BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri terutama industri kimia di Indonesia sangat pesat, hal ini dibuktikan dengan banyak berdirinya pabrik kimia di Indonesia. Kebutuhan produk kimia bertambah seiring dengan keperluan akan bahan baku proses. Pengembangan industri kimia di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan nasional dalam memenuhi kebutuhan akan bahan kimia dalam negeri dan juga luar negeri. Kegiatan pengembangan industri kimia di Indonesia diarahkan dengan tujuan diantaranya yaitu: a. Membuka lapangan kerja baru Berdirinya industri kimia ini akan menciptakan lapangan kerja baru, memberikan kesempatan kerja, dan pemerataan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia. b.
Menghemat dan menambah sumber devisa Negara Tujuannya yaitu agar produk-produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri sehingga ketergantungan terhadap negara lain dapat dikurangi. Pendirian industri di dalam negeri juga berpeluang untuk melakukan ekspor sehingga dapat menambah sumber devisa Negara.
c.
Proses alih teknologi Adanya produk-produk yang dihasilkan dengan teknologi modern membuktikan bahwa para sarjana kita mampu menyerap ilmu serta teknologi modern dan menerapkan di bidang industri sesuai bidang keahlian yang dimiliki.
1
2
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara mandiri perlu pengembangan sektor industri, khususnya industri kimia dasar setengah jadi dan bahan jadi. Salah satu industri tersebut adalah industri etil asetat. Etil asetat merupakan senyawa ester yang dihasilkan dari proses esterifikasi alkohol dan asam asetat dengan rumus kimia CH3COOC2 H5. Etil asetat berwarna jernih, larut dalam kloroform, alkohol, eter dan sedikit larut dalam air. Etil asetat mempunyai sifat fisik yaitu massa molekul 88,10 g/mol, massa jenis 0.901g/cm3, titik didih 77,1°C dan titik lebur -82.4°C (Perry, 1997). Etil asetat juga mempunyai sifat kimia diantaranya adalah etil asetat dapat terhidrolisa menjadi asam karboksilat dan alkohol dalam suasana asam, serta etil asetat dapat diammonolisa membentuk amida dan alkohol (Bahl, 1979). Etil asetat banyak digunakan untuk pelarut paint, lacquers, coatings, untuk bahan baku pembuatan parfum dan sebagai reagen sintetik organik. Sehingga perlu adanya pendirian pabrik etil asetat di Indonesia.(Riemenschneider, 1987). Industri etil asetat merupakan salah satu industri kimia yang dapat didirikan di Indonesia karena saat ini etil asetat diproduksi oleh dua perusahaan di Indonesia. Kapasitas produksi etil asetat seluruhnya mencapai 62.500 ton/tahun. Dua perusahaan tersebut adalah PT. Indo Acidatama Tbk dengan kapasitas produksi 7.500 ton/tahun dan PT. Showa Esterindo Indonesia dengan kapasitas produksi 55.000 ton/tahun. Pangsa pasar etil asetat dari PT. Showa Esterindo Indonesia sebesar 40% dipasarkan untuk memenuhi pasar dalam negeri dan sisanya di ekspor ke luar negeri dengan target utama negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Filipina dan Thailand. Kebutuhan akan etil asetat belum dapat dipenuhi dari dua perusahaan tersebut sehingga dibutuhkan impor untuk mencukupinya.
