1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Angka Kematian ibu adalah jumlah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan. Kematian yang dihitung dapat terjadi karena kehamilannya, persalinannya dan masa nifas bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll. Untuk mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator yang digunakan adalah Angka Kematian Ibu (AKI) (Profil Kesehatan Provinsi Aceh 2012). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus (Depkes, 2007). Perhitungan AKI disetiap kabupaten/kota sulit dilakukan, karena jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000 kelahiran dan masih ada kemungkinan under reported. Upaya efektif untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga 1
2
kesehatan profesional di fasilitas kesehatan, meningkatkan penggunaan kontrasepsi paska salin dan penanganan komplikasi maternal (Profil Kesehatan Provinsi Aceh 2012). Di negara maju presentase kematian maternal akibat serangan eklamsia adalah 0,4% hingga 7,2%. Sedangkan di negara berkembang yang pelayanan kesehatan tersiernya kurang memadai, kematian maternal akibat eklamsia dapat mencapai lebih dari 25%.7 (Arinda, 2010). Preeklamsia/eklamsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas
perinatal
di
Indonesia.
Sampai
sekarang
penyakit
preeklamsia/eklamsia masih merupakan masalah kebidanan yang belum dapat terpecahkan secara tuntas. Preeklamsia merupakan penyakit yang angka kejadiannya di setiap negara berbeda-beda. Angka kejadian lebih banyak terjadi di negara berkembang dibanding pada negara maju. Hal ini disebabkan oleh karena di negara maju perawatan prenatalnya lebih baik. Kejadian preeklamsia dipengaruhi oleh paritas, ras, faktor genetik dan lingkungan (Gafur, 2012). Penyebab preeklampsia belum diketahui sampai sekarang secara pasti, bukan hanya satu faktor melainkan beberapa faktor dan besarnya kemungkinan preeklampsia akan menimbulkan komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian. Akan tetapi untuk mendeteksi preeklampsia sedini mungkin dengan melalui antenatal secara teratur mulai trimester I sampai dengan trimester III dalam upaya mencegah preeklampsia menjadi lebih berat (Manuaba, 2009). Salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Perinatal (AKP) akibat preeklampsia adalah dengan menurunkan angka kejadian preeklampsia.
3
Angka kejadian dapat diturunkan melalui upaya pencegahan, pengamatan dini, dan terapi. Upaya pencegahan kematian perinatal dapat diturunkan bila dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempunyai nilai prediksi. Saat ini beberapa faktor resiko telah berhasil diidentifikasi, sehingga diharapkan dapat mencegah timbulnya preeklampsia. Faktor resiko preeklampsia meliputi pekerjaan, pemeriksaan antenatal, pengetahuan, dan riwayat hipertensi (Cunningham, 2005). Di indonesia diketahui angka kematian ibu (AKI) berkisar antara 2,5 – 14 per 100.000 kelahiran hidup dan diketahui bahwa 285 orang kematian ibu merupakan akibat langsung dari komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas hanya sekitar 15% disebabkan oleh penyakit lain yang memburuk akibat kehamilan dan persalinan ibu. Untuk memenuhi target mengenai penurunan Angka Kematian Ibu pada tahun 2015 maka diperlukan kerja keras sehingga perlu adanya antisipasi terhadap faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian preeklampsia pada ibu (Hanifa, 2005). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2005, bahwa setiap tahunnya wanita yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000 orang yaitu 25% disebabkan oleh perdarahan, infeksi 15% dan eklamsia 12%. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2005 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 262/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 32/1000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan terutama adalah perdarahan (28%). Sebab lain, yaitu eklamsi (24%), infeksi (11%), partus lama (5%), dan abortus (5%). Sedangkan menurut
4
Departemen Kesehatan (2005), jumlah ibu meninggal karena perdarahan mencapai 38,24% (111,2 per 100 ribu kelahiran hidup), gestosis 26,47% (76,97 per 100 ribu kelahiran hidup), akibat penyakit bawaan 19,41 (56,44 per 100 ribu kelahiran hidup), dan infeksi 5,88% (17,09 per 100 ribu kelahiran hidup). Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Aceh, di ketahui bahwa jumlah kematian ibu pada tahun 2012 di Aceh sebanyak 170 kasus. AKI tahun 2012 di Aceh sebesar 192/100.000 lahir hidup. Dimana berdasarkan penyebab kematian karena perdarahan masih cukup tinggi yaitu 46 orang (33,8%), kemudian hipertensi dalam kehamilan ada 27 orang (19,8%), dan infeksi 9 orang (6,6%), abortus dan partus lama masing-masing 2 orang (1,4%), penyebab lain termasuk karena penyakit sistemik dan riwayat persalinan sebelumnya ada 50 orang (36,7%) dan selebihnya disebabkan karena penyebab lain (Profil Kesehatan Provinsi Aceh 2012). Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Aceh (2012) diketahui bahwa jumlah kasus kematian ibu di Kabupaten Aceh Barat yaitu sebanyak 6 orang dari 2.829 kelahiran hidup. Di ruang kebidanan RSUD Cut Nyak Dhien Aceh Barat dari Januari sampai dengan bulan Desember 2013 tercatat ada sebanyak 389 orang melahirkan dan diantaranya terdapat 15 orang (14,7%) yang mengalami eklamsia, berdasarkan usia diketahui sebanyak 4 kasus berusia kurang dari 20 tahun, usia 20-35 sebanyak 8 kasus dan sebanyak 3 kasus berusia lebih dari 35 tahun. Dari kasus ada yang mengalami obesitas yang dapat dilihat dari berat badan dan tinggi badan dengan cara menghitung IMT nya, dan ada juga yang memiliki riwayat preeklamsi pada kehamilan sebelumnya (RSUD Cut Nyak Dhien, 2013).
5
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa terdorong untuk meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil terhadap Kejadian Preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil terhadap Kejadian Preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat?.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil terhadap kejadian preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh umur ibu hamil terhadap kejadian preeklamsia di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. b. Untuk mengetahui pengaruh riwayat kehamilan terhadap kejadian preeklamsia di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. c. Untuk mengetahui pengaruh obesitas ibu hamil terhadap kejadian preeklamsia di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
6
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan informasi tentang Preeklamsi. 2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi dan pengetahuan sebagai bahan masukan tentang preeklamsia 3. Bagi Institusi Pelayanan Menambah informasi tentang preeklamsi untuk meningkarkan derajat kesehatan ibu dan bayi.
