BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan umum sebagai ajang pesta demokrasi di suatu negara merupakan fase perpolitikan yang sangat penting yang harus dilewati, terlebih bagi negara yang gencar mengklaim bahwa mereka memiliki iklim demokrasi yang baik. Di Indonesia, iklim demokrasi berkenaan dengan pemilu akhir-akhir ini mulai menggelora dikarenakan pelaksanaan pemilu semakin dekat. Pemilihan umum ini sendiri menjadi ajang bagi setiap partai politik untunk “show off” demi mendapatkan respon masyarakat. Mulai dari melempar isu-isu penting berkenaan dengan negara dan masyarakat, serta pada nantinya bertindak menjadi protagonist yang memberikan solusi atas isu-isu yang telah berkembang tersebut. Gencar mempublikasikan tentang partai politiknya mulai dari hal yang cukup mendasar tapi berat seperti asas, tujuan serta ideology partai memperhatikan cara-cara yang lebih menyentuh masyarakat, seperti penayangan iklan tentang aktivitas partai dalam kegiatan bermasyarakat, sampai dengan mematikan lawan politiknya yaitu partai politik yang lain dengan memberikan kabar-kabar yang memojokkan suatu partai sehuingga diharapkan dapat mempengaruhi pemilih nantinya. Pemilihan calon anggota legislative melalui pemilihan umum secara langsung mau tak mau memaksa para calon untuk turut ikut serta mempromosikan dirinya sembari berkampanye untuk
1
partai, tak jarang para calon legislatif merogoh uang yang tidak kecil pada saat masa kampanye. Situasi yang panas menjelang pesta demokrasi ini akhirnya turut memancing respon dari sebuah partai politik peserta pemilu 2014, yaitu NasDem. Partai NasDem sebagai partai “gurem” dikarenakan baru terbentuk dan baru akan mengikuti pemilihan umum pertamanya pada 2014 nanti memiliki keinginan yang sangat kuat untuk merebut hati para pemilih di Indonesia. Hasil maksimal menjadi target utama mereka demi turut serta dalam proses perpolitikan di Indonesia serta demi menjaga keeksistensian mereka pada pemilu selanjutnya. Partai yang merupakan turunan dari organisasi massa NasDem tersebut digawangi oleh beberapa tokoh yang cukup punya nama di Indonesia dengan salah satunya sang pendiri, Surya Paloh, politikus sekaligus pemilik salah satu media yang cukup berpengaruh di Indonesia yang belakangan diangkat menjadi ketua umum partai. Partai NasDem menjadi salah satu penantang kuat para barisan parta-partai lawas yang sudah punya basis dukungan massa yang kuat seperti Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sebagai partai baru dan mempunyai niat yang sama untuk memenangi pemilihan umum, nasional democrat menargetka hasil akhir yang maksimal,berbagai target suara dipatok di daerah-daerah, tak terkecuali di provinsi Aceh. Aceh sangat diharapkan dapat menjadi salah satu basis suara yang besar bagi Partai Nasdem. Hal yang cukup wajar ditargetkan karena nasdem mempunyai perwakilan partai disana dan penjaringan kader nasdem di Aceh juga menarik minat banyak masyarakat
2
sehingga memilih bergabung dengan partai Nasdem sebagai kendaraan berpolitiknya. Partai Nasdem sebagai partai baru gencar melakukan berbagai promosi di Aceh dengan tujuan memberi informasi kepada masyarakat bahwa dengan membawa semangat “restorasi” nasdem dapat berkembang menjadi salah satu partai yang besar dan mengakomodir aspirasi masyarakat di Aceh. Political marketing yang jitu setidaknya dapat mewujudkan target mereka. Penelitian ini memfokukskan pada aspek strategi komunikasi politik serta kampanye Partai NasDem provinsi Aceh dalam menghadapi pemilu 2014 mendatang. Bagaimana cara dari Partai nasdem Aceh mengatur kegiatan kampanye politik mereka, menggaet suara dari berbagai lapisan masyarakat mulai yang muda sampai tua dengan membuat lembaga-lembaga internal yang merepresentasi kaum buruh, pemuda serta wanita, sistem perekrutan kader dan calon legislative yang akan