3
1.2. Penentuan Kapasitas Produksi Penentuan kapasitas pabrik etil asetat dilakukan dengan pertimbangan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kebutuhan etil asetat di Indonesia Kebutuhan etil asetat dalam negeri sebagian masih di impor dari beberapa negara antara lain Jepang, Korea, Taiwan dan Singapura. Data impor etil asetat di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1 Impor Etil Asetat Indonesia Tahun 2010-2013 No
Tahun
1 2 3 4
2010 2011 2012 2013
Etil Asetat (Ton) 10,051.00 17,172.00 34,080.00 33,461.00
(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014) Etil asetat dapat digunakan diberbagai sektor industri seperti industri cat dan thiner, tinta cetak, farmasi, lembaga penelitian dan lain sebagainya. Konsumsi etil asetat pada masing-masing sektor industri dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut: Tabel 1.2 Konsumsi Etil Asetat Indonesia (2008-2012) Industri Pemakaian (ton) Tahun Total (ton) Tinta Cat dan Thiner Lain-lain Cetak 2008 14.285 15.147 3.751 33.183 2009 14.857 15.905 3.843 34.605 2010 15.600 16.859 3.940 36.399 2011 16.536 18.039 4.038 38.613 2012 17.693 19.302 4.140 41.135 Sumber: CIC no 444, 1 Nopember 2012 2. Ketersediaan bahan baku Bahan baku pembuatan etil asetat terdiri dari etanol dan asam asetat serta menggunakan asam sulfat sebagai katalis. Bahan baku etanol diperoleh dari PT.Indo Acidatama Tbk, Solo dengan kapasitas produksi 50.000 KL/tahun. Asam asetat
4
diperoleh dari PT. Indo Acidatama Tbk, Solo dengan kapasitas produksi 33.000 ton/tahun. Asam sulfat diperoleh dari PT. Petrokimia (Gresik) dengan kapasitas produksi 550.000 ton/tahun 3. Kapasitas Minimum Pada penentuan kapasitas pabrik etil asetat yang akan dirancang terlebih dahulu harus mengetahui kapasitas pabrik yang sudah beroperasi dan kebutuhan didalam negeri. Sehingga dapat diperkirakan kapasitas pabrik yang akan dirancang. Berdasarkan pabrik yang sudah beroperasi yaitu PT. Indo Acidatama Tbk dengan kapasitas produksi 7.500 ton/tahun dan PT Showa Esterindo Indonesia dengan kapasitas produksi 55.000 ton/tahun. Pabrik etil asetat direncanakan untuk didirikan pada tahun 2015 atau tahun ke enam dari observasi. Untuk memperkirakan kebutuhan etil asetat pada tahun 2015 dapat dilakukan dengan analisa regresi linier dan non linier. Data-data kebutuhan impor etil asetat dapat dikorelasikan antara variabel tahun (x) dan kebutuhan impor etil asetat (y) dengan menggunakan beberapa persamaan berikut:
Gambar 1.1 Grafik Persamaan Linear
5
Gambar 1.2 Grafik Persamaan Logaritma
Gambar 1.3 Grafik Persamaan Exponen
6
Gambar 1.4 Grafik Persamaan Polynomial
Gambar 1.5 Grafik Persamaan Power
Dari persamaan di atas, dipilih persamaan power karena memberikan persamaan yang baik dengan harga R2 mendekati 1. Persamaan power yang diperoleh: y = 9910.x0.948
7
Dengan demikian kebutuhan etil asetat pada tahun 2015 yang merupakan tahun ke enam dapat diperkirakan yaitu: y = 9910.x0.948 y = 54.170 ton/ tahun Perancangan pendirian pabrik etil asetat tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga dapat digunakan untuk kebutuhan ekspor mengingat nilai investasi yang di tanamkan cukup besar. Perancangan produksi etil asetat mengacu kepada kapasitas minimal pabrik yang sudah ada, yaitu sebesar 55.000 ton/ tahun. Data kebutuhan bahan baku utama untuk produksi tiap jam adalah sebagai berikut: H2SO4 CH3COOH + CH2CH5OH
Kapasitas Produksi
= 55.000 ton/tahun
1 tahun
= 330 hari aktif
Konversi
= 67%
CH3COOC2H5 + H2O
Perbandingan mol CH3COOH : CH2CH5OH = 1 : 1,11 Kapasitas Produksi
= 55.000
1 tahun 1 hari 1000 kg ton x x x x 0,995 tahun 330 hari 24 jam ton
= 6.909,72 kg/jam Massa CH3COOH
= 5.861,27 kg/jam
Massa CH2CH5OH
= 7.016,11kg/jam
Massa H2SO4
= 131,40 kg/jam
1.3. Lokasi Dalam menentukan lokasi pabrik perlu dipertimbangkan beberapa faktor yaitu antara lain:
8
1.
Penyediaan Bahan Baku Bahan baku etanol diperoleh dari PT. Indo Acidatama Tbk, Solo dengan kapasitas produksi 50.000 KL/tahun. Asam asetat diperoleh dari PT. Indo Acidatama Tbk, Solo dengan kapasitas produksi 33.000 ton/tahun. Asam sulfat diperoleh dari PT. Petrokimia (Gresik) dengan kapasitas produksi 550.000 ton/tahun. Dalam hal ini bahan baku diperoleh dari industri yang berdekatan dengan lokasi pabrik, sehingga masalah pengangkutan cukup mudah dan biaya relatif lebih murah.
2.
