BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Di setiap kota negara- negara tujuan destinasi tentu memiliki sebuah kawasan jalan yang terkenal di kalangan wisatawan, khususnya bagi wisatawan mancanegara. Adakalanya sebuah kota identik dengan nama jalan. Sebuah jalan bisa sangat terkenal karena beragam hal mulai dari tempat wisata sampai kejadian bersejarah , seperti di wilayah ASEAN yaitu Bangkok dengan Khao San Road nya. Indonesia tepat di Yogyakarta mempunyai Jalan Sosrowijayan, serta di Jakarta dengan Jalan Jaksa yang mendunia bagi kalangan backpacker 1mancanegara. Kaum backpacker ini tentu memiliki kesamaan prinsip mendasar, yaitu mendapatkan kesenangan sebanyak-banyaknya dengan pengeluaran dana sekecil mungkin. Mereka akan memilih negara yang terhitung murah secara akomodasi, di luar hal tersebut mereka terbiasa menerima kesulitan sebagai sebuah tantangan dan pengalaman, seperti area Jalan Jaksa yang menjadi tempat transit bagi mereka yang akan melanjutkan perjalanan ke berbagai kota di wilayah Indonesia lainnya. 1 Backpacker adalah seseorang yang melakukan perjalanan ke suatu tempat tanpa membawa barang-barang yang memberatkan atau membawa koper. Adapun barang bawaan hanya berupa tas yang digendong, pakaian secukupnya, dan perlengkapan lain yang dianggap perlu. Biasanya orang yang melakukan perjalanan seperti ini adalah dari kalangan berusia muda, tidak perlu tidur di hotel tetapi cukup di suatu tempat yang dapat dijadikan untuk beristirahat atau tidur. (https://idid.facebook.com/permalink.php?story_fbid=129966277125605&id=129953587126874)
1
2
Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi, merupakan metropolitan terbesar di Indonesia atau urutan keenam dunia memiliki banyak tempat pariwisata yang terkenal dan biasa dikunjungi oleh para wisatawan mancanegara, yaitu wisata keluarga, wisata sejarah, dan wisata belanja. Biaya hidup yang tinggi di kota besar seperti ini sudah sangat jarang menemukan akomodasi yang terjangkau tetapi dengan keberadaan Jalan Jaksa memberikan efek yang luar biasa, dimana wisatawan diuntungkan dalam banyak aspek seperti ekonomi, sosial dan budaya yang menjadi komponen penting guna memudahkan mereka di dalam berwisata dan menikmatinya untuk terus berkunjung. Selain karena memiliki perpaduan yang unik antara budaya lokal dan internasional di pusat kota Jakarta yang dimiliki dari Jalan Jaksa, dirasa menarik untuk mencari faktor lain yang membuat wisatawan mancanegara terus tertarik untuk datang ke Jalan Jaksa. Kemudian dirasa juga bahwa dengan mengetahui karakteristik dari wisatawan mancanegara dapat memberikan keuntungan untuk mengembangkan dan memperbaiki kekurangan yang terdapat di kawasan Jalan Jaksa 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan
penjelasan
latar
belakang
diatas,
maka
dapat
dilihat
permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Apa saja daya tarik wisata di Jalan Jaksa? 2. Bagaimana karakteristik wisatawan mancanegara yang berada di Jalan Jaksa?
