BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor penting dalam rangka peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam menurunkan angka penyakit yang ditularkan melalui air dan lingkungan. Saat ini masih banyak warga di seluruh Indonesia yang kesulitan mengakses air bersih dan sarana sanitasi karena keterbatasan infrastruktur yang ada. Sesuai dengan target Millenium Development Goals (MDGs) Pemerintah telah menetapkan target pada 2015 bahwa sebanyak 68,87% dari total penduduk Indonesia harus memiliki akses terhadap sumber air minum layak, sementara akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak adalah sebanyak 62,41%. Pelayanan sanitasi di perkotaan 78 juta jiwa (70%) di pedesaan 35 juta jiwa (30%). Dilihat dari kinerja sektor Air Minum & Sanitasi di Indonesia dinilai masih rendah dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara (WHO-Unicef joint monitoring, 2004). Data yang paling memprihatinkan adalah angka kematian bayi di Indonesia (SDKI, 2002/3) 35 per seribu kelahiran. Dua
dari empat
penyakit penyebab kematian balita adalah Diare & Typus akibat sanitasi buruk (Renstra Depkes, 2001). Menurut perkiraan diperlukan investasi sebesar US$ 573 Juta pertahun (Kyoto Global Water Summit/KGWS, 2003) untuk dapat menyediakan akses bagi sebagian masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan air minum dan sanitasi; APBN 1994 – 2002 hanya 2,5% untuk air minum & sanitasi.
1
Dalam pembangunan sanitasi, diperlukan kerjasama yang baik dari para pengambil
keputusan dan pelaku pembangunan secara nasional
untuk
memperkuat komitmen pelaku pembangunan di bidang sanitasi baik di tingkat pusat maupun daerah. Terbangunnya komitmen kerja sama antar pemangku kepentingan akan memperkuat dukungan penyelenggaraan pembangunan dari pelaku non pemerintah, sehingga diambil langkah-langkah sinergis dalam pembangunan sanitasi. Pemenuhan akan pelayanan sanitasi dilakukan melalui dua sektor pendekatan, yang pertama melaui badan, atau lembaga dinas terkait dan yang kedua melalui pendekatan berbasis masyarakat. Pendekatan yang pertama sesuai dengan amanat pembangunan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum yang menjelaskan pemerintah daerah bertanggung jawab penuh untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat di daerahnya masing-masing, termasuk pelayanan air minum dan sanitasi. Peraturan ini kemudian dijabarkan lagi berupa kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman (KSNPSPALP) yang dituangkan dalam Peraturan Menteri PU 16/PRT/M/2008. Dalam Peraturan Menteri tersebut dijabarkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan dasar akan sanitasi diperlukan sistem penyediaan yang berkualitas, sehat, efektif dan efisien, terintegrasi sehingga masyarakat dapat hidup sehat dan produktif. Selain itu,
dijelaskan
lebih
lanjut
bahwa
dalam
rangka
peningkatan
pelayanan/penyediaan air minum, perlu dilakukan pembangunan yang tidak hanya menyentuh aspek fisik (teknik) tapi juga non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran serta masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk
2
melaksanakan penyediaan air minum menuju keadaan masyarakat yang lebih baik. Di lain pihak, kemampuan keuangan daerah dalam pembangunan terbatas, sehingga sektor sanitasi tidak jarang sedikit terabaikan. Hal ini menyebabkan perlunya dukungan dalam hal pembiayaan terutama untuk daerah berpenduduk miskin dalam rangka meningkatkan kemampuan pelayanan kepada masyarakat baik dalam pembangunan fisik sarana maupun pengembangan sumber daya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu Pemerintah Pusat berupaya mengatasi persoalan ini dengan pendekatan kedua, dengan dikeluarkannya Kebijkan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat pada tanggal 26 Juni tahun 2003 atas persetujuan bersama beberapa instansi terkait yaitu : Bappenas, Departemen PU, Departemen Dalam Negeri, Departemen Kesehatan, dan Departemen Keuangan. Untuk pendekatan yang kedua yang berbasis masyarakat dirasa lebih efektif karena melibatkan seluruh komponen masyarakat (perempuan dan lakilaki, kaya dan miskin) dengan pendekatan tanggap terhadap kebutuhan dan keinginan atau demand responsive approach (Bruce et al, 2001). Tanggap disini bermaksud agar masyarakat bersedia dalam kontribusi membiayai, serta mengelola dan memelihara sarana secara sukarela sehingga mereka merasa memiliki (sense of ownership) terhadap hasil kegiatan tersebut. Untuk itu diperlukan pemberdayaan masyarakat agar mampu berperan secara aktif mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengoperasionalan, dan pemeliharaan sarana yang dibangun, serta dalam kegiatan peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan.
