BAB I PENDAHULUAN I.1.
UMUM Secara umum struktur perkerasan dapat dikelompokkan ke dalam 2
golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur perkerasan kaku (Rigid Pavement). Pengelompokkan struktur perkerasan tersebut pada umumnya lebih didasarkan pada bahan perkerasan yang digunakan. Struktur perkerasan lentur umumnya menggunakan lapisan aspal sebagai lapisan permukaan. Sedangkan struktur perkerasan kaku menggunakan pelat beton semen sebagai komponen struktur utamanya (1). Struktur perkerasan lentur terdiri dari lapisan permukaan (surface course), lapisan pondasi (base course) , lapisan pondasi bawah (subbase course) dan lapisan tanah dasar (subgrade)
(6)
. Lapisan permukaan yang umumnya
menggunakan bahan campuran aspal (aspal dan agregat) dapat dibedakan menjadi 2 lapisan, yaitu : lapisan penutup (wearing) dan lapisan utama (binder). Bahan lapisan utama seringkali dibuat sama dengan bahan lapisan penutup, tetapi terkadang lapisan utama menggunakan ukuran nominal agregat yang lebih besar. Lapisan pondasi atas dan lapisan pondasi bawah dapat menggunakan bahan agregat dengan atau tanpa bahan pengikat (seperti : aspal,semen atau kapur)
(1)
,
dimana bagian lapisan pondasi atas (base course) khususnya agregat kelas A merupakan hal akan dibahas dalam Tugas Akhir ini. Bahan untuk perkerasan lentur (Flexible Pavement), yaitu : a. Bahan untuk tanah pendasar yang terdiri dari : •
Tanah timbuan yang dipadatkan
Universitas Sumatera Utara
•
Tanah asli yang dipadatkan
b. Bahan untuk lapisan pondasi bawah (Sub Base Course) •
Agregat batu pecah/kerikil alam dengan gradasi tertentu
•
Batu belah/alam dengan balas pasir
c. Bahan untuk lapis pondasi (Base Course) •
Agregat batu pecah/kerikil alam dengan gradasi tertentu
d. Bahan untuk lapis resap pengikat/perekat (Prime Coat/Tack Coat) •
Aspal keras
•
Aspal cair
•
Aspal emulsi
e. Bahan untuk lapis permukaan (Surface Course) •
Aspal campuran panas
•
Aspal campuran dingin
•
Lapisan penetrasi Macadam
•
Lapisan as buton agregat Agregat/batuan didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi
yang keras dan penyal (solid)
(6)
. ASTM ‘74 mendefinisikan batuan sebagai suatu
bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen. Agregat/batuan merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90-95% agregat berdasarkan persentase berat atau 75-85% agregat berdasarkan persentase volume (6). Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul beban lalu lintas. Agregat dengan kualitas dan sifat yang baik dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang langsung memikul beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di
Universitas Sumatera Utara
bawahnya. Hal-hal yang mempengaruhi kekuatan (strength) lapisan perkerasan berdasarkan sifat agregatnya, yaitu : gradasi, ukuran maksimum, kadar lempung, kekerasan dan ketahanan, bentuk butir dan tekstur permukaan. Daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain (6). Negara Indonesia setiap tahunnya terus melaksanakan pembangunan di segala bidang. Segala kegiatan pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan sebagainya yang berkembang sedemikian pesatnya menuntut penyediaan sarana dan prasarana yang baik dan cukup demi menunjang segala aktifitas. Salah satu sarana yang paling penting sebagai penunjang berbagai kegiatan tersebut yaitu sarana jalan. Pada kenyataannya sarana jalan tidak dapat mengimbangi pertumbuhan kendaraan bermotor. Mengakibatkan timbulnya masalah baru yaitu masalah perkerasan jalan yang umur rencananya tidak sesuai lagi dari perkiraan awal. Dimana umur rencana dari suatu jalan menjadi lebih pendek dari perencanaan perhitungan. Prasarana jalan merupakan fasilitas yang sangat penting dalam menunjang kehidupan dan kualitas hidup masyarakat. Sejumlah bagian jalan banyak dijumpai dalam kondisi rusak dengan berbagai jenis tingkatannya. Sesuai dengan kondisi alam, daerah-daerah di Indonesia mengalami musim hujan, sehingga kerusakan jalan sering dikaitkan dengan fenomena alam ini. Perbaikan sulit dilakukan khususnya konstruksi jalan lentur, sedangkan Negara Indonesia hampir delapan puluh persen menggunakan aspal sebagai bahan pembuatan jalan. Kerusakan mengakibatkan lumpuhnya perekonomian, meningkatnya biaya transportasi karena waktu perjalanan menjadi lebih lama, kerusakan kendaraan akibat
Universitas Sumatera Utara
guncangan pada jalan berlubang, dan meningkatnya jumlah kecelakaan lalulintas khususnya kendaraan roda dua karena terjebak oleh kondisi jalan rusak dan berlubang. Kerusakan jalan disebabkan juga oleh beban lalulintas yang berlebih.
