BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah 1.1.1 Fenomena Makassar mempunyai tradisi tenun yang mengaplikasikan yang kaya akan eksplorasi ragam hias Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki kekayaan dan kebudayaan yang sangat melimpah. Berbagai suku di Indonesia yang memiliki budaya dengan keindahan dan kekhasan tersendiri. Setiap daerah di Indonesia menawarkan keunikan-keunikan yang bila dikembangkan akan menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Salah satu kekayaan Indonesia yang paling menonjol adalah kain tradisional khas Indonesia. Kain tradisional yang memiliki berbagai variasi sesuai dengan lokasi, kebudayaan, dan kepercayaan yang dianut di wilayah tersebut. Pertumbuhan unit industri tenunan sutra di daerah Sulawesi Selatan sendiri berakar dari kerajinan tenun-menenun yang sudah dipraktekan oleh masyarakat setempat sejak dahulu. Tenunantenunan sutra tradisional ini menjadi salah satu komoditi perdagangan di Makassar, yang terkenal sebagai bandar transit sekaligus gerbang wilayah Indonesia bagian timur. Dari sinilah tenunan sutra tradisional Sulawesi Selatan mulai dikenal luas. Dalam perkembangannya setiap helai kain tenun ini memiliki motif dan ragam hias yang sangat bervariasi baik yang tradisional sampai dengan ragam hias modern. Pada tenunan sutra tradisional Gedogan di Kabupaten Wajo, ragam hias (atau dalam bahasa Bugis disebut balo) terbagi dua jenis. Yaitu ragam hias pada jalur benang pakan yang disebut balo makkaluk yang berarti ragam hias melingkar, serta ragam hias pada jalur benang lungsi disebut balo disebut balo metettong yang berarti ragam hias berdiri. Menurut Album Seni Budaya Sulawesi Selatan: Seri Tenun Budaya Bugis dan Tenun Tradisional Bugis Makkasar, pada mulanya tenunan sutra tradisional Gedogan di Kabupaten Wajo hanya mengenal tiga ragam hias geometris, yakni balo renni (kotak-kotak
Eksplorasi Motif Ragam Hias Makassar dalam Pencitraan Grafis Produk “Karaeng IRRE” http://digilib.mercubuana.ac.id/
1
kecil), balo tengga (kotak-kotak sedang), dan balo lobang/lebbak (kotak-kotak besar). Ragam hias pada tenunan sutra tradisional Gedongan khas Sulawesi Selatan umumnya memang berupa bidang kotak yang berwarnawarni yang disebut tenun palekat, yakni salah satu dari ragam hias kotak-kotak diatas maupun perpaduan dari ragam hias ragam hias tersebut, yang terbentuk dari jalinan benang lingsi dan benang pakan beraneka warna. Namun perkembangan ragam hias tersebut tidak cukup popular di masyarakat luas utamanya pada generasi muda Makassar itu sendiri, ragam ini hanya diketahui dan dimengerti oleh kalangankalangan tertentu yang memiliki minat pada tenun. 1.1.2 Tren Clothing lokal dengan tema lokal Tren penggunaan kaos oblong di Makassar tidak terlepas dari perkembangan fashion dari ibu kota dan dunia, dan lebih khusus lagi dalam negeri seperti Bandung sebagai pelopor dan lokasi produksi yang memang telah menciptakan trand tersendiri dalam penggunaan kaos oblong diseluruh lapiran masyarakat. Sejak tahun 2008 s.d sekarang demam penggunaan tema lokalitas yang melanda hampir seluruh lini industry creative di Makassar termasuk tekstil (dalam hal ini kaos oblong). Ditahun 2010 ini menurut pengamatan Perancang terdapat 8 brand yang berkonsep lokalitas, pertumbuhan brand lokal ini tidak terlepas dari permintaan pasar yang kian meningkat, kebanggan menggunakan desain kaos yang bertema lokalitas juga kian meningkat dengan berbagai variasi ekplorasi tema desain yang diangkat seperti: 1.1.2.1 Pahlawan Tema ini merupakan tema yang paling sentral diangkat oleh pelaku clothing di Makassar, Sosok pahlawan Nasional, Sultan Hasanuddin menjadi sangat favorit di tema ini, hampir setiap clothing memiliki koleksi dengan desain Sultan hasanuddin. Variasi teknik desain pun bermunculan, ada yang menggunakan vector, foto, manual, dan banyak lagi lainnya. 1.1.2.2 Sastra Makassar salah satu daerah yang memiliki karya sastra yang diakui dunia. La-Galigo adalah salah satu karya sastra yang kini
