BAB I PENDAHULUAN
A
Latar Belakang Dewasa ini, pertumbuhan masyarakat kota semakin pesat. Pertumbuhan
ekonomi, pertumbuhan penduduk, masalah sosial, rutinitas sehari-hari,dan kesenjangan menjadikan masyarakat perkotaan makin kompleks dibanding masyarakat pedesaan. Daerah perkotaan merupakan lingkungan untuk berbagai aktivitas, seperti bekerja di kantor, berbelanja, berdagang,makan di rumah makan, membeli dan membangun struktur seperti rumah, bank, pabrik, rumah sakit, restoran, dan lain sebagainya. Semua hal tersebut saling berinteraksi, dan seringkalibersinggungan sehingga antaraktivitas saling mempengaruhi. Dalamera modern seperti sekarang ini masyarakat kota,terutama kaum mudamengekspresikan diri dan mengatasi kejenuhan dengan mendefinisikan “kenyamanan & kebebasan” menurut persepsi masing-masing individu. Tiap individu inilah yang merespon perubahan sosial, gaya hidup melalui tren dalam jangkauan globalisasi. Respon tiap individu memiliki keunikan, berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini dilihat dalam hal mengadopsi dan memiliki ketertarikan akan suatu hal (tren global modern atau tren global masa lampau). Perkembangan globalisasi di era modern memudahkan kaum muda untuk mencari tahu apa yang diminati dan nantinya akan diadopsi sesuai keinginan. Oleh karena itu muncul hobi, yang merupakan ekspresi jati diri individu yang akan ditonjolkan dalam kehidupan sosial. Ketertarikan individu terhadap suatu
1
tren dan kegemaran dapat membuat keluarga, teman, orang disekitar dan terutama yang berinteraksi, maupun orang yang melihatnya juga tertarik terhadap hobi tersebut. Hobi secara mudah ditularkan secara sosial sengaja (ajakan) atau tidak sengaja. Definisi hobi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. Seseorang yang memiliki hobi, pasti memiliki gaya hidup tertentu dan biasanya tergabung dalam komunitas (sebagai wadah berkumpul). Hobi dapat pula dikatakan sebagai cerminan jadi diri, walaupun bersifat relatif tidak lama disebabkan kebebasan mengubah kegemaran (hobi). Hobi dan gaya hidup tidak dapat dipisahkan dan memiliki keterlekatan. Pada era modern ini, terdapat hobi yang bermacam-macam, dari yang sederhana sampai membutuhkan banyak materi. Dari hobi menyanyi, jogging (berlari santai), bersepeda, bermain musik, skateboard, fotografi, grafitti dan mural, travelling, naik gunung, breakdance, paralayang, aeromodeling, koleksi benda-benda antikbatu akik, hobi mobil keluaran baru dan klasik (keluaran lama), sepeda motor keluaran baru dan klasik, sepeda onthel, sepeda tinggi, sepeda custom, dan lain sebagainya.
Kegemaran
yang
merambah
dalam
dunia
sosial
tersebut
membutuhkan atau menggunakan teknologi terbaru hingga menggunakan teknologi lama (abad ke-20). Suatu keunikan tersendiri dalam era modern ini adalah ketertarikanpada barang-barang kuno, dalam hal ini sepeda motor sebagai pendongkrak eksistensi kegemaran, dan sarana transportasi individu. Dalam lingkup Kota Yogyakarta dan sekitarnya, sangat banyak komunitas atau klub sepeda motor yang terbentuk.
