BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, dari segi apapun, selalu ada satu karakter atau pribadi yang menjadi sorotan, karena kemampuannya sebagai pemimpin. Karakter tersebut sedari awal sudah menunjukkan perbedaannya dengan pribadi yang lain, karena kemampuan dan kualitas kepemimpinan seperti datang dengan pemikiran yang visioner dan revolusioner dan selalu berorientasi kepada perubahan, atau sebagai orator yang ulung dengan semangat berapi-api. Namun tidak mudah menjadi pribadi seperti ini, dan oleh karena itu pula, sosok seperti di atas akan selalu menjadi sorotan dan tokoh di garda depan untuk mencitrakan kekuatan suatu kelompok atau komunitas. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa ditempatkan sebagai figur utama, yang tujuannya adalah pembawa visi kemudian juga berfungsi sebagai bagian dari pencitraan kelompok tersebut secara utuh melalui satu individu tersebut. Indonesia sejak dulu memang mampu mencetak pribadi pemimpin yang berkualitas, dihargai di dunia internasional, umumnya menjadi pemimpin politik atau gerakan massa. Hingga sekarang pun, Indonesia memiliki puluhan sosok pemimpin
dari
berbagai
organisasi
yang
memiliki
kemampuan
untuk
mengumpulkan dan mempertahankan simpati para pendukung. Di antara
12
Universitas Sumatera Utara
pemimpin di Indonesia ini, adalah Surya Paloh, yang kisah hidupnya sudah dibukukan dalam biografi berjudul Editorial Kehidupan Surya Paloh.1 Surya Paloh terlahir dengan nama Surya Dharma Paloh.2 Masa kecil dan remaja Surya Paloh lebih banyak dilalui di daerah Sumatera Utara, tepatnya di Labuhan Ruku, Serbelawan, dan Medan. Itulah sebabnya ia lebih akrab dengan kultur dan karakter sebagai anak Medan, daripada sebagai putra Tanah Rencong. Ia melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) dan menamatkan Strata satu di Fakultas Sosial Politik di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU). Pengalaman organisasinya dimulai sejak umur belia, dan ia banyak menggagas organisasi. Beberapa organisasinya adalah Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).3 Karena kepiawaiannya di dunia bisnis sewaktu muda, ia pun pernah menjabat Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumut (1974-1977) dan salah satu ketua BPP HIPMI (1977-1979). Pada tahun 1969, ia pun mulai bersentuhan dengan Partai Golkar, dengan menjadi Ketua Koordinator PPMG (Pemuda Pelajar Mahasiswa Golkar) Medan tahun 1969 1
Buku Editorial Kehidupan Surya Paloh setebal 590 halaman ini ditulis oleh Usamah Hisyam, dkk untuk mempertingati ulang tahun Surya Paloh ke 50 tahun pada 16 Juli 2001. 2
Surya Paloh merupakan putra pasangan Daud Paloh dan Nursiah pada tanggal 16 Juli 1951 di rumahnya, di Jalan Teuku Nyak Arief, Kutaraja (sekarang Banda Aceh), tepat di depan kantor Gubernur Daerah Istimewa Aceh. Bagi keluarga Daud Paloh, nama Paloh merupakan identitas keluarga, yakni singkatan dari Panglima Hasan, panggilan ayah Daud Paloh di lingkungan teman-temannya. Kebetulan di daerah kampung halamannya, Pidie, Aceh Utara, terdapat juga sebuah desa bernama Desa Paloh. 3
Organisasi massa yang menentang kebijakan yang salah dari pemerintahan orde lama. Surya Paloh menjadi salah seorang pimpinan KAPPI. Setelah KAPPI bubar, ia menjadi Koordinator Pemuda dan Pelajar pada Sekber Golkar. Beberapa tahun kemudian, Surya Paloh mendirikan Organisasi Putra-Putri ABRI (PP-ABRI), lalu ia menjadi Pimpinan PT-ABRI Sumut. Bahkan organisasi ini, pada tahun 1978, didirikannya bersama anak ABRI yang lain, di tingkat pusat Jakarta, dikenal dengan nama Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI).