Pemasaran Pendirian pabrik perlu memperhatikan letak pabrik dengan konsumen yang membutuhkan produk tersebut guna menekan biaya pendistribusian ke lokasi pengiriman dan mempercepat waktu pengiriman produk sampai ke konsumen.
3.
Transportasi Angkutan bahan baku menuju lokasi pabrik harus memadai didukung dengan fasilitas jalan raya yang lancar. Selain itu juga pemasaran produk dari lokasi pabrik ke konsumen harus strategis.
4.
Tenaga Kerja Tenaga kerja sebagian besar diperoleh dari masyarakat setempat dan untuk tenaga ahli diperoleh dari lulusan Perguruan Tinggi sekitarnya yaitu Semarang dan Yogyakarta sesuai bidang keahlian masing-masing.
5.
Utilitas Penyediaan air, bahan bakar, dan listrik dapat dengan mudah terpenuhi karena merupakan daerah kawasan industri. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, maka lokasi pabrik etil asetat ditetapkan di daerah Solo, Jawa Tengah.
9
1.4. Tinjauan Proses 1.4.1. Macam-Macam Proses Ada beberapa macam proses pembuatan etil asetat, antara lain: 1.
Reaksi dengan pemanasan asetaldehid menggunakan alumunium etoksida Pembuatan etil asetat dilakukan dengan kondensasi dua molekul asetaldehid (reaksi Tishchenko). Reaksi: Al(OC2H5)3 2 CH3COH
CH3COOC2H5
Asetaldehid
Etil Asetat
Proses ini pertama kali dikembangkan oleh Tischchenko, dimana yield yang didapat adalah 61%. Bahan baku yang digunakan adalah asetaldehid dengan menggunakan katalis aluminium etoksida pada suhu -20°C. Proses ini dikembangkan pada industri di Eropa selama satu setengah abad dimana asetaldehid menjadi bahan intermediet yang penting dibandingkan dengan asetilena (Mc. Ketta and Cunningham, 1988). 2.
Proses esterifikasi dengan katalis asam sulfat Reaksi: H2SO4 CH3COOH + CH2CH5OH Asam Asetat
Etanol
CH3COOC2H5 + H2O Etil Asetat
Yield etil asetat yang diperoleh 99%. Etil asetat diproduksi melalui reaksi esterifikasi antara asam asetat dengan etanol menggunakan katalis asam sulfat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi reversibel, dimana konversi dari etil asetat sebesar
10
67%. Untuk meningkatkan yield, pembentukan air harus diminimalkan (Mc. Ketta and Cunningham, 1988). Proses esterifikasi pembuatan etil asetat dibedakan menjadi dua macam, yaitu secara kontinyu maupun batch. Esterifikasi secara batch pada umumnya digunakan untuk kapasitas produksi yang relatif kecil, sedangkan untuk kapasitas industri yang relatif besar dipilih esterifikasi secara kontinyu. a.
Proses batch Proses esterifikasi secarabatch dilakukan untuk kapasitas produksi yang relatif
kecil. Diagram alir proses pembuatan etil asetat secara batch tersaji pada Gambar 1.6.
Gambar 1.6 Proses Pembuatan Etil Asetat Secara Batch Proses esterifikasi secara batch menggunakan alat berupa tanki silindris, atau still pot yang dipanaskan dengan closed-coil steam pipe. Asam asetat, etil alkohol, dan katalis asam sulfat yang berasal dari tangki penyimpanan diumpankan ke dalam still pot. Campuran yang berupa uap dari still pot diumpankan ke bagian bawah kolom fraksinasi. Suhu pada kolom atas dijaga sekitar 70 oC. Ternary azeotrop dengan komposisi campuran etil asetat 83%, alkohol 9%, dan air 8%. Uap yang keluar dari bagian atas kolom fraksinasi kemudian dikondensasikan di refluk kondensor. Sebagian kondensat dikembalikan ke kolom pada plate bagian atas sebagai refluk dan sisanya dialirkan ke tangki penyimpanan. Reaksi dilakukan di
11
dalam still pot sampai asam asetat habis bereaksi. Campuran etil alkohol, asam sulfat dan air yang tersisa di dalam still pot dipompa ke tangki penyimpanan, dan diumpankan ke kolom distilasi kedua. Steam dimasukkan melalui dasar kolom dan digunakan untuk mengambil alkohol sebagian binary azeotrop alkohol-air. Uap dari plate bagian atas dikondensasi, sebagian dikembalikan sebagai refluk pada kolom bagian atas dan sebagian lagi disimpan di tangki penyimpanan alkohol untuk digunakan kembali pada proses esterifikasi. Air dan asam sulfat dikeluarkan dari bawah kolom dan dialirkan ke pipa pembuangan(Kirk. R. E and Othmer. D. F., 1968). b.