Eksplorasi Motif Ragam Hias Makassar dalam Pencitraan Grafis Produk “Karaeng IRRE” http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
terus mendapat perhatian dan bahkan beberapa kali naskah ini dipentaskan dalam pentas Internasional sejak tahun 2004 di Asia, Eropa, Australia, dan Amerika Serikat yang disutradarai oleh Robert Wilson setelah diadaptasi oleh Rhoda Grauer. Pesan moral dan semangat yang ada dalam sastra ini tidak luput dari dari perhatian para pekerja clothing di Makassar seperti asal kejadian Bumi, kisah cinta, semangat berlayar dan pecarian jatidiri, dll. 1.1.2.3 Pesan Moral Tema ini cukup banyak menyita perhatian para pelaku clothing di Makassar, dengan memadukan unsur desain dan typography sehingga tercipta desain yang menampilkan pesan-pesan moral yang secara tidak langsung seperti contoh: “Ku alleangi tallanga na toalia” yang memiliki arti “Lebih baik tenggelam dari pada kembali” (latar belakang kata tersebut dari seorang pelaut yang telah berangkat melaut) Makna: “Ketetapan hati kepada sebuah tujuan yang mulia dengan taruhan nyawa”, dan banyak lagi pesan moral lainnya yang terus dieksplorasi oleh para pelaku desain clothing di Makassar. 1.1.3 Lokalitas disetiap daerah muncul Fenomena lokalisasi kembali bermunculan di hampir seluruh daerah di Indonesia, tidak terkecuali Makassar. Menurut pengamatan Perancang, hal ini tidak terlepas dari kesadaran masyarakat Indonesia yang ada disetiap penjuru negeri ini yang makin sadar akan pentingnya buadaya lokal, hal ini makin diperkuat dengan adanya kasus pengakuan budaya yang dilakukan Negara tetangga yang katanya serumpun. Pemerintah dalam hal ini, pemerintah pusat dan daerah juga memiliki peran yang sangat penting dalam penyadaran lokalitas ini, melalui sosialisasi yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah, sedikit banyak mengugah masyarakat setempat, dimulai dari kebijakan pemerintah pusat untuk mencintai dan membeli produk Indonesia, kebijakan penggunaan batik pada hari jum’at, penetapan hari batik sedunia yang kemudian batik mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai milik Indonesia yang masuk pada kategori Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia
Eksplorasi Motif Ragam Hias Makassar dalam Pencitraan Grafis Produk “Karaeng IRRE” http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
(Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) bersama 111 nominasi mata budaya dari 35 negara. Dari kebijakan pemerintah pusat, kembali diaplikasikan dalam kebijakan daerah, setiap daerah makin sadar akan penggunaaan produk lokalitas daerah masing-masing, Makassar dalam hal ini juga semakin berbena, penggunaan kain tenun yang merupakan warisan budaya di Makassar, kain tenun yang telah dimodifikasi dan lebih diekplorasi sedemikian rupa acap kali kita temukan di hari kerja seperti hari jum’at yang selama ini penggunaan kain ini biasanya hanya digunakan sebatas acara pernikahan atau adat. Pergeseran pun makin terjadi disegala bidang, seruan lokalitas makin gencar, dan bahkan di Makassar pada tahun 2005 sampai dengan sekarang telah banyak lahir kelompok musik anak muda (band) yang memang memiliki jalur musik lokal tapi bercita rasa lokal, jenis musik ini tidak termasuk dalam katori lagu/musik daerah, karena dari segi musik kelompok ini memiliki aliran pop, hanya pesan-pesan moral dan plesetan bahasa gaul Makakassar sangat kental dalam lirik lagunya, salah satu lagu yang sangat fenomenal di Makassar dan bahkan menjadi lagu kebanggaan Makassar adalah “Makassar bisato’nji” yang dibawakan oleh kelompok music Art2tonic. 