mewakili partai, serta strategi dalam menantang partai politik lokal yang ternyata cukup mampu meraih simpati rakyat Aceh sejak pemilu 2009 lalu, dimana Partai Aceh berhasil keluar sebagai pemenang pemilu 2009 mengalahkan partai nasional semacam Demokrat, Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera, yang sebelumnya terkenal punya basis massa yang kuat di Aceh. Partai Aceh secara mengejutkan mampu meraih 46,91 persen suara di provinsi Aceh1. Meskipun tidak menempatkan wakilnya di kursi legislative pusat, namun dengan kemenangan Partai Aceh yang mencapai lebih dari lima puluh persen total suara membuat kader mereka banyak duduk di kursi
1
http//:www.serambinews.com
3
legislative daerah sehingga berdampak cukup jelas dalam proses pengambilan kebijakan di Aceh beberapa tahun belakangan ini. Ditambah lagi dengan menangnya pasangan gubernur dan wakil gubernur yang mereka usung membuat keksistensian Partai Aceh sebagai salah satu partai lokal menjadi cukup kuat dan disegani. Sebuah hal unik dan tidak mudah bagi partai nasional yang baru seperti Nasdem untuk merebut hati rakyat Aceh. keberadaan partai lokal pasca terbitnya UndangUndang Pemerintahan Aceh membuat Aceh tidak sama seperti daerah lain di Indonesia dimana Aceh memiliki iklim politik lokal yang cukup “panas” setelah timbulnya partai-partai lokal tersebut. Kesamaan akan identitas antara partai-partai lokal dengan masyarakat Aceh pada umumnya menjadi kekuatan tersendiri bagi partai-partai lokal di Aceh untuk merebut simpati rakyat Aceh. slogan salah satu partai lokal (Partai Aceh) yaitu “Meunjoe kon Ie, Leuhob. Meujoe kon Partai Aceh, Gob” yang berarti “kalau bukan Partai Aceh,siapa lagi”, menjadi salah satu political marketing yang cukup mengena di hati rakyat Aceh disamping menggunakan bahasa daerah, kata-kata di slogan itu juga menberikan sinyal kepada rakyat Aceh bahwa orang Aceh sendiri lah yang berhak dan harus memimpin Aceh kedepannya. Semangat identitas yang sama menjadi andalan kuat. Partai NasDem sebagai partai yang bertaraf nasional dan pemain baru dalam kancah politik di Indonesia tentu menghadapi tantangan yang tidak mudah dalam menarik simpati masyarakat Aceh. terlebih dengan pengaruh dari partai nasional lain yang tertanam sejak lama di Aceh dan memiliki suara yang besar, seperti partai Demokrat,PPP dan
4
Golkar. Partai Nasdem bagian Aceh sebagai representasi nasdem pusat diwajibkan melancarkan aksi dan strategi kampanye yang lebih kreatif dan menjual jika ingin membalikkan fakta yang selama ini terjadi. Aplikasi pemasaran dalam kampanye dengan menyebarkan informasi tentang partai, kandidat, serta dan program yang dilakukan oleh aktor tertentu yang ditujukan kepada sasaran tertentu dengan tujuan mengubah wawasan, sikap, dan perilaku pemilih sesuai dengan keinginan pemberi informasi ( Changara,2009) menjadi political marketing yang digunakan oleh Partai Nasdem untuk merubah arus pemilih di Aceh dari kecenderungan memilih partai lokal, menjadi pemilih partai nasional, yaitu NasDem. 1.2. Rumusan Masalah Pemilu yang diadakan di Indonesia setiap lima tahun sekali dan sistem pemilu yang terus berkembang, mulai dari anggota legislative yang ditentukan oleh partai sampai dengan anggota legislative yang langsung dipilih oleh rakyat membuat sistem political marketing tiap-tiap partai menjadi berubah. Partai-partai berpikir tentang bagaimana cara yang ampuh untuk menggaet suara sebanyak mungkin dan untuk itu perlu strategi kampanye serta pendalaman akan kondisi politik di suatu daerah yang menjadi sasaran suara. Bentuk-bentuk kampanye Bentuk-bentuk kampanye tersebut dihasilkan melalui tahapan perencanaan strategi komunikasi dan kampanye serta pemasaran politik yang dilakukan oleh tim kampanye pasangan calon kepala daerah. Proses
5
