BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuat batas antar negara seolah-olah menjadi tidak ada (Friedman, 2007). Berbagai peristiwa yang terjadi di negara lain sangat mungkin berpengaruh terhadap kondisi di dalam negeri. Begitu pula, hal ini terjadi dalam sektor ekonomi. Situasi ekonomi di negara lain bisa mempengaruhi kondisi ekonomi negara Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia terpengaruh dengan adanya krisis ekonomi dunia seperti krisis Asia 1998 dan krisis Amerika 2008 subrime-mortagage. Kondisi ekonomi dan keuangan suatu negara salah satunya tercermin pada performa pasar modal dengan pergerakan volatilitas harga saham gabungan. Panetta, (2006) mengelompokkan faktor-faktor yang memengaruhi volatilitas harga saham gabungan dalam empat kategori utama: sektor riil, sektor keuangan, kejadian luar biasa (shock), dan kebijakan moneter. Studi yang dilakukan Steven Radelet dan Jeffrey Sachs pada tahun 1998, misalnya, menunjukkan bahwa krisis lndonesia merupakan panik keuangan sebagai dampak dari gejolak eksternal yang bersumber dari krisis di Thailand. Studi tersebut juga mengindikasikan bahwa perilaku investor yang berkarakter spekulatif yaitu yang
1
berdasarkan ekspektasi atau sentimen tertentu dalam menilai suatu kondisi perekonomian turut andil pula dalam menimbulkan krisis di lndonesia. Kejadiankejadian krisis keuangan tersebut membuat para investor mengalihkan investasi mereka ke negara-negara yang tidak terkena krisis untuk menjaga sustainable profit dan mengamankan nilai investasi mereka (Komulainen, 2001). Pada tahun 2008 dunia kembali terkena krisis keuangan yang diakibatkan oleh subprime-mortgage di Amerika Serikat, gagal bayar hutang oleh beberapa negara Eropa, krisis keuangan akibat penipuan investasi yang dilakukan oleh Maddox. Akibat krisis tersebut pasar keuangan asing terkena dampak negatif. Harga saham gabungan asing mengalami koreksi dalam selama periode krisis tersebut. Sejak awal Oktober 2008 pasar modal Jepang mengalami koreksi hingga 20%, begitu juga Hongkong terkoreksi 10,78%, Strait Times 9,53%, dan Kopsi Korea 8,37% (Aska, 2008). Pasar saham asing yang lesu mengakibatkan investor asing mencari alternatif untuk mencari negara yang masih memiliki iklim investasi yang mendukung dan saat krisis subprime-mortgage perekonomian maupun kondisi pasar saham cenderung stabil. Indonesia yang merupakan negara berkembang menjadi salah satu pilihan karena berhasil bertahan dari krisis subprime-mortgage yang dibuktikan dengan pertumbuhan (Gross Domestic Product) GDP yang cenderung stabil. Pertumbuhan GDP yang cenderung stabil memberi sentimen positif terhadap IHSG. Sangkyun (1997) yang meneliti pengaruh antara variabel makro berupa harga konsumen, GDP, tingkat inflasi dan tingkat bunga terhadap return saham menemukan hasil bahwa
2
hanya GDP yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel lain tidak berpengaruh. Hooker (2004) juga mendukung hasil penelitian tersebut dimana return pasar dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh pertumbuhan GDP. Secara teori dapat dijelaskan bahwa peningkatan GDP dapat meningkatkan daya beli konsumen terhadap produk‐produk perusahaan sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan. Dengan adanya peningkatan profitabilitas perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan investor sehingga dapat meningkatkan harga saham. Terkait dengan penguatan IHSG terdapat dua investor yang dapat mengerakan IHSG, yaitu investor domestik (domestic investor) dan investor asing (foreign investor). Perkembangan pasar modal di Indonesia merupakan indikator bahwa pasar modal merupakan alternatif investasi disamping perbankan, selain itu dengan semakin berkembanganya pasar modal juga menunjukkan bahwa kepercayaan pemodal akan investasi di pasar modal Indonesia cukup baik (Husnan, 2005). Penguatan IHSG umumnya menunjukkan peningkatan permodalan emiten yang ditanamkan oleh para investor, khususnya investor asing (Sembel, 2007). Pasar modal Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi bagi investor di negara-negara maju (developed markets) yang dikenal sebagai emerging market. Emerging market pada umumnya didominasi oleh investor asing dibandingkan investor lokal. Pada akhir Juni 2008 dari sisi kepemilikan lembar saham, pemodal asing tercatat memiliki 496,93 miliar lembar saham (54,34% dari total 914,49 miliar