1.1.4 Identitas Lokalitas Lokalitas berasal dari kata lokal yang dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijabarkan sebagai berikut: lo·kal 1 n ruang yg luas: sekolah itu terdiri atas tujuh --; 2 a terjadi (berlaku, ada, dsb) di satu tempat, tidak merata; setempat: Jawatan Meteorologi dan Geofisika meramalkan bahwa besok akan turun hujan --; 3 a di suatu tempat (tt pembuatan, produksi, tumbuh, hidup, dsb); setempat: kualitas tekstil produksi -- sudah tidak kalah dng produksi luar negeri; me·lo·kal·kan v menjadikan (membuat dsb) sesuatu dipakai (diterima dsb) di suatu tempat. Namun pada perjalanannya pengertian lokalitas dalam setiap disiplin ilmu cukup berbeda, baik dalam dunia sastra, desain, arsitel dll. Di bawah ini sebagai contoh dalam dunia sastra yang
Eksplorasi Motif Ragam Hias Makassar dalam Pencitraan Grafis Produk “Karaeng IRRE” http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
menjabarakan bawah lokalitas dalam sastra bukanlah sekadar ruang (space), locus, tempat (place) atau wilayah geografi yang dibatasi atau berbatasan dengan wilayah lain yang secara fisikal dapat diukur, tetapi mesti dimaknai dalam ranah budaya. Secara struktural, lokalitas dalam sastra kerap dimaknai sebagai wilayah, tempat, kondisi, atau situasi dalam teks yang menggambarkan para pelaku memainkan perannya. Lokalitas seperti mengalami pereduksian menjadi sekadar latar (setting) dalam teks yang mewartakan tempat, situasi, suasana, atau gambaran tentang masyarakat budaya. Perdebatan Timur—Barat yang terjadi pada dasawarsa tahun 1930an yang kemudian diberi label oleh Achdiat Karta Mihardja sebagai Polemik Kebudayaan, sesungguhnya lebih merupakan tafsir atas lokalitas kultur etnik yang diperlakukan sebagai representasi dunia Timur berhadapan dengan globalitas dan semangat rasional Barat. Lokalitas dalam sastra terbitan Balai Pustaka ketika itu memperlihatkan marjinalisasi dan inferioritas dunia Timur dalam berhadapan dengan superioritas dunia Barat. Tentu saja tafsir ini tidak berlaku ketika kita mencermati karya-karya yang berada di luar jalur Balai Pustaka. Kesusastraan di luar Balai Pustaka ini pula yang seolah-olah sengaja dibiarkan tanpa suara, dituding sebagai “bacaan liar” dan dicemooh sebagai roman picisan. Di dalam novelnovel yang terbit di luar Balai Pustaka, kita akan banyak menjumpai tokoh-tokoh Belanda yang pemabuk, keluar—masuk rumah bordil, bahkan juga potret dunia pernyaian yang terjadi ketika itu. Dalam dunia grafis dan dunia periklanan lokalitas lebih meniktik beratkan pada ide desain atau strategi yang akan digunakan, penggunaan ide dengan memadukan unsur yang ada di jagad raya Indonesia seperti (gunung, bukit, gua, lautan, dataran tinggi, dataran rendah, danau, sungai), alam pedesaan yang eksotis (sawah, ladang, hutan, perkebunan), dan jejak-jejak kebudayaan peninggalan nenek moyang (arsitektur heritage, adat istiadat, beragam jenis upacara tradisional) merupakan bentuk dari apresiasi dari lokalitas, sebagai contoh pada iklan pada era tahun 90-an dimana memvisualisasikan penari Bali yang sedang payu (payu: mendapat order menari/sudah laku) menarikan sebuah tarian Bali yang lemah gemulai dalam balutan gerak ritmis dinamis. Ketika ia sedang menari tari Bali, tiba-tiba suara radio panggil
Eksplorasi Motif Ragam Hias Makassar dalam Pencitraan Grafis Produk “Karaeng IRRE” http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
