) untuk mencapai tujuan tersebut terdapat sarana yang dipergunakan. Tapi dalam kenyataannya tidak semua orang dapat menggunakan sarana yang tersedia sehingga digunakan berbagai cara untuk mendapatkan hal itu yang menimbulkan penyimpangan dalam mencapai tujuan.
Menurut teori anomi, keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan menimbulkan isparitas anatara harapan ( expentantions ), keinginan ( desires ) dan kemapuan untuk mencapainya. Masyarakat, yang biasanya menikmati suatu standard kehidupan tertentu, tidak lagi sanggup mencapainya atau memenuhinya.
Pada saat yang bersamaan norma – norma hukum dan social kehilangan daya ikatnya dalam masyarakat. Oleh sebab itu, untuk mencapai standard kehidupan mereka sebelumnya tersebut, mereka bisa jadi ( cenderung ) melakukan perbuatan – perbuatan illegal. Jadi teori ini memprediksi bahwa pada kondisi 15
H. Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta KRIMINOLOGI, ( Refika Aditama, 2007 ), hal 33-34. Universitas Sumatera Utara
ekonomi yang buruk kejahatan – kejahatan pencurian, penipuan, perampokan cenderung meningkat.
b.
Teori Konflik Dimana masyarakat lebih bercirikan konflik daripada konsensus.
Perspektif pluralis yang melihat masyarakat terdiri dari banyak kelompok, kalau perspektif konflik dalam suatu masyarakat terdapat dua kelompok yang saling berlomba untuk mendominasi masyarakat. George B Vold adalah orang pertama yang menghubungkan teori konflik dengan kriminologi. Menurut pendapatnya individu-individu terikat bersama dalam kelompok karena mereka social animals (makhluk sosial) dengan kebutuhan-kebutuhan yang sebaiknya dipenuhi melalui tindakan kolektif. Jika kelompok itu melayani anggotanya, ia akam terus hidup, tapi jika tidak maka kelompok lain akan mengambil alih. 16
Teori konflik terdiri dari:
1. Konflik Konservatif
Menekankan pada 2 hal yaitu kekuasaan dan penggunaan. Dimana konflik muncul diantara kelompok yang mencoba untuk menggunakan kontrol atas situasi atau kejadian. Mereka yang berkuasa dapat mempengaruhi pembuatan putusan juga dapat memaksakan nilai-nilai terhadap kelas sosial yang lebih rendah
2. Radikal Konflik
Dimana terdapatnya ketidaksenangan dalam penyebaran sumber-sumber langka dalam masyarakat sementara semua oang merasa berhak atas sumber 16
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Op.Cit, hal 106. Universitas Sumatera Utara
langka tersebut, inilah penyebab adanya konflik dalam masyarakat. Konflik timbul antara yang mempunyai kekuasaan dengan yang tidak mempunyai kekuasaan, seperti buruh dengan pemilik modal.
4. Teori Mikro.
Yaitu teori yang bersifat kongkrit yang berusaha menjelaskan bagaimana seorang menjadi jahat. Terkenal dengan teori sosial kontrol yang memulai pertanyaan mengapa orang mentaati norma atau tidak semua orang melanggar hukum. Jawabannya karena orang mengikuti hukum sebagai respon atas kekuatan-kekuatan pengontrol tertentu dalam kehidupan mereka. Mereka menjadi kriinil ketika kekuatan yang
mengontrol tersebut
lemah atau hilang.
Menurut Travis Hirchi dengan perfectif micro sosiological studies (social bond) ikatan sosial ada 4: 17
a.
Attachment. Attachment dibagi menjadi attachment total dan attachment partial.
Attachment total yaitu suatu keadaan dimana seseorang individu melepas ego yang terdapat dalam dirinya diganti dengan rasa kebersamaan, rasa kebersamaan inilah yang mendorong seseorang untuk selalu mentaati hukum karena melanggar berarti menyakiti perasaan orang lain.
Attachment partial yaitu suatu hubungan antara seorang individu dengan lainnya dimana hubungan tersebut tidak didasarkan pada peleburan ego dengan ego yang lain tapi hadirnya orang lain yang mengawasi. Dari 2 hal itu dapat diketahui bahwa attachment total akan mencegah hasrat seseorang melakukan 17
H. Romli Atmasasmita, Op.Cit, hal. 36. Universitas Sumatera Utara
deviasi sedangkan attachment partial hanya menimbulkan kepatuhan bila ada orang lain yang mengawasi bila tidak ada maka terjadi deviasi.
b.