pemasaran politik tersebut meliputi tahap segmentasi, targeting dan positioning. Hasil dari proses tersebut akan memudahkan tim kampanye dalam menyusun strategi kampanye untuk menjaring pemilih sebanyak-banyaknya. Keadaan iklim politik di provinsi Aceh terlebih setelah perjanjian damai semakin dinamis dan berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Undang-undang nomor 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh pasal 75 yang menyatakan bahwa setiap orang Aceh diperbolehkan untuk membetuk partai politik lokal sendiri membuat partai-partai nasional mendapat saingan yang kuat. Partai nasional yang memiliki dewan perwakilannya di Aceh mulai memikirkan bagaimana caranya terjun dalam dunia politik lokal di Aceh dengan menyusun langkah-langkah strategis agar dapat menempatkan kader-kader mereka dalam kursi Dewan Perwakilan Rakyat Aceh sebanyak mungkin yang tentunya dipengaruhi oleh hasil perlohen suara setiap partai dalam pemilu legislatif 2014 mendatang. Oleh karena dari beberapa pertimbangan diatas muncul pertanyaan yang dirumuskan kedalam perumusan masalah secara khusus, yaitu: 1. strategi kampanye apa saja yang dilakukan Partai NasDem Provinsi Aceh sebagai pemasaran politik mereka dalam usaha meraih suara terbanyak serta mengalahkan dominasi partai lokal dalam pemilu legislatif 2014 di provinsi Aceh?
6
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari pemaparan latar belakang serta perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah memberi penjelasan secara reflektif terhadap bagaimana strategi yang akan dijalankan oleh Partai NasDem provinsi Aceh untuk mendulang suara ditengah mendominasinya Partai lokal di Aceh.
1.4. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini maka diharapkan tulisan ini dapat memberi manfaat untuk penulis secara pribadi dan secara umum. Manfaat yang diharpakan bagi penulis sendiri adalah untuk menjawab kegelisahan dalam diri penulis mengenai keikutsertaan partai NasDem dalam pemilu 2014 nanti di Provinsi Aceh. sebagai partai baru, Nasdem harus menghadapi iklim politik lokal yang cukup rumit dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Diharapkan dengan adanhya penelitian ini dapat menjadi jawaban atas kegelisahan penulis. Sedangkan tujuan penelitian ini kepada dunia politik Indonesia secara umum adalah melihat bagaimana partai nasional democrat sebagai partai baru dalam pemilihan umum 2014 menjalankan political marketing mereka mulai dari tahap perencanaan awal, penentuan target sasaran kampanye sampai dengan teknis pelaksanaan yang sudah dirumuskan untuk menghadapi masa kampanye pemilu 2014. Dan juga untuk mengetahui cara pandang partai nasional democrat provinsi Aceh dalam menghadapi situasi politik lokal di
7
Aceh serta usaha apa yang mereka lakukan agar rakyat Aceh dapat berpindah suara dari partai lokal ke partai level nasional khusunya nasional democrat.
1.5. KERANGKA TEORI Pada bagian ini akan menjelaskan beberapa konsep yang menjadi kunci dari penelitian ini. Konsep pertama yang dibahas adalah makna dari komunikasi politik sebagai salah satu bagian dari ilmu komunikasi. Akan diambil beberapa teori komunikasi yang mendukung komunikasi politik. selanjutnya penelitian ini juga menjelaskan tentang konsep dan makna dari “political marketing” serta keterkaitannya dengan komunikasi politik. kedua konsep tersebut diharapkan mampu menjelaskan tentang bentuk dari penelitian ini yang memang menitikberatkan pada political marketing. 1.5.1 Teori Komunikasi Politik Komunikasi politik merupakan salah satu elemen hasil dari adanya disipilin ilmu komunikasi. Dari gabungan dua kata ( Komunikasi dan politik ) ini, dapat kita ambil sebuah pengertian bahwasanya komunikasi politik ini adalah penyampaian pesan-pesan, ataupun informasi yang memiliki konsekuensi politik. Dalam kasus partai politik misalnya, komunikasi politik dilakukan dengan mentransfer sekaligus menerima umpan-balik tentang isu-isu politik berdasarkan semua aktivitas yang dilakukannya terhadap masyarakat ( Firmanzah, 2012 ). Politik yang dimaksud disini