berbunyi dan secara otomatis sang penari menghentikan gerakan gemulainya. Pesan yang tertulis di radio panggil itu berbunyi: ’’Sampai ketemu di diskotek, Daniel’’. Gambaran tersebut merupakan bentuk kreatif iklan televisi alat komunikasi berbentuk radio panggil yang cukup terkenal di era 90an dengan mengangkat tari Bali yang eksotis sebagai visualisasi iklan radio panggil. Tari Bali sebagai bagian dari seni tradisional dimanfaatkan oleh tim kreatif iklan radio panggil sebagai penarik pandang kepada target sasarannya. Dalam konteks ini, seni tradisi (tari Bali) diposisikan sebagai sumber inspirasi untuk memasuki wilayah privat kehidupan target sasaran yang hendak dibidik. Kembali pada tema penulisan ini yang mengkat tema budaya lokal Makassar dalam kaos yang tentunya unsul lokalitas yang mencoba Perancang angkat dalam projek ini. Sebuah clothing yang memiliki citarasa lokal yang sekaligus menggambarkan kelokalitasan dari daerah Makassar sebagai gerbang Indonesia bagian timur. 1.1.5 Permasalahan 1.1.5.1 Minimnya kesadaran masyarakat umum akan ragam hias Makassar Perancang sangat menyadari betapa kaya negeri ini. Setiap daerah, dari sabang sampai dengan merauke memiliki keunikan dan kehasan masing-masing, baik dari segi kuliner, bahasa, budaya, kebiasaan dan banyak lagi yang membuat setiap daerah memiliki ciri khasnya masingmasing. Namun dari segi visualisasi dan penggunaan elemen-elemn desain yang digunakan di tempat umum, baik untuk media promosi, sosialisasi dan tempat umum lainnya, elemenelement grafis yang bertema lokal masih belum teraplikasikan secara merata disetiap daerah di Indonesia, sebagai contoh daerah Bali, Solo, dan Jogjakarta, ketiga tempat ini memiliki komitmen yang kuat dalam penggunaan unsul-unsur lokal baik ragam hias dan unsur seni lain, Jika anda berkunjung ke Bali, sebuah atmosfer yang sangat berbeda dari daerah lain, pemandangan akan berubah seketingga anda keluar dari pesawat dan memasuki bandara kedatangan, coba perhatiakan elemen-
Eksplorasi Motif Ragam Hias Makassar dalam Pencitraan Grafis Produk “Karaeng IRRE” http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
elemen yang ada, dinding gedung, pagar, dan tempattempat umum lainnya, semua memiliki unsur lokalisasi yang sangat amat kuat, hal seperti ini kerap kita jumpai di Jogjakarta, Solo. Hal tersebut di atas tidak terlepas dari kesadaran masyarakat umum akan budaya lokal sehingga jika hendak membuat sesuatu selalu memiliki unsur-unsur desain khas bali. Hal seperti ini yang Perancang dapatkan sebagai permasalah di Makassar, penggunaan ragam hias dalam aplikasi ruang publik dan lain-lain masih sangat minim, unsur desain yang acapkali kita lihat disetiap sudut Makassar belum secara maksimal memanfaatkan potensi ragam hias lokal khas Makassar. Kesadaran dan ketidak tahuan masyarakat umum akan ragam hias Makassar menjadi penyebab dalam implementasi ragam hias Makassar dalam setiap aspek kehidupan mayarakat Makassar utamanya daerah publik. 1.1.5.2 Belum diperkenalkannya secara berkelanjutan akan ragam hias di sekolah-sekolah Perkenalan budaya dan keragaman lokal di Makassar telah dilakukan, namun pelaksanaannya masih sebatas pemenuhan kewajiban. Belum dilaksanakan secara maksimal, hal ini dapat dilihat dari tenaga pengajar yang berasal dari latar belakang yang sama sekali tidak ada hubungannya den$gan seni. Senigga hal yang didapatkan pun alakadarnya, siswa yang belajar pun tidak memiliki semangat untuk belajar dan mendalami budaya lokal itu sendiri. Suatu daerah yang telah sukses mengaplikasikan nilai lokalitas memiliki pekerjaan ekstra terutama para pendidik yang bergerak didunia pendidikan. Penanaman akan pentingnya budaya lokal dengan memperkenalkan kepada para siswa akan ragam hias lokal dan budaya lainnya sangat kental dan bahkan para pelajar sangat bersemangat dalam mempelajarinya, pembelajaran budaya ini tidak
Eksplorasi Motif Ragam Hias Makassar dalam Pencitraan Grafis Produk “Karaeng IRRE” http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