13
Universitas Sumatera Utara
1972. Pada pemilu 1971, pemilu pertama di era Orde Baru, Surya Paloh masuk dalam Daftar Calon Sementar (DCS) anggota legislatif termuda untuk DPRD II Kota Medan, saat umur 19 tahun. Namun ia mengundurkan diri, karena menyadari kemampuan belum cukup untuk memasuki politik praktis dan Surya membidik posisi legislatif di DPR-RI. Pada pemilu berikutnya, di umur 25 tahun, ia pun lolos sebagai Anggota MPR pada tahun 1977-1982 dan kembali menjadi Anggota MPR tahun 1982-1987. Terakhir, pada tahun 1987 juga terpilih sebagai Anggota MPR/DPR RI dari Golkar namun urung dilantik karena Prioritas, koran miliknya dibredel.4 Pembredelan koran di masa Soeharto ini5 mengakhiri umur Prioritas yang baru 13 bulan. Bagi Surya Paloh, walau ia dibesarkan di Golkar, namun ia tidak segan-segan menelanjangi berbagai penyimpangan yang ada pada masa Orde Baru yang merupakan masa berjaya Golkar. Semangat dalam mewujudkan demokrasi politik, yang dilandasi dengan kemerdekaan dan kebebasan pers menjadi pokok pikiran dan tujuannya. Konsistensi Surya Paloh terhadap keyakinannya dengan kebebasan pers tetap dipertahankan hingga sekarang. Media 4
Pembredelan inilah puncak sekaligus awal kontroversi politik Surya Paloh, yang membawanya ke sebuah vonis kematian perdata dan hak-hak politik dalam waktu lama sampai ia memunculkan gagasan Konvensi Presiden Partai Golkar pada tahun 2004. 5
Periode 1966-1973, kebebasan pers seolah-olah dibuka dan sikap pemerintah seakanakan siap dikritik. Namun setelah peristiwa 15 Januari 1974, 12 media ditutup sekaligus oleh pemerintah. Rezim Orde Baru memperkenalkan lembaga perizinan berupa SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Lalu, sejak 1984, pelaksanaan pembredelan pers diperparah dengan dikeluarkannya Permenpen Nomor 01/Per/Menpen/1984. Padahal, undang-undang pers tahun 1966 dan tahun 1967 melarang sensor dan pembredelan terhadap pers. Tahun 1978, tangan besi pemerintah kembali menimpa tujuh koran—kali ini sehubungan dengan Sidang Umum MPR tahun 1978. Pembredelan tetap berlanjut, termasuk terhadap tiga media ber-SIUPP, yakni Sinar Harapan, Prioritas, dan Monitor. Selain banyak media yang dibredel, banyak juga wartawan yang dipenjarakan, beberapa di antaranya dibuang ke Pulau Buru.
14
Universitas Sumatera Utara
Group yang membawahi Harian Media Indonesia dan stasiun televisi berita Metro TV merupakan jalannya untuk berkiprah di dunia pers Indonesia. Semenjak berdirinya stasiun tersebut pada 25 Oktober 1999, Surya Paloh lebih dikenal publik Indonesia. Dengan mengambil spesifikasi siaran yang 70 persen berita, menempatkan stasiun ini menjadi stasiun televisi berita pertama di Indonesia. Dan hal ini tentu menjadi salah satu keinginan Surya Paloh dalam mengembangkan dunia pers dan jurnalistik yang lebih matang, bebas, serta demokratis di Indonesia. Kiprah politiknya kembali ditunjukkan pada era reformasi, yaitu gagasannya untuk mengadakan Konvensi Calon Presiden Partai Golkar Menuju Pemilu Presiden 2004 untuk membangun kembali citra Golkar. Ia pun ikut menjadi salah satu calon dan mengusung sebuah konsep tentang kepemimpinan nasional serta menyiapkan sejumlah agenda penyelamatan bangsa dari krisis multidimensional, yang disebutnya sebagai Restorasi Nasional.6 Visi yang 6
Gagasan Restorasi Nasional terdapat 12 program restorasi non-konvensional di bidang politik, ekonomi dan kesra. Bidang politik adalah prioritas utama. Pertama, adalah program memantapkan stabilitas politik melalui rekonsiliasi dan pardon nasional, kemudian menciptakan keamanan, ketertiban masyarakat, menghentikan konflik sosial, etnik, dan agama, serta peningkatan peran aparat Kepolisian untuk melindungi dan mengayomi masyarakat. Kedua, meningkatkan partisipasi publik agar mendukung penuh program pembangunan. Setiap kebijakan publik harus dikomunikasikan terlebih dahulu dengan bebagai komponen masyarakat dengan hubungan komunikasi bottom up. Ketiga, memperkuat kembali kekuatan pemersatu bangsa yakni semangat kebhineka tunggal ika-an yang kini mulai rapuh. Keempat, menegakkan supremasi hukum dalam rangka menciptakan clean and good governance, masyarakat yang tertib hukum, serta berorientasi kepada “hukum sebagai panglima”. Kelima, melanjutkan otonomi daerah dalam kerangka NKRI dengan meningkatkan percepatan pembangunan di daerah dalam segala bidang agar dapat mengejar ketertinggalannya. Sementara di bidang ekonomi, restorasi nasional terdapat lima prioritas program restorasi sebagai langkah pemulihan. Pertama, menjaga stabilitas ekonomi makro. Kedua, melaksanakan restrukturisasi manajemen hutang luar negeri. Ketiga, mencanangkan reformasi pajak yang mengarah pada prinsip keadilan. Keempat, mendorong tumbuhnya investasi dengan memberikan insentif serta kemudahan-kemudahan perizinan. Kelima, membuka lapangan pekerjaan seluasluasnya dalam rangka mengurangi angka pengangguran. Di bidang kesejahteran rakyat, ada dua program. Pertama, menekan tingkat kemiskinan serendah mungkin dengan mengupayakan terciptanya lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Kedua, mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan memberikan dan membuka prasarana pendidikan yang mudah, murah, dan seluas-luasnya.