3
3. Apa faktor-faktor yang membuat wisatawan mancanegara tertarik untuk datang ke Jalan Jaksa? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian yang sudah dijelaskan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Memperoleh gambaran mengenai daya tarik wisata di Jalan Jaksa 2. Memperoleh gambaran mengenai karakteristik wisatawan mancanegara saat berada di Jalan Jaksa 3. Memberikan gambaran mengenai faktor-faktor ketertarikan backpacker mancanegara terhadap Jalan Jaksa sebagai kawasan unggulan pariwisata Jakarta 1.4 Manfaat Penelitian Dengan mengacu pada tujuan dari penelitian, maka penelitian ini nantinya akan memiliki manfaat sebagai berikut : 1.4.1
Manfaat Teoritis Untuk bidang akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi akademis secara langsung terhadap studi pariwisata khususnya pengaruh wisatawan mancanegara bagi pariwisata Indonesia di Jalan Jaksa tersebut 1.4.2
Manfaat Praktis Dalam hal praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi
Dinas Pariwisata DKI Jakarta dalam melakukan kegiatan promosi kebudayaan
4
Indonesia terhadap wisatawan backpacker asing. Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan pembenahan Dinas Pariwisata DKI Jakarta dalam menjalankan kegiatan promosi dan juga sebagai gambaran mengenai kinerja Dinas Pariwisata DKI Jakarta dalam aktivitas promosi untuk mencapai publisitas. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian ini meninjau tentang bagaimana daya tarik serta pengaruh backpacker mancanegara yang berada di kawasan Jalan Jaksa. Penelitian yang ditemukan adalah makalah yang berjudul “Pariwisata Sebagai Penghasil Devisa Nasional serta Dampaknya pada Lingkungan” (Suatu Studi Kasus di Jalan Jaksa, DKI Jaya) yang di tulis oleh Arif Hartanto tahun1995, judul kedua yaitu “Hubungan Faktor- Faktor Motivasi Pendorong dan Faktor- Faktor Motivasi Penarik Untuk Melakukan Wisata Backpacking” yang ditulis oleh Triyadi Fadlilah tahun 2009 serta judul ketiga yaitu ” Gambaran Trait Sensation Seeking dan Perilaku Seksual Backpacker Jakarta” yang ditulis oleh Anggita Septia Pradipta tahun 2008. Dalam bukunya terlihat jelas bahwa Arif Hartanto mengkaji konsep kawasan wisata Jalan Jaksa dengan faktor hukum lingkungan. Makalah ini membantu untuk menggambarkan Jalan Jaksa memiliki peranan bagi wisatawan, khususnya mancanegara. Serta menjelaskan tentang latar belakang keadaan pendidikan dan keadaan sosial, khususnya keluarga pada era Meiji sampai masa setelah Perang Dunia II dan di dalam judul kedua menjelaskan bahwa Triyadi Fadlilah mengkaji motivasi pendorong untuk berwisata merupakan faktor internal seseorang yang mempengaruhi
5
wisatawan untuk berwisata, sedangkan motivasi penarik berwisata adalah motivasi di luar diri yang menarik seseorang untuk mengunjungi tempat wisata tertentu. Untuk judul ketiga menjelaskan bahwa Anggita Septia Pradipta mengkaji serta melihat gambaran trait sensation seeking dan perilaku seksual backpacker Jakarta. Dibandingkan dengan skripsi yang berjudul “Pariwisata Sebagai Penghasil Devisa Nasional serta Dampaknya pada Lingkungan” (Suatu Studi Kasus di Jalan Jaksa, DKI Jaya) yang di tulis oleh Arif Hartanto, “Hubungan Faktor- Faktor Motivasi Pendorong dan Faktor- Faktor Motivasi Penarik Untuk Melakukan Wisata Backpacking” yang ditulis oleh Triyadi Fadlilah. ” Gambaran Trait Sensation Seeking dan Perilaku Seksual Backpacker Jakarta” yang ditulis oleh Anggita Septia Pradipta. Dari ketiga penelitian tersebut di atas, tentu memiliki perbedaan dengan apa yang diteliti yaitu Kawasan Jalan Jaksa sebagai penghasil devisa nasional. 1.6 Landasan Teori 1. Karakteristik Wisatawan Wisatawan dapat diklasifikasikan dengan menggunakan berbagai dasar. Menurut Murphy (1985) dalam Pitana & Gayatri (2005), pada dasar prinsipnya, dasar- dasar klasifikasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) Berdasarkan Interaksi (Interactional Type) Pada tipologi berdasarkan interaksi ini, penekanannya pada sifatsifat interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal.