Comitment Yaitu keterikatan seseorang pada sub sistem konvensional seperti sekolah,
pekerjaan, organisasi dan sebagainya. Komitmen merupakan aspek rasional yang ada dalam ikatan. Segala kegiatan yangdilakukan bermanfaat bagi ikatan tersebut bisa berupa harta benda, reputasi, masa depan dan sebagainya
c.
Involvement Merupakan aktivitas seseorang dalam subsistem konvensional . Jika
seseorang berperan aktif dalam organisasi kecil kemungkinan terkena deviasi. Logikanya mreka menghabiskan waktu dantenaga dalam kegiatan tersebut. Sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan dan berbuat yang melanggar hukum
d.
Beliefs Merupakan aspek moral yang terdapat dalam ikatan sosial, yang
merupakan kepercayaan seseorang pada nilai-nilai moral yang ada. Kepercayaan terhadap norma atau agama akan menyebabkan orang patuh pada norma tersebut
5. Bridging Teori. Merupakan teori yang menengahi antara makro dengan mikro teori. Terdiri atas: 18
18
http://www.legalitas–org/incl–php/buka.php.
Universitas Sumatera Utara
a. Teori sub kultur. Sub kultur adalah suatu sub bagian budaya diantara budaya dominan dalam masyarakat yang memiliki norma-norma, keyakinan-keyakinan dan nilainilainya sendiri. Sub kultur timbul ketika sejumlah orang dalam keadaan serupa mendapati diri mereka terpisah dari masyarakat banyak dan kemudian secara bersama saling mendukung. Subculture mungkin terbentu dengan sesame suku atau ras minoritas, sesame penghuni daerah kumuh. Subculture hadir di dalam suatu masyarakat yang lebih besar, tidak terpisah dari masyarakat itu. Meski demikian, gaya hidup dari anggota-anggota mereka berbeda secara signifikan dengan gaya hidup budaya culture.
b. Deliquent Sub Culture Menurut Albert Cohen deliquent subculture ( sub budaya yang nilainilainya bertentangan dengan nilai-nilai dari budaya dominan ) muncul di daerah kumuh. Menurut Cohen posisi keluarga muda dalam struktur sosial menentukan problem-problem yang akan dihadapi sepanjang hidupnya. 19 Albert Cohen melalui suatu penelitian menyatakan bahwa perilaku deliquen lebih banyak terjadi pada laki-laki kelas bawah (lower class) dan mereka lebih banyak membentuk geng, tidak terdapat alasan yang rasional bagi deliquen sub kultur untuk mencuri (selain mencari status kebersamaan), mencari kesenangan dengan menimbulkan kegelisahan pada orang lain juga meremehkan nilai-nilai kelas menengah.
19
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Op.Cit, hal 81. Universitas Sumatera Utara
c. Teori Differential Opportunity.
Richard Cloward dan Llloyd Ohlin mengkobinasikan teori strain, differential asociation dan social disorganization. Semua teori itu dimulai dengan asumsi bahwa conventional means disebarkan secara tidak merata di antara kelaskelas sosio-ekonomi bahwa kurangnya sarana-sarana itu menyebabkan frustasi bagi kalangan anak-anak kelas bawah dan bahwa tingkah laku criminal dipelajari dan dialirkan secara budaya. Menurut teori differential opportunity dari Cloward dan Ohlin, delinquent sub culture tumbuh subur di daerah-daerah kelas bawah dan mengambil bentuk tertentu yang mereka lakukan karena kesempatan untuk mendapatkan ukses secara tidak lebih tersebar secara merata dibanding kesempakatan untuk meraih sukses secara sah. 20
6. Teori Rutinitas dan Kesempatan.
Teori ini hanya untuk menjelaskan “ kejahatan kekerasan yang melibat kontak fisik langsung antara setidak – tidaknya seorang pelaku dengan setidak – tidaknya seorang korban atau objek dimana pelaku bermaksud untuk merusak / menyakiti atau mengambilnya “. ( predatory violations involving direct physical contact between at least one offender and at least one person or object which that offender attempts to take or damage ). Teori ini tidak bermaksud menjelaskan akar ( genesis ) dari perilaku criminal.