15
Universitas Sumatera Utara
tujuannya memperbaiki kondisi kebangsaan dari semua aspek dan dari seluruh masyarakat Indonesia ini. Namun di 2004, dia tidak berhasil terpilih, begitu juga pada pemilihan Ketua Umum Partai Golkar tahun 2009. Surya Paloh tidak berhenti hanya karena kekalahan sebelumnya di politik, bahkan ia tetap konsisten mengusung tema perubahan dan menawarkan solusi alternatif untuk perbaikan kondisi kebangsaan. Sehingga di tahun 2010 ini, Surya Paloh
bersama
44
deklarator
lainnya
pada
tanggal
1
Februari
lalu
mendeklarasikan sebuah gerakan massa baru yang bernama Nasional Demokrat, mengusung tema restorasi yang hampir sama dengan slogannya ketika di Konvensi Golkar 2004, yakni Restorasi Indonesia. Gerakan ini sebagai tujuan dan jalan yang ditempuh gerakan massa ini. Surya Paloh sebagai inisiator organisasi ini menempatkan pokok pemikirannya yang paling mendasar, yaitu merestorasi seperti prinsip Restorasi Meiji di Jepang pada 1866-1869, yang merupakan rangkaian kejadian untuk perubahan pada struktur politik dan sosial Jepang di awal kekaisaran Meiji. Sehingga Surya Paloh dan deklarator yang ikut dalam mengumumkan berdirinya organisasi massa tersebut meyakini gerakan Restorasi Indonesia dapat mengembalikan kejayaan Indonesia dan memberikan wadah demokrasi bagi warga negara. Sebenarnya mendirikan organisasi massa (ormas) adalah hal yang biasa dalam era reformasi ini. Tetapi Nasional Demokrat ini memang mencuri perhatian, karena banyaknya tokoh yang menjadi deklarator ormas ini. Para pendiri atau inisiator sentral ormas ini adalah Surya Paloh dan Sultan Hamengku Buwono X. Bersama mereka ada sederet nama yang ikut serta, seperti Syafii
16
Universitas Sumatera Utara
Maarif, Siswono Yudhohusodo, Anies Baswedan, Eep Saifulloh Fatah, Khofifah Indar Parawansa, Ferry Mursyidan Baldan, Syamsul Mua'rif, Enggar Tyasto Lukito, Didik J. Rachbini, Akbar Faisal, Franky Sahilatua, Budiman Sudjatmiko, dan beberapa tokoh dari latar belakang yang beragam. Bahkan deklarasi ini turut dihadiri oleh Megawati, Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, dan Wiranto. Sebagai inisiator, Surya Paloh dan Sri Sultan Hamengku Buwono X cukup berhasil merangkul berbagai kalangan dan dari berbagai partai. Ada tokoh Muhammadiyah, Syafii Maarif, Khofifah Indar Parawansa dari PKB, Ferry Mursyidan dari Golkar, Budiman Sudjatmiko dari PDIP, Didik J. Rachbini dari PAN, dan Akbar Faisal dari Hanura. Ada pengamat politik yang terjun berpolitik praktis seperti Anies Baswedan dan Eep Saifulloh Fatah, ada pula akademisi dan beberapa guru besar, seperti Prof. Dr. T. Bahri Anwar dari Universitas Sumatera Utara dan Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A dari Universitas Indonesia. Tidak itu saja, Nasional Demokrat juga didukung oleh budayawan Franky Sahilatua, dan wartawan senior Djaffar H. Assegaff. Untuk memperkuat dasar ormas ini hingga ke akar rumput, dari awal pendirian Nasional Demokrat, para deklarator yang diwakili oleh Meutya Hafid saat konferensi pers di Istora Senayan pada 1 Februari 2010 mengatakan bahwa organisasi massa ini memang juga akan didirikan di daerah sebagai perwakilan dan cabang dari Nasional Demokrat pusat. Karena dari awal, organisasi massa ini ingin memeratakan semua arus demokrasi hingga ke seluruh Indonesia. Oleh karena itu, tidak berselang beberapa lama, Nasional Demokrat cabang Makassar sebagai perwakilan untuk Propinsi Sulawesi Selatan diresmikan pada 22 Februari
17
Universitas Sumatera Utara
2010. Kemudian disusul di Propinsi Bangka Belitung pada tanggal 3 April, di DI Yogyakarta pada 15 April, dan 18 April di Nangroe Aceh Darussalam. Hingga November ini, telah 18 daerah di Indonesia yang telah resmi mendeklarasikan Nasional Demokrat daerah, dan rencananya deklarasi ini akan digenapkan di 33 propinsi seluruh Indonesia sebelum ulang tahun Nasional Demokrat yang pertama. Restorasi membutuhkan
Indonesia
otoritas
dan
yang
diusung
dukungan.