Proses Kontinyu Produksi Etil Asetat Pembuatan etil asetat dengan proses kontinyu didasarkan atas prinsip
azeotropic untuk mendapatkan yield yang tinggi. Semula proses ini menggunakan asam asetat 8% yang dihasilkan dari proses fermentasi, namun asam asetat glasial juga dapat digunakan. Asam asetat, asam sulfat 50 atau 60oBe dan etanol 95% yang diekseskan kemudian direaksikan dalam reaktor berpengaduk. Hasil reaksi ditampung dalam receiving tank dan dialirkan melalui preheater kemudian dimasukkan ke dalam bubble cup column pada bagian atas. Temperatur atas reaction column dipertahankan sekitar 80oC dengan cara menambahkan open steam yang dialirkan melalui bagian bawah kolom. Kelebihan air dan asam sulfat dikeluarkan secara kontinyu melalui bawah kolom. Asam asetat bereaksi sempurna dengan alkohol yang diekseskan. Uap dari reaction column (alkohol dan ester yang terbentuk serta 10% air) dilewatkan preheater kemudian dikondensasikan di kondensor. Hasil kondensasi sebagian dikembalikan ke reaction column sebagai refluks pada plate bagian atas dan sebagian diumpankan ke separating column. Separating column dioperasikan pada suhu 70 oC, dengan
12
menggunakan closed steam sebagai pemanas. Hasilnya adalah ternary azeotrop dengan komposisi campuran etil asetat 83%, alkohol 9% dan air 8%. Air dan alkohol berlebih dari campuran ternary dialirkan kembali ke kolom esterifikasi melalui bawah kolom. Asam asetat dapat bereaksi habis dengan alkohol konsentrasi tinggi. Kemudian campuran dialirkan ke plate bagian atas sebagai refluk. Jika kandungan ester pada campuran tersebut kurang dari 80% maka dikembalikkan lagi ke separating column sebagai umpan. Campuran ternary merupakan umpan untuk mixing coil, dimana air akan ditambah untuk memperoleh dua lapisan dan kemudian dipisahkan dengan decanter. Lapisan atas berupa etil asetat 93%, air 5% dan alkohol 2%, sedangkan lapisan bawah berupa etil asetat dan alkohol dalam jumlah kecil yang kemudian dialirkan kembali ke separating column sebagai umpan. Lapisan atas atau lapisan ester diumpankan ke second separating column atau drying column dengan menggunakan pemanas closed steam. Campuran ternary azeotrop dialirkan kembali ke mixing coil melalui kolom bagian atas. Hasil bawah berupa etil asetat 95-100% kemudian dialirkan ke pendingin sebelum disimpan di tangki penyimpanan. Diagram alir proses pembuatan etil asetat tersaji pada Gambar 1.7(Kirk. R. E and Othmer. D. F., 1968).
Gambar 1.7 Proses Pembuatan Etil Asetat Secara Kontinyu
13
3.
Proses pembuatan etil asetat dari etilen dan asam asetat Reaksi : CH3COOH + C2H4 Asam asetat
CH3COOCH2CH3
Etilen
Etil Asetat
Proses pembuatan etil asetat dari etilen dan asam asetat, dilakukan dengan cara mereaksikan etilen dengan asam asetat menggunakan katalis fungsto phosporic acid 10-90% dengan suhu 100-300oC dan tekanan 10 atm. Yield yang didapat sebesar 43,6%(Absori, dkk, 2011). Dalam perancangan ini digunakan proses esterifikasi kontinyu karena memiliki kelebihan sebagai berikut: a. Bisa digunakan untuk proses skala besar. b. Proses lebih mudah dan sederhana dibanding dengan proses lain. c. Produk yang dihasilkan kemurniannya lebih tinggi. d. Prosesnya lebih cepat. Adapun perbandingan proses dari ketiga proses pembuatan etil asetat dapat dilihat pada tabel 1.3 sebagai berikut:
Kondisi Kondisi Operasi Suhu Tekanan Kapasitas
Tabel 1.3 Perbandingan Proses Proses Esterifikasi dengan Sintesis Etil Asetat dari Tishchenko Katalis Asam Sulfat Etilena dan Asam Asetat -20 oC 30-60 atm -
Yield 61% Laju reaksi Konversi Sumber: Mc. Ketta and Cunningham, 1988
100 oC 2,2 atm Batch: kecil Kontinyu: besar 99 % Reaksi cepat 67%
126°C-150°C Besar Reaksi lambat 30%-60%
14
1.4.2. Kegunaan Produk Etil asetat adalah cairan tidak berwarna, merupakan senyawa yang mudah terbakar dan mempunyai resiko peledakan (eksplosif). Adapun kegunaan etil asetat dalam industri adalah sebagai berikut: a. Sebagai bahan pelarut cat dan bahan pembuatan plastik. b. Untuk kebutuhan industri farmasi. c. Sebagai bahan baku bagi industri tinta cetak dan industri resin sintetis. d. Sebagai reagen sintetik organik, misal pembuatan ethylasetoasetat. e. Sebagai bahan baku bagi pabrik parfum, flavour, kosmetik, dan minyak atsiri.(Bahl, 1979).
1.4.3. Sifat Fisis dan Kimia 1.4.3.1. 1.
Bahan Baku Etanol (Etil Alkohol) a.
Sifat Fisis 1) Titik didih
: 78,4oC (1 atm)
2) Titik leleh
: -112oC (1 atm)
3) Temperatur kritis
: 243,1oC
4) Tekanan kritis
: 63,1 atm
5) Berat molekul
: 46,09 g/mol
6) Densitas
: 0,78506 gr/cm3 (25oC)
7) Entalphy pembentukan (25oC)
: - 277.690J/mol
8) Energi Gibbs pembentukan(25oC)
: - 174.780 J/mol
9) Kapasitas panas
: 2,85 ( J/groK)
10) Kelarutan dalamair
: sangat larut
(Mc. Ketta and Cunningham, 1984)
15
b.
Sifat Kimia 1) Etanol adalah senyawa organik sintetis. Apabila mengalami dehidrasi akan membentuk etilen. Reaksi: C2H5OH
C2H4 + H2O
2) Etanol dapat dibuat dari etilen dengan katalis H2SO4. Reaksi: 98% H2SO4 CH2 == CH2
H2O heat
CH3CH2OSO3H
CH3CH2OH+ H2SO4
3) Sifat kimia etanol terutama dalam hubungannya dengan gugus hidroksil misalnya reaksi dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi dan esterfikasi. Atom hidrogen ini dapat diganti dengan logam aktif misalnya natrium, kalsium, dan kalium, serta menghasilkan logam ethoksida seperti pada reaksi berikut ini: 2 C2H5OH + 2 M
2 C2H5OM + H2
4) Reaksi antara etanol dan asam klorida dengan katalis seng klorida pada temperatur 160oC-190oC dan tekanan 2 atm akan menghasilkan etil klorida dan air. Reaksi: C2H5OH + HCl
C2H5Cl + H2O
(Kirk. R. E and Othmer. D. F., 1968)
2.
Asam Asetat a. Sifat Fisis 1) Titik didih
: 118,1oC (1 atm)
2) Temperatur kritis
: 321,6oC
16
3) Tekanan kritis
: 57,2atm
4) Berat Molekul
: 60,02 g/mol
5) Densitas
: 1,044 gr/cm3
6) Enthalpy pembentukan (25oC)
: -484.500 J/mol
7) Energi Gibbs pembentukan (25oC)
: - 389.900 J/mol
8) Kelarutan dalam air
: sangat larut
(Mc. Ketta and Cunningham, 1984) b. Sifat Kimia 1) Asam asetat direaksikan dengan etanol dengan menggunakan katalisator asam kuat (asam sulfat) membentuk etil asetat. Reaksi: H2SO4 CH3COOH + C2H5OH
CH3COOC2H5 + H2O
2) Dapat membentuk garam asetat jika direaksikan dengan Zn. (CH3COO-)2Zn++ + H2
Reaksi: 2 CH3COOH + Zn 3) Mampu bereaksi dengan amida. Reaksi: CH3COOH + NH2
CH3CONH2 + H2O
4) Konversi ke klorida-klorida asam. Reaksi: 50oC 3 CH3COOH + PCl3
3 CH3COCl + H3PO3
(Kirk. R. E and Othmer. D. F., 1968) 3.
Katalis Asam Sulfat a. Sifat Fisis 1) Berat molekul
: 98,08 g/mol
2) Densitas (25oC)
: 1,8357 kg/liter
17
3) Titik didih
: 270oC (1 atm)
4) Titik leleh
: 10,31oC (1 atm)
5) Suhu kritis
: 651,85oC
6) Tekanan kritis
: 63,1631 atm
7) Kekentalan (25oC)
: 23,5509 cP
8) Kelarutan dalam air
: sangat larut
(Mc. Ketta and Cunningham, 1988) b. Sifat Kimia 1) Sulfamatasi, reaksi penggabungan -SOOH dengan nitrogen. Reaksi: NH2CONH2 + H2SO4 + H2O
2 NH2SO2OH + C
2) Dengan basa membentuk garam dan air. Reaksi: H2SO4 + 2 NaOH
Na2SO4 + H2O
3) Dengan garam membentuk garam dan asam lainnya. Reaksi: H2SO4 + 2 NaCl
Na2SO4 + 2HCl
4) Dengan alkohol membentuk eter dan air. Reaksi: H2SO4 + 2C2H5OH
C2H5OC2H5 + 2H2O + SO3
(Kirk. R. E and Othmer. D. F., 1968) 1.4.3.2.
Produk Etil Asetat a.
Sifat Fisis 1) Titik didih
: 77,1oC (1 atm)
2) Titik lebur
: -82,4oC
3) Temperatur kritis
: 250,1oC
4) Tekanan kritis
: 37,8 atm
18
5) Berat molekul
: 88,1 g/mol
6) Densitas (20oC )
: 0,902 gr/cc
7) Enthalpy pembentukan (25oC)
: -463.250J/mol
8) Energi Gibbs pembentukan (25oC) : -310.280 J/mol 9) Tekanan uap ( 20oC)
: 73 mmHg
10) Flash Point
: -83,6oC
11) Kelarutan
: sedikit larut dalam air dan larut dalam pelarut organik
(Mc. Ketta and Cunningham, 1988) b.
Sifat Kimia
1)
Ester dapat terhidrolisa menjadi asam dan alkohol dalam suasana asam. Reaksi: CH3COOC2H5 + H2O Etil asetat
air
CH3COOH + C2H5OH asam asetat
etanol
(Bahl, 1979)
2)
Ester dapat dihidrogenasi menjadi alkohol. Reaksi: CH3COOC2H5 + 2H2 Etil asetat
hidrogen
2C2H5OH etanol
(Groggins, 1985) 3)
Ester dapat diammonolisa membentuk asetamida. Reaksi: CH3COOC2H5+ NH3
CH3CONH2 + C2H5OH
Etil asetat
asetamida
(Bahl, 1979)
amonia
etanol
19
4) Reaksi ester dengan reagen Grignard akan menghasilkan alkohol tersier. Reaksi: (1) 2C6H5MgBr CH3COOC2H5 CH2=C(C6H5)2 (2)H2O, NH4Cl
-H2O CH3COH (C6H5)2
Etil asetat
1,1 –difenil etanol
1,1 –difenil etena
(Fessenden, 1995)
1.4.4. Tinjauan Proses Secara Umum Etil asetat adalah suatu ester yang diperoleh dengan proses esterifikasi antara etanol dan asam asetat dengan menggunakan katalis asam sulfat.
Reaksi: H2SO4 CH3COOH + C2H5OH
CH3COOC2H5 + H2O
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan, dimana kesetimbangan tersebut akan lebih cepat tercapai dengan adanya ion H+. Reaksi esterifikasi bersifat reversible. Untuk memperoleh rendemen tinggi dari ester itu, kesetimbangan harus digeser ke arah kanan. Salah satu teknik untuk mencapai ini adalah menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah secara berlebihan. Teknik lain adalah membuang salah satu produk dari campuran reaksi. Seperti kebanyakan reaksi lain, kecepatan esterifikasi menjadi dua kali lipat setiap kenaikan temperatur 10C. Oleh karena itu, panas digunakan untuk mempercepat reaksi esterifikasi. Bagaimanapun juga panas saja tidak cukup untuk mempercepat reaksi kecuali bila digunakan alkohol bertitik didih tinggi. Seperti gliserol, dengan asam bertitik didih tinggi seperti stearat, esterifikasi tidak dapat
20
dipengaruhi oleh tekanan atmosfer dalam waktu tertentu tanpa penggunaan katalis. Telah lama diketahui bahwa reaksi esterifikasi dapat dipercepat dengan penambahan asam kuat. Titik kesetimbangan reaksi tidak berubah dengan adanya katalis, hanya laju esterifikasi yang meningkat (Groggins, 1985).