8
tidak sempit, namun menyentuh kesemua dimensii-dimensi politik. Bisa jadi komunikasi internal yang dicontohkan pada partai politik,bagaimana hubungan sesama kader partai, hubungan partai politik dengan masyarakat, dan juga hubungan antara partai dengan negara. Laswell, seorang ilmuwan politik yang juga mengkaji tentang komunikasi politik membuat unsur-unsur yang ada dalam komunikasi politik. Unsur tersebut yakni komunikator politik (siapa),pesan politik (berkata apa),khalayak politik (kepada siapa),media (melalui apa), dan efek politik (bagaimana efeknya) (Nimmo dalam Inco Harry,2012). Penelitian ini lebih memfokuskan kepada komuikator politik, pesan politik, dan juga media yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan politik tersebut. Komunikator politik menjadi sebuah pelaku penyebaran komunikasi yang berkaitan dengan politik yang bertujuan untuk mendapatkan pengakuan/dukungan politik dari penerima pesan kepada seseorang atau pun kelompok. Pesan politik adalah segala isi, berupa kata-kata,foto,atau hal lainnya yang mengandung informasi mengenai ideologi ataupun tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Media seperti Koran, radio dan juga televisi menjadi tempat yang ampuh untuk menyebarluaskan sesuatu. Ketiga unsur ini memiliki keterkaitan yang vital antara satu dan yang lain. Komunikator politik sebagai yang mempunyai maksud dan tujuan harus merancang sebuah strategi untuk menarik perhatian orang lain. Untuk mendukung hal tersebut diperlukan sebuah taktik yang pas yang disusun menjadi sebuah pesan politik, yang berisi tentang informasi dan kalimat-kalimat yang cenderung menarik serta
9
persuasive sehingga tujuan sang komunikator politik tersebut dapat diraih sesuai yang diharapkan. Pesan tersebut diteruskan/disebarluaskan oleh media. Media bisa dikatakan sebagai bagian vital. Penyebaran pesan politik oleh komunikator politik melalui media bisa semakin meningkatkan rasa keingintahuan konsumen media tentang pesan yang disampaikan tersebut. Media tampil sebagai cara baru dalam komunikasi politik. Manipulasi dan eksploitasi berlebihan mengenai sesuatu peristiwa dalam masyarakat akan dapat dengan mudah dideteksi dan diberitakan oleh media massa (Firmanzah,2012). Pengembangan media sebagai salah satu cara dalam komunikasi politik sebenarnya merupakan pengembangan positif dari propaganda, yang telah mendapat kesan buruk sebelumnya. Propaganda sendiri telah mengalami peyoratif atau distorsi makna dari arti sebenarnya menjadi sesuatu yang negatif dan sering dihubungkan dengan fasisme (Tommy,2011). Propaganda sendiri adalah salah satu bentuk komunikasi untuk mempengaruhi pendengarnya. Dimana terdapat materi peyampaian yang begitu kuat potensinya untuk mempengaruhi yang mendengar, dan yang biasa berpropaganda adalah orangorang yang memang ahli dalam urusan “merayu”. Propaganda berasal dari bahasa latin yang berarti “propagare” yang berarti cara tukang kebun menyemaikan tunas suatu tanaman ke sebuah lahan untuk memproduksi sebuah tanaman baru yang kelak akan tumbuh sendiri (Tommy,2011).
10
1.5.2 Political Marketing dalam komunikasi politik Dalam proses komunikasi politik, terdapat dimensi yang cukup luas. Dimensi ini sendiri dapat kita artikan sebagai hubungan yang dijalin melalui komunikasi politik. Dimensi komunikasi politik tersebut meliputi pemerintah, masyarakat, media, partai politik dan juga jejaring yang lebih luas seperti pihak luar negeri ( PBB, Uni Eropa, Negara-negara,dll ). Dan menurut Perdana ( 2012 ), political marketing merupakan bagian dari komunikasi politik. Hal ini dapat dilihat dari model Laswell yang menghubungkan political marketing dengan komunikasi politik.