oleh
Faktor
Surya pemimpin
Paloh yang
memang mampu
mengomunikasikan ide dan gagasannya dalam tujuan memperbaiki kondisi dan mencari jalan keluar, memang dibutuhkan di dalam kondisi kemasyarakatan Indonesia saat ini. Nasional Demokrat sebagai organisasi massa yang berbasis nasional dan merambah ke daerah telah mendapatkan sambutan yang sangat baik. Tokoh sentralnya, Surya Paloh meletakkan dasar pemikirannya dalam organisasi ini. Banyaknya tokoh nasional yang bergabung ke dalam organisasi massa ini, serta tingginya respon masyarakat terutama pejabat daerah yang menyatakan dukungannya, menunjukkan adanya satu keterkaitan antara sosok Surya Paloh dengan dukungan yang meluas ini. Dukungan yang sangat besar dalam jangka waktu yang cukup singkat, yakni 3 bulan sejak dideklarasikan secara resmi di Jakarta ini melibatkan persepsi para komunikannya dalam memandang sebuah organisasi yang dipimpin oleh sosok Surya Paloh. Oleh karena tingginya antusiasme para tokoh dan pejabat daerah untuk bergabung ke dalam ormas ini, membuat peneliti tertarik untuk meneliti persepsi pendukung organisasi massa
18
Universitas Sumatera Utara
Nasional Demokrat terhadap Surya Paloh sebagai figur sentral Nasional Demokrat dalam bingkai komunikasi politik.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah persepsi pendukung organisasi massa Nasional Demokrat terhadap Surya Paloh sebagai figur sentral dalam bingkai komunikasi politik?”
1.3
Pembatasan Masalah Untuk menghindari terjadinya pengembangan masalah di luar ruang lingkup dan kekaburan dalam penelitian, maka peneliti merasa perlu melakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang peneliti kemukakan adalah: 1. Penelitian ini bersifat deskriptif, bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai persepsi pendukung Nasional Demokrat terhadap figur Surya Paloh sebagai tokoh sentral. 2. Subjek penelitian ini adalah pendukung Nasional Demokrat, baik itu deklarator Nasional dan pengurus Nasional Demokrat di wilayah Sumatera Utara. 3. Subjek penelitian dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian dan akan
19
Universitas Sumatera Utara
diwawancarai dengan metode wawancara mendalam dan observasi lapangan. 4. Waktu penelitian ini berkisar antara bulan Oktober-November 2010.
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui gambaran mengenai persepsi pendukung ormas Nasional Demokrat terhadap figur Surya Paloh sebagai tokoh sentral. 2. Untuk mengetahui bentuk strategi komunikasi politik dalam menarik dukungan dan penyampaian gagasan baru oleh Surya Paloh dalam pembentukan Nasional Demokrat.
1.4.2
Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah penelitian tentang komunikasi penghimpunan massa oleh pemilik gagasan dalam awal pembentukan sebuah organisasi massa. 2. Secara praktis, hasil analisis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca agar mengetahui strategi komunikasi citra dan ketokohan, serta persepsi sebagai hasil dari komunikasi. 3. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, guna memperkaya bahan penelitian dan sebagai sumber bacaan.
20
Universitas Sumatera Utara
4. Secara sosial, penelitian ini memiliki manfaat kritik bagi kondisi demokrasi di Indonesia yang tidak menjangkau rakyat secara keseluruhan.