E. Keaslian Penelitian Belum ada penelitian yang sama dengan penelitian ini yang berjudul: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil terhadap Kejadian Preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Akan tetapi ada penelitian yang hampir serupa dengan penelitian ini yang dilakukan oleh: 1. Arinda (2010), dengan judul Pengaruh Preeklamsia Berat pada Kehamilan terhadap Keluaran Maternal dan Perinatal di RSUP dr Kariadi Tahun 2010. 2. Indriani (2011), yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Preeklamsia/Eklamsia pada Ibu Bersalin di RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2011.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Preeklamsi 1. Pengertian Preeklamsi Preeklampsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuri, dan edema. Dimana tekanan darah meningkat selama masa kehamilan. Bila tekanan darah meningkat, tubuh menahan air, dan protein bisa ditemukan dalam urin. Hal seperti ini juga disebut sebagai toxemia atau pregnancy induced hypertension (PIH) (Wiknjosastro, 2005). Preeklampsia cenderung terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester kedua (di atas 20 minggu). Setiap ibu hamil memiliki kemungkinan untuk mengalami preeklampsia. Preeklampsia timbul akibat kehamilan dan berakhir setelah terminasi kehamilan. Adapun fenomena yang berkaitan dengan kelainan preeklampsia ini adalah: hanya terjadi pada wanita hamil, kelainan sering terjadi pada primigravida, terkait dengan geografis/demografis/etnis, mother-inherited, tidak sesuai mendelian sederhana, kelainan dapat terjadi berulang pada 17% kasus dan dapat terjadi dengan derajat klinis berbeda-beda, serta kelainan bersifat sistemik. Sampai saat ini preeklampsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan, serta menjadi penyebab utama pula kematian dan kesakitan maternal maupun perinatal di Indonesia (Wibowo, 2006).
7
8
2. Pembagian Preeklamsia a. Preeklamsia Ringan Adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel. Diagnosis preeklamsi ringan di tegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah kehamilan 20 minggu, sebagai berikut: 1) Hipertensi : sistolik / diastolik ≥ 140/90 mmHg. 2) Proteinuria : ≥ 300 mg / 24 jam 3) Edema: edema lokal tidak dimasukan dalam kriteria preeklamsi, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata (Saifuddin, 2005). b. Preeklamsia Berat Adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik lebih dari ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 gr / 24 jam. Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria preeklamsia berat sebagaimana tercantum di bawah ini : 1) Sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolic ≥ 110 mmHg 2) Proteinuria lebih 5 gr / 24 jam 3) Oliguria 4) Kenaikan kadar kreatinin plasma 5) Gangguan fisus dan serebral 6) Nyeri epigastrium 7) Edema paru-paru dan sianosis
9
8) Hemolisis mikroangiopatik 9) Trombositopenia berat 10) Gangguan fungsi hepar 11) Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat 12) Sindrom HELLP (Saifuddin, 2005). 3. Etiologi Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. penyebab pre-eklamsia hingga kini belum diketahui (Wibowo, 2006). Penyebab lain yang diperkirakan terjadi, adalah : a. Kelainan aliran darah menuju rahim. b. Kerusakan pembuluh darah. c. Masalah dengan sistim ketahanan tubuh. d. Diet atau konsumsi makanan yang salah. Namun jika tidak ditangani secara tepat dan cepat, preeklamsia akan segera berubah menjadi eklamsia yang berakibat fatal pada bayi dan ibu, yaitu infeksi dan perdarahan yang menyebabkan kematian. Maka pencegahan yang bisa dilakukan adalah memastikan pemeriksaan rutin setiap bulan agar perkembangan berat badan serta tekanan darah ibu dapat terpantau secara baik (Wibowo,2006).
10
4. Patofisiologi Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Prawirohardjo, 2009). 5. Gejala Klinik Preeklamia Secara klinik, gejala-gejala preeklamsia ringan adalah: a. Tekanan darah sekitar 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah 30 mmHg untuk sisitolik atau 15 mmHg untuk diastolik dengan interval pengukuran selama 6 jam. b. Terdapat pengeluaran protein dalam urine 0,3 g/liter atau kulitatif + 1-+2 c. Edema (bengkak kaki, tangan atau lainnya). Pada kondisi yang lebih berat pembengkakan terjadi di seluruh tubuh. Pembengkakan ini terjadi akibat pembuluh kapiler bocor, sehingga air yang merupakan bagian sel merembes dan masuk ke dalam jaringan tubuh dan tertimbun di bagian tertentu. d. Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg/minggu (Manuaba, 2009).
11
Sedangkan gejala-gejala preeklamsi berat secara klinik yaitu: a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih b. Pengeluaran protein dalam urine lebih dari 5 g/24 jam c. Terdapat edema paru dan sianosis (kebiruan) dan terasa sesak nafas d. Terdapat gejala subjektif (sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri di daerah perut atas) (Manuaba, 2009). 6. Faktor Risiko Ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko preeklamsia, antara lain: a. Sejarah preklamsia. Ibu hamil dengan sejarah keluarga ,seperti ibu atau saudara
perempuannya
pernah
mengalami
preeklamsia
akan
meningkatkan risiko ikut terkena. Risiko preeklamsia juga meningkat jika pada kehamilan sebelumnya si ibu mengalami preeklamsia. b. Kehamilan
pertama.
Di
kehamilan
pertama,
risiko
mengalami
preeklamsia jauh lebih tinggi. c. Usia. Ibu hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau usia remaja dan ibu hamil berusia di atas 35 tahun akan lebih besar risikonya menderita preklamsia. d. Obesitas. Preeklamsia lebih banyak menyerang ibu hamil yang mengalami obesitas. e. Kehamilan kembar. Mengandung bayi kembar juga meningkatkan risiko preeklamsia. f. Kehamilan dengan diabetes. Wanita dengan diabetes saat hamil memiliki risiko preeklamsia seiring perkembangan kehamilan.
12
g. Sejarah hipertensi. Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal atau lupus, akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia (Briley, 2006). 7. Terapi dan Penyelamatan Satu-satunya obat yang manjur adalah dengan mempercepat persalinan, tapi pada preeklamsi di awal kehamilan, yang bisa dilakukan adalah: a. Bedrest Mengulur waktu kelahiran bayi dengan istirahat total agar tekanan darah turun dan meningkatkan aliran darah menuju plasenta, agar bayi dapat
bertahan.