Tabel 2.1 Hubungan model Laswell dengan komunikasi politik dan political marketing
Model Laswell
Hubungan Komunikasi Politik dan Political Marketing
komunikator
Pada komunikasi politik bisa secara luas diartikan berbagai elemen komunikasi politik. komunikasi politik dua arah juga bisa menjadikan, misalkan, pemerintah yang awalnya merupakan komunikator politik, bisa menjadi komunikan disaat yang lain. Namun pada political marketing, komunikator terbatas pada para pelaku politik yang akan ikut dalam pemilu seperti partai atau kandidat. Pada political marketing, bukan elemen lain dalam komunikasi politik lah yang menjadi komunikator.
Pesan
Pada komunikasi politik, pesan bisa diartikan secara luas. Pesan
11
dapat merupakan imbauan pemerintah kepada masyarakat, masyarakat kepada pemerintah bahkan masyarakat kepada masyarakat. Konten pesannya pun beragam, mulai dari sosialisasi kebijakan sampai opini pribadi yang dilontarkan melalui media tertentu. Pada political marketing, seperti pada pemasaran komersil,pesan diartikan lebih sempit. Konten pesan biasanya berupa janji dari kandidat yang ditawarkan melalui beberapa macam rencana kebijakan. Dalam hal ini yang menyampaikan pesan adalah partai atau kandidat. Dari pesan tersebut, para pemilih akan mempunyai alasan kenapa partai atau kandidat tersebut harus dipilih. Dalam pemasaran komersil sering disebut dengan reason to believe. khalayak
Pada komunikasi politik yang dapat disebut khalayak bisa sangat luas. Bisa jadi para NGO, masyarakat sipil bahkan juga bisa para pemerintah, ketika pesan tersebut memang ditujukan kepada mereka. Pada political marketing, yang dimaksud oleh electorate adalah para pemilih. Pada political marketing, yang dimaksud dengan khalayak adalah para pemilih.
Channel/Media
Pada komunikasi politik yang dimaksud dengan media tidak lain adalah media massa. Melalui media massa yang terdapat pada masa sekarang inilah para komunikator dapat menyampaikan
12
pesan-pesannya kepada para khalayak. Sedangkan dalam political marketing, media tidak hanya sekedar media massa, namun bisa jadi dengan memanfaatkan jalan melalui para-para tokoh adat/agama yang cukup berpengaruh terhadap suatu daerah. Hal ini menjadi senjata yang cukup ampuh disamping cara menyebarluaskan pesan melalui media massa. Hal ini dalam strategi kampanye political marketing sebagai strategi push,pull atau pass political marketing. Efek
Pada komunikasi politik yang dimaksud dengan efek dari komunikasi bisa dilihat secara luas seperti respon masyarakat. Misalnya pemerintah membuat sebuah sosialisasi kepada masyarakat sehubungan akan diberlakukannya sebuah kebijakan. Maka yang akan diharapkan sebagai efek dari sosialisasi tersebut adalah timbulnya tindakan masyarakat untuk menjalankan kebijakan tersebut. Pada political marketing, cakupannya lebih sempit. Efek yang diharapkan tentu saja adalah para pemilih yang aktif dalam pemilu serta memilih kandidat tertentu. Juga efek yang diharapkan berupa naiknya citra partai maupun kandidat.
Sumber: diolah dari model Laswell (dalam Inco Harry,2012)
13
Dari penjelasan diatas, kita dapat melihat bahwasanya political marketing dan komunikasi politik memiliki hubungan. Political marketing merupakan bagian dari komunikasi politik, namun political marketing digunakan dalam konteks yang lebih sempit, misalnya dalam usaha pemenangan pemilu. Sehingga dapat kita artikan bahwa political marketing merupakan bagian dari komunikasi politik, namun ada bagian-bagian yang lain yang terdapat pada komunikasi politik bukan menjadi bagian dari political marketing (Perdana,2012). Firmanzah (2008) mengatakan bahwa “penggunaan metode marketing dalam bidang politik dikenal sebagai pemasaran politik (political marketing)”. Metode ini dibuat sebagai jawaban atas semakin berkembangnya kompetisi politik dimana era demokrasi membuat semua masyarakat dapat turut ikut aktif dalam berpolitik tidak hanya menjadi pengkritisi saja, namun dapat menjadi pemangku jabatan politik bahkan presiden sekalipun. untuk itu diperlukan strategi tertentu untuk memenangkan kompetisi tersebut. Pemasaran politik pun juga mengenal istilah produsen (pelaku politik), produk (produk politik: partai,kader,kebijakan) dan juga konsumen (pemilih). Seperti dalam sisi komersil sebuah marketing, maka political marketing
juga
mengenal
adanya
persaingan.