1.5
Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti.7 Menurut Kerlinger, teori adalah himpunan konstruk atau konsep, defenisi, dan proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relas di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.8 Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah sebagai berikut:
1.5.1
Organisasi Massa Organisasi menurut William G, Scott, yang dalam hal ini dikategorikan ke dalam organisasi formal, adalah sebuah sistem kegiatan-kegiatan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama, menuju arah tujuan bersama di bawah kewenangan dan kepemimpinan.9 Organisasi massa atau ormas merupakan suatu gerakan politik yang pada prinsipnya juga bentuk dari partai.
7
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta, 1995, hlm. 39.
8
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, 1993, hlm. 6.
9
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu?, Jakarta, 2005, hlm. 7.
21
Universitas Sumatera Utara
Pengertian organisasi massa menurut undang-undang10 adalah yang dimaksud dengan Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperanserta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Ada tiga prinsip dasar dari partai politik11, yakni partai sebagai koalisi, partai sebagai organisasi, dan partai sebagai pembuat kebijakan (policy making). Dari ketiga prinsip dasar partai politik di atas, organisasi massa masuk ke dalam prinsip ke dua, yaitu suatu gerakan (movement), dan prinsip ketiga, yaitu kelompok penekan (pressure group). Gerakan adalah kelompok atau golongan yang ingin mengadakan perubahan, atau menciptakan suatu lembaga baru dengan memakai cara – cara politik. Sedangkan kelompok penekan (pressure group) adalah kelompok yang memperjuangkan kepentingan dan berusaha memberi pengaruh terhadap kekuatan politik yang ada di pemerintahan. Kelompok ini bisa terdiri dari perkumpulan, golongan, ataupun partai yang berada di luar pemerintahan.
10
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, Bab I,
Pasal 1 11
M. Eric Harramain. 2010. “Persepsi Publik Terkait Pembentukan Ormas Nasional Demokrat Atas Partai Demokrat.” < www.scribd.com> [09/04/2010]
22
Universitas Sumatera Utara
1.5.2
Strategi Komunikasi Politik Komunikasi politik telah dikenal sejak zaman Aristoteles, dan sudah ada
ketika manusia berpolitik dan berkomunikasi. Muller dalam Arifin12 mengatakan bahwa komunikasi politik sebagai hasil yang bersifat politik dari kelas sosial, pola bahasa, dan pola sosialisasi. Galnoor juga menyebutkan bahwa komunikasi politik merupakan infrastruktur politik, yakni suatu kombinasi dari berbagai interaksi sosial di mana informasi yang berkaitan dengan usaha bersama dan hubungan kekuasaan masuk ke dalam peredaran. Komunikasi politik yang bersinggungan dengan organisasi atau kelompok menjadi jiwa dari organisasi politik tersebut. Melalui itu, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai untuk memasyarakatkan suatu organisasi politik seperti yang dijelaskan oleh Redi Panuju, yakni dengan menyosialisasikan keberadaannya kepada masyarakat, membangun citra positif dalam rangka mencari dukungan, menggalang opini publik dalam rangka membangun, menyeleksi isu, dan merangkumnya menjadi formulasi kebijakan, dan membangun jaringan dalam rangka efektivitas kerja.13 Oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi komunikasi politik untuk mewujudkan empat tujuan tersebut. Dalam realitas politik, yang banyak dialami oleh khalayak bukanlah sesuatu yang dirasakan secara langsung, melainkan disampaikan melalui lambang-lambang yang signifikan (dapat berupa slogan, logo, dan figur). Politik adalah kegiatan simbolik yang menyentuh sejumlah besar orang karena orang 12
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi & Komunikasi Politik Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 9. 13
Redi Panuju, Komunikasi Organisasi: Dari Konseptual-Teoritik ke Empirik, Yogyakarta, 2001, hlm. 55.
23
Universitas Sumatera Utara
orang menemukan makna dalam penggunaan lambang, pembuatan lambang, ataupun penyalahgunaan lambang pada komunikator politik.14 Langkah dalam strategi komunikasi politik adalah merawat ketokohan, memantapkan kelembagaan, meningkatkan kemampuan dan dukungan lembaga dalam menyusun pesan politik, menetapkan metode, dan memilih media politik yang tepat. Suatu strategi dalam komunikasi politik adalah keseluruhan keputusan kondisional pada saat tertentu mengenai tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan politik pada masa depan.15 Hal yang menjadi sangat penting dalam sebuah sistem politik atau ide politik baru agar dapat diterima khalayak adalah menumbuhkan citra yang baik dan menjaga kredibilitas yang diasosiasikan kepada satu ketokohan. Ketokohan ini selalu diidentikkan sebagai suatu figur yang ditempatkan sebagai pemimpin, sehingga erat kaitannya dengan kepemimpinan atau tokoh sentral. Kepemimpinan menurut Tannenbaum, Weschler, dan Massarik adalah pengaruh antarpribadi yang dilaksanakan dan diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan tertentu.16 Sehingga dalam kepemimpinan atau ketokohan selalu ada indikator yang menjadi karakteristik, sehingga bisa dirumuskan menjadi bagian dari proses komunikasi, yang dalam hal ini adalah komunikasi politik. Penempatan figur yang tepat dalam menjalankan proses ini merupakan langkah atau strategi untuk mencapai tujuan. 14
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, Bandung, 2005,
hlm. 114. 15
Anwar Arifin, op. cit., hlm. 145.