3
lembar), sedikit lebih tinggi dibandingkan kepemilikan lokal yang mencapai 417,56 miliar lembar saham (45,66%). Jumlah ini relatif meningkat sangat pesat jika dibandingkan tahun 2002, dengan peningkatan sebesar 337,77% dari posisi semula 113,51 lembar miliar saham (hanya 27,16% dari total 417,96 miliar lembar). Hasil studi yang dilakukan Bapepam LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) menunjukkan adanya dominasi investor asing melebihi 50%
selama
tahun 2008. Pada Juni 2008, tercatat kepemilikan saham pemodal asing senilai Rp 706,75 triliun, atau sekitar 63,82% dari total Rp 1.107,32 triliun asset saham yang tercatat pada KSEI. Pada sisi volume kepemilikan saham, pemodal asing tercatat memiliki 496,93 miliar lembar saham atau sekitar 54,34% dari total 914,49 miliar lembar saham (Bapepam-LK, 2008a). Pasar Modal di negara-negara yang termasuk emerging market dianggap mempunyai risk premium yang lebih tinggi dari pada negara-negara yang termasuk dalam developed market (Salomons & Grootveld, 2003) sehingga dapat memberikan expected market return yang lebih tinggi pula. Berdasarkan keyakinan tersebut banyak investorasing memindahkan investasi saham di negara yang pertumbuhan ekonominya stagnan bahkan menurun untuk beralih ke negara yang pertumbuhan ekonominya tinggi dan cenderung naik secara bertahap. Hasil studi yang dilakukan menunjukan aliran net investasi portofolio triwulan mencapai Rp 17,3 triliun. Pada 2007 aliran investasi portofolio terus meningkat dengan kencang, investasi portofolio yang masuk ke Indonesia mencapai Rp 243,8 triliun sedangkan yang keluar mencapai Rp 211,2 triliun, sehingga net investasi portofolio mencapai Rp 32,6 triliun. Dalam 4
kurun waktu 2006-2007 terlihat adanya kenaikan investasi portofolio yang masuk ke Indonesia sebesar Rp 15,3 triliun. Hal ini menunjukkan penguatan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Bapepam-LK, 2008b). Kebijakan liberalisasi pasar pada negara berkembang menjadi faktor pendorong investor asing di pasar modal domestik. Liberalisasi pasar keuangan, khususnya pasar modal, memang mampu menarik dana asing ke Indonesia. Jika dilihat dari sisi nilai investasi, perkembangan realisasi investasi sejak tahun 1990 sampai dengan 2008 menunjukkan peningkatan nilai investasi domestik, PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) sebesar sepuluh kali (dari Rp 2.398,6 miliar menjadi Rp 20.363,4 miliar) sedangkan nilai Penanaman Modal Asing, FDI (Foreign Direct Investment) meningkat duapuluh kali (dari US$ 706 juta menjadi US$ 14.871,4), BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) (2008). Sejak Pemerintah Republik Indonesia membuka kesempatan pemodal asing untuk berpartisipasi di pasar modal Indonesia di tahun 1989 melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal yang membolehkan pemodal asing untuk menguasai maksimum 49% di pasar perdana, maupun 49% saham yang tercatat di bursa efek (maupun bursa paralel yang saat ini masih berdiri), dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia relatif besar. Semenjak dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 455/KMK.01/1997 tentang pencabutan pembatasanpembelian saham oleh pemodal asing melalui pasar modal. Pencabutan pembatasan ini tentunya memberikan
5