cukup di berikan pada tingkat dasar, tinggkat perguruan tinggi pun seperti ISI denpasar, ISI Jogjakarta, ISI solo dll. 1.1.5.3 Corak Tenun Penggunaan motif yang semakin beragam pada kain tenun sutra tradisional Sulawesi Selatan merupakan salah satu perkembangan zaman yang berlangsung. Perkembangan ragam hias kini dilakukan dengan menggabungkan beberapa ragam hias dasar dengan kreasi para pengrajin tenun itu sendiri. Perkembangan ini tidak hanya pada bentuk namun juga pada pengunaan warna yang tidak lagi terbatas pada warna hitam, merah, dan putih saja, melainkan juga warna-warna cerah seperti kuning, ungu dan hijau. 1.1.6 Solusi Dalam penulisan laporan ini Perancang mencoba menawarkan sebuah solusi dalam pemanfaatan dan perkenalan ragam hias Makassar melalu penciptaan sebuah ragam baru yang terinspirasi dari ragam hias lokal dimana pada akhirnya dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas baik yang ada dimakassar maupun luar Makassar. Pemanfaatan ragam dasar yang sudah ada dan beberapa perbaharuan dari ragam hias sebelumnya akan terus dikembangkan melalu eksplorasi dan pengembangan ide desain ragam hias yang disesuaikan perkembangan zaman dan tren yang terjadi sekarang di Makassar. 1.1.6.1 Eksplorasi Bentuk Lama Eksplorasi pada ragam hias yang memiliki bentuk dasar ada yang lebih dikenal ragam yang lama, terus Perancang lakukan dengan tetap mempertahankan bentuk asli dan dipadukan dengan ragam hias yang lainnya sehingga tercipta kombinasi ragam hias lama yang membentuk suatu bentuk dalam hal ini Perancang menitik beratkan pada bentuk Pahlawan, flora dan fauna, serta hal-hal unik yang telah menjadi ciri khas Makassar.
Eksplorasi Motif Ragam Hias Makassar dalam Pencitraan Grafis Produk “Karaeng IRRE” http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
Bentuk Baru Sebagai bentuk solusi yang cukup nyata dalam penulisan ini bagaimana kami sebagai Perancang mencoba membuat dan melahirkan sebuah konsep dan desain baru dalam ragam hias Makassar. Konsep dan desain baru ini adalah kombinasi dari gaya dan citarasa motif dan sutra Makassar yang digabungkan dengan objek-objek iconic khas makassar. Petteren Metode petteren yang terus Perancang kembangkan, sebuah petteren yang terbentuk dari hasil eksplorasi ragam hias yang tetap menampilkan objek-objek iconic Makassar. Element Grafis Visual Sebuah perpaduan yang memiliki kominasi da elemen grafis dan ragam hias Makassar yang pada akhirnya menciptakan desain yang lebih atraktif dan lebih hidup. 1.1.6.2 Aplikatif Grafis Kaos Hasil akhir dari pembuatan dan eksplorasi ragam hias Makassar ini akan diaplikasikan dalam desain grafis kaos. Pemilihan media kaos sebagai media aplikatif dalam tugas ini tidak terpas dari tujuan utama Perancang, yaitu memperkenalkan kembali sekaligus mensosialisasikan lagi ragam hias Makassar dalam bentuk dan kemasan yang berbeda. Kaos oblong telah menjadi pakaian yang tidak mengkotakkotakan penggunanya, hampir seluruh lapisan masyarakat menggunakan kaos dalam keseharian mereka, tidak memandang umur, sehingga aplikatif ini deharapkan sangat tepat sasaran. Bentuk Perwujudan • Subjek Flora Makassar sebagai salah satu daerah yang berada di garis katuristiwa menawarkan keberagaman flora yang sangat indah, flora ini menjadi inspirasi Perancang
Eksplorasi Motif Ragam Hias Makassar dalam Pencitraan Grafis Produk “Karaeng IRRE” http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