16
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, Psikologi Kelompok, dan Psikologi Terapan, Jakarta, 2005, hlm. 38.
24
Universitas Sumatera Utara
1.5.3
Endorser atau Ketokohan Perlambangan yang merupakan suatu identitas merek yang dibawakan
dalam komunikasi politik merupakan jalan untuk mencitrakan sesuatu yang bertujuan untuk dikenal dan dilekatkan ke benak publik. Bagi personal yang memiliki identitas yang khas dan spesifik akan memudahkan untuk diidentifikasi di antara yang lainnya. Dalam hal ini, perncitraan yang difokuskan adalah kepada personal atau tokoh. Menurut Anwar Arifin, pencitraan merupakan suatu tujuan dari komunikasi politik yang terbentuk berdasarkan informasi yang diterima oleh khalayak. Pencitraan dalam politik berkaitan dengan pembentukan pendapat umum yang terbangun melalui citra politik dan hal ini terwujud sebagai konsekuensi kognitif dari komunikasi politik.17 Endorser merupakan salah satu komponen dari proses pencitraan dalam komunikasi politik. Dalam kajian komunikasi politik, endorser adalah strategi penonjolah sosok ketokohan dalam sebuah partai. Merawat ketokohan dan memantapkan kelembagaan. Ketokohan adalah orang yang memiliki kredibilitas, daya tarik, dan kekuasaaan. Dengan kata lain, ketokohan merupakan gabungan antara kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan.18 Selain pengertian di atas, endorser juga dapat dipahami19 sebagai sebuah merek, dan lazim disebut sebagai tokoh ikon. Para tokoh ini biasanya dipilih karena kecakapan, dan cukup dikenal luas oleh masyarakat. Pemilihan ikon tentu 17 18
Anwar Arifin, op. cit., hlm. 105. Ibid., hlm. 146.
19
M. Eric Harramain. 2010. “Persepsi Publik Terkait Pembentukan Ormas Nasional Demokrat Atas Partai Demokrat.” < www.scribd.com> [09/04/2010]
25
Universitas Sumatera Utara
saja dilakukan dengan berbagai pertimbangan, misalnya kesesuaian personalitas dengan karakter mereknya. Keberadaan endorser sangat penting dalam mempertegas pemosisian merek di mata khalayak. Dalam kajian komunikasi politik, endorser lebih cenderung kepada tokoh-tokoh politik yang memiliki kecakapan dalam berpolitik dan beretorika, dan dapat mewakili intelek, berwibawa, tegas, bertenaga, modern, bersih dari korupsi, bersih dari catatan buruk di masa lalu, berprestasi, dan lain sebagainya. Tanpa karakter yang sesuai, sebuah merek atau partai akan kehilangan ruhnya. Menurut Asto S Subroto, endorser dilihat dari beberapa hal.20 Kredibilitas dan daya pikat merupakan dua atribut yang berperan penting dalam memfasilitasi komunikasi secara efektif. Kedua atribut tersebut juga penting dalam menilai seberapa efektif ketokohan bekerja. Kredibilitas berarti adanya tendensi kuat dalam memercayai seseorang. Ketika seorang tokoh dipersepsikan sebagai kredibel, maka sikap komunikan akan berubah lewat sebuah proses psikologis yang dinamakan internalisasi. Proses ini terjadi ketika penerima pesan menerima posisi endorser sebagai isu yang sama dengan dirinya. Kredibilitas sebagai kriteria dasar kenapa seorang dijadikan endorser. Seseorang yang dipercaya dan dipersepsi memiliki pandangan dan visi yang yang baik terhadap partai akan mudah memengaruhi khalayak. Dengan kata lain, kredibilitas adalah kata kunci efektivitas endorser atau tokoh.