Persaingan
terjadi
untuk
memperebutkan simpati dari pemilih hingga nantinya pemilih tersebut memilih partai atau kandidat tertentu. Namun tidak hanya sampai pada batas itu saja. Partai juga memanfaatkan political marketing untuk memastikan adanya loyalitas para pemilih terhadap partai atau kandidat. Jadi diperlukan adanya sebuah tindakan yang timbal
14
balik sehingga terdapat semacam hubungan relasional antara partai dengan pemilihnya. Pada kompetisi politik lokal dan daerah yang memiliki karakteristik lain dengan kompetisi politik skala nasional, pendekatan akan marketing politik perlu memperhatikan segala aspek-aspek yang menjadi pengaruh apakah strategi dari political marketing ini nantinya akan berjalan dengan baik. Pemahaman akan kondisi daerah seperti perilaku pemilih dan budaya yang dimiliki daerah setempat menjadi faktor penting bagaimana nanti strategi dari political marketing berjalan. Dari tabel Laswell diatas setidaknya bisa kita ambil beberapa contoh seperti channel atau media. Pemanfaatan dengan menggaet tokoh adat, ulama kharismatik ataupun tokoh masyarakat lain yang punya pengaruh besar di suatu di daerah bisa menjadi senjata ampuh bagi partai disamping dengan memanfaatkan media-media lokal. Dalam hal penyampaian pesan, sebuah partai politik bisa menyampaikan pesannya kepada para pemilih dengan menggunakan sesuatu yang akrab dengan kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Misalnya dengan menggunakan bahasa daerah pada setiap orasi, atau juga dengan cara menggelar diskusi-diskusi ringan sembari mengahabiskan waktu di warung kopi, tetapi dengan tujuan persuasif,mengajak mereka agar memberikan suaranya kepada partai tersebut. Seperti pada pemasaran komersil, agar konsumen tahu tentang apa produk yang dihasilkan oleh produsen maka harus dilakukannya komunikasi. Produsen mengkomunikasikan kepada konsumen tentang apa dan bagaimana saja produk yang
15
dihasilkan mereka. Produsen memberikan bentuk komunikasi yang seefektif mungkin sehingga dapat hasil yang maksimal. Dalam political marketing, produsen seperti partai menghasilkan produk-produk politik seperti kebijakan ataupun kader yang baik sehingga nantinya konsumen (pemilih) tertarik dan dapat memilih partai tersebut dalam pemilihan umum. Ini sebenarnya berpegang pada tiga domain dasar dari political marketing yaitu pemasaran komersil,sosial dan pemasaran politik. 1.5.3 Strategi Kampanye Strategi kampanye adalah salah satu proses utama dalam sebuah perencanaan pelaksanaan
dari
political
marketing.
Setidaknya
terdapat
tiga
strategi
mengkampanyekan political marketing, yaitu: pemasaran produk politik secara langsung kepada calon pemilih (push political marketing), pemasaran produk politik melalui media massa (pull political marketing), serta melalui kelompok, tokoh ataupun organisasi yang berpengaruh (pass political marketing). ( Nursal, 2004 ). Pengertian dari ketiga strategi tersebut dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini. 1.5.3.1 Push Political Marketing Pemasaran politik secara langsung kepada pemilih dapat diartikan sebagai pemasaran yang mana si penjual (kandidat/partai) langsung menyentuh konsumen dengan cara-cara langsung, dan diharapkan dapat mempengaruhi pemilih. Bentuk pemasaran secara langsung tersebut adalah dengan cara berkomunikasi langsung dengan masyarakat yang menjadi target kampanye mereka tentang kelebihan,
16