6
2) Berdasarkan kognitif-normatif (Cognitive-Normative Models). Pada tipologi berdasarkan kognitif normatif lebih ditekankan pada motivasi yang melatarbelakangi perjalanan. Cohen (1972) mengklasifikasikan atas dasar tingkat familiarisasi dari daerah yang akan dikunjungi, serta tingkat pengorganisasian dari perjalanan wisatanya (Pitana & Gayatri 2005). Atas dasar ini, Cohen membedakan wisatawan atas empat, yaitu: 1) Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali belum diketahuinya, dan bepergian dalam jumlah kecil 2) Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur perjalanannya sendiri, dan tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah umum melainkan mencari hal yang tidak umum (off the beaten track). Wisatawan seperti ini bersedia memanfaatkan fasilitas dengan standar lokal dan tingkat interaksinya dengan masyarakat lokal juga tinggi. 3) Individual Mass Tourist, yaitu wisatawan yang menyerahkan pengaturan perjalanannya kepada agen perjalanan, dan mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah terkenal. 4) Organized Mass Tourist, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah dikenal, dengan fasilitas seperti yang dapat ditemuinya di tempat tinggalnya, dan
7
perjalanannya selalu dipandu oleh pemandu wisata. Wisatawan seperti ini sangat dikenal oleh apa yang disebut sebagai environmental bubble. Sedangkan
Smith
(1977)
dalam
Pitana
&
Gayatri
(2005)
mengklasifikasikan wisatawan menjadi tujuh, yaitu: 1) Explorer, yaitu wisatawan yang mencari perjalanan baru dan berinteraksi secara intensif dengan masyarakat lokal, dan bersedia menerima fasilitas seadanya, serta menghargai norma dan nilai-nilai lokal. 2) Elite, yaitu wisatawan yang mengunjungi daerah tujuan wisata yang belum dikenal, tetapi dengan pengaturan lebih dahulu, dan bepergian dalam jumlah yang kecil. 3) Off-beat, yaitu wisatawan yang mencari atraksi sendiri, tidak mau ikut ke tempat-tempat yang sudah ramai dikunjungi. Biasanya wisatawan seperti ini siap menerima fasilitas seadanya di tempat lokal. 4) Unusual, yaitu wisatawan yang dalam perjalanannya sekali waktu juga mengambil aktivitas tambahan, untuk mengunjungi tempat-tempat yang baru, atau melakukan aktivitas yang agak beresiko. Meskipun dalam aktivitas tambahannya bersedia menerima fasilitas apa adanya, tetapi program pokoknya harus mendapatkan fasilitas yang standar. 5) Incipient mass, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan secara individual atau kelompok kecil, dan mencari daerah tujuan wisata
8
yang mempunyai fasilitas standar tetapi masih menawarkan keaslian (authenticity). 6) Mass, yaitu wisatawan yang bepergan ke daerah tujuan wisata dengan fasilitas yang sama seperti di daerahnya, atau bepergian ke daerah tujuan wisata dengan environmental bubble yang sama. Interaksi dengan masyarakat lokal kecil, kecuali dengan mereka yang langsung berhubungan dengan usaha pariwisata. 7) Charter, yaitu wisatawan yang mengunjungi daerah tujuan wisata dengan lingkungan yang mirip dengan daerah asalnya, dan biasanya hanya untuk bersantai atau bersenang-senang. Mereka bepergian dalam
kelompok
besar,
meminta
fasilitas
yang
berstandar
internasional. Dalam pendekatan cognitive-normative, Plog (1972) dalam Pitana & Gayatri (2005) mengembangkan tipologi wisatawan sebagai berikut: 1) Allocentric, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi tempattempat yang belum diketahui, bersifat petualangan (adventure), dan memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat lokal. 2) Psychocentric, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang sama dengan di negaranya sendiri. Mereka
9
melakukan perjalanan wisata dengan program yang pasti, dan memanfaatkan fasilitas dengan standard internasional 3) Mid-centric, terletak di antara allocentric dan psychocentric Dalam tulisannya yang lain, Cohen (1979) membedakan wisatawan ke dalam kelompok (1) modern pilgrimage (ziarah modern) dan (2) search for pleasure (mencari kesenangan). Dalam hal ini Cohen memandang bahwa centre bagi seseorang dapat berupa spiritual centre maupun cultural centre, dimana orang tersebut mencari “makna”. Makna ini tidak dapat ditemukan di tempat lain, melainkan di dalam perjalanan. Untuk itu, Cohen membedakan wisatawan menjadi antara lain sebagai berikut: 1) Existensial, yaitu wisatawan yang meninggalkan kehidupan sehari-hari dan mencari ‘pelarian’ untuk mengembangkan kebutuhan spiritual. Mereka tergabung secara intensif dengan masyarakat lokal. 2) Experimental, yaitu wisatawan yang mencari gaya hidup yangberbeda denganyang selama ini dilakoni, dengan cara mengikuti pola hidup masyarakat yang dikunjungi. Wisatawan seperti ini secara langsung terasimilasi ke dalam kehidupan masyarakat lokal.
