BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Isu mengenai permasalahan lingkungan dunia telah menjadi perhatian dari
berbagai pihak, terutama beberapa sektor yang terus tumbuh dan menjadi penyumbang turunnya kualitas lingkungan dunia. Beberapa sektor tersebut adalah proses industri, transportasi, limbah, produk pertanian, power stations, penggunaan lahan dan biomass burning, fossil fuel, perumahan, dan lain-lain.
Gambar 1.1. Penyumbang Turunnya Kualitas Lingkungan dari Berbagai Sektor (Global Warming, 2013)
Tumbuhnya sektor tersebut disebabkan karena adanya aktivitas sosial ekonomi manusia yang semakin meningkat, sehingga sektor-sektor tersebut dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia. Namun, dalam memenuhi kebutuhan manusia yang semakin meningkat, sektor-sektor tersebut mempunyai dampak yang negatif terhadap lingkungan. Seperti pada Gambar 1.1 yang menunjukan presentase sumbangan dari sektor-sektor tersebut pada turunnya kualitas lingkuangan. Permasalahan lingkungan tersebut telah meningkatkan kepedulian konsumen terhadap lingkungan hidup yang berujung pada penerapan aturan-
1
2
aturan untuk melindungi lingkungan hidup. Hal tersebut berdampak pada perkembangan konsep industri yang berwawasan lingkungan (green industries) dalam setiap proses bisnisnya, yang kemudian berkembang menjadi Green Supply Chain Management (GrSCM).
Gambar 1.2. Aktivitas di dalam GrSCM. (Ninlawan dkk, 2010)
Gambar 1.2 menunjukan suply chain tradisional yaitu green procurement, green manufacturing, dan green distribution. Hal tersebut sejalan dengan GrSCM yang merupakan sebuah rantai pasok tradisional dengan penambahan kriteriakriteria lingkungan di dalamnya (Gilbert, 2000; Rao dan Holt, 2005; Srivastava, 2007; Ninlawan dkk, 2010). Dengan kriteria lingkungan di dalamnya, GrSCM dapat membatasi waste dalam sistem industri guna menghemat energi dan mencegah pembuangan bahan berbahaya ke lingkungan. Dengan menerapkan GrSCM, perusahaan dapat memperbaiki kinerjanya dengan memenuhi peraturan lingkungan, serta melakukan pengolahan kembali
3
terhadap produk yang telah terpakai (Srivastava, 2007). Perusahaan memiliki beragam alasan untuk menerapkan GrSCM, mulai dari sekedar kebijakan yang bersifat reaktif hingga pendekatan yang bersifat proaktif untuk mendapatkan keunggulan kompetitif
yaitu meningkatkan daya saing mereka melalui
peningkatan kinerja ekonomi dan lingkungan (Pishvaee dan Razmi, 2012). Dampaknya perusahaan dapat meningkatkan brand image atas kepedulian terhadap lingkungan. Kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan mengurangi limbah yang diakibatkan oleh proses operasi rantai pasok. Berdasarkan organisasi Zero Waste, limbah merupakan indikator adanya ketidakefisiensian pada suatu perusahaan atau bisa disebut juga sumber daya yang tersembunyi. Sehingga dengan meminimasi limbah yang ada maka sebuah perusahaan dapat melakukan penghematan pada biaya. Pendekatan yang digunakan oleh organisasi Zero Waste adalah dengan menggunakan pendekatan closing-the-loop, sehingga seluruh bahan baku yang digunakan merupakan produk yang telah digunakan oleh konsumen. Limbah yang diungkapkan oleh organisasi ini dibagi menjadi lima, yaitu (1) Zero emissions (udara, tanah, air, limbah padat, limbah beracun), (2) Zero waste of resources (energi, bahan baku, manusia), (3) Zero waste in activities (administrasi, produksi), (4) Zero use of toxic (proses dan produk), (5) Zero waste in product life-cycle (transportasi, penggunaan, batas umur produk). Ilustrasi dari adaptasi pendekatan zero waste pada proses green supply chain dapat dilihat pada Gambar 1.3.
4
Gambar 1.3. Konsep dari Green Supply Chain Dengan Pendekatan Zero Waste (Lakhal dan H’Mida, 2006)
Selain dengan mengurangi limbah yang dihasilkan dari proses operasi rantai pasok, salah satu konsep GrSCM yaitu reverse supply chain dapat menjadi cara untuk mengubah efek limbah yang negatif menjadi bahan baku untuk beberapa produk yang memiliki nilai fungsional yang positif dan menjadi sesuatu yang berguna bagi masyarakat pada akhirnya (Srivastava, 2007; Ninlawan dkk, 2010). Menurut Ilgin dan Gupta, 2010, Reverse system merupakan istilah yang paling sering digunakan untuk merujuk pada direct reuse (penggunaan kembali secara langsung), repair (perbaikan), remanufacturing, recycling (daur ulang), dan disposal (pembuangan). Pada reverse supply chain, distribusi produk daur ulang dimulai dari konsumen, werehouse, dan pada akhirnya sampai pada perusahaan sebagai sebuah bahan baku untuk memproduksi produk baru (Hickford and Cherrett, 2007). Untuk itulah, diperlukan usaha untuk mengoptimalkan operasi reverse supply chain tersebut. Namun dalam usaha untuk mengoptimalkan operasi reverse supply chain tersebut, terdapat tantangan yang menyebabkan terjadinya kompleksitas yaitu ketidakpastian return product menjadi lebih sulit karena tidak ada data (distribusi) yang pasti mengenai produk dan kecepatan pengembalian produk yang sulit diukur (Hickford and Cherrett, 2007). Meski demikian, mengelola
5
kompleksitas supply chain dapat menghasilkan kinerja rantai pasok yang lebih baik (Serdarasan, 2013). Karena permasalahan lingkungan dan tantangan reverse supply chain yang terkait dengan pengembalian produk, maka penelitian ini dilakukan dengan membuat model matematika untuk memaksimalkan keuntungan dan melihat dampaknya terhadap emisi gas buang dari operasi daur ulang.
1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka perlu
dilakukan optimasisasi reverse system produk daur ulang sehingga dapat menentukan strategi yang tepat untuk memaksimalkan keuntungan dengan menggunakan pendekatan model optimasi linear programming dan melihat dampaknya terhadap total emisi operasi supply chain daur ulang kertas.
1.3.
Batasan Masalah Untuk memberikan kejelasan tentang arah penelitian yang dilakukan
sehingga tidak menyimpang dari tujuan, maka terdapat batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Penelitian ini dilakukan di UD. Sregep sebagai distributor produk daur ulang. 2. Jenis produk yang diteliti adalah produk kertas dengan lebih dari satu jenis kertas (multi-product) dan satu periode pengiriman produk (single-period).
1.4.
Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan yang akan dicapai agar dapat menyelesaikan
permasalahan, yaitu: 1.
Membuat model matematika linear programming dengan memaksimalkan keuntungan dan menghitung total emisi operasi supply chain untuk memenuhi target supply daur ulang kertas.
2.
Mengevaluasi setiap strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam upaya memenuhi target supply daur ulang kertas.
6
1.5.
Manfaat Penelitian Merujuk pada tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Model
matematika
yang
dikembangkan
dapat
digunakan
dalam
pengambilan keputusan dari supply chain daur ulang kertas. 2.
Dapat mengetahui strategi terbaik dalam upaya untuk mengoptimalkan kinerja dari system daur ulang kertas bekas di UD. Sregep.