platform serta visi dan misi partai atau kandidat. Kelebihan yang dapat dicapai dalam melaksanakan strategi ini adalah lebih menghumaniskan kandidat, pembicaraan langsung dengan para pemilih dapat menimbulkan efek yang berbeda yaitu pemilih mendapat semacam pengakuan dari kandidat. Selain itu dengan strategi ini akan memancing kedatangan massa yang besar dan juga dapat menarik perhatian media (Sea dan Burton,dalam Nursal,2004). Nursal mengatakan, sentuhan langsung kepada pemilih dapat dilakukan dengan metode-metode seperti menggelar pawai umum, event hiburan, kontes, peringatan peristiwa atau tokoh tertentu, dan sebagainya. Tidak hanya kegiatan berskala besar, sentuhan langsung bisa juga dilakukan dalam hal berskala kecil seperti pembicaraan personal, lobi politik, dan juga presentasi terbatas serta dengan membagikan cinderamata seperti baju kaos,topi,foto,stiker dan lain-lain2. 1.5.3.2 Pull Political Marketing Cara ini merupakan yang cukup umum atau sering dipakai oleh peserta pemilu, baik partai maupun kandidat. Penyampaian pesan ini disebarkan melaui media massa, baik cetak maupun elektronik. Terlebih pada masa sekarang yang didukung dengan teknologi yang cukup canggih, partai atau kandidat dapat memanfaatkan radio, televisi, internet sampai media sosial sekalipun untuk 2
Nursal, A., 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
17
mengkampanyekan visi dan misi mereka. Karena ini membutuhkan dana yang besar, maka tidak semua peserta pemilu bisa memanfaatkan metode ini. Akan sangat menguntungkan apabila sebuah partai memliki anggota atau dipimpin oleh seorang yang bergerak dibidang media. Selebihnya, hanya kandidat/partai yang memiliki finansial kuat yang dapat melancarkan kampanye melalui strategi ini. 1.5.3.3 Pass Political Marketing Strategi pemasaran ini cukup mengandalkan pihak diluar atau didalam partai seperti individu, organisasi atau kelompok-kelompok lain yang sangat memiliki pengaruh yang kuat dalam suatu daerah. Penggunaan orang yang memiliki kekuatan di suatu daerah pemilihan akan cukup berpengaruh terhadap pemilih nantinya karena adanya kedekatan atau rasa percaya antara orang tersebut dengan masyarakat sehingga masyarakat akan mengikuti apa yang dianjurkan oleh orang yang dipercayainya tersebut. Perlu cara yang baik dan tepat untuk mengajak individu/kelompok berpengaruh tersebut agar mau bekerjasama untuk menyampaikan pesan politik yang dititipkan. Tidak jarang terdapat kesepakatan-kesepakatan yang juga menguntungkan individu/kelompok tersebut. Karena itu,strategi inti partai politik adalah menjalankan program untuk merangkul mereka untuk menjadi pendukung, anggota, bahkan jajaran yang terlibat langsung dalam organisasi. Pada kenyataannya, beberapa partai politik yang kuat memperoleh kekuatan karena adanya hubungan asosiatif, bahkan hubungan organisatoris, beberapa partai politik bahkan dibangun oleh orang-orang yang berasal dari organisasi massa tertentu (Nursal,2004).
18
1.6. kerangka berfirkir Terkait dengan penelitian untuk mengetahui bagaimana strategi partai NasDem provinsi Aceh untuk meraih suara dan menyaningi dominasi partai lokal pada pemilihan umm 2014, penulis menggunakan beberapa konsep yaitu komunikasi politik sebagai sebuah kajian dari politik yang telah lama dipakai sebagai sarana untuk menyampaikan atau melancarkan usaha-usaha politik individu/kelompok. Komunikasi politik merupakan sebuah lingkaran besar dimana terdapat political marketing sebagai bagian di dalamnya. Political marketing yang merupakan sebuah teobosan baru dalam dunia komunikasi politik dimana pemakaian sifat-sifat pemasaran/komersil dalam sisi ekonomi diambil dan dimanfaatkan oleh para pelaku politik untuk menghasilkan sebuah tatanan strategi yang ampuh bagi para pelaku politik. penulis mencoba mengkaitkan komunikasi politik dan political marketing dimana political maketing merupkan bagian yang masuk ke dalam komunikasi politik, ini dengan dilihatnya aspek-aspek besar dalam komunikasi politik yang ada dan dipakai pula dalam political marketing. Selain itu political marketing disini juga menyangkut
bagaiamana
sebuah
marketing
politik
dikemas
dengan
mempertimbangkan aspek-aspek apa saja yang menjadi bagian penting dari para pemilih sebagai target. Hal ini menjadi penting menurut penulis terlebih dalam cakupan politik lokal mempunyai karakteristik tersendiri antara satud daerah dengan daerah yang lain.