Anda
diharuskan
berbaring
total
dan
hanya
diperbolehkan duduk atau berdiri jika memang benar-benar diperlukan. Tekanan darah dan kadar protein urin akan dimonitor secara ketat. Jika preeklamsia sudah parah, kemungkinan Anda diminta beristirahat di rumah sakit sambil melakukan test stres janin untuk memonitor perkembangan janin. b. Obat hipertensi. Dokter dapat merekomendasikan pemakaian obat penurun tekanan darah. Pada preklamsia parah dan sindroma HELLP, obat costicosteroid dapat memperbaiki fungsi hati dan sel darah. Obat ini juga dapat membantu paru-paru bayi tumbuh bila harus terjadi kelahiran prematur. c. Melahirkan. Ini adalah cara terakhir mengatasi preeklamsia. Pada preklamsia akut/parah, dokter akan menganjurkan kelahiran prematur untuk
13
mencegah yang terburuk. Kelahiran ini juga diperlukan kondisi minimal, seperti kesiapan tubuh ibu dan kondisi janin (Briley, 2006). 8. Pencegahan Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti dapat menemukan tanda-tanda dini preeklamsia lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat dan terapi yang tepat untuk ibu dan janinnya. Dan dalam waktu itu harus dilakukan penanganan semestinya. Walaupun pencegahan tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensi dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil. Berikan penerangan tentang : a. Manfaat istirahat dan tidur, ketenangan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. b. Minum 6-8 gelas air sehari c. Olahraga yang cukup d. Serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein e. Hindari makanan yang digoreng dan junkfood, minum alkohol, berkafein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan. f. Mengkonsumsi multivitamin yang mengandung asm folat dan suplemen nutrisi. g. Mengkonsumsi makanan berserat (Briley, 2006).
14
9. Pengobatan dan Perawatan Preeklamsia a. Penatalaksanaan preeklampsia ringan yaitu: 1) berobat jalan 2) pantang garam 3) Dapat diberi obat penenang dan diuretik (meningkatkan pengeluaran air seni) 4) kontrol setiap minggu, anjuran kembali periksa bila gejalanya makin berat (Manuaba, 2009). b. Penatalaksanaan preeklamsia berat yaitu: 1) Masuk rumah sakit dalam kamar isolasi, yang bebas dari sinar, suara dengan perawatan khusus 2) Dipasang infuse untuk mengatur pengeluaran cairan 3) Pemberian nutrisi, obat-obatan dan mengatur elektrolit 4) Pengawasan dalam waktu 2 x 24 jam 5) Bila keadaan bertambah berat
dilakukan induksi (dorongan)
persalinan atau langsung dilakukan seksio sesarea (Manuaba, 2009).
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Preeklamsi 1. Umur Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk baik yang hidup maupun yang mati, misal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung (Antho, 2012).
15
Umur adalah salah satu faktor risiko terjadinya preeklamsia. Menurut Bobak (2004), umur yang rentan terkena preeklamsia adalah umur < 18 atau > 35 tahun. Seperti yang telah dijelaskan Manuaba (2009), pada umur < 18 tahun, keadaan alat reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan. Hal ini akan meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk preeklamsia dan eklamsia. Sedangkan pada umur 35 tahun rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi dan eklamsia. Hal ini disebabkan karena tenjadinya perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu, hal ini menurut Potter (2009), juga diakibatkan karena tekanan darah yang meningkat seiring dengan pertambahan umur. Sehingga pada umur 35 tahun atau lebih dapat cenderung meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada umur di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada umur 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah umur 30-35 tahun (Prawirohardjo, 2009). 2. Riwayat Kehamilan Penyakit hipertensi pada kehamilan berperan besar dalam morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7% sampai 10% seluruh kehamilan. Seluruh ibu yang mengalami hipertensi selama masa hamil, setengah sampai dua pertiganya didiagnosa mengalami preeklampsia (Bobak, 2004). Preeklamsia biasanya menyerang ibu yang baru pertama kali mendapat
kehamilan.
Mereka
yang
memiliki riwayat
preeklamsia
16
(saudara/ibu) maka mendapatkan resiko yang sama untuk terkena preeklamsia pada kehamilannya. Ibu hamil dengan bayi kembar, ibu hamil usia remaja dan ibu hamil dengan usia lanjut (diatas 40 tahun) juga berpotensi untuk terkena preeklamsia pada masa kehamilan. Selain itu ibu yang sebelumnya telah memiliki penyakit darah tinggi atau penyakit ginjal juga memiliki potensi terkena preeklamsia pada masa kehamilan (Shety, 2011). Beberapa kondisi yang memiliki kemungkinan mengalami preeklamsi yaitu kehamilan pertama, kehamilan bayi kembar, diabetes, hipertensi, ada masalah dengan ginjal, dan juga perempuan yang hamil pertama pada usia 20 tahun di atas 35 tahun (Shety, 2011). 3. Obesitas Gemuk didefinisikan sebagai kelebihan berat badan terhadap tinggi badannya yang dinyatakan dalam indeks massa tubuh (IMT) lebih besar dari 25. Rumus IMT adalah berat badan dalam kg dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter (IMT= BB (kg)). Badan gemuk lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Kegemukan ini berpengaruh kurang baik terhadap citra diri dan perkembangan fisik serta sosial, sehingga dapat berakibat isolusi atau depresi, yang akhirnya memacu makan lebih banyak lagi (Soekirman, 2006). Obesitas
selalu
berdampak
buruk
pada
setiap
orang
yang
mengalaminya. Begitu pun pada ibu hamil yang mengalami obesitas baik sebelum,
maupun
saat
kehamilan.
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan American College of Obstetrics and Gynecology, obesitas
17
selama kehamilan dapat membahayakan untuk sang ibu dan bayi (Dinda, 2011). Para ahli menyebutkan, obesitas selama kehamilan juga dapat menyebabkan efek negatif pada sang bayi saat ia dewasa nanti. Banyak dari anak-anak ini nantinya akanmengalami obesitas, baik selama masa kecilnya ataupun saat ia dewasa. Oleh karena itu disarankan para ibu hamil untuk menjaga berat badan mereka selama kehamilan (Dinda, 2011). Normalnya, kenaikan berat badan ibu hamil antara 12,5 kilogram sampai 17,5 kilogram. Dan bagi Anda yang mengalami berat badan berlebih disarankan untuk menurunkan berat badan, namun diiringi pemantauan dokter. Untuk menurunkan berat badan selama kehamilan ini Anda tidak diharuskan untuk melakukan diet keras, namun diet aman dengan pemantauan dokter kandungan Anda dan olahraga ringan yang aman untuk ibu hamil (Dinda, 2011). Kegemukan ternyata juga menjadi ancaman yang cukup serius bagi ibu hamil karena kemungkinan akan mengalami masalah ketika persalinan dan pasca persalinan kebanyakan ibu hamil mengalami obesitas karena kelebihan makan. Banyak orang yang percaya bahwa ibu hamil makan untuk dua orang menjadikan para ibu hamil makan untuk dua orang menjadikan para ibu hamil makan dengan porsi berlebihan. Mitos tersebut keliru, sebenarnya kebutuhan makan ibu hamil hanya naik rata-rata 10-15 persen (Sukma, 2012).
