BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Giardiasis adalah penyakit diare yang disebabkan oleh protozoa patogen
Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi protozoa intestinal terbanyak di dunia. World Health Organization (WHO) mengestimasikan bahwa 200 juta orang akan terinfeksi giardiasis setiap tahunnya dengan tingkat prevalensi giardiasis yang bervariasi sekitar 4-42%. Tingkat prevalensi keseluruhan pada negara maju adalah 2-5%, sedangkan pada negara berkembang tingkat prevalensinya 20-30%. Pada negara berkembang Giardia intestinalis merupakan penyebab utama diare pada bayi dan anak. Prevalensinya 15-20% pada anak-anak yang berumur kurang dari 10 tahun, dan 90% dari anakanak tersebut menderita giardiasis asimptomatik (Robertson, 2008). Di Indonesia, prevalensi giardiasis secara umum cukup tinggi berkisar 225% (Nathac, 2004). Dalam suatu survei infeksi protozoa usus tahun 2002 di Kepulauan Seribu, diperoleh prevalensi infeksi Giardia intestinalis sekitar 30% (Kamilia, 2009). Di Jatinegara prevalensi balita yang menderita giardiasis pada tahun 2003 sebesar 12,7% (Budiyani, 2009). Untuk Provinsi Sumatera Barat terutama Kota Padang, pada tahun 2010 dilakukan penelitian di sebuah rumah singgah dan didapatkan prevalensi protozoa intestinal sebesar 40,91% dengan frekuensi infeksi tertinggi disebabkan Giardia intestinalis sebesar 37,88% (Nurhayati, 2010).
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Giardiasis adalah penyakit yang dapat menyerang manusia maupun hewan. Giardia intestinalis dapat ditemukan pada kotoran manusia, anjing, kucing ataupun primata. Giardia intestinalis dapat menginfeksi dengan menelan kista matang yang dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penularan secara langsung dapat terjadi melalui tangan ke mulut dan melalui fecal-oral pada individu yang terkontaminasi sedangkan tidak langsung melalui air dan makanan yang terkontaminasi oleh tinja manusia maupun hewan dan makanan yang mengandung kista Giardia intestinalis (Hanevik et al. 2007). Penularan juga dapat terjadi melalui transmisi dari hewan ke manusia seperti tikus, domba, sapi, anjing dan burung yang terinfeksi oleh Giardia intestinalis. Infeksi Giardia intestinalis sering menginfeksi wisatawan yang mengunjungi beberapa area yang endemik atau area dengan higiene rendah, homoseksual, dan orang yang sering berhubungan dengan hewan-hewan tertentu (CDC, 2015; Anna, 2012). Pada umumnya giardiasis bersifat asimptomatik. Prevalensi giardiasis simptomatik
hanya
sekitar
5-40%.
Mekanisme
giardiasis
simptomatik
disebabkan oleh banyak hal dan belum semuanya dapat dijelaskan. Manifestasi giardiasis simptomatik bervariasi mulai dari diare akut, malaise, fatigue, rasa tidak nyaman di perut, buang gas yang berlebihan (berbau busuk), steatorrhea hingga malabsorpsi dan diare kronik. Gejala klinis pada pasien tergantung dari sejumlah faktor seperti jumlah parasit, virulensi parasit, respon imun dari host. Ketika host dalam keadaan sehat, biasanya tubuh dapat membatasi infeksi secara alami. Namun pada pasien yang immunocompromised (kekurangan kekebalan tubuh), infeksi dapat berlangsung lama (Hill, 2005; Huston, 2006; Behrman et al. 2009).