10
3) Experiential, yaitu wisatawan yang mencari pelarian dari kehidupan rutin yang membosankan. Mereka mencari fasilitas rekreasi,
dan
memerlukan
fasilitas
yang
berstandar
internasional. 4) Recreational, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan wisata sebagai bagian dari usaha menghibur diri atau relaksasi, untuk memulihkan kembali semangat. Mereka mencari lingkungan
yang
menyenangkan,
umumnya
tidak
mementingkan keaslian. Berdasarkan perilaku wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata , Gray (1970) membedakan wisatawan menjadi dua, yaitu: (Pitana & Gayatri 2005) : 1) Sunlust tourist, adalah wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah dengan tujuan utama untuk beristirahat atau relaksasi. Wisatawan tipe ini mengharapkan keadaan iklim, fasilitas, makanan, dan lain-lain yang sesuai standar negara asalnya. 2) Wanderlust wisatanya
tourist,
adalah
didorong
oleh
wisatawan motivasi
yang
untu
perjalanan
mendapatkan
pengalaman baru, mengetahui kebudayaan baru, ataupun mengagumi keindahan alam yang belum pernah dilihat. Wisatawan seperti ini lebih tertarik pada DTW yang mampu
11
menawarkan keunikan budaya atau pemandangan alam yang mempunyai nilai pembelajaran tinggi. 2. Pengertian Backpacker Pengertian
backpacker
sendiri
adalah
sebuah
istilah
yang
menggambarkan seseorang yang melakukan perjalanan wisata dengan membawa berbagai barang-barang kebutuhan selama perjalanan wisata dalam sebuah tas punggung (Buddhabhumbhitak, 2008). Maoz (2007) dalam penelitiannya tentang motivasi backpacker memberikan definisi backpacker sebagai wisatawan mandiri yang berkunjung ke banyak tempat tujuan wisata dan mempunyai rencana perjalanan yang fleksibel. Mereka mencari pengalaman dengan mengikuti cara hidup penduduk lokal, berusaha terlihat lokal dan kunci motivasi mereka adalah bertemu banyak orang. Kegiatan rekreasi backpacker terfokus pada kegiatan alam, budaya atau petualangan. Mereka mempunyai anggaran yang sangat diperhitungkan
penggunaannya
(berkaitan
dengan
relatif
panjangnya
perjalanan mereka), mencari rute yang tidak biasa dan pengalaman yang autentik. Tidak jauh berbeda dengan Maoz, Loker-Murphy dan Pearce (1995) dalam Murphy (2001) menyebutkan backpacker sebagai wisatawan dengan usia muda yang sangat memperhitungkan anggaran perjalanan dengan memilih akomodasi yang tidak mahal, menitikberatkan pada pertemuan dengan orang lain, secara mandiri mengatur perjalanan yang fleksibel, waktu berwisata lebih lama daripada wisatawan pada umumnya (tujuan wisata yang
12
lebih banyak dan waktu perjalanan yang relative lebih panjang dari wisata pada umumnya juga disebutkan dalam Haigh, 1995). Dalam pengertian yang lebih sederhana, Riley (1988) dalam Elsrud (2001) menyebutkan backpacker sebagai seseorang yang berada jauh dari rumah dalam waktu satu tahun atau lebih, walaupun beberapa backpacker mengatakan bahwa mereka melakukan perjalanan dalam waktu yang lebih singkat yaitu antara 6-8 bulan dan memilih akomodasi, makanan, dan tiket dengan pengeluaran yang minim atau sangat diperhitungkan (budget travelers). Sementara Pearce (1990) dalam Buddhabhumbhitak (2008); Markward (2008) menyebutkan backpacker sebagai orang yang melakukan perjalanan wisata dengan anggaran dan akomodasi minim, interaktif secara sosial, melakukan perjalanan secara independen dan fleksibel, berwisata dengan jangka waktu lebih lama dari liburan umum, dan mereka memilih berpartisipasi dalam aktifitas informal. Lebih spesifik disebutkan mereka makan di rumah makan yang murah, menggunakan sarana transportasi umum, dan tidak tinggal di hotel yang mahal (Uriely, Yonay, dan Simchai, 2002). Dari berbagai definisi dan penjelasan di atas, maka definisi backpacker yang digunakan dalam penelitian ini adalah orang yang melakukan perjalanan wisata yang secara mandiri mengorganisasikan perjalanan mereka pada sebuah perjalanan panjang dengan banyak tujuan tempat wisata dengan rencana perjalanan yang juga fleksibel, dan mempunyai anggaran terbatas selama kegiatan wisata tersebut.