untuk diangkat dalam perwujudan desain, sebuah desain dapat mengakat berbagai jenis flora dari daratan Makassar dan sekitarnya, yang memang merupakan element yang menjadi keseharian masyarakat Makassar dan sekitarnya. • Subjek Pahlawan, Fauna dan hal menarik lainnya di Makassar Guna menambah hasana kekayaan lokalitas Makassar seperti penggunaan potret/karakter pahlawan, fauna, dan hal unik lainnya yang memiliki nilai lokal, yang menjadi objek eksplorasi dalam perwujudan desain dalam eksplorasi ragam hias Makassar dalam grafis kaos. 1.2 Originalitas Penciptaan style grafis baru yang terinspirasi dari kain Tenun Sutra Makassar merupakan hal yang baru di Indonesia dan bahkan belum pernah diteliti/ditemukan/dikembangkan sebelumnya. Namun sebuah gaya desain yang menyerupai Pixel Art pernah diterbitkan pertama kali oleh Adele Goldberg dan Robert Flegal dari Xerox Palo Alto Research Center pada tahun 1982, yang terinspirasi dari benang bordir. Semakin diperkanlkannya manusia dengan kata pixel dalam kehidupan sehari-hari dan perkembangan teknologi perangkat lunak pengelola grafis akhirnya melahirkan sebuah gaya desain yang desebut dengan Pixel Art. Pixel Art adalah sebuah gaya desain yang terbentuk dari penyusunan kotak-kotak warna yang membentuk sebuah objek. Perkembangan pixel art tidak hanya sebagat media aplikasi computer seperti game, tapi juga telah berkembang hingga aplikasi di ruang publik, seperti jalan, jembatan, dll. Hal yang paling mendasar dan membedakan antara Pixel Art Balo Graphic Style adalah terletak pada pembatasan penggunaan warna dan bentuk, Balo Graphic Style memiliki aturan main yang berbeda dan khusus sesuai dengan inspirasi/sumber tenun yang dikaji. 1.3 Pelung dan Tantangan Studi 1.3.1 Peluang Studi Tenun Sutra Makassar merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya, keanggunan motif, dan keindahan warna seolah menjadi gudang inspirasi dalam pembentukan karya, ada banyak aspek desain yang bisa diambil dan diangkat dari Sutra Makassar
Eksplorasi Motif Ragam Hias Makassar dalam Pencitraan Grafis Produk “Karaeng IRRE” http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
yang jika digabungkan dengan beberapa element penting dank has daerah Sulawesi selatan, maka akan menciptakan sebuah tatanan karya yang menakjubkan. Sebagai salah satu daerah yang berada di garis katuristiwa menawarkan keberagaman flora yang sangat indah, flora ini menjadi inspirasi Perancang untuk diangkat dalam perwujudan desain, sebuah desain dapat mengakat berbagai jenis flora dari daratan Makassar dan sekitarnya, yang memang merupakan element yang menjadi keseharian masyarakat Makassar dan sekitarnya 1.3.2 Tantang Studi 1.3.2.1 Pengguna Kaos yang bertema lokalitas Makassar sebagai kota niaga dan kota tujuan wisata secara tidak langsung telah menciptakan perputaran ekonomi yang sehat untuk masyarakat lokal. Peluang usaha pun tercipta, para pelaku bisnis yang jeli dengan peluang usaha ini pun tidak ketinggalan untuk memanfaatkan momenmomen yang ada. Sekitar 8 clothing lokal yang mencoba mengisi peluang yang ada di Makassar dengan menagkat tema lokalitas. Sepintas selalu, jika melihat dari segi konsep, tidak ada yang terlalu menonjol dari setiap brand lokal yang ada. Konsep yang berulang yang diaplikasikan oleh setiap brand dan bahkan ada kesan saling mengikuti tema masingmasing. Dibawa ini Perancang menampilkan perulangan desain yang diangkat oleh dua brand lokal Makassar yaitu Okko, Daeng, Combad Development, Karaeng, Macz dan cell yang mengangkat tema pahlawan nasional asal Makassar “Sultan Hasanuddin”
Macz
Combad Development
Eksplorasi Motif Ragam Hias Makassar dalam Pencitraan Grafis Produk “Karaeng IRRE” http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
OKKO
Daeng