20
Asto, S. Subroto. 2008. “Strategi Memilih Endorser dalam Politik”. <www.sinarharapan.co.id> [09/04/2010]
26
Universitas Sumatera Utara
1.5.4
Konstruktivisme Dalam cara pandang melihat dan menilai realitas, terdapat beberapa
pandanga, yakni positivisme, konstruktivisme, dan kritis. Positivisme percaya bahwa realitas yang benar itu ada. Sedangkan paradigma konstruktivisme menolak secara radikal pandangan tersebut. Menurut aliran konstruktivisme, realitas itu sebenarnya tidak ada, sebab yang ada hanya konstruksi individu atau suatu realitas yang diterimanya. Konstruksi itulah yang menentukan bagaimana suatu peristiwa dipahami yang dianggap sebagai realitas.21 Teori konstruktivis atau konstruktivisme menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut. Konstruktivis melakukan pendekatan pemahaman produksi pesan dimulai dari sistem kognitif individu. Bentuk pengetahuan menurut konsep ini adalah memandang suatu subyek berperan aktif dalam menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan dan subjek sebagai faktor sentral dalam menganalisis pesan serta hubungan-hubungan sosialnya. Sehingga manusialah yang membangun makna terhadap suatu realita. Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan reproduksi kenyataan.22 Kajian pokok dalam paradigma konstruktivisme menurut Weber, menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya 21
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarya, 2001,
22
Ibid., hlm. 5.
hlm. 54.
27
Universitas Sumatera Utara
dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorangan yang timbul dari alasan-alasan subjektif. Konstruktivisme juga menjelaskan bahwa perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam. Manusia bertindak sebagai agen dalam bertindak mengkonstruksi realias sosial. Cara konstruksi yakni dengan memahami atau memberikan makna terhadap perilaku mereka sendiri.23 Konsep konstruktivisme berpendapat bahwa semesta secara epistimologi
merupakan hasil konstruksisosial. Pengetahuan manusia adalah konstruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan dunia objek material. Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan reproduksi kenyataan. Keberagaman kognitif merupakan hasil dari lingkungan historis, kultural, dan personal yang digali secara terus-menerus.
1.5.5
Persepsi Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,
mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku.24 Sedangkan menurut Desideto25, persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang memberikan makna pada stimulus inderawi manusia.
23
M. Eric Harramain. 2009. “Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi Perspektif Konstrukstivisme & Kritikal” < www.scribd.com> [25/05/2010] 24
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Jakarta, 2005, hlm. 167.
25
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung, 2005, hlm.51
28
Universitas Sumatera Utara
Proses menerima dan menafsirkan pesan pada banyak model komunikasi sering disebut dengan penyandian-balik (decoding), proses ini melibatkan persepsi atau meliputi rangsangan perasaan dan proses komunikasi selanjutnya. Psikologi modern seperti yang diungkapkan oleh Berelson dan Steiner, persepsi merupakan proses yang kompleks di mana orang memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan respon terhadap suatu rangsangan ke dalam situasi masyarakat dunia yang penuh arti dan logis. Sedangkan Scott menyatakan bahwa persepsi merupakan tindakan melihat sebuah pembelajaran tingkah laku yang melibatkan aktivitas kognitif.26 Tahapan terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang diperoleh melalui panca indera, namun sebenarnya manusia tidak dapat menginterpretasikan
makna
setiap
objek
secara
langsung,
melainkan
menginterpretasikan makna informasi yang dipercayai mewakili suatu objek. Maka pengetahuan melalui persepsi bukanlah mengenai objek itu sebenarnya, namun bagaimana tampaknya objek tersebut.27 Persepsi manusia terhadap manusia disebut juga dengan persepsi sosial, dan hal ini lebih kompleks, karena manusia adalah makhluk yang dinamis. Persepsi manusia terhadap manusia lainnya dan reaksi mereka terhadap hal-hal yang berkaitan dengan itu, berdasarkan pengalaman dan pembelajaran di masa lalu, yang berkaitan dengan orang (objek) yang sama.
26
Werner Severin dan James Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Komunikasi Massa, Jakarta, 2008, hlm. 84. 27
Deddy Mulyana, op. cit., hlm. 170.
29
Universitas Sumatera Utara
1.6
Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam menentukan hipotesa28. Pembatasan konsep dalam penelitian ini tidak saja untuk menghindari salah maksud dalam memahami konsep penelitian, tetapi batasan konsep diperlukan untuk penjabaran variabel penelitian maupun indikator variabel.29 Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Figur Surya Paloh sebagai Tokoh Sentral Ormas Nasional Demokrat Sosok Surya Paloh sebagai inisiator ormas Nasional Demokrat memiliki citra dan nilai tersendiri yang dapat dilihat dari rekam jejak pengalaman organisasi,
buah
pemikiran,
dan
kepribadian
berciri
pemimpin.
