BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Di dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Saver (MPS) di Indonesia 2001-2010 disebutkan bahwa dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010, visi MPS adalah “kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat”. Misi MPS adalah menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan bukti ilmiah yang berkualitas memberdayakan wanita, keluarga, dan masyarakat melalui kegiatan yang dipromosikan dan dilestarikan sebagai prioritas program pembangunan nasional (Saifuddin, 2004, p. 4). Kehidupan pada masa neonatus sangat rawan oleh karena itu memerlukan penyesuaian fisiologis agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur 1 tahun terjadi pada masa neonatus. Kematian neonatus yang disebabkan karena infeksi yaitu infeksi Neonaturum, Meningitis, Aspirasi Pneumonia, dan Diare. Infeksi Tetanus Neonaturum yang disebabkan oleh perawatan tali pusat yang kurang tepat (Komalasari, 2003).
1
2
Pada tahun 2007 WHO (World Health Organization) menemukan angka kematian bayi (AKB) sebesar 35/1000 Kelahiran Hidup (KH) yang disebabkan oleh Infeksi dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) (Safrudin, 2008). Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007), Angka Kematian Bayi (AKB) 34/1.000 Kelahiran Hidup (KH), terjadi stagnasi bila dibandingkan dengan SDKI 2003 yaitu 35/1.000 KH. Berdasarkan umur kematian di Indonesia, kematian neonatal dini sebesar 79,4%, dan kematian neonatal
lanjut
sebesar
20,6%.
Berbagai
penyakit
penyebab
kematian
menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian neonatal dini adalah prematur dan berat badan lahir rendah sebesar 35%, kemudian asfiksia sebesar 33,6%. Penyakit penyebab kematian neonatal lanjut yang tertinggi adalah insfeksi sebesar 57,1% (termasuk tetanus, sepsis, pnemonia, diare) kemudian feeding problem (Djaja, 2003). Masih sekitar 12 negara dengan estimasi kasus neonatal tetanus yang tinggi termasuk di Indonesia. Proporsi kematian neonatorum hasil survei menunjukkan tertinggi diantara penyakit infeksi sebesar 9,5%. Pengobatannya sulit, namun pencegahan (imunisasi TT ibu hamil) merupakan kunci untuk menurunkan kematian ini, selain persalinan bersih dan perawatan tali pusat yang tepat (Djaja, 2003). Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2006, Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Tengah sebesar 7,50/1.000 Kelahiran Hidup (KH) (Dinkes Prop.Jateng, 2006). Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2007, Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Tengah sebesar 20/1.000 Kelahiran Hidup
3
(KH) (Dinkes Prop.Jateng, 2007). Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2008, Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Tengah sebesar 9,17/1.000 Kelahiran Hidup (KH) (Dinkes Prop.Jateng, 2008). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang (DKK Semarang, 2009), Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Semarang sebesar 1,4/1.000 Kelahiran Hidup (KH). Dalam perawatan bayi baru lahir perlu diperhatikan mengenai perawatan tali pusat. Walaupun perawatan tali pusat sangat mudah, tetapi dibutuhkan pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat yang benar. Dengan dipotong dan diikatnya tali pusat maka menyebabkan pemisahan fisik antara bayi dengan ibunya. Selanjutnya tali pusat dirawat dalam keadaan steril atau bersih dan kering, selain itu selalu mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat. Selama ini, standar perawatan yang diajarkan oleh tenaga medis kepada orang tua baru adalah membersihkan atau membasuh pangkal tali pusat dengan alkohol (Paisal, 2007). Perawatan tali pusat adalah perawatan pada tali pusat dengan menjaga agar luka tali pusat tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau nanah. Bila kotor, cuci luka tali pusat dengan air, keringkan dengan kain yang bersih dan kering. Dilarang memberi ramuan tradisional, abu dapur dan sebagainya pada luka tali pusat sebab dapat menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal (Saifuddin, 2002, p.134). Sinsin (2002) menyatakan agar tali pusat yang menempel pada dasar tali pusat bayi tidak terinfeksi, harus dibersihkan tiap hari serta menjaganya agar tetap bersih dan kering. Jika
4
perawatan tali pusat tidak dilakukan bukan tak mungkin bayi bisa terinfeksi tetanus. Penyebab Tetanus Neonaturum adalah clostridium tetani, yang infeksinya biasanya terjadi melalui luka pada tali pusat karena pemotongan tali pusat tidak menggunakan alat-alat yang steril hanya memakai alat sederhana seperti bilah bambu atau pisau atau gunting yang tidak disteril dahulu. Dapat juga karena perawatan tali pusat yang menggunakan bedak, kunyit atau jambu biji yang mengakibatkan infeksi tali pusat pada neonatus (Ngastiah, 2005, p.154). Studi pendahuluan di RB. Bhakti Ibu kepada 10 ibu nifas dengan cara wawancara secara langsung kepada responden. Dari 10 ibu nifas 2 orang berpengetahuan baik, 2 orang berpengetahuan cukup, dan 6 orang berpengetahuan kurang. Dari 10 ibu nifas juga didapatkan 2 orang menyatakan bayinya mengalami infeksi tali pusat dikarenakan ibu tidak mengganti kasa pembungkus tali pusat tersebut karena ibu masih kurang pengetahuannya dalam hal perawatan tali pusat. Ibu nifas yang bersalin pada bulan Juni tahun 2010 di BPS. SW Semarang sebanyak 30 orang. Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di BPS. SW Semarang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya adalah ”Bagaimana gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di BPS. SW Semarang pada tahun 2010?”.