I.2.
MASALAH Pembangunan konstruksi jalan lentur dengan menggunakan bahan dasar
batuan, membutuhkan perencanaan yang proporsional agar campuran berfungsi sesuai rencana. Agregat yang tidak sesuai spesifikasi berakibat menurunkan kualitas dalam arti kekuatan dan kemampuan dalam menanggulangi beban lalulintas kendaraan. Komposisi agregat atau gradasi harus sesuai dengan jenis penggunaanya, apakah untuk lapisan pondasi atas atau lapisan pondasi bawah. Kontrol kualitas karakteristik pada agregat, yaitu : ukuran butiran, bentuk, ketahanan mekanik, keseragaman. Kebutuhan untuk meningkatkan keseragaman sangat diperlukan, karena kualitas akan semakin baik. Material yang tersedia dapat berupa agregat yang tidak seragam (nonuniform). Dengan adanya material yang tidak seragam (nonuniform) maka akan menghasilkan kualitas yang beragam pula (nonuniform). Untuk mendapatkan agregat seragam, pengetahuan yang bagus mengenai deposit sangat diperlukan, tempat yang ada harus disurvei. Beberapa daerah harus dihapuskan dan kontrol harus dilakukan dengan seksama ketika suatu daerah diragukan proses pekerjaannya. Kelas agregat ditentukan berdasarkan hasilnya sesuai dengan tipe mesin crusher yang digunakan. Agregat halus bisa dihilangkan sebelum atau sesudah penghancuran pertama. Hal ini dilakukan untuk kebersihan. Dalam tahap ini, kontrol yang dilakukan harus
Universitas Sumatera Utara
dipastikan bahwa keputusan penolakan yang diambil merupakan keputusan yang baik
(11)
. Berdasarkan Standard Operating Procedure, keberadaan quarry juga
sangat berpengaruh. Quarry yang memiliki kapasitas besar atau kecil mempengaruhi dalam uji test di laboratorium (10). Lapis pondasi atas atau Base Course adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi bawah dan lapisan permukaan. Fungsi dari lapis pondasi atas ini antara lain, yaitu : 1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda. 2. Sebagai lapisan peresapan untuk pondasi bawah. 3. Memberikan bantalan terhadap lapisan permukaan. Bahan baku yang digunakan untuk lapisan pondasi atas sama dengan bahan yang digunakan untuk bahan lapisan pondasi bawah tetapi mempunyai persyaratan yang lebih tinggi karena lapisan pondasi konstruksinya harus lebih kuat berhubung letaknya lebih diatas. Bahan pondasi olahan yang umum digunakan untuk itu adalah agregat kelas A dengan persyaratan yang dikeluarkan oleh Bina Marga versi 2006 sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1. Gradasi Lapis Pondasi Agregat Ukuran Ayakan
Persen Berat Yang Lolos
ASTM
(mm)
Kelas A
Kelas B
2”
50
1½”
37,5
100
88-95
1”
25,0
79-85
70-85
3 ” 8 No.4
9,50
44-58
30-65
4,75
29-44
25-55
No.10
2,0
17-30
15-40
No.40
0,425
7-17
8-20
No.200
0,075
2-8
2-8
100
Sumber : Bina Marga (2006). Div.5, Hal 4.
(8)
Tabel 1.2. Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat Sifat-Sifat Abrasi dari Agregat Kasar ( SIN 03-2417-1990)
Kelas A 0-40%
Kelas B 0-40%
0-6
0-10
Hasil Kali Indeks Plastisitas dgn % Lolos Ayakan No.200
Maks. 25
-
Batas Cair (SNI 03-1967-1990) Bagian Yang Lunak (SK SIN M-01-1994-03) CBR (SIN 03-1744-1989)
0-25 0-5% Min. 90%
0-35 0-5% Min. 60%
Indeks Plastisitas (SIN 03-1966-1990)
Sumber : Bina Marga (2006). Div.5, Hal 5.