3
Salah satu program infrastruktur sanitasi yang melibatkan masyarakat adalah Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM), melibatkan berbagai stakeholder baik yang berada di tingkat pusat, provinsi maupun daerah program berbasis masyarakat ini merupakan dukungan dari Urban Sanitation and Rural Infrastructure (USRI) Support to PNPM Mandiri merupakan kegiatan yang terdiri dari kelanjutan RIS PNPM-2 dan kegiatan Urban Sanitation. Kegiatan ini dilaksanakan dalam waktu 4 (empat) tahun yang akan dimulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Pelaksanaan kegiatan ini didanai oleh Asian Development Bank (ADB) Loan No. 2768-INO untuk meningkatkan layanan sanitasi melalui Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), yang diberikan kepada masyarakat perkotaan di 1.350 lokasi (sebesar Rp. 350 juta per Kelurahan) dalam rangka meningkatkan pelayanan sanitasi berbasis masyarakat Kabupaten Bantul sebagai salah satu kabupaten di Propinsi DIY merupakan peserta program SPBM. Dengan adanya Program SPBM menjadi salah satu solusi bagi Kabupaten Bantul dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang sanitasi, khususnya kepada masyarakat miskin yang tinggal di kawasan kumuh atau pinggiran kota yang akses terhadap sarana air minum dan sanitasi tergolong rendah serta relevensi penyakit tekait air cukup tinggi. Sebagai salah satu penerima bantuan Program SPBM, Kabupaten Bantul telah melaksanakan kegiatan berbasis masyarakat ini sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Bantuan program pada kurun waktu tersebut dilaksanan di enam kecamatan yaitu Kec. Bambanglipuro, Kec.Banguntapan, Kec.Pandak, Kec.
4
Pleret, Kec. Pundong, Kec.Bantul, Kec.Kasihan, Kec. Sedayu, Kec.Srandakan, Kec.Jetis, Kec.Sanden dan Kec.Sewon Kegiatan dalam Program SPBM yang dilaksanakan berupa pembangunan IPAL Komunal berbasis masyarakat. pelaksanaan
program
SPBM
yang
dilaksanakan di Kabupaten Bantul dianggap lebih berhasil melibatkan masyarakat daripada program pembangunan prasarana ini.
Hal
ini
disebabkan
sanitasi
yang
dilakukan
selama
karena pendekatan yang digunakan berbeda antara
keduanya. Dalam program tersebut, pelibatan masyarakat secara aktif dari awal pelaksanaan sampai dengan tahap pasca konstruksi (bottom up), khususnya dalam
operasi
keberhasilannya,
dan pemeliharaannya
sangat
menentukan
penilaian
sehingga prasarana sanitasi yang dibangun tetap terpelihara
dengan dukungan masyarakat. Dari 67 lokasi program SPBM yang dilaksanakan pemerintah Kabupaten Bantul dari tahun 2012 sampai 2014, terdapat 1 lokasi di desa Bangunjiwo yang sangat baik dalam pengelolaan program SPBM sehingga berhasil meraih penghargaan di tingkat nasional. Keberhasilan pelaksanaan program SPBM baik ditinjau dari segi pembangunan fisik dan non fisik akan membantu pemerintah Kabupaten Bantul dalam rangka penyediaan sanitasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil yang baik dari program yang berbasis masyarakat akan tercapai jika masyarakat berpartisipasi aktif dalam kegiatan. Dengan berpartisipasi aktif, akan menumbuhkan rasa memiliki terhadap apa yang mereka bangun, sehingga keberlanjutan dan kebersinambungan akan terus berlangsung.
5
1.2
Rumusan Masalah Keberhasilan desa bangunjiwo dalam pelaksanaan program Sanitasi
Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) sehingga mampu meraih penghargaan sebagai salah satu Kelompok pengguna dan pemanfaat (KPP) terbaik dalam kompetisi Nasional yang diadakan oleh kementrian Pekerjaan Umum dan Asian Depelopmen Bank (ADB) tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat. Patisipasi masyarakat di desa Bangunjiwo dalam program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) membuat pelaksanaan pembangunan dapat lebih tepat sasaran, efektif dan efisien. Masyarakat Desa Bangunjiwo mampu mengelola, merencanakan, membangun, bahkan swadaya baik matrial dan tenaga kerja 1.3
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya, Research question pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengelolaan program SPBM di Desa Bangunjiwo? 2. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam program SPBM di Desa Bangunjiwo? 3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program SPBM di Desa Bangunjiwo? 1.4
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengelolaan program
SPBM di Desa Bangunjiwo, mengidentifikasi partisipasi masyakarat dalam pengelolaan dalam program SPBM serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
6
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.
Memberi informasi kepada para pengambil kebijakan yang terlibat dalam Program SPBM di Kabupaten Bantul
2.
Sebagai bahan evaluasi dan monitoring dalam pelaksanaan Program SPBM di Kabupten Bantul
3.
Sebagai bahan masukan dan replikasi untuk pengembangan Program SPBM di Kabupaten lainnya dalam rangka pelayananan sarana dan prasarana sanitasi untuk masyarakat
1.6.
Lingkup Penelitian Dalam penelitian ruang lingkup dibagi menjadi dua, yaitu ruang lingkup
materi dan ruang lingkup wilayah. Ruang lingkup materi bertujuan untuk menentukan batasan pokok-pokok dari kajian penelitian sedangkan ruang lingkup wilayah adalah untuk membatasi lokasi penelitian agar hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan penelitian. Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah Perkembangan dan bentuk partisipasi masyarakat terhadap program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat, serta faktor yang mempengaruhi partisipasi terhadap program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat Wilayah penelitian dilakukan di dusun Kalipucang desa Bangunjiwo Kecamatan Kasihan kabupaten Bantul yang merupakan salah satu dari 23 desa penerima program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat di tahun 2012.
7
1.7
Keaslian Penelitian Tema penelitian mengenai partisipasi masyrakat dalam program yang
dilaksanakan oleh pemerintah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Fokus penelitian, metode dan lokasi menjadikan setiap penelian berbeda
dari
mendeskripsikan
penelitian
yang
Partisispasi
lainnya.
Penelitian
masyarakat
dalam
ini
bertujuan
pengelolalan
untuk
program
SPBM/USRI dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan, kemuadian mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat tersebut. Penelitian Indra Gunawan pada tahun 2006 dengan judul Pengetahuan Masyarakat tentang Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat bertujuan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat di Kabupaten Tebo tentang
pengelolaan
sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas). Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif deskriftif. Hasil penelitian mengungkapkan proses terjadinya fenomena yang merupakan mata rantai sebab‐akibat sebagaimana yang diuraikan dalam berbagai kajian teori studi yang menjelaskan proses interaksi manusia dan lingkungannya. Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi penelitan yang di lakukan di Dusun Kalipucang Desa Bangunjiwo Kabupaten Bantul. program yan menjadi objek penelitian pada penelitian ini adalah Program SPBM/USRI. Penelitian Tety
Juliany (2010) dengan judul Kepedulian Masyarakat
dalam Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai tujuan untuk mengkaji kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjung balai. Metode yang digunakan adalah kualitatif
8
deskriftif. Hasil dari penelitiannya adalah kepedulian masyarakat ditandai dari perilaku masyarakat yang selalu
bertanggung
jawab
dan
memperhatikan
kepentingan orang lain. Bentuk Kepedulian masyarakat yang tinggal di lingkungan I dalam perbaikan sanitasi lingkungan terlihat dari peran dan tindakannya terlibat dimulai dari porses inisiasi awal sampai pada pengawasan penggunaan MCK ++. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penggunaan teknologi yang dilakukan dalam perbaikan sanitasi lingkungan. Penelitian ini menggunakan IPAL komunal sedangkan teknologi yang digunakan dalam penelitian sebelumnnya adalah MCK++. Perbedaan lokasi dari penelitian ini yang dilakukan di Dusun Kalipucang Desa Bangunjiwo. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Nugrahini menengenai faktor-faktor adopsi inovasi program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (pamsimas) di desa Halubau dan desa Jimamun Kabupaten Balangan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang bisa menjelaskan proses adopsi inovasi perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Halubau dan Jimamun Kabupaten Balangan. Pendekatan yang digunakan adalah deduktif kuantitatif dengan metode penelitian survey. Hasil penelitian ditemukan bahwa tingkat adopsi inovasi praktik PHBS sangat rendah karena jenis keputusan kolektif, inovasi yang sifatnya dipaksakan, terjadi diskontinuansi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi penelitan yang di lakukan di Dusun Kalipucang Desa Bangunjiwo Kabupaten Bantul. program yang menjadi objek penelitian pada penelitian ini adalah Program SPBM/USRI. Metode yang digunakan Deduktif Kualitatif.
9
Penelitian Evaluasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Desa Kragan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar yang dilakukan oelh Sri Artiningsih pada tahun 2013 bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas dan mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi efektifitas program pamsimas di Desa Kragan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Metode yang digunakan deduktif kuantitatif. Jenis evaluasi yang dilakukan adalah one-project before and after. Hasil penelitian outcome Pamsimas di Desa Kragan tercapai yakni PHBS dan peningkatan derajat kesehatan Letak geografis menjadi faktor penghambat dalam Pembentukan PHBS karena kebiasaan masyarakat mencuci di sungai. Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi penelitan yang di lakukan di Dusun Kalipucang Desa Bangunjiwo Kabupaten Bantul. program yang menjadi objek penelitian pada penelitian ini adalah Program SPBM/USRI. Metode yang digunakan Deduktif Kualitatif. Penelitian Aribowo (2014) dengan judul Partispasi Masyarakat Dalam Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kecamatan Ngemplak
Kabupaten
Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan penelitian untuk mengetahui jenis partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
terbentuknya partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode induktif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, kajian dokumen dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di awal periode budidaya perikanan, jenis partisipasi masyarakat yang paling dominan
10
berupa partisipasi buah pikiran/ide dan harta benda. Jenis partisipasi masyarakat dalam periode II paling
banyak
antara
lain
berupa
buah
pikiran/ide,
ketrampilan, tenaga, harta benda dan uang. Jenis partisipasi masyarakat dalam periode III paling banyak antara lain berupa ketrampilan, tenaga, harta benda dan uang.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
partisipasi
masyarakat
dalam
pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor adalah
sumberdaya
manusia
internal
yang
paling
dominan
yang berkualitas. Sedangkan faktor eksternal
yang paling dominan adalah kesesuaian lahan untuk usaha budidaya perikanan dan ketersediaan air yang cukup Secara umum perbedaan peneilitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah fokus penelitianyang , lokasi penelitan yang di lakukan di Dusun Kalipucang Desa Bangunjiwo Kabupaten Bantul. program yang menjadi objek penelitian pada penelitian ini adalah Program SPBM/USRI.
Metode yang
digunakan Deduktif Kualitatif.
Tabel. 1.1. Penelitian yang pernah dilakukan tentang partisipasi masyarakat No 1.
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian Metode Analisis Hasil mengetahui pengetahuan kualitatif deskriftif mengungkapkan proses Pengetahuan Masyarakat masyarakat di Kabupaten terjadinya fenomena yang tentang Pengelolaan Sanitasi Tebo tentang merupakan mata rantai Berbasis Masyarakat ( pengelolaan sanitasi sebab‐akibat Indra Gunawan , 2006) berbasis masyarakat sebagaimana yang (Sanimas) diuraikan dalam berbagai kajian teori studi yang menjelaskan proses interaksi manusia dan lingkungannya
11
2.
Kepedulian Masyarakat dalam Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjungbalai Tety
Juliany (2010)
mengkaji kepedulian kualitatif deskriftif masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Matahalasan Kota Tanjung balai
Bentuk Kepedulian masyarakat yang tinggal di lingkungan I dalam perbaikan sanitasi lingkungan terlihat dari peran dan tindakannya terlibat dimulai dari porses inisiasi awal sampai pada pengawasan penggunaan MCK ++
mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang bisa menjelaskan proses adopsi inovasi perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Halubau dan Jimamun Kabupaten Balangan
tingkat adopsi inovasi praktik PHBS sangat rendah karena jenis keputusan kolektif, inovasi yang sifatnya dipaksakan, terjadi diskontinuansi
3.
Dian Nugrahini menengenai faktor-faktor adopsi inovasi program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (pamsimas) di desa Halubau dan desa Jimamun Kabupaten Balangan
4.
Evaluasi Program 1. Mengukur tingkat Metode penelitian 1. Outcome Pamsimas di Penyediaan Air Minum dan efektifitas program yang digunakan Desa Kragan tercapai yakni PHBS dan Sanitasi Berbasis Pamsimas di Desa adalah deduktif peningkatan derajat Masyarakat di Desa Kragan Kragan Kecamatan kuantitatif. Jenis kesehatan Kecamatan Gondangrejo Gondangrejo Kabupaten evaluasi yang Kabupaten Karanganyar Karanganyar dilakukan adalah 2. Outcome tercapai atas dukungan ketersediaan 2. Mengetahui faktorone-project (Sri Antiningsih, 2013) sarana air bersih dan faktor yang before and after sanitasi, promosi mempengaruhi kesehatan dan peran efektifitas program kader kesehatan. pamsimas di Desa 3. Letak geografis Kragan Kecamatan menjadi faktor Gondangrejo Kabupaten penghambat dalam Karanganyar Pembentukan PHBS karena kebiasaan masyarakat mencuci di sungai 4. PHBS dibentuk dengan adanya pembiasaan PHBS, penanaman pengertian dan adanya model yang diteladani
deduktif kuantitatif dengan metode penelitian survey
12
5
Partispasi Masyarakat Dalam Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Aribowo (2014)
1.8
mengetahui jenis induktif kualitatif partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di awal periode budidaya perikanan, jenis partisipasi masyarakat yang paling dominan berupa partisipasi buah pikiran/ide dan harta benda. Jenis partisipasi masyarakat dalam periode II paling banyak antara lain berupa buah pikiran/ide, ketrampilan, tenaga, harta benda dan uang. Jenis partisipasi masyarakat dalam periode III paling banyak antara lain berupa ketrampilan, tenaga, harta benda dan uang
Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari enam bab yang terdiri dari Pendahuluan,
Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Gambaran Umum Wilayah Penelitian, Temuan dan Pembahasan, Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab I
Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
Tinjauan Pustaka Bab ini berisi tentang teori partisipasi masyarakat dan pengelolaan program SPBM
13
Bab III
Metode Penelitian Pada bab ini berisi pendekatan dan metode penelitian yang digunakan,
lokasi
penelitian,
instrumen
penelitian,
metode
pengumpulan data, dan metode analisa data. Bab IV
Gambaran Umum Wilayah Penelitian Bab ini menjelaskan tentang kondisi geografis dan pengelolaan air limbah Kabupaten Bantul
Bab V
Temuan dan Pembahasan Di dalam bab ini membahas tentang Partisipasi masyrakat dalam program SPBM di Kabupaten Bantul.
Bab VI
Kesimpulan dan Rekomendasi Bab yang terakhir ini memuat tentang hasil akhir dan juga penjelasan dari seluruh penelitian ini serta rekomendasi tentang studi selanjutnya.
14