2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Pada daerah endemik, lebih dari dua per tiga pasien terinfeksi Giardia intestinalis adalah asimptomatik. Giardiasis asimptomatik adalah giardiasis yang tidak menunjukkan gejala atau keluhan tetapi pada pasien dapat ditemukan kista dalam tinja penderita. Penderita tampak sehat tanpa menunjukkan gejala giardiasis, Kondisi ini mempunyai potensi yang besar untuk menyebarkan parasit terhadap lingkungan di sekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama pada anak. Anak-anak yang mengalami giardiasis asimptomatik juga dapat berubah menjadi simptomatik sehingga dapat terjadi defisiensi glukosa, defisiensi zinc dan jika berkepanjangan dapat menyebabkan kegagalan berkembang hingga retardasi pertumbuhan. Kerentanan anak terhadap infeksi ini tergantung umur, status gizi, higiene perorangan, lingkungan tempat tinggal, imunitas, dan adanya infeksi parasit usus lain (Sutanto et al. 2008). Higiene adalah salah satu faktor paling penting dalam mencegah giardiasis. Higiene rendah adalah penyebab utama tingginya giardiasis di suatu daerah. Dalam sebuah penelitian Effendi dan Riza tahun 2005 menyatakan ada hubungan bermakna personal hygiene, kebiasaan cuci tangan sebelum makan, kebiasaan bermain yang berkontak dengan tanah, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu, kondisi orang tua, kepemilikan jamban dan sarana air bersih dengan infeksi cacingan dan protozoa pada anak-anak. Kebersihan perorangan, seperti tidak mencuci tangan dengan bersih sebelum makan dan sesudah buang air besar, memasak air minum tidak sampai mendidih, mencuci sayuran tidak bersih, defekasi sekitar rumah, tidak menutup makanan dengan baik juga dapat meningkatkan infeksi Giardia intestinalis (Effendi dan Riza, 2005).
3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Kebersihan perorangan yang rendah dapat kita temukan pada penghuni rumah singgah. Apabila ditinjau kembali dari latar belakang perkerjaan, kebiasaan hidup, dan cara hidup mereka, anak-anak beresiko terpapar oleh agen infeksi terus menerus. Hal ini disebabkan oleh keseharian mereka berkontak dengan lingkungan kotor, memakan makanan dan minuman yang tidak higienis, serta kurangnya pengetahuan akan pentingnya kebersihan perorangan (Nurhayati, 2010). Rumah singgah Anak Sholeh yang berlokasi di Kelurahan Purus Baru, Kecamatan Padang Barat adalah salah satu rumah singgah yang ada di Kota Padang yang aktif berupaya melakukan pembinaan terhadap anak-anak. Rumah singgah Anak Sholeh merupakan rumah singgah yang anak binaannya berlatar belakang sosial ekonomi menengah ke bawah. Rumah singgah ini tereletak di daerah perkampungan nelayan yang berjarak 200 meter dari pantai dengan keadaan perkampungan kumuh dan padat serta penduduk yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungannya. Menurut survei awal, mengatakan bahwa kurangnya pemahaman anak-anak mengenai cuci tangan menggunakan sabun yang menunjukkan kurangnya higiene perorangan. Ini juga menunjukkan kurangnya pengawasan orang tua terhadap kebersihan anak. Menurut survey awal bahwa protozoa intestinal terbanyak pada rumah singgah Anak Sholeh adalah Giardia intestinalis. Belum ada laporan sebelumnya yang menggambarkan kejadian giardiasis terhadap kebiasaan mencuci tangan pada penghuni rumah singgah Anak Sholeh. Dari semua faktor tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian di rumah singgah Anak Sholeh karena ingin menggali lebih jauh lagi faktor yang
4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
menyebabkan tingginya infeksi penyakit giardiasis untuk upaya pencegahan penyakit infeksi yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pemecahan masalah ini sehingga nantinya prevalensi kasus dapat berkurang.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian giardiasis pada penghuni rumah singgah Anak Sholeh ?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian
giardiasis pada penghuni rumah singgah Anak Sholeh. 1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui angka kejadian giardiasis pada penghuni rumah singgah Anak Sholeh. 2. Mengetahui gambaran kebiasaan mencuci tangan pada penghuni rumah singgah Anak Sholeh. 3. Mengetahui hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian giardiasis pada penghuni rumah singgah Anak Sholeh.
5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
1.4
Manfaat Penelitan
1.4.1
Manfaat untuk Peneliti
1.
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar dalam membuat suatu penelitian.
2.
Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis dan sistematis dalam mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat.
3.
Sebagai sarana pelatihan dan pembelajaran melakukan penelitian di bidang parasitologi.
1.4.2
Manfaat untuk Institusi Sebagai perwujudan tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi
dan tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian dalam masyarakat. 1.4.3
Manfaat bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat
mengenai kesehatan lingkungan dan penyakit yang berhubungan dengan lingkungan khususnya giardiasis serta bisa menjadi bahan masukan dalam rangka pencegahan dan peningkatan higiene masyarakat. 1.4.4
Manfaat bagi institusi kesehatan Sebagai bahan informasi dalam upaya pemberian pelayanan pengobatan
kesehatan dan tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit giardiasis pada anak-anak.
6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas