BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara, diperlukan pembiayaan baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Kebutuhan pembiayaan pembangunan di masa mendatang akan semakin besar. Kebutuhan yang semakin besar ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja melalui penerimaan pajak dan penerimaan lainnya. Untuk itu pasar modal sebagai salah satu alternatif pembiayaan pembangunan harus dapat memfasilitasi perkembangan ekonomi pasar. Pasar modal membantu dunia usaha untuk dapat memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan jangka panjang yang dibutuhkan. Di pasar modal, para pemodal dapat melakukan investasi melalui pemilikan berbagai surat-surat berharga baik yang bersifat penyertaan (saham) maupun yang bersifat pinjaman (obligasi) serta berbagai instrumen derivatif termasuk rights, warrants, dan options (Anwar, 2008:4). Investasi di pasar modal merupakan penanaman modal dibidang aset keuangan yang pada dasarnya mengharapkan suatu hasil atas efek yang dibeli. Walaupun demikian, perlu diperhatikan bahwa pilihan investasi selalu harus mempertimbangkan tingkat harapan keuntungan di satu sisi dan tingkat risiko di sisi lain.
Universitas Sumatera Utara
Dalam kegiatan investasi, secara umum dikenal adanya prinsip bahwa semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan maka semakin tinggi pula tingkat risiko yang kemungkinan dihadapi, dan sebaliknya semakin rendah tingkat keuntungan yang diharapkan maka semakin rendah pula kemungkinan risiko yang dihadapi (high risk high return and low risk low return). Dalam hubungannya dengan kepemilikan saham melalui pasar modal, masyarakat dapat ikut menikmati keberhasilan perusahaan melaui pembagian dividen dan peningkatan harga saham yang diharapkan (capital gain) (Lubis, 2008:9). Capital gain merupakan jumlah yang mencerminkan kelebihan hasil penjualan aktiva modal yang melebihi dari biaya asli aktiva tersebut. Dividen adalah bagian laba yang diberikan emiten kepada pemegang saham. Dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, sebagian dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham sedangkan sebagian lainnya disisihkan sebagai laba ditahan (retained earning) yang berfungsi untuk pertumbuhan perusahaan. Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh terhadap pemegang saham dan perusahaan yang membayar dividen. Umumnya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini kemungkinan besar disebabkan oleh asumsi bahwa investor melihat kenaikan dividen sebagai suatu tanda yang baik dimana perusahaan memiliki prospek cerah, demikian pula sebaliknya jika pembayaran dividen oleh perusahaan menurun maka dianggap tidak memiliki prospek yang cerah. Selain itu, pemberian dividen yang relatif stabil diakibatkan adanya asumsi bahwa investor cenderung lebih menyukai dividen yang tidak berfluktuasi (dividen yang stabil).
Universitas Sumatera Utara
Keputusan dividen perusahaan menjadi sangat penting karena menentukan apakah aliran dana diberikan kepada investor dan apakah dana ditahan untuk diinvestasikan kembali. Perusahaan harus memeriksa relevansi antara laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali (retained earning to be reinvested) dengan laba yang dibagikan kepada para pemegang sahamnya dalam bentuk dividen (revenue that devided to the shareholders as dividend). Pertumbuhan perusahaan dan dividen adalah dua hal yang diinginkan perusahaan tetapi sekaligus merupakan suatu tujuan yang berlawanan. Untuk mencapai tujuan tadi perusahaan menetapkan kebijakan dividen yaitu kebijakan yang dibuat oleh perusahaan untuk menetapkan proporsi pendapatan yang dibagikan sebagai dividen yang membuat semakin sedikit laba yang dapat ditahan dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan. Sebaliknya, kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar labanya berarti bagian dari laba yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Persentase laba yang dibayarkan perusahaan dalam bentuk dividen tunai pada pemegang saham disebut dengan rasio pembayaran dividen atau yang sering disebut Dividend Payout Ratio (Sartono, 2001:281). Dividend payout ratio memiliki informasi yang berguna bagi perusahaan dan para pemegang saham. Bagi perusahaan, informasi yang terkandung dalam dividend payout ratio digunakan untuk mempertimbangkan dalam penetapan pembagian jumlah dividen. Bagi pemegang saham, informasi yang terkandung dalam dividend payout ratio digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. Semakin tinggi dividend payout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan akan menyebabkan laba ditahan yang semakin kecil
Universitas Sumatera Utara
sehingga dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali ke dalam perusahaan semakin kecil. Hal itu menyebabkan pertumbuhan perusahaan terhambat. Besarnya dividen yang dibayarkan ke pemegang saham ditentukan pada rapat dewan komisaris. Pertimbangan besarnya dividend payout ratio ini diduga sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus, diharapkan mampu untuk menetapkan besarnya dividend payout ratio yang mana besarnya sesuai dengan harapan pemegang saham yaitu mendapatkan dividen dalam jumlah yang besar. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan yaitu dengan menganalisis rasio keuangan melalui laporan keuangan tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain posisi kas atau likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat ekspansi yang tinggi, dan skala perusahaan (Sartono, 2000:254). Sedangkan Husnan dan Puji Astuti (1994) (dalam Sudarsi, 2002:2) menyebutkan bahwa operating cash flow dan tingkat laba mempengaruhi kebijakan dividend payout ratio. Cash Position atau likuiditas merupakan faktor penting penentu jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan berarti makin besar kemampuannya membayar dividen. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengukur bauran dana dalam neraca dan membuat perbandingan antara dana yang diberikan oleh pemilik (ekuitas) dan dana yang dipinjam (hutang). Hutang meningkatkan baik laba maupun risiko.
Universitas Sumatera Utara
Semakin besar hutang, semakin besar risiko yang ditanggung. Dengan menambahkan hutang proporsi dividen yang dibayarkan menjadi lebih kecil karena harus membayarkan kewajiban terlebih dahulu. Return on Assets (ROA) menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin besar Return on Assets (ROA) maka semakin besar kemungkinan dividen yang dibagikan oleh perusahaan karena rasio ini menunjukkan pula tingkat efisiensi investasi yang nampak pada tingkat perputaran aktiva. Growth
Potential
(GP)
menunjukkan
potensi
perusahaan
untuk
bertumbuh. Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai perluasan atau pertumbuhan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana dimasa mendatang maka semakin mungkin perusahaan menahan pendapatan, bukan membayarnya sebagai dividen. Firm Size mencerminkan ukuran perusahaan berdasarkan kapitalisasi pasarnya. Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal. Bagi perusahaan yang sudah mapan dan besar lebih mudah mempertahankan dividend payout ratio yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan bagaimana pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Growth Potential, dan Firm Size terhadap Dividend Payout Ratio pada periode 2006-2009.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Growth Potential, dan Firm Size Serta Dividend Payout Ratio periode 2006-2009. 2006 2007 2008 2009 Cash Position 1,53 1,84 1,90 1,58 Debt to Equity Ratio 0,82 0,86 0,94 1,45 Return on Assets 14,63 14,17 15,25 18,17 Growth Potential 11,74 18,81 22,35 9,97 Firm Size 28,13 28,29 28,48 28,58 Dividend Payout Ratio 50,98 53,63 63,84 55,15 Sumber: www.idx.co.id (2010, diolah) Cash Position perusahaan yang semakin besar menggambarkan bahwa semakin besar pula kemampuannya dalam membayar dividen (Sudarsi, 2002:4). Dari tabel diatas nilai dividend payout ratio berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi nilai cash position, ketika nilai cash position naik maka dividend payout ratio juga mengalami kenaikan dan begitu pula sebaliknya. Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya melalui modal sendiri. Semakin tinggi kewajiban maka akan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Sudarsi, 2002:04). Namun pada tahun 2006-2007, debt to equity ratio meningkat dari 0,82 menjadi 0,86 tetapi dividend payout ratio juga mengalami kenaikan dari 50,98% menjadi 53,63%. Begitu pula pada tahun 2007-2008, debt to equity ratio yang mengalami peningkatan dari 0,86 menjadi 0,94 juga diikuti oleh kenaikan dari dividend payout ratio dari 53,63% menjadi 63,84%. Return on Assets (ROA) menunjukkan ukuran keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi pengembalian yang dihasilkan semakin banyak dividen yang mungkin dibagikan (Sundjaja dan Barlian, 2002:122). Akan tetapi pada tahun 2006-2007, return on assets mengalami penurunan dari 14,63% menjadi 14,17% sementara dividend
Universitas Sumatera Utara
payout ratio malah mengalami kenaikan dari 50,98% menjadi 53,63%. Sedangkan pada tahun 2008-2009, return on assets yang mengalami kenaikan dari 15,25% menjadi 18,17% tidak diikuti oleh dividend payout ratio yang malah mengalami penurunan dari 63,84% menjadi 55,15%. Growth Potential (GP) menunjukkan potensi pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan perbandingan total aset. Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin besar dana untuk membiayai perusahaan sehingga pembagian dividen menjadi lebih kecil (Sartono, 2000:255). Namun pada tahun 2006-2007, growth potential yang mengalami kenaikan dari 11,74% menjadi 18,81% juga diikuti oleh kenaikan dividend payout ratio dari 50,98% menjadi 53,63%. Begitu pula pada tahun 2007-2008, nilai growth potential yang naik dari 18,81% menjadi 22,35% juga diikuti oleh naiknya dividend payout ratio dari 53,63% menjadi 63,84%. Sedangkan pada tahun 2008-2009, nilai growth potential yang mengalami penurunan dari 22,35% menjadi 9,97% diikuti juga oleh penurunan dividend payout ratio dari 63,84% menjadi 55,15%. Firm Size menunjukkan ukuran perusahaan berdasarkan kapitalisasi pasarnya. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi pula dividen yang dibayarkannya (Sartono, 2000:255). Namun pada tahun 2008-2009, nilai firm size mengalami peningkatan dari 28,48 menjadi 28,58 akan tetapi nilai dividend payout ratio malah mengalami penurunan dari 63,84% menjadi 55,15%. Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa fluktuasi cash position diikuti oleh fluktuasi dividend payout ratio yang searah. Variabel lain yaitu debt to equity ratio yang mengalami peningkatan juga belum tentu dapat menurunkan pembagian dividen yang dilakukan perusahaan. Persentase return on assets yang
Universitas Sumatera Utara
mengalami penurunan tidak menjadikan perusahaan untuk menurunkan dividen yang akan dibagikan begitu pula ketika return on assets yang mengalami kenaikan tidak menjadikan perusahaan untuk menaikkan pembagian dividennya. Persentase growth potential yang mengalami kenaikan (penurunan) tidak menjadikan perusahaan melakukan penurunan (kenaikan) dalam pembagian dividen. Nilai firm size yang terus mengalami kenaikan juga tidak membuat perusahaan terus menaikkan dividen yang dibagikan. Tidak semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia membagikan devidennya kepada para pemegang saham, baik berupa deviden tunai maupun deviden kas. Ini dikarenakan pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan
perusahaan
guna mencapai pertumbuhan
perusahaan
melalui
penggunaan laba yang diperoleh. Pada tahun 2009, emiten disektor industri barang konsumsi mampu mencetak laba bersih sebesar Rp. 16,49 triliun atau naik 45,03% dibandingkan dengan laba bersih dari sektor ini pada tahun 2008 dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 66,11% (www.bataviase.co.id). Selama periode 2006-2009 tercatat sebanyak 11 perusahaan industri barang konsumsi yang membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya dari 33 perusahaan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk menganalisis rasiorasio keuangan yang diduga berpengaruh terhadap dividend payout ratio dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah Cash Position, Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Growth Potential (GP), dan Firm Size berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada indutri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI)?”
C. Kerangka Konseptual Persentase laba yang dibayarkan perusahaan dalam bentuk dividen tunai pada pemegang saham disebut dengan dividend payout ratio atau rasio pembayaran dividen. Faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio antara lain: Cash Position, Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Growth Potential (GP), dan Firm Size. Dividend payout ratio mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen setiap tahun kepada pemegang saham. Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen (Sundjaja dan Barlian, 2002:391). Cash position merupakan posisi kas perusahaan dan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan. Perusahaan yang memiliki posisi kas yang semakin kuat akan semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen (Sudarsi, 2002:4). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu ukuran paling mendasar dalam keuangan perusahaan. Rasio ini merupakan pengujian yang baik bagi
Universitas Sumatera Utara
kekuatan keuangan perusahaan. Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengukur bauran dana dalam neraca dan membuat perbandingan antara dana yang diberikan oleh pemilik (ekuitas) dan dana yang dipinjam (hutang). Hutang meningkatkan baik laba maupun risiko. Semakin besar hutang, semakin besar risiko yang ditanggung. Dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya, perusahaan secara umum dapat meningkatkan profitabilitasnya, yang kemudian menaikkan harga sahamnya, sehingga meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi pertumbuhan yang lebih besar dengan syarat biaya hutang lebih kecil daripada dana ekuitas (Walsh, 2004:118). Return on Assets (ROA) merupakan tolak ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang digunakan. Rasio ini menunjukkan pula tingkat efisiensi investasi yang nampak pada tingkat perputaran aktiva. Apabila return on assets (ROA) meningkat maka kemungkinan pembagian dividen juga akan meningkat (Horne dan Wachowicz, 2005:224). Growth Potential (GP) adalah potensi pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan perbandingan total aset. Tingkat pertumbuhan yang tinggi memerlukan dana yang besar, sehingga laba yang diperoleh lebih banyak ditahan dibandingkan untuk dibagikan kepada para pemegang saham (Sartono, 2000:255). Firm
Size
menunjukkan
besar
kecilnya
perusahaan
berdasarkan
kapitalisasi pasarnya. Perusahaan yang besar dan mapan mampu menghasilkan dividend payout ratio yang tinggi dibandingkan perusahaan yang kecil (Sartono, 2000:255).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Cash Position (X1) Debt to Equity Ratio (X2)
Return on Assets (X3)
Dividend Payout Ratio (Y)
Growth Potential (X4) Firm Size (X5) Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber: Sundjaja dan Barlian (2002), Sudarsi (2002), Walsh (2004), Horne dan Wachowicz (2005), Sartono (2000) (dimodifikasi)
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: “Cash Position, Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Growth Potential (GP), dan Firm Size berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
Universitas Sumatera Utara
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA), Growth Potential (GP), dan Firm Size secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi Perusahaan Industri Barang Konsumsi Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan dividen. Faktor-faktor yang diteliti tersebut diharapkan dapat membantu manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang dibayarkan. b. Bagi Investor Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal (saham). Dengan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembayaran dividen per lembar saham investor berharap dapat melakukan prediksi pendapatan dividend payout ratio yang diterima oleh pemegang saham biasa. c. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan dan pola pikir tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Universitas Sumatera Utara
d. Bagi Pihak Lain Penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi berbagai pihak lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio. F. Metode Penelitian 1.
Batasan Operasional Batasan operasional dalam penelitian ini adalah: a. Data laporan keuangan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2009. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio antara lain: Cash Position, Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Growth Potential (GP), dan Firm Size. c. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2009.
2.
Definisi Operasional Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat (dependen)
dan variabel bebas (independen). Variabel terikat (Y) adalah dividend payout ratio, sedangkan variabel bebas (X) terdiri dari Cash Position, Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Growth Potential (GP), dan Firm Size. 1) Variabel Independen (X) a. Cash Position (X 1 ) Cash Position atau posisi kas merupakan rasio kas akhir tahun dibandingkan dengan earning after tax. Cash Position merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya
Universitas Sumatera Utara
dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan dividen. Dividen merupakan cash outflow dengan demikian makin kuatnya posisi kas perusahaan akan semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Cash Position dihitung berdasarkan perbandingan kas akhir tahun dengan Earning After Tax (EAT) (Sudarsi, 2002:4). Rumus:
𝐶𝐶𝑎𝑎𝑎𝑎ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 =
Kas akhir tahun Laba bersih setelah pajak
b. Debt to Equity Ratio (X 2 ) Debt to Equity Ratio merupakan rasio hutang terhadap ekuitas (modal sendiri). Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menujukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam
memenuhi
kewajibannya.
Peningkatan
hutang
ini
akan
mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Debt to equity ratio dihitung hanya dengan membagi total utang perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang saham (Horne dan Wachowicz, 2005:209).
Universitas Sumatera Utara
Rumus:
𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑡𝑡𝑡𝑡 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 =
Total utang Ekuitas pemegang saham
c. Return on Assets (X 3 ) Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Salah satu rasio profitabilitas adalah Return on Assets (ROA) yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aktiva yang tertentu. Semakin besar ROA menunjukkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan aset, yang berarti semakin baik. ROA dapat dihitung dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total aktiva (Horne dan Wachowicz, 2005:224). Rumus:
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑜𝑜𝑜𝑜 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 = d. Growth Potential (X 4 )
Laba bersih setelah pajak Total aktiva
Growth Potential (GP) adalah potensi pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rasio selisih total aset pada tahun t dengan total aset pada tahun t-1 terhadap total aset pada t-1. Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai perluasan sehingga pembayaran dividen menjadi lebih kecil (Sudarsi, 2002:5).
Universitas Sumatera Utara
Rumus: 𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 =
TAt − TAt − 1 TAt − 1
e. Firm Size (X 5 ) Firm size adalah ukuran perusahaan berdasarkan kapitalisasi pasarnya. Proxy ini dapat ditentukan melalui log natural dari total aset. Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang besar memilki akses yang lebih mudah ke pasar modal. Kemudahan aksesibilitas ke pasar modal dapat diartikan adanya
fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil (Sudarsi, 2002:5). Rumus: Firm Size = Ln Total aset
2) Variabel Dependen (Y) Dividend payout ratio mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen setiap tahun kepada pemegang saham. Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang diprioritaskan daripada pembagian dividen. Rasio pembayaran dividen dapat diukur dengan membandingkan dividen kas per lembar saham dengan laba yang diperoleh per lembar saham (Sundjaja dan Barlian, 2002:391). Rumus:
Universitas Sumatera Utara
DPR = 3.
Dividen kas per lembar saham Laba yang diperoleh per lembar saham
Populasi dan Sampel Target populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua industri
barang konsumsi yang terdaftar (listing) di BEI pada periode Januari 2006 sampai dengan Desember 2009, yaitu sebanyak 33 perusahaan. Penarikan sampel yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan desain sampel non probabilitas dengan metode purposive sampling dimana penentuan sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian. (Rochaety, 2007:66). Kriteria (pertimbangan) penarikan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut: a.
Emiten barang konsumsi yang selalu listing di BEI selama periode penelitian, yaitu 2006-2009.
b.
Emiten barang konsumsi yang memiliki data laporan keuangan yang lengkap selama periode penelitian, yaitu 2006-2009.
c.
Emiten barang konsumsi yang selalu membagikan dividen selama periode penelitian, yaitu 2006-2009 dalam satuan rupiah.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Penarikan Sampel No Karakteristik Sampel Jumlah 1
2
3
Emiten barang konsumsi yang selalu listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian, yaitu 2006-2009 Emiten barang konsumsi yang tidak memiliki data laporan keuangan yang lengkap selama periode 2006-2009 Emiten barang konsumsi yang tidak membagikan dividen selama periode 2006-2009 dalam satuan rupiah Jumlah Sampel
33
(4)
(18)
11
Sumber: www.idx.co.id, 2010 (diolah)
Berdasarkan karakteristik penarikan sampel diatas, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 11 perusahaan. Adapun sampel perusahaan tersebut antara lain: Tabel 1.3 Sampel Penelitian No Kode Emiten Nama Emiten 1 AQUA Aqua Golden Missisippi Tbk 2 DLTA Delta Djakarta Tbk 3 HMSP HM Sampoerna Tbk 4 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 5 KAEF Kimia Farma Tbk 6 MERK Merck Tbk 7 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 8 MYOR Mayora Indah Tbk 9 TCID Mandom Indonesia Tbk 10 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk 11 UNVR Unilever Indonesia Tbk Sumber: www.idx.co.id, 2010 (diolah)
Tanggal Listing 01 Maret 1990 30 Januari 1989 15 Agustus 1990 14 Juli 1994 04 Juli 2001 23 Juli 1981 15 Desember 1981 04 Juli 1990 30 September 1993 17 Juni 1994 11 Januari 1990
Universitas Sumatera Utara
4.
Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui media internet dengan situs www.idx.co.id. b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan Januari 2011.
5.
Jenis Data Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui
laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:127). 6.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi
dokumentasi berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran masalah yang akan diteliti serta melalui data sekunder berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Universitas Sumatera Utara
7.
Metode Analisis Data Untuk menganalisis data dalam penelitian, penulis menggunakan tahap-
tahap sebagai berikut: a.
Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data
dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. b. Analisis Regresi Linear Berganda Pada tahap ini akan dijelaskan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas dengan rumus: Y = a + b1 X 1 + b2 X 2 + b 3 X 3 + b4 X 4 + b 5 X 5 + e Dimana: Y
=
Dividend Payout Ratio
a
=
Konstanta
X1
=
Cash Position
X2
=
Debt to Equity Ratio (DER)
X3
=
Return on Assets (ROA)
X4
=
Growth Potential (GP)
X5
=
Firm Size
b1,2,3,4,5 =
Koefisien regresi variabel independen
e
Term of error
=
Universitas Sumatera Utara
c.
Pengujian Asumsi Klasik Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda
sebelum data-data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut: 1.
Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah
data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (Situmorang et al., 2010:91). Uji normalitas dilakukan dengan pendekatan kolmogorv smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang et al., 2010:95). 2.
Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antarvariabel bebas atau independen. Hubungan linear antarvariabel inilah yang disebut dengan multikolinieritas (Nachrowi dan Usman, 2002:118). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel independen. Uji multikolinieritas menggunakan kriteria variance inflation factor (VIF) dengan ketentuan bila VIF > 5 terjadi masalah multikolinieritas yang serius (Situmorang et al., 2010:133). 3.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap,
maka
terjadi
homokedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
Universitas Sumatera Utara
heteroskedastisitas.
Model
regresi
yang
baik
adalah
tidak
terjadi
heteroskedastisitas (Situmorang et al., 2010:98). 4.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Metode deteksi terhadap autokorelasi dilakukan dengan menggunakan metode The Runs Test. Kriteria keputusan menolak hipotesisi nol jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak random atau terjadi autokorelasi antar nilai residual. d. Koefisien Determinasi Nilai Adjusted R Square pada menunjukkan proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Semakin tinggi nilai Adjusted R Square maka akan semakin baik bagi model regresi variabel terikat juga semakin besar. Kelemahan mendasar dalam penggunaan koefisien determinasi adalah biasa terhadap jumlah variabel independen. Semakin banyak variabel independen ditambahkan ke dalam model maka R square akan meningkat walaupun variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan ke dalam model. Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R Square untuk mengevaluasi model (Situmorang et al., 2010:144).
Universitas Sumatera Utara
e.
Pengujian Hipotesis
1.
Uji Secara Simultan (Uji F) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model ini dapat dipakai
untuk mengestimasi variabel terikat. Bentuk Pengujian: H 0 : b 1 = b2 = b 3 = b 4 = b5 = 0, artinya secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Cash Position, Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Growth Potential (GP), dan Firm Size terhadap variabel Dividend Payout Ratio (DPR). H 1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b 4 ≠ b 5 ≠ 0, artinya secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Cash Position, Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Growth Potential (GP), dan Firm Size terhadap variabel Dividend Payout Ratio (DPR). Pada penelitian ini nilai F hitung akan dibandingkan dengan nilai F tabel pada tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F ini adalah: Terima H 0 bila F hitung ≤ Ft abel Tolak H 0 (Terima H 1 ) bila F hitung > F tabel 2.
Uji Secara Parsial (Uji t) Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk Pengujian: H 0 : b 1 = b2 = b 3 = b4 = b 5 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Cash Position, Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets
Universitas Sumatera Utara
(ROA), Growth Potential (GP), dan Firm Size terhadap variabel Dividend Payout Ratio (DPR). H 1 : b 1 ≠ b 2 ≠ b 3 ≠ b 4 ≠ b5 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari Cash Position, Debt to Equity Ratio (DER), dan Return on Assets (ROA), Growth Potential (GP), dan Firm Size terhadap variabel Dividend Payout Ratio (DPR). Pada penelitian ini nilai t hitung akan dibandingkan dengan t tabel pada tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini adalah: H 0 diterima jika: - t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel H 1 diterima jika: t hitung > t tabel t hitung ≤ - t tabel
Universitas Sumatera Utara