19
Kemudian penulis mencoba mengambil salah satu cara dari political marketing
yaitu kampanye
sebagai
sebuah
strategi
pelaku politik untuk
menyampaikan misi politiknya. Penulis mengkombinasikan sub teori dari teori strategi kampanye dengan aspek-aspek primordial yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan di Aceh sebagai salah satu cara utama yang disisipkan oleh Partai untuk meraih hasil maksimal dalam Pemilu Legislatif tahun 2014. Kehadiran Partai Lokal di Aceh sejak adanya peraturan yang mengizinkan orang Aceh untuk mendirikan partai sendiri membuat perubahan yang besar dalam kontestasi politik lokal di Aceh, dimana Partai Lokal dengan kehadirannya membawa semangat keacehan mampu menarik perhatian sebagian besar rakyat Aceh, terbukti dengan kemenangan Partai Aceh pada pemilu legislatif tahun 2009, mengalahkan Partai Nasional yang sebelumnya bertahun-tahun menjadi pemenang disana. 1.7. METODE PENELITIAN 1.7.1 Metode Kualitatif Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dimana dengan metode ini penulis dapat dengan cermat mengamati permasalahan tentang strategi kampanye partai NasDem untuk pemilu 2014 di provinsi Aceh. Pendekatan penelitian ini juga merujuk pada tujuan dari penelitian ini sendiri yaitu bagaimana strategi political marketing partai NasDem di Aceh dalam menyaingi partai lokal serta meraih suara banyak dalam pemilu 2014.
20
Metode kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial dan lain-lain3. Metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan4. Metode penelitian sendiri merupakan bagian yang cukup penting bagi sebuah penulisan penelitian dimana dalam metode terdapat sebuah desain yang utuh dan mencakup banyak hal seperti menjelaskan tentang pendekatan apa yang akan digunakan, sampai pada tahap yang lebih detil lagi tentang teknik pengumpulan data dan juga dimana lokasi penelitian akan dilakukan. Metode penelitian juga menjadi acuan dasar, ataupun norma-norma yang harus ditaati penulis demi menciptakan sebuah kesimpulan data yang tepat serta menjadi penentu dari kualitas sebuah penelitian itu sendiri. Tujuan rancangan penelitian adalah melalui penggunaan metode penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat memberikan jawaban yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian5. 1.7.2. Sumber Data Penulisan penelitian ini akan mengkalisifikasikan jenis-jenis pengambilan data yang akan penulis lakukan, yaitu data primer yang bersumber langsung dari objek penelitian yaitu Ketua DPW Partai NasDem Provinsi Aceh, anggota tim 3
http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf Ibid 5 http://karobby.wordpress.com/2012/05/12/konsep-dan-macam-macam-metode-penelitian/ 4
21
pemenangan Partai NasDem Provinsi Aceh, Liga Mahasiswa dan Garda Pemuda NasDem Provinsi Aceh. Data sekunder sebagai data pendukung bersumber dari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan latar belakang serta rumusan masalah dalam penelitian ini. Bentuk dokumen tersebut berupa buku-buku serta jurnal yang berhubungan dengan konsep strategi kampanye dan juga dokumen-dokumen berupa publikasi yang diterbitkan oleh Partai NasDem. 1.7.3. Teknik Analisa Data Penulis memproses analisa data dengan mendeskripsikan kasus yang disertai dengan pemaparan konsep sehingga nanti akan tercipta klasifikasi terhadap hal-hal apa saja yang dimasukkan kedalam penelitian serta menjelaskan teori yang menjadi pedoman serta jawaban teoritis sementara dari penulis. 1.7.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan ini adalah dengan melakukan wawancara kepada sumber-sumber yang berkaitan dengan focus penelitian yaitu pengurus Partai NasDem dan juga pencarian Dokumen publikasi partai serta literature-literatur yang berkaitan dengan strategi kampanye. Setelah itu penulis akan melakukan proses penyimpanan data melaui beberapa cara seperti membuat transkip wawancara secara tertulis, rekaman audio visual yang disimpan
22
dalam media elektronik seperti flashdisk, laptop dan juga dalam penyimpanan berbasis internet seperti drop box.
23