Gambar 1.1 Brand Lokal Makassar Ketiga contoh visualisasi diatas hampir mewakili beberapa brand lokal yang memang menurut Perancang secara pribadi tidak terlalu diekplorasi secara matang sehingga menciptakan sebuah unsur yang khas lokalitas Makassar. BALO GRAPHIC STYLE VS PIXEL ART Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan layar monitor, baik computer, laptop, mobile phone, TV, bahkan kalkulator tidak terlepas dari kehidupan manusia modern saat ini, setiap tampilan gambar yang dihasilkan oleh media-media diatas adalah hasil dari penggabungan ratusan dan bahkan jutaan titik warna (tergantung besar medianya, semakin besar semakin banya pixel yang digunakan). Sebelumnya sebuah gaya desain yang menyerupai Pixel Art pernah diterbitkan pertama kali oleh Adele Goldberg dan Robert Flegal dari Xerox Palo Alto Research Center pada tahun 1982, yang terinspirasi dari benang bordir. Semakin diperkanlkannya manusia dengan kata pixel dalam kehidupan sehari-hari dan perkembangan teknologi perangkat lunak pengelola grafis akhirnya melahirkan sebuah gaya desain yang desebut dengan Pixel Art. Pixel Art adalah sebuah gaya desain yang terbentuk dari penyusunan kotak-kotak warna yang membentuk sebuah objek. Perkembangan pixel art tidak hanya sebagat media aplikasi computer seperti game, tapi juga telah
Eksplorasi Motif Ragam Hias Makassar dalam Pencitraan Grafis Produk “Karaeng IRRE” http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
berkembang hingga aplikasi di ruang publik, seperti jalan, jembatan, dll. Sepintas selalu, jika melihat hasil akhir dari kedua gaya desain antara Balo Graphic Style (BGS) dan Pixel Art akan terlihat sama, keduanya terbentuk dari bentuk kotak-kotak warna yang disusun secara sitematis sehingga membentuk sebuah objek yang dingingkan. Hal yang membedakan adalah, Pixel Art lahir dan diilhami dari teknologi yang ada saat ini, sedangkan BGS lahir dari eksplorasi dan pembaharuan motif ragam hias dari kerajianan tenun lokal Makassar yang sudah ada jauh sebelum teknologi pixel berkembang. Cela yang ada inilah yang membuat sebuah ide besar lahir dengan memanfaatkan kekayaan ragam hias Makassar yang belum tersentuh sama sekali oleh para pelaku bisnis clothing. Diharapkan produk yang digarap ini dapat menjadi sebuah produk andalan daerah lokal Makassar, kaos ini diharapkan dipakai oleh seluruh lapisan Masayarakat Makassar, dan tidak terkeculi orang luar Makassar yang sekaligus menjadi sebuah produk promosi daerah lokal. Tidak ada pembatasan usia ataupun golongan dalam penggunaan kaos ini, hal ini telah menjadi komitmen awal untuk dapat memperkenalkan sekaligus mensosialisasikan ragam hias Makassar kepada seluruh masyarakat. 1.3.2.2 Sebagai Souvenir pemerintah daerah Sebagai daerah yang memiliki potensi wisata yang terus berkembang dan pembangunan yang terus gencar dilakukan disegala sektor membuat daerah ini terus harus bebenah dan mempercantik diri, elemen-elemen pendukung pun dibutuhkan guna memberikan citra sebagai daerah kunjungan wisata, berbagai kegiatan pemerintahan, pameran, undangan, para tamu, yang berskala nasional dan internasional terus gencar dilakukan oleh pemerintah Sulawesi Selatan, penunjang souvenir
Eksplorasi Motif Ragam Hias Makassar dalam Pencitraan Grafis Produk “Karaeng IRRE” http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
yang sejatinya menggambarkan keragaman budaya utamanya ragam hias Makassar. 1.2.2. Bagaimana mengekplorasi ragam hias makassar menjadi sebuah bentuk baru dan menjadi elemen grafis dalam perancangan grafis kaos; 1.2.3. Makassar sebagai salah satu daerah yang berada di garis katuristiwa menawarkan keberagaman flora yang sangat indah, flora ini menjadi inspirasi Perancang untuk diangkat dalam perwujudan desain, sebuah desain dapat mengakat berbagai jenis flora dari daratan Makassar dan sekitarnya, yang memang merupakan element yang menjadi keseharian masyarakat Makassar dan sekitarnya.
Eksplorasi Motif Ragam Hias Makassar dalam Pencitraan Grafis Produk “Karaeng IRRE” http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Eksplorasi Motif Ragam Hias Makassar dalam Pencitraan Grafis Produk “Karaeng IRRE” http://digilib.mercubuana.ac.id/
15