(8)
Proses pemecahan agregat ada yang secara manual (sumber daya manusia) dan juga ada yang menggunakan alat (mesin). Namun sebaiknya proses pemecahan agregat menggunakan mesin pemecah batu (crusher stone) sehingga ukuran partikel-partikel yang dihasilkan dapat terkontrol (6). Adapun bentuk-bentuk agregat yang dihasilkan dari proses pemecahan dan digunakan dilapangan, yaitu : bulat (rounded), pipih (flaky)
(6)
.Gradasi akan
Universitas Sumatera Utara
memberikan rongga yang perlu diisi oleh aspal sebagai bahan pengikat atau ruang tempat aspal mencair pada suhu permukaan tinggi. Gradasi agregat merupakan hal yang penting dalam menentukan stabilitas perkerasan
(2)
. Gradasi agregat dapat
dibedakan atas : 1. Gradasi seragam (uniform graded) Agregat dengan ukuran yang sama/sejenis. Agregat ini menghasilkan lapisan perkerasan dengan sifat permeabilitas tinggi, stabilitas kurang, dan berat volume kecil.
Gambar 1.1. Gradasi Seragam (Uniform Graded) 2. Gradasi rapat (dense graded) Campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang berimbang,sehingga disebut juga
agregat bergradasi baik (well graded). Dikatakan baik jika
persen yang lolos setiap lapis dari sebuah gradasi memenuhi, yaitu : P = 100(d/D)0,45
Universitas Sumatera Utara
Agregat dengan gradasi ini akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan stabilitas
tinggi, kurang kedap air, sifat drainase jelek dan berat volume
besar.
Gambar 1.2. Gradasi Rapat (Dense Graded)
Dalam Tugas Akhir ini dilakukan uji quality control terhadap data yang ada dengan menggunakan statistik distribusi normal untuk dapat melihat kontrol kualitasnya . Penulis membatasi masalah pengendalian kualitas agregat ( base course ) yang sesuai dengan spesifikasi Bina Marga versi 2006 (8). Dalam hal ini penulis menggunakan metode Quality Control dengan statisik.
I.3.
TUJUAN PENULISAN Penulisan tugas akhir ini dilakukan bertujuan untuk :
1. Mengetahui uji pengendalian mutu yang dilakukan untuk lapis pondasi agregat pada base course. 2. Penjelasan mengenai quality control uniform dan nonuniform.
Universitas Sumatera Utara
3. Melakukan uji quality control dengan menggunakan perhitungan statitik dalam kondisi data yang seragam (uniform) dan tidak seragam (nonuniform)
I.4.
METODOLOGI PEMBAHASAN Metode pembahasan yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini
adalah : 1. Studi literatur (literature review) yakni pengumpulan data-data yang berhubungan dengan tugas akhir ini yang bersumberkan buku-buku serta referensi lainnya sebagai pendekatan teori maupun sebagai perbandingan untuk mengkaji penulisan ini. 2. Pengambilan data. 3. Masukkan dari dosen pembimbing. 4. Kesimpulan dan saran.
I.5.
SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memperjelas tahapan yang dilakukan dalam studi ini, di dalam
penulisan tugas akhir ini dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN Merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan dilakukan meliputi tinjauan umum, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metodologi dan sistematika penulisan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
QUALITY
CONTROL
TERKADAP
KINERJA
PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA Merupakan kajian berbagai literatur serta hasil sudi yang relevan dengan pembahasan ini. Diuraikan bagaimana kontrol kualitas mempengaruhi kinerja suatu jalan dan berkaitan dengan material yang digunakan,yaitu agregat pada Base Course. BAB III
QUALITY CONTROL UNIFORM & NONUNIFORM Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai kontrol kualitas seragam dan tidak seragam. Diharapkan dengan pembahasan ini dapat diketahui perbedaan kontrol kualitas dalam kondisi seragam dan tidak seragam.
BAB IV
APLIKASI DAN PENGGUNAAN Penggunaan data-data yang diperoleh untuk dilakukan kontrol kualitas dengan menggunakan statistik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan penutup yang berisikan kesimpulan yang telah diperoleh dari pembahasan pada bab sebelumnya dan saran mengenai hasil penulisan yang dapat dijadikan masukkan.
Universitas Sumatera Utara