kesempatan yang lebih besar bagi investor asing untuk menanamkan modalnya pada perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui pembelian saham di Bursa Efek Indonesia. Maka mucul berbagai literatur dari akadimisi dan praktisi yang mengkaji mengenai modal asing yang masuk ke pasar domestik. Penelitian ini lebih memfokuskan pada informasi-informasi yang mempengaruhui keyakinan dan keputusan dalam menandankan modal mereka pada saham domestik. Penelitian Seasholes (2000), Grinblatt dan Keloharju (2000), dan Froot dan Ramadorai (2005) menyimpulkan bahwa investor asing memiliki informasi yang lebih baik dari pada investor domestik. Tersedianya berbagai informasi akuntansi maupun pasar mendorong investor asing untuk menentukan keputusan pilihan investasinya dengan cara mengurangi adanya asimetri informasi. Hal ini dilakukan dengan memilih saham perusahaan yang memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut dapat diindikasikan dengan kondisi secara umum perusahaan, kinerja keuangan, dan kondisi perusahaan di pasar modal beserta kinerja dari pasar modal tersebut. Di pasar modal Jepang, investor asing memilih saham-saham pada industri manufaktur, berukuran besar, dan memiliki kinerja akuntansi yang baik (Kang dan Stulz, 1997). Di Swedia, investor asing cenderung memilih saham-saham pada perusahaan berskala besar yang beroperasi secara internasional dan
sahamnya
memiliki tingkat likuiditas yang tinggi (Reese dan Weisbach, 2002). Di Taiwan, investor asing memilih saham yang memiliki nilai kapitalisasi pasar yang besar, book
6
to market yang tinggi, tingkat perputaran saham yang tinggi, dan perusahaan yang berteknologi tinggi (Lin dan Swanson, 2003). Penelitian-peneliatian tersebut menunjukkan bahwa karakteristik pasar atau informasi pasar mempengaruhi keputusan investor asing. Karakteristik perusahaan juga dapat dicerminkan melalui karakteristik keuangan melalui pengungkapan pelaporan akuntansi. Corporate disclosure khususnya accounting disclosure menjadi salah satu kebijakan paling penting dalam mempengaruhi
investasi
asing
di
emerging
market.
McKinsey
(2002)
mengungkapkan bahwa 71% dari investor emerging market menganggap bahwa “accounting disclosure” direspon “Sangat Penting” dalam keputusan berinvestasi. Gompers (2003) dan Klapper dan Love (2004) menunjunkan adanya hubungan yang positif antara manejemen pada tingkat perusahaan dengan kinerja financial and equity di emerging market. Informasi akuntansi dan pasar tidak seluruhnya berguna bagi investor. Sebelum dijadikan bahan pertimbangan, informasi yang beredar akan dianalisis dan diterjemahkan terlebih dahulu oleh investor. Apabila suatu informasi dianggap penting dan bermanfaat maka investor akan merespon sesuai dengan sifat informasi tersebut apakah baik atau buruk. Di Indonesia pengungkapan informasi perusahaan diatur oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Kewajiban ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan informasi bagi investor sehingga dapat digunakan dalam pembuatan keputusan investasi. Salah satu informasi yang digunakan pelaku pasar
7
modal, khususnya investor asing adalah informasi akuntansi yang bersifat fundamental yaitu informasi akuntansi dan pasar pada suatu emiten. Informasi tersebut akan diuji dengan pendekatan regresi sederhana. Penelitian ini akan berfokus pada saham-saham anggota indeks LQ 45. Saham-saham anggota indeks LQ 45 dianggap sebagai saham yang aktif diperdagangkan dan didominasi oleh perusahaan besar yang sudah listing di BEI dalam kurun waktu yang lama sehingga lebih memenuhi kriteria penelitian dalam meminimalkan bias yang terjadi pada hasil pengukuran. Penelitian akan dilakukan pada portofolio untuk menghilangkan sentimensentimen individual saham yang cenderung bersifat subjektif. Penelitian ini akan mencari bukti secara empiris apakah informasi akuntansi dan pasar berhubungan dengan aliran dana asing dengan yang dicerminkan dengan net foreign buy/sell pada suatu portofolio di BEI. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan tentang kebenaran terhadap suatu keyakinan yang muncul di pasar modal bahwa informasi akuntansi dan pasar mempengaruhi aliran dana asing. 1.2 Identifikasi Masalah IHSG terus mengalami penguatan sejak 2006 hingga 2007. IHSG cederung mengalami penurunan ketika terjadi Krisis Amerika 2008 subrime-mortagage. IHSG memiliki tren penguatan mulai akhir 2008 hingga 2012 dikarenakan adanya arus dana masuk dari investor asing. Pasca krisis subrime-mortagage, tercatat bahwa investor
8