Penempatan Surya Paloh sebagai tokoh sentral bagi organisasi massa yang baru berdiri dianggap sebagai salah satu langkah strategi komunikasi politik dalam hal kekuatan ketokohan. 2. Persepsi Pendukung Organisasi Massa Nasional Demokrat Persepsi yang dimiliki oleh komunikan yang menerima pesan ketokohan Surya Paloh dalam organisasi massa Nasional Demokrat, berdasarkan pengalaman mengenai figur tersebut, peristiwa, atau hubungan-hubungan lainnya yang dapat membentuk suatu persepsi (penyimpulan informasi dan penafsiran pesan). Para pendukung organisasi massa ini terdiri dari 28
Hadari Nawawi, op. cit., hlm. 40.
29
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif , Surabaya, 2001, hlm. 92.
30
Universitas Sumatera Utara
kalangan yang terpelajar dan juga mengetahui seluk beluk politik. Mereka memiliki persepsi tertentu yang membuat kalangan ini mendukung Nasional Demokrat.
1.7
Model Teoritis Model teoritis merupakan pradigma yang mentransformasikan permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya. Adapun model teoritis dalam penelitian ini adalah: Figur Surya Paloh
Persepsi Pendukung Organisasi Massa Nasional Demokrat
1. Organisasi Massa 2. Strategi Komunikasi Politik 3. Endorser atau Penokohan 4. Konstruktivisme 5. Persepsi Gambar 1. Model Teoritis Dalam Penelitian
1.8
Variabel dan Definisi Variabel Operasional Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibuat operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian. Komponen indikator untuk variabel Surya Paloh
31
Universitas Sumatera Utara
Sebagai Figur Sentral disarikan dari uraian Sarlito Wirawan Sarwono30, sedangkan untuk variabel Persepsi Pendukung Organisasi Massa Nasional Demokrat, indikatornya disarikan dari Deddy Mulyana.31 Adapun variabel operasional dalam penelitian ini sebagai berikut: KOMPONEN Surya Paloh sebagai figur sentral
1.
INDIKATOR Citra atau Image
DEFINISI Pandangan terhadap Surya Paloh yang tersusun melalui persepsi yang berkaitan dengan gejala politik.
2.
Rekam jejak atau track record
Pengalaman dan sejarah kehidupan politik Surya Paloh yang diketahui.
3.
Keahlian berkomunikasi
Teknik komunikasi Surya Paloh dalam menyampaikan visi (gagasan dalam politik) ketika diskusi dan orasi.
4.
Karakter
Sifat-sifat Surya Paloh yang tampak dan telah dikenal.
5.
Visi
Pola pikir dan cara pandang Surya Paloh dalam permasalahan demokrasi dan ke-Indonesia-an.
6.
Kredibilitas
Mencakup prestasi dan kompetensi Surya Paloh dalam pengelolaan organisasi.
7.
Kharisma
Aspek atraktif yang menjadi penarik dalam pribadi Surya Paloh, baik fisik dan non fisik
8.
Kekuasaan
Kemampuan Surya Paloh dalam mempengaruhi orang dan aspek-
30
Sarlito Wirawan Sarwono, op. cit., hlm. 40-64
31
Deddy Mulyana, op. cit., hlm. 168-172
32
Universitas Sumatera Utara
Persepsi pendukung organisasi massa Nasional Demokrat
aspek pendukung yang dimilikinya untuk tetap memiliki pengaruh. Pengalaman dasar yang berhubungan dengan alat indera objek penelitian.
1.
Sensasi
2.
Atensi atau Perhatian
Perhatian berdasarkan selektivitas yang juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal objek penelitian. Perhatian didorong oleh motivasi yang timbul dalam diri secara sadar ataupun tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan.
3.
Interpretasi
Tahapan menganalisa dan memaknai informasi mengenai suatu peristiwa, menjadi nilai-nilai yang dipercaya dan dipegang teguh.
4.
Kontekstual
Informasi yang diterima objek penelitian diorganisasikan dan dianalisis sehingga mempengaruhi struktur kognitif. Karena ada kesamaan atau kedekatan konteks serta melihat informasi dari esensi dan latar belakangnya.
Tabel 1. Variabel Operasional Dalam Penelitian
Karakteristik objek penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menjadi salah satu dari dua hal berikut; deklarator Nasional Demokrat dan/atau Pengurus Nasional Demokrat cabang propinsi. 2. Berlatar belakang pekerjaan salah satu dari pekerjaan berikut; penggiat sosial, aktivis, wartawan, akademisi (civitas akademika), pejabat daerah, dan politisi.
33
Universitas Sumatera Utara