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di BPS. SW Semarang tahun 2010. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran karakteristik responden berdasarkan umur dan pendidikan responden. b. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang pengertian perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. c. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang tujuan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. d. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang cara perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. e. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. f. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Memberikan informasi gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir sehingga dapat dijadikan referensi dan sebagai data dasar bagi penelitian yang sejenis dengan mengoperasionalkan variable lain.
6
2. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan peneliti dalam menerapkan ilmu metodologi penelitian yang didapat serta menambah pengetahuan dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir khususnya tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. 3. Bagi Masyarakat Menambah pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat yang benar pada bayi baru lahir dan agar dukun bayi dapat menerapkan pada saat melakukan perawatan pada bayi baru lahir yang benar sehingga dapat mencegah infeksi. 4. Bagi Tenaga Kesehatan Memberikan informasi mengenai pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan bayi baru lahir pada ibu bersalin. 5. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai referensi di perpustakaan yang dapat digunakan peneliti lain yang mempunyai penelitian di bidang perawatan bayi baru lahir khususnya mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.
7 E. Keaslian Penelitian
N0 1
2
3
JENIS PENELITIAN Deskriptif
JUDUL
POPULASI
VARIABEL
Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Puskesmas Karanganyar Kab. Pekalongan Tahun 2009 (Subiyarti).
Ibu nifas di wilayah Puskesmas Karanganyar Kab. Pekalongan pada bulan Januari 2009 sebanyak 63 orang.
Pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat
Efektifitas Perawatan Tali Pusat Metode Kering Terbuka Dibandingkan Dengan Metode Kasa Kering Terhadap Waktu Pelepasan Tali Pusat Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Salatiga Tahun 2008 (Refina Sari). Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Bayi Di Rumah Bersalin Nurhikmah Desa Kuwaron Gubug Grobogan (Tri Hartini).
Bayi baru lahir yang lahir dari ibu dengan umur kehamilan aterm dengan persalinan normal di kota Salatiga.
Variabel bebas: perawatan tali pusat metoda kering terbuka Variabel terikat: metoda kasa kering terhadap waktu pelepasan tali pusat.
Metode komparatif
Ibu yang mempunyai bayi yang bersalin di Rumah Bersalin Nurhikmah Desa Kuwaron Gubug Grobogan sebanyak 56 orang.
Variabel bebas: penyuluhan tentang perawatan tali pusat bayi Variabel terikat: pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat
Eksperimen semu
KESIMPULAN Hasil penelitian pada 54 ibu nifas didapatkan 46 orang (85,2%) berpengetahuan baik tentang perawatan tali pusat meliputi 50 orang (92,6%) berpengetahuan baik tentang pengertian, 43 orang (79,6%) berpengetahuan baik tentang tujuan perawatan tali pusat, 42 orang (77,8%) berpengetahuan baik tentang cara perawatan tali pusat, 50 orang (92,6%) berpengetahuan baik tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat. Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik mann-whitney u test menunjukkan bahwa terdapat nilai signifikan dari keefektifitasan perawatan tali pusat dengan metode kering terbuka dibandingkan kasa kering.
Hasil penelitian diperoleh mayoritas pengethuan ibu tentang perawatan tali pusat sebelum penyuluhan adalah cukup sebanyak 31 orang (83,8%). Mayoritas pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat setelah penyuluhan adalah baik sebanyak 31 orang (83,8%). Ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p=0,000). Ada
8 perbedaan yang signifikan rata-rata pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat bayi sebelum dan sesudah penyuluhan.
Perbedaan dengan penelitian Subiyarti (2009), yaitu tempat penelitian di Wilayah Puskesmas Karanganyar Kabupaten Pekalongan dan populasi 63 orang, sedangkan tempat penelitian ini di BPS. SW Semarang dan populasi pada penelitian ini 30 orang. Pada penelitian Refina Sari (2008), jenis penelitiannya adalah metode komparatif dan penelitian Tri Hartini (2009), jenis penelitiannya adalah eksperimen semu. Sedangkan jenis penelitian ini deskriptif.
9