asing mendominasi perdagangan melebihi 50% selama tahun 2008 di BEI. Pemodal asing tercatat memiliki 54,34% kepemilikan saham lembar saham yang tercatat pada KSEI (Bapepam-LK, 2008a). Investor asing semakin dibantu dengan adanya liberalisasi pasar yang didukung oleh peraturan yang menghapus pembatasan kepemilikan asing. Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menguji
informasi-informasi
yang
mempengaruhi keyakinan dan keputusan dalam berinvestasi. Informasi yang dapat mempengaruhi keputusan investor asing yaitu karakteristik informasi akuntansi dan pasar. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apakah informasi akuntansi mempengaruhi keputusan investasi investor asing? 2. Apakah informasi pasar mempengaruhi keputusan investasi investor asing? Informasi akuntansi dan pasar akan diperjelas dengan beberapa indikator akuntansi dan pasar yang dijabarkan dalam sub-masalah sebagai berikut : 1. Apakah profitabilitas mempengaruhi keputusan investasi investor asing? 2. Apakah solvabilitas mempengaruhi keputusan investasi investor asing? 3. Apakah return mempengaruhi keputusan investasi investor asing?
9
4. Apakah dividen mempengaruhi keputusan investasi investor asing? 5. Apakah nilai perusahaan (valuasi)
perusahaan
mempengaruhi keputusan
investasi investor asing? 6. Apakah ukuran perusahaan (firm size) mempengaruhi keputusan investasi investor asing? 7. Apakah likuiditas (saham) mempengaruhi keputusan investasi investor asing? 1.4 Pembatasan Penelitian Berdasarkan latar belakang identifikasi dan perumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah dalam lingkup sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan dengan batasan variabel yang mempengaruhi aliran dana dari investor asing pada saham LQ 45. 2. Saham LQ 45 yang digunakan merupakan saham yang konsisten bertahan pada katagori LQ 45 selama 4 tahun (2009-2014). 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menguji
adanya
faktor-faktor
yang
mempengaruhi aliran dana asing yang masuk pada pasar modal Indonesia. Penelitian ini berkontribusi untuk mengkaji determinan investasi oleh investor asing pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Informasi akuntansi dan pasar diuji sebagai determinan yang mempengaruhi aliran dana asing yang masuk pada pasar modal Indonesia.
10
1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut: a. Bagi dunia akademisi, penelitian ini akan mengindentifikasi faktor-faktor apa sajakah yang secara signifikan mempengaruhi keputusan investor asing dalam menanamkan modal mereka di BEI. b. Bagi investor, hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan berinvestasi di BEI dengan mempertimbangkan informasi akuntansi dan pasar. Begitu juga dengan investor domestik dapat mempertimbangkan informasi tersebut sebagai dasar dalam mengambil keputusan berinvestasi di BEI. 1.7 Sistematika Penulisan BAB I
: PENDAHULUAN
Berisi latar belakang mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya dana asing kedalam BEI yang kemudian fokus pada level pasar dan perusahaan tanpa memperdulikan faktor ekonomi negara Indonesia. Dengan latar belakang tersebut dilakukan perumusan masalah penelitian. Selanjutnya dibahas mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
11
BAB II
:
LANDASAN
TEORI
DAN
PENGEMBANGAN
HIPOTESIS Berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Bab ini juga membahas penelitian terdahulu sehingga landasan teori dan penelitian terdahulu selanjutnya digunakan untuk membentuk kerangka teoritis. BAB III
: METODE PENELITIAN
Menjelaskan tentang desain penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, objek penelitian, dan analisis data. Bab ini menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif. BAB IV
: HASIL PENELITIAN
Berisi pembahasan atas pengolahan data dan analisis yang berasal dari data sekunder. Data diolah menggunakan alat statistika serta analisis hasil uji statistika. BAB V
: TUJUAN, PERTANYAAN, DAN METODE PENELITIAN
Berisi kesimpulan penelitian serta keterbatasan penelitian. Untuk mengatasi keterbatasan penelitian tersebut, disertakan saran untuk penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
12