13
3. Produk Wisata Middleton (2001:122) memberikan pengertian produk wisata lebih dalam yaitu“The tourist products to be considered as an amalgam of three main components of attraction, facilities at the destination and accessibility of the destination”. Dari pengertian di atas kita dapat melihat bahwa produk wisata secara umum terbentuk disebabkan oleh tiga komponen utama yaitu atraksi wisata, fasilitas di daerah tujuan wisata dan aksesibilitas. Middleton (2001:124) mengungkapkan ada tiga komponen utama dari produk wisata, diuraikan sebagai berikut. A. Atraksi Elemen-elemen di dalam suatu atraksi wisata yang secara luas menentukan pilihan konsumen dan mempengaruhi motivasi calon-calon pembeli diantaranya : 1. Atraksi wisata Alam, meliputi bentang alam, pantai, iklim dan bentukan geografis lain dari suatu destinasi dan sumber daya alam lainnya. 2. Atraksi wisata buatan / Binaan Manusia, meliputi angunan dan infrastruktur pariwisata termasuk arsitektur bersejarah dan modern, monument, trotoar jalan, taman dan kebun, pusat konvensi, marina,ski, tempat kepurbakalaan, lapangan golf, toko-toko khusus dan daerah yang bertema.
14
3. Atraksi Wisata Budaya, meliputi sejarah dan cerita rakyat (legenda), agama dan seni ,teater music, tari dan pertunjukkan lain, dan museum. Beberapa dari hal tersebut dapat dikembangankan menjadi even khusus, festival, dan karnaval. 4. Atraksi Wisata Sosial, meliputi pandangan hidup suatu daerah, penduduk asli, bahasa, dan kegiatan-kegiatan pertemuan sosial. B. Amenitas / Fasilitas Terdapat unsur-unsur di dalam suatu atraksi atau berkenaan dengan suatu atraksi yang memungkinkan pengunjung untuk menginap dan dengan kata lain untuk menikmati dan berpartisipasi di dalam suatu atraksi wisata. Hal tersebut meliputi : 1. Akomodasi meliputi hotel, desa wisata, apartment, villa, caravan, hostel, guest house, dan sebagainya. 2. Restoran, meliputi dari makanan cepat saji sampai dengan makanan mewah. 3. Transportasi di suatu atraksi, meliputi taksi, bus, penyewaan sepeda dan alat ski di atraksi yang bersalju. 4. Aktivitas, seperti sekolah ski, sekolah berlayar dan klub golf. 5.
Fasilitas-fasilitas
lain,
misalnya
pusat-pusat
bahasa
dan
kursus
keterampilan. 6. Retail Outlet, seperti toko, agen perjalanan, souvenir, produsen camping.