18
C. Kerangka Teori Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil terhadap kejadian preeklamsi dapat dilihat pada skema di bawah ini:
Menurut Wibowo, 2006 Faktor Riwayat Penyakit: - Preeklamsi/eklamsi di Kehamilan Sebelumnya - Hipertensi - Diabetes Mellitus
Menurut Prawirohardjo, 2009 - Faktor Genetik - Faktor Immunologis - Faktor Gravida - Faktor Umur - Faktor Usia Gestasi - Faktor Indeks Massa Tubuh/Obesitas - Faktor Bayi - Faktor Ras
Kejadian Preeklamsi
Menurut Wiknjosastro, 2005 Faktor Lingkungan: - Pekerjaan - Pendidikan
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
19
D. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar Variabel (baik variabel yang diteliti maupun tidak di teliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2008). Konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diukur atau diamati.
Konsep dapat diamati atau diukur melalui
konstruk atau lebih dikenal dengan nama variabel. Variabel adalah sesuatu yang bisa menunjukkan nilai atau bilangan konsep. Variabel adalah suatu yang bervariasi. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut: Variabel Independen
Variabel Dependen
Umur
Riwayat Kehamilan
Kejadian Preeklamsi
Obesitas
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
20
E. Hipotesa Penelitian 1. Ada pengaruh antara umur ibu hamil terhadap kejadian preeklamsia di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. 2. Ada pengaruh antara riwayat kehamilan terhadap kejadian preeklamsia di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. 3. Ada pengaruh antara obesitas terhadap kejadian preeklamsia di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Penelitian Cross Sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada suatu saat (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini akan dilihat apakah ada pengaruh antara umur, riwayat kehamilan dan obesitas dengan kejadian preeklamsia.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester ke III yang berkunjung ke Poli Kebidanan pada bulan Februari di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat yang berjumlah 83 ibu hamil. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil trimester III yang berkunjung ke Poli Kebidanan di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat yang berjumlah 32 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara Accidental Sampling yaitu sampel yang diambil secara kebetulan.
21
22
C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian bertempat di Poli Kebidanan RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 26 s/d 28 Februari 2014
D. Pengumpulan Data 1. Teknik pengumpulan data Dalam pengumpulan data dilakukan proses sesuai dengan prosedur yang berlaku yaitu: a. Persiapan pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prosedur administrasi yang berlaku yaitu mendapat izin dari Ketua Prodi D-IV Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh dan Direktur RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. b. Setelah mendapat izin peneliti melakukan penelitian di Poli Kebidanan RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dengan cara melakukan wawancara dan penimbangan berat badan pasien. c. Memperoleh surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dari RSUD Cut Nyak Dhien Melaboh Kabupaten Aceh Barat. 2. Alat Penelitian Dalam melakukan penelitian untuk mempermudah peneliti perlu adanya instrumen penelitian, adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
23
E. Pengolahan Dan Analisis Data 1. Pengolahan data Data dimasukkan ke dalam komputer melalui data entry pada program SPSS yang kemudian diverifikasi. 2. Definisi Operasional
No
Variabel
Dependen 1 Kejadian Peeklamsi
Independen 2 Umur
Definisi Operasional
Tabel 3.1. defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur
Skala ukur
Hasil Ukur
Penyakit dengan Kuesioner tanda- tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan biasanya terjadi pada trimester III.
Wawancara
Nominal - Preeklamsi - Tidak Preeklamsi
Usia ibu pada saat saat penelitian dilakukan
Kuesioner
Wawancara A. < 20 tahun dan ≥ 35 tahun B. 20 – 34 tahun
Nominal - Beresiko - Tidak Beresiko
3
Riwayat Kehamilan
Kejadian yang dialami oleh ibu pada kehamilan yang lalu ataupun sekarang.
Kuesioner
Wawancara Nominal - Ada C. Jawaban - Tidak Ada ≥4 D. Jawaban <4
4
Obesitas
Kelebihan berat badan pada ibu hamil yang dapat berisiko terjadi preeklamsi
Timbangan
Observasi E. IMT > 27,0 F. IMT ≤ 27,0
Ordinal
- Obesitas - Tidak Obesitas
24
3. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi pada variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Variabel independen terdiri dari umur, riwayat kehamilan, dan obesitas. Sedangkan variabel dependen yaitu kejadian preeklamsia pada ibu hamil. b. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk melihat adanya pengaruh antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) dan untuk melihat kemaknaan antara variabel. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan menggunakan derajat kemaknaan α = 0,05 (derajat kepercayaan 95%). Bila ada p value ≤ 0,05 maka hasil uji statistik bermakna atau adanya pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen. Bila p value > 0,05 maka hasil uji statistik tidak bermakna atau tidak adanya pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen. Uji kemaknaan statistik tentang pengaruh antara umur, riwayat penyakit dan obesitas dengan kejadian preeklamsia adalah: p ≤ 0,05 adalah bermakna dan p > 0,05 adalah tidak bermakna. Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-square), untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut: 1. Bila pada tabel Contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.
25
2. Bila pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction Test. 3. Bila pada tabel Contingency yang lebih dari 2x2, misal 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square Test. 4. Bila pada table Contingency
3x2 ada sel dengan nilai frekuensi
harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga menjadi table Contingency 2x2.