Menurut Cohen dan Felson, terjadinya suatu peristiwa kejahatan ( directcontact predatory crimes ) ditentukan oleh adanya konvergensi dalam ruang dan waktu oleh setidak – tidaknya 3 ( tiga ) faktor :
20
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Op.Cit, hal 84-85 Universitas Sumatera Utara
1. Pelaku yang mempunyai niat ( motivated offenders ). 2. Sasaran – sasaran yang empuk ( suitable targets ). 3. Tidak adanya penjaga yang mampu / kapabel ( capable ).
Cohen dan Felson menjelaskan bahwa perubahan pola aktivitas rutin dan / pola struktur ekologi sosial / masyarakat yang mempengaruhi konfergensi ruang dan waktu dari salah satu atau kombinasi dari dua atau lebih faktor – faktor diatas akan dapat meningkat kejahatan.
F. Metode Penelitian.
1. Jenis Penelitian.
Dalam penulisan skripsi ini agar tujuan lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan maka jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum normatif atau penelitian yuridis normatif yaitu dengan pengumpulan data secara studi pustaka ( library research ). 21
Metode pendekatan dengan pendekatan yuridis normatif mengingat permasalahan yang diteliti adalah mengenai hubungan tindak pidana pemalsuan yang terjadi di dalam masyarakat dan mengenai faktor – faktor terjadinya tindak pidana pemalsuan dan upaya penanggulangannya.
2. Sumber Data.
Sebagaimana umumnya penelitian hukum normatif dilakukan dengan penelitian pustaka yaitu penelitian yang dilakukan dengan mempelajari bahan
21
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (UI-Press, Jakarta, 1986), halaman 42. Universitas Sumatera Utara
pustaka atau data sekunder dimana data sekunder diperoleh dengan mempelajari sumber – sumber bacaan yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi. Data sekunder yang diteliti terdiri atas :
1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat yang berupa peraturan perundang – undangan yang berhubungan dengan tindak pidana pemalsuan. 2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum perimer antara lain berupa : a) Tulisan dan pendapat pakar hukum pidana mengenai pengertian tindak pidana pemalsuan. b) Tulisan dan pendapat pakar kriminologi mengenai sebab – sebab terjadinya kejahatan.
3. Analisis Data.
Data yang diperoleh dari sumber – sumber tersebut diatas dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara deskriftif. Analisa kualitatif ini ditujukan untuk mengungkapkan secara mendalam tentang pandangan dan konsep yang diperlukan dan akan diuraikan secara komprehensif / menyeluruh untuk menjawab berbagai permasalahn yang telah dirumuskan dalam skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan.
Penulisan skripsi ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan dapat pula memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan satu
Universitas Sumatera Utara
kesatuan yang sangat berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya yang dapat dilihat sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini merupakan bab yang menguraikan latar belakang penulisan skripsi ini, permasalahan dalam skripsi ini, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan dan menguraikan tentang tinjauan kepustakaan yang membahas mengenai pengertian tindak pidana pemalsuan, pengertian data, komputer, internet, informasi, transaksi elektronik, dokumen elektronik, dan teori – teori krimonologi terjadinya kejahatan, dan juga faktor – faktor serta upaya penanggulangannya.
Bab II Ketentuan Hukum tentang Pemalsuan Data.
Bab ini akan memberikan pemaparan tentang jenis – jenis tindak pidana pemalsuan data, pemalsuan data ditinjau dari KUHP dan Undang – Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan Beberapa ketentuan – ketentuan khusus lain dalam Undang – Undang Informasi dan Transaksi Elektronik
Bab III Faktor – faktor penyebab timbulnya Tindak pidana Pemalsuan Data.
Pada bab ini memberikan pemaparan tentang faktor – faktor penyebab terjadinya tindak pidana pemalsuan data.
Universitas Sumatera Utara
Bab IV Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pemalsuan Data.
Pada bab ini penulis akan membahas bagaimana upaya penanggulangan terhadap tindak pidana pemalsuan data.
Bab V Penutup.
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari masalah – masalah yang telah dibahas pada bab – bab terdahulu dan saran yang berguna bagi semua pihak untuk mengantisipasi perkembangan tindak pidana pemalsuan yang cenderung meningkat saat ini.
Universitas Sumatera Utara