15
7. Pelayanan-pelayanan lain, misalnya salon kecantikan, pelayanan informasi, penyewaan perlengkapan dan kebijaksanaan pariwisata. C. Aksesibilitas Elemen-elemen ini adalah yang mempengaruhi biaya, kelancaran dan kenyamanan terhadap seorang wisatawan yang akan menempuh suatu atraksi. Elemen elemen tersebut ialah : 1. Infrastruktur 2. Jalan, bandara, jalur kereta api, pelabuhan laut, marina. 3.Perlengkapan,
meliputi
ukuran,
kecepatan,
jangkauan
dari
sarana
transportasi umum. 4. Faktor-faktor operasional seperti jalur/rute operasi, frekuensi pelayanan, dan harga yang dikenakan. 5. Peraturan Pemerintah yang meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan transportasi. Pada hakikatnya produk wisata ialah keseluruhan rangkaian dari sesuatu yang tidak nyata, hanya bisa diperoleh dan dirasakan, Sehingga bentuk dari produk wisata itu sendiri pada hakekatnya adalah tidak nyata, karena dalam suatu rangkaian perjalanan terdapat berbagai macam unsur yang saling melengkapi, tergantung pada jenis perjalanan tersebut sifatnya bagaimana. Dengan pemaparan beberapa pendapat oleh para ahli akhirnya penulis menggunakan teori Middleton (2001) sebagai dasar teori dan acuaan atas segala permasalahan yang dirangkum oleh penulis sehingga ketika menarik analisa,
16
kesimpulan dan saran penulis berdasarkan pada teori pertama yaitu teori Middleton (2001). 1.7 Metode Penelitian A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian gabungan (mixed methods) antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian menggunakan metode gabungan (mixed methods) yang dilakukan secara bersamaan dengan tujuan untuk saling melengkapi gambaran hasil studi mengenai hal yang diteliti dan untuk memperkuat analisis penelitian. B. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah: 1. Studi Pustaka Studi Pustaka yaitu penelitian melalui kepustakaan. Kegiatan ini dilakukan untuk mencari dan menggali informasi dan teori yang relevan dan valid. Penelitian kepustakaan ini tidak hanya dilakukan melalui buku, melainkan juga media elektronik. Hal ini penulis lakukan untuk mendapatkan informasi dan data yang terbaru hingga dapat memaksimalkan penganalisaan variabel yang diteliti 2. Metode Observasi
17
Metode Observasi yaitu metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian.Hal ini diharapkan dapat menjadi salah satu landasan yang memperkuat deskripsi dan analisa variabel yang diteliti. 3. Metode Wawancara Metode wawancara yaitu wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Wawancara adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap survey, tanpa wawancara, tentu akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada warga sekitar di Jalan Jaksa. 4. Metode Survey Metode Survey yaitu metode pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner yang dibagikan kepada responden. Item pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini bersifat tertutup dalam arti responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan. 5. Populasi dan Sampel a) Pengertian populasi menurut (Sugiyono, 2008) adalah sebagai berikut: “Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
18
oleh peneliti untuk kesimpulannya”.
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
Dalam penelitian ini yang menjadi target populasi adalah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke
Kawasan Jalan
Jaksa. Adapun populasi pengunjung Jalan Jaksa Tahun 2013, sebanyak 65.319 orang. b) Pengertian sampel menurut (Sugiyono,2008) adalah sebagai berikut “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut” Adapun kriteria yang akan diambil sebagai sampel: 1.
Pendapat wisatawan mancanegara terhadap daya tarik wisata Jalan Jaksa
2. Responden adalah jumlah wisatawan mancanegara yang datang dan menghabiskan waktunya di Jalan Jaksa 3. Metode Slovin Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah dengan menggunakan rumus Slovin (Kusmayadi, 2000) sebagai berikut:
19
𝑁𝑁
n = 1+𝑁𝑁(𝑒𝑒)2
n
= ukuran sampel
N = ukuran populasi e
= persentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (e = 0,01) Berdasarkan rumus di atas, maka perhitungan sampel adalah sebagai berikut:
n=
65319
10 2 ) 100
1+65319 ( 65319
n = 1+65319 (0,01) 65319
n = 654,19 n = 99,85 Berdasarkan penghitungan di atas, maka sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini, setelah dibulatkan menjadi 100 orang. C. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistika deskriptif. Analisis deskriptif merupakan analisa yang berupa uraian atau keterangan untuk membantu mendukung analisa.
20
Statistika
deskriptif
berhubungan
dengan
pengumpulan
dan
peringkasan data, serta penyajian hasil peringkasan data-data yang diperoleh dari hasil survey, dan pengamatan umumnya masih acak dan mentah. Data-data tersebut harus diringkas dengan baik dan teratur dalam bentuk tabel, sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. 1.8 Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini menyusun 4 bab dengan susunan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, serta sistematika dari penyajian skripsi ini. BAB II: GAMBARAN UMUM Bab ini berisikan kondisi mengenai gambaran umum kawasan Jalan Jaksa bagi backpacker mancanegara di Jakarta secara lebih mendalam. BAB III : PEMBAHASAN Bab ini merupakan bab analisis. Dalam bab ini akan dijabarkan mengenai daya tarik, gambaran umum karakteristik wisatawan, faktor-faktor yang membuat wisatawan mancanegara tertarik untuk datang ke Jalan Jaksa BAB IV : PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran dalam penelitian.