26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh berlokasi di desa Drien Rampak Kecamatan Johan Pahlawan dan melakukan aktivitasnya sebagai Rumah Sakit Daerah type C dan menjadi Rumah Sakit rujukan Pantai Barat Selatan Aceh. Sumber daya manusia kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh secara keseluruhan berjumlah 556 orang yang terdiri dari 171 laki-laki dan 385 perempuan dengan status PNS 352 orang, CPNS 23 orang, pegawai honor 33 orang, dengan sukarela 132 orang, tenaga harian lepas 16 orang. Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh berbatasan dengan: 1. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Gajah Mada 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Lorong Banteng 3. Sebelah Utara berbatasan dengan Sisingamangaraja 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Sentosa
26
27
B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dari tanggal 26 s/d 27 Februari 2014 yang dilakukan pada 32 ibu hamil trimester III yang berkunjung ke Poli Kebidanan di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, dengan cara melakukan wawancara menggunakan kuesioner yang berisi tentang kejadian preeklamsi, umur, riwayat kehamilan, dan obesitas. Data dari penelitian akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut: 1. Analisa Univariat a. Kejadian Preeklamsi Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat No 1 2
Kejadian Preeklamsi Frekuensi Preeklamsi 7 Tidak Preeklamsi 25 Jumlah 32 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014
(%) 21,9 78,1 100
Berdasarkan table 4.1 di atas maka dapat dilihat bahwa dari 32 ibu hamil yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu hamil tidak mengalami preeklamsi yaitu sebanyak 25 ibu hamil (78,1%). b. Umur Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat No 1 2
Umur
Frekuensi Beresiko 14 Tidak Beresiko 18 Jumlah 32 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014
(%) 43,8 56,3 100
28
Berdasarkan table 4.2 di atas maka dapat dilihat bahwa dari 32 ibu hamil yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu hamil memiliki umur tidak beresiko yaitu sebanyak 18 ibu hamil (56,3%). c. Riwayat Kehamilan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Riwayat Kehamilan di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat No 1 2
Riwayat Kehamilan Frekuensi Ada 12 Tidak Ada 20 Jumlah 32 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014
(%) 37,5 62,5 100
Berdasarkan table 4.3 di atas maka dapat dilihat bahwa dari 32 ibu hamil yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu hamil tidak ada riwayat kehamilan yaitu sebanyak 20 ibu hamil (62,5%). d. Obesitas Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Obesitas di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat No 1 2
Obesitas Frekuensi Obesitas 8 Tidak Obesitas 24 Jumlah 32 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014
(%) 25,0 75,0 100
Berdasarkan table 4.4 di atas maka dapat dilihat bahwa dari 32 ibu hamil yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu hamil tidak obesitas yaitu sebanyak 24 ibu hamil (75,0%).
29
2. Analisa Bivariat a. Pengaruh Umur terhadap Kejadian Preeklamsi Tabel 4.5 Pengaruh Umur terhadap Kejadian Preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
No 1 2
Umur
Beresiko Tidak Beresiko Jumlah Singnifikasi: p < 0,05
Kejadian Preeklamsi Tidak Preeklamsi Preeklamsi f % f % 6 42,9 8 57,1 1 5,6 17 94,4 7 21,9 25 78,1
Total f 14 18 32
% 100 100 100
Berdasarkan table 4.5 di atas, diketahui dari 14 ibu hamil yang memiliki umur beresiko terdapat 8 ibu hamil (57,1%) yang tidak mengalami preeklamsi. Dan dari 18 ibu hamil yang memiliki umur tidak beresiko terdapat 17 ibu hamil (94,4%) yang tidak mengalami preeklamsi. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,027 yang berarti lebih kecil dari α (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara umur dengan kejadian preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat.
Uji Statistik p-value 0,027
30
b. Pengaruh Riwayat Kehamilan terhadap Kejadiaan Preeklamsia Tabel 4.6 Pengaruh Riwayat Kehamilan terhadap Kejadian Preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
No
Riwayat Kehamilan
1 2
Ada Tidak Ada Jumlah Singnifikasi: p > 0,05
Kejadian Preeklamsi Tidak Preeklamsi Preeklamsi f % f % 5 41,7 7 58,3 2 10,0 18 90,0 7 21,9 25 78,1
Total f 12 20 32
% 100 100 100
Uji Statistik p-value 0,073
Berdasarkan table 4.6 di atas, diketahui dari 12 ibu hamil yang ada riwayat kehamilan terdapat 7 ibu hamil (58,3%) yang tidak mengalami preeklamsi. Dan dari 20 ibu hamil yang tidak ada riwayat kehamilan terdapat 18 ibu hamil (90,0%) yang tidak mengalami preeklamsi. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,073 yang berarti lebih besar dari α (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara riwayat kehamilan dengan kejadian preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat. c. Pengaruh Obesitas terhadap Kejadian Preeklamsi Tabel 4.7 Pengaruh Obesitas terhadap Kejadian Preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
No 1 2
Obesitas
Obesitas Tidak Obesitas Jumlah Singnifikasi: p > 0,05
Kejadian Preeklamsi Tidak Preeklamsi Preeklamsi f % f % 3 37,5 5 62,5 4 16,7 20 83,3 7 21,9 25 78,1
Total f 8 24 32
% 100 100 100
Uji Statistik p-value 0,327
31
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diketahui dari 8 ibu hamil yang obesitas terdapat 5 ibu hamil (62,5%) yang tidak mengalami preeklamsi. Dan dari 24 ibu hamil yang tidak obesitas terdapat 20 ibu hamil (83,3%) yang tidak mengalami preeklamsi. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,327 yang berarti lebih besar dari α (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara obesitas dengan kejadian preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat.
C. Pembahasan 1. Pengaruh Umur terhadap Kejadian Preeklamsi Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian preeklamsi. Hal ini dapat dilihat dari table 4.5 di atas, dari 14 ibu hamil yang memiliki umur beresiko terdapat 8 ibu hamil (57,1%) yang tidak mengalami preeklamsi dan 6 ibu hamil (42,9%) yang mengalami preeklamsi. Sementara itu dari 18 ibu hamil yang memiliki umur tidak beresiko terdapat 17 ibu hamil (94,4%) yang tidak mengalami preeklamsi dan hanya 1 ibu hamil (5,6%) yang mengalami preeklamsi. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,027 yang berarti lebih kecil dari α (0,05). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa ada
32
pengaruh antara umur dengan kejadian preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat. Umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting. Umur berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga mempengaruhi status kesehatan seseorang. Umur yang paling aman dan baik untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun. Sedangkan wanita usia remaja yang hamil untuk pertama kali dan wanita yang hamil pada usia > 35 tahun akan mempunyai resiko yang sangat tinggi untuk mengalami preeklamsi (Indriani, 2011). Ernawati (2005) menyebutkan bahwa wanita hamil tanpa hipertensi yang beresiko mengalami preeklamsi adalah wanita yang berumur > 35 tahun. Kelompok umur > 35 tahun memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian preeklamsi. Demikian pula variabel umur terhadap kejadian hipertensi. Hal ini sesuai dengan penelitian Harefa dan Sudarta Yabesman “Hubungan karakteristik ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2003-2004” bahwa hasil uji statistic Chi square menunjukkan bahwa ada nilai probabilitas lebih kecil dari nilai α (0,011<0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan signifikan antara umur dengan kejadian preeclampsia dengan nilai odds ratio sebesar 2,94 artinya ibu hamil yang memiliki umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun memiliki resiko 2,94 kali dibandingkan ibu yang memiliki umur 20-35 tahun terhadap kejadian preeklampsia/eklampsia.
33
Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Indriani (2011) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna/signifikan antara umur dengan kejadian preeklamsi di RSUD Kardinah kota Tegal, yang ditunjukkan dengan nilai p<0,05 yaitu 0,002. Resiko ibu hamil yang berumur > 35 tahun meningkat 3,4 kali lebih besar untuk mengalami preeklamsi dibandingkan yang umurnya 20-35 tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan, peneliti berasumsi bahwa umur mempengaruhi kejadian preeklamsi. Pada penelitian ini dapat dilihat banyak ibu hamil yang hamil pada usia antara 20-34 tahun ataupun hamil pada usia tidak beresiko banyak yang tidak mengalami kejadian preeklamsi yaitu sebanyak 17 responden (94,4%). Hal ini disebabkan karena pada usia 20-34 tahun kondisi alat reproduksi sudah siap untuk menerima kehamilan sehingga pada saat kehamilan berlangsung tidak terjadi masalah. Apabila hamil pada usia dibawah 20 tahun alat reproduksi belum siap dan pada saat kehamilan berlangsung akan terjadi keracunan kehamilan dalam bentuk preeklamsi. Sedangkan pada umur 35 tahun ke atas sangat rentan akan penyakit hipertensi dan preeklamsi, ini terjadi karena perubahan pada jaringan-jaringan kandungan dan juga jalan lahir tidak lentur lagi. 2. Pengaruh Riwayat Kehamilan terhadap Kejadian Preeklamsi Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa riwayat kehamilan bukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian preeklamsi. Hal ini dapat diketahui dair table 4.6 di atas, diketahui dari 12 ibu hamil yang ada riwayat kehamilan terdapat 7 ibu hamil (58,3%) yang
34
tidak mengalami preeklamsi dan 5 ibu hamil (41,7%) yang mengalami preeklamsi. Sedangkan dari 20 ibu hamil yang tidak ada riwayat kehamilan terdapat 18 ibu hamil (90,0%) yang tidak mengalami preeklamsi dan hanya 2 ibu hamil (10,0%) yang mengalami preeklamsi. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,073 yang berarti lebih besar dari α (0,05). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa tidak ada pengaruh antara riwayat kehamilan dengan kejadian preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat. Ibu hamil dengan riwayat kehamilan sebelumya mengalami masalah pada saat kehamilan akan sangat membekas dan sangat memengaruhi kepribadiannya. Ini perlu diperhatikan karena pada klien yang mengalami riwayat ini, tenaga kesehatan harus lebih maksimal dalam menempatkan diri sebagai teman atau pendamping yang bisa dijadikan tempat bersandar bagi klien dalam masalah kesehatan (Ulziana, 2013). Ibu hamil dengan preeklamsia berat memiliki riwayat penyerta yang juga merupakan faktor risiko terjadinya preeklamsia berat antara lain hipertensi, diabetes melitus dan penyakit jantung. Penyakit penyerta yang dapat menjadi penyulit atau faktor risiko terjadinya preeklamsia yang tersering adalah hipertensi (8,1%), penyakit jantung (4,3%) dan diabetes melitus (1,7%) (Arinda, 2011). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Arinda (2011) bahwa wanita
dengan
hipertensi
kronik
dapat
mengalami
superimposed
preeclampsia yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian perinatal,
35
pertumbuhan janin yang terhambat, dan kelahiran sebelum 32 minggu umur kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan, peneliti berasumsi bahwa tidak ada pengaruh antara riwayat kehamilan dengan kejadian preeklamsi. Dapat dilihat dari hasil penelitian banyak ada 7 responden (58,3%) yang mempunyai riwayat kehamilan akan tetapi tidak mengalami preeklamsi, hal ini disebabkan karena masih banyak faktor lain yang dapat menyebabkan preeklamsi yang tidak diteliti dalam penelitian ini, seperti pekerjaan, pengetahuan, pemeriksaan antenatal dan lain-lain sebagainya. 3. Pengaruh Obesitas terhadap Kejadian Preeklamsi Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa obesitas bukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian preeklamsi dari table 4.7 di atas dapat dilihat, dari 8 ibu hamil yang obesitas terdapat 5 ibu hamil (62,5%) yang tidak mengalami preeklamsi dan 3 ibu hamil (37,5%) yang mengalami preeklamsi. Dari 24 ibu hamil yang tidak obesitas terdapat 20 ibu hamil (83,3%) yang tidak mengalami preeklamsi dan 4 ibu hamil (16,7%) yang mengalami preeklamsi. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,327 yang berarti lebih besar dari α (0,05). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa tidak ada pengaruh antara obesitas dengan kejadian preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat.
36
Berat badan dilihat dari Quatelet atau body mass index(index masa tubuh = IMT). Ibu hamil dengan berat badan di bawah normal sering dihubungkan dengan abnormalitas kehamilan, berat badan lahir rendah. Sedangkan berat badan overweight atau obesitas meningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan seperti hipertensi, preeklamsi, janin besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan (Ulziana, 2013). Kenaikan berat badan dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan status gizi wanita hamil. Penambahan berat badan yang terjadi selama kehamilan disebabkan oleh peningkatan ukuran berbagai jaringan reproduksi, adanya pertumbuhan janin, dan terbentuknya cadangan lemak dalam tubuh ibu. Risiko terjadinya preeklamsia meningkat dengan adanya peningkatan BMI. Sedangkan risiko preeklamsia berkurang secara signifikan pada pasien dengan BMI <20 (Arinda, 2010). Ibu hamil yang obesitas akan mudah terkena komplikasi, termasuk diabetes selama kehamilan, dan pre eclampsia atau toxemia (gangguan yang muncul saat kehamilan, dan biasanya saat usia kehamilan mencapai 20 minggu). Kelebihan berat badan pada ibu hamil akan mengakibatkan bayi lahir prematur, sulitnya proses melahirkan karena pertumbuhan atau berat badan bayi lebih besar daripada seharusnya, kesulitan bernapas, dan kerusakan pada otak (Dinda, 2011). Sudah diketahui secara umum bahwa wanita obesitas mempunyai resiko mengalami preeklamsia/eklamsia 3 ½ kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang berat badannya ideal atau kurus (Sukma, 2012).
37
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan, peneliti berasumsi bahwa tidak ada pengaruh antara obesitas dengan preeklamsi, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana ada 5 responden (62,5%) yang obesitas akan tetapi tidak mengalami preeklamsi hal ini bisa disebabkan karena obesitas hanya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya preeklamsi masih banyak faktor lain seperti sosio ekonomi ibu, serta pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya antenatal care (ANC) dan juga mengontrol berat badan jangan sampai obesitas selama kehamilan sehingga tidak akan terjadi preeklamsi pada saat kehamilan.
38
BAB V PENUTUP
- Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh antara umur dengan kejadian preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat, ditandai dengan p-value (0,027) < α (0,05). 2. Tidak ada pengaruh antara riwayat kehamilan dengan kejadian preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat, ditandai dengan p-value (0,073) > α (0,05). 3. Tidak ada pengaruh antara obesitas dengan kejadian preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat, ditandai dengan p-value (0,327) > α (0,05).
- Saran 1. Bagi Peneliti Agar dapat memperbanyak pengetahuan dan informasi khususnya tentang preeklamsi sehingga bisa memberikan informs tersebut secara langsung ke pada masyarakat pada saat bekerja. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan untuk lebih memperbanyak referensi tentang ibu hamil terutama tentang preeklamsi.
38
39
3. Bagi Institusi Pelayanan Memberikan peyuluhan terhadap masyarakat tentang preeklamsi dan faktor-faktor yang bisa menjadi predisposisi terjadinya preeklamsi supaya masyarakat dapat menghindarinya sehingga angka kejadian preeklamsi dapat menurun.
40
DAFTAR PUSTAKA
Antho. (2012). Jurnal Penelitian Pengaruh Umur Dan Paritas Ibu Bersalin Terhadap Preeklampsia Berdasarkan Gejala Klinik. http://anthogoodwill.blogspot.com/2012/12/jurnal-penelitian-pengaruhumur-dan.html Arinda. (2010). Pengaruh Preeklamsia Berat pada Kehamilan terhadap Keluaran Maternal dan Perinatal di RSUP dr Kariadi Tahun 2010. Bobak, dkk. (2004). Buku Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Briley, A. (2006). Asuhan Kebidanan pada Persalinan: Preeklamsia. Jakarta: EGC Cunningham F.G. (2005). Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam Obstetri Williams. Edisi 18. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Depkes. (2005). Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta. Depkes. (2007). Angka Kematian Ibu Melahirkan. Dinda, (2011). Ibu Hamil dengan Obesitas. www.diendambem.wordprees.com/2011/ibu_hamil_dengan_obesitas.html Ernawati, Y.H. (2005). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Preeklamsi/Eklamisia pada Ibu Hamil yang Hipertensi di Kamar Bersalin Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Tahun 2002-2003. Tesis. Gafur, A dkk. (2012). Hubungan antara Primigravida dengan Preeklamsia. Hanifa, W. (2005). Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Harefa dan Sudarta Yabesman. Hubungan karakteristik ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2003-2004. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31947/3/Chapter%20II IVI.pdf Indriani. (2011). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Preeklamsia/Eklamsia pada Ibu Bersalin di RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2011. Laporan RSUD Tjut Nyak Dhien. (2013).
41
Manuaba, (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC. Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Potter dan Perry. (2009). Funamental or Nursing: Konsep Proses dan Praktis. Jakarta: Salemba Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan Ed. 4. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Profil Kesehatan Provinsi Aceh. (2012). Saifuddin, A.B. (2005). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Shety, (2011). Ibu Hamil dalam Kondisi Preeklamsi. www.blogger.com/2011/ibu-hamil-dalam.html Soekirman, dkk. (2006). Hidup Sehat, Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta: PT Primamedia Pustaka Sukma. (2012). Diit pada Ibu Hamil dengan Obesitas. http://www.vegimelatisukma.wordpress.com/2012/06/diit-pada-ibu.html Ulziana, C. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehamilan. http://midwifemala.blogspot.com/2013/02/faktor-faktor-yang mempengaruhi.html Wibowo B., Rachimhadi T. (2006). Preeklampsia dan Eklampsia, dalam : Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
42
Lampiran 1 LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan : Nama
:
Pekerjaan
:
Alamat
: Bahwa saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswi STIKes U’Budiyah Banda Aceh disebutkan di bawah ini : Nama
: Ade Irna Nurhasanah
NIM
: 121010210140
Judul KTI
: “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil terhadap Kejadian Preeklamsia di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat”
Saya mengetahui bahwa informasi yang diberikan ini sangat besar manfaatnya bagi perkembangan ilmu kebidanan di Aceh pada umumnya.
Meulaboh,
Februari 2014
Responden
(…………………………)
43
Lampiran 2 KUESIONER PENELITIAN I. Identitas Responden 1. Kode Responden
: ……………………..(diisi oleh peneliti )
2. Pendidikan
: …………….
3. Pekerjaan
: …………….
4. Paritas/anak ke
:......................
II. Quesioner Penelitian A. Kejadian Preeklamsi 1. TD
:…………. mmHg Hipertensi
Tidak Hipertensi
2. Apakah pada bagian kaki anda mengalami pembengkakan? 1) Ya
b. Tidak
B. Umur a. Umur
:…………… Tahun
b. Pada umur berapa kehamilan pertama anda? ≤ 20 Tahun 20-34 Tahun ≥ 35 Tahun
C. Riwayat Kehamilan 1. Apakah ini merupakan kehamilan anda yang pertama? a. Ya
b. Bukan
2. Jika “bukan” apakah pada kehamilan sebelumnya ibu ada mengalami preeklamsi? 2) Ada
b. Tidak Ada
3. Apakah dalam keluarga ibu ada kejadian preeklamsi pada saat kehamilan? a. Ada
b. Tidak Ada
44
4. Apakah ada riwayat kehamilan kembar dalam keluarga ibu? a. Ada
b. Tidak Ada
5. Apakah ibu ada memiliki riwayat penyakit darah tinggi? a. Ada
b. Tidak Ada
6. Apakah ibu ada memiliki riwayat penyakit gagal ginjal? a. Ada
b. Tidak Ada
7. Apakah ibu ada memiliki riwayat penyakit diabetes? a. Ada
b. Tidak Ada
D. Obesitas BB
:………. kg
TB
: ……… cm
IMT
:
Obesitas Tidak Obesitas
45 Lampiran 3
MASTER TABEL PENELITIAN
Ko Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Kejadian Preeklamsi
Umur
Hasil
Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Preeklamsi Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi
20 25 27 25 34 39 28 36 20 29 32 34 24 27 29 19 21 28 25 34 25 25 33
Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Beresiko
Riwayat Kehamilan 1 2 3 4 5 6 7 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1
0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1
0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1
Jlh
Hasil
Obesitas/ IMT
Hasil
2 1 3 1 5 4 1 2 1 4 4 5 2 4 2 4 2 1 1 4 4 2 4
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada Ada
18,5 23,0 25,5 18,0 17,0 23,0 23,0 24,0 18,5 19,0 17,5 28,5 20,0 27,5 27,0 29,0 22,5 28,0 21,0 18,0 27,5 17,0 21,0
Tidak Obesitas Tidak Obesitas Tidak Obesitas Tidak Obesitas Tidak Obesitas Tidak Obesitas Tidak Obesitas Tidak Obesitas Tidak Obesitas Tidak Obesitas Tidak Obesitas Obesitas Tidak Obesitas Obesitas Obesitas Obesitas Tidak Obesitas Obesitas Tidak Obesitas Tidak Obesitas Obesitas Tidak Obesitas Tidak Obesitas
46 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Tidak Preeklamsi Preeklamsi Tidak Preeklamsi Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Tidak Preeklamsi Preeklamsi =7 Tidak Preeklamsi = 25
27 38 26 34 23 29 32 30 26
Tidak Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Beresiko = 14 Tidak Beresiko = 18
0 0 1 0 1 0 0 0 1
0 0 0 1 0 0 1 0 0
0 1 0 1 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0
0 1 0 1 1 1 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 1 1 0 1
0 2 1 4 2 2 4 2 2
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada
Ada = 12 Tidak Ada = 20
18,5 18,5 19,0 28,0 23,0 18,0 29,0 17,0 24,0
Tidak Obesitas Tidak Obesitas Tidak Obesitas Obesitas Tidak Obesitas Tidak Obesitas Obesitas Tidak Obesitas Tidak Obesitas
Obesitas =8 Tidak Obesitas = 24
47
Lampiran 4 HASIL PENGOLAHAN SPSS
Frequency Table Kejadian Preeklamsi Cumulative Frequency Valid
Preeklamsi
Percent
Valid Percent
Percent
7
21.9
21.9
21.9
Tidak Preeklamsi
25
78.1
78.1
100.0
Total
32
100.0
100.0
Umur Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Beresiko
14
43.8
43.8
43.8
Tidak Beresiko
18
56.3
56.3
100.0
Total
32
100.0
100.0
Riwayat Kehamilan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Ada
12
37.5
37.5
37.5
Tidak Ada
20
62.5
62.5
100.0
Total
32
100.0
100.0
Obesitas Cumulative Frequency Valid
Obesitas
Percent
Valid Percent
Percent
8
25.0
25.0
25.0
Tidak Obesitas
24
75.0
75.0
100.0
Total
32
100.0
100.0
48
Crosstabs Umur * Kejadian Preeklamsi Crosstab Kejadian Preeklamsi Preeklamsi Umur
Beresiko
Count
Tidak Beresiko
8
14
3.1
10.9
14.0
42.9%
57.1%
100.0%
1
17
18
3.9
14.1
18.0
5.6%
94.4%
100.0%
7
25
32
7.0
25.0
32.0
21.9%
78.1%
100.0%
Count Expected Count % within Umur
Total
Count Expected Count % within Umur
Total
6
Expected Count % within Umur
Tidak Preeklamsi
Chi-Square Tests
Value
Df
Asymp. Sig.
Exact Sig. (2-
Exact Sig.
(2-sided)
sided)
(1-sided)
a
1
.011
Continuity Correction
4.415
1
.036
Likelihood Ratio
6.775
1
.009
Pearson Chi-Square
6.412 b
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
.027 6.211
1
.013
32
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.06. b. Computed only for a 2x2 table
.017
49
Riwayat Kehamilan * Kejadian Preeklamsi
Crosstab Kejadian Preeklamsi Preeklamsi Riwayat
Ada
Kehamilan
Count Expected Count % within Riwayat
Tidak Preeklamsi
Total
5
7
12
2.6
9.4
12.0
41.7%
58.3%
100.0%
2
18
20
4.4
15.6
20.0
10.0%
90.0%
100.0%
7
25
32
7.0
25.0
32.0
21.9%
78.1%
100.0%
Kehamilan Tidak Ada
Count Expected Count % within Riwayat Kehamilan
Total
Count Expected Count % within Riwayat Kehamilan
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.036
Continuity Correction
2.743
1
.098
Likelihood Ratio
4.317
1
.038
Pearson Chi-Square
4.401 b
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
.073 4.263
1
.039
32
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.63. b. Computed only for a 2x2 table
.050
50
Obesitas * Kejadian Preeklamsi
Crosstab Kejadian Preeklamsi Preeklamsi Obesitas
Obesitas
Count Expected Count % within Obesitas
Tidak Obesitas
% within Obesitas Total
5
8
1.8
6.3
8.0
37.5%
62.5%
100.0%
4
20
24
5.3
18.8
24.0
16.7%
83.3%
100.0%
7
25
32
7.0
25.0
32.0
21.9%
78.1%
100.0%
Count Expected Count % within Obesitas
Total
3
Count Expected Count
Tidak Preeklamsi
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square
df
Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.217
.549
1
.459
1.409
1
.235
1.524 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
.327 1.476
1
.224
32
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.75. b. Computed only for a 2x2 table
.224
51
YAYASAN PENDIDIKAN U’BUDIYAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) BANDA ACEH Jalan Alue Naga Desa Tibang Banda Aceh Telepon (0651) 7555566 KARTU BIMBINGAN SKRIPSI T.A 2012/2013 Nama Mahasiswa
: Ade Irna Nurhasanah
NIM
: 121010210140
Prodi
: D-IV Kebidanan
Judul Skripsi
:Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Ibu
Hamil
terhadap Kejadian Preeklamsia di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Pembimbing
: Hj. Afifah, SKM., M.Kes Kegiatan Bimbingan SKRIPSI
No 1
Tgl 16-12-2013
2 3 4
23-12-2013 02-01-2014 10-01-2014
5
18-01-2014
6
22-01-2014
7
27-01-2014
8
04-02-2014
9
02-03-2014
Bimbingan Konsul Judul
Masukan/Saran ACC Judul dan lanjut BAB I Konsul BAB I Perbaiki BAB I Konsul perbaikan BAB I Lanjut BAB II Konsul BAB II Perbaiki BAB II dan Lanjut BAB III Konsul Perbaikan BAB Perbaiki pengetikan II dan konsul BAB III pada BAB III Konsul perbaiki ketikan Lanjut kuesioner pada BAB III Konsul kuesioner Perbaiki kuesioner dan daftar pustaka Konsul perbaikan ACC Seminar kuesioner dan daftar pustaka Konsul BAB IV dan ACC Sidang BAB V
Paraf