2
Akan tetapi jarang sekali komunitas yang bersifat kekeluargaan dan mengusung budaya menggunakan sepeda motor keluaran lama berasal dari Eropa. Mengingat bahwa beberapa dekade ini didominasi perusahaan sepeda motor dari Jepang sehingga menggunakan sepeda motor buatan Eropa menjadi suatu yang berbeda dan menjadi salah satu simbol resistensi. Berkaca pada hobi dan gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan tersebut, peneliti melihat rasa solidaritas yang muncul dalam beberapa komunitas, terutama komunitas sepeda motor. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; solidaritas adalah sifat (perasaan) solider; sifat satu rasa (senasib dsb); perasaan setia kawan: -- antara sesama anggota sangat diperlukan. Perasaan ketertarikan se-hobi, senasib dalam wadah komunitas menimbulkan perasaan solider, dan menunjukkan kesetiakawanan. Perasaan tersebut muncul dan saling terikat dalam tiap anggota komunitas. Rasa solidaritas sangat terlihat apabila yang lain mengalami kesusahan akan segera dibantu, akan ditunggui agar berjalan bersama-sama. Khususnya dalam penelitian ini, peneliti memiliki ketertarikan akan komunitas sepeda motor vespa keluaran lama, karena dinilai memiliki bentuk dan cara kerja mesin yang berbeda dari yang lain. Vespa memiliki bentuk Unibody Steel Chassis atau badan sepeda motor yang terbuat dari besi kualitas baik dan merupakan satu kesatuan. Cara kerja mesin 2-tak yang sederhana tetapi tidak menggunakan rantai sebagai penggerak roda belakang. Lingkup Kota Yogyakarta sendiri memiliki komunitas sepeda motor vespa (keluaran lama) yang sudah diakui di berbagai provinsi dan memiliki hak perlindungan terhadap nama komunitas. Mataram Scooter Clubatau yang sering disingkat MSC, meliputi sebagian Yogyakarta dan Jawa Tengah (Muntilan).
3
MSC Jogja – Jateng terbentuk pada November 1997. Sekarang memiliki enam distrik agar mudah berkoordinasi dengan pengurus pusat, antara lain : 1. Distrik Kota Yogyakarta 2. Distrik Papses (Paguyuban Pecinta Skuter Sleman) 3. Distrik Imogiri (ISC – Imogiri Scooter Club) 4. Distrik Jakal (sekitar daerah Jalan Kaliurang) 5. Distrik Scootsa (Muntilan) 6. Distrik VOC (Vespa Owner Community - Sleman). Setiap distrik bernanung dalam AD ART Komunitas induk MSC dan taat dalam peraturan, serta melaksanakan visi misi MSC Jogja–Jateng.
Walaupun MSC
sudah terbentuk belasan tahun, tetapi belum tentu distrik yang terbentuk memiliki umur yang sama. Ada pula distrik yang belum lama terbentuk, yakni VOC – Sleman. Terbentuk atas persetujuan para anggota yang mayoritas berasal dari dua desa bersebelahan dan membangun rasa kekeluargaan berbentuk komunitas hobi dan penggemar sepeda motor Vespa pada tanggal 9 September 2009. Peneliti melihat keunikan tersendiri dalam komunitas ini karena pada era milenium masih mengapresiasi alat transportasi klasik dan membentuk sebuah wadah (komunitas), mayoritas penggeraknya (pengurus) merupakan pemuda. VOC sendiri dibentuk paling akhir. Berdekatan dengan beberapa
distrik yang lain, seperti Papses
(Paguyuban Pecinta Skuter Sleman- daerah Pasar Sleman, Medari, Tempel, Kronggahan) dan distrik Jakal(sekitar Jalan Kaliurang dekat 403). Kemunculan VOC menimbulkan tanda tanya terhadap motif keterlibatan anggota dan relasi sosial antaranggotanya. Dikatakan motif karena masih menjadi pertanyaan apakah
4
distrik ini dibangun sebagai simbol eklusivitas ataukah sebagai pemersatu jaringan komunitas MSC (karena Kabupaten Sleman sangat luas dan tidak dapat dijangkau hanya dengan dua distrik). Vespa dianggap sebagai sepeda motor kuno, dilabeli kurang cekatan, sering macet, berat, tetapi masih ada kelompok yang mengusung vespa sebagai kegemaran bahkan kecintaan. Bahkan hingga terbentuk komunitas penggemar Vespa, yang mengusung kebersamaan dan kekeluargaan. Gelombang globalisasi dan modernitas yang kian menguat serta budaya konsumtif yang tinggi, mengakibatkan krisis identitas pada masing-masng individu.Orang-orang
menyalurkan
kebutuhan
sosialnya
(berkumpul,
menyalurkan pendapat), menyalurkan kepentingan minat (hobi), dan eksistensi diri. Tidak sampai disitu saja, kebutuhan untuk mendapatkan identitas tersebut disertai dengan minat (hobi) terhadap suatu benda dan membentuk sebuah wadah berupa komunitas (dalam hal ini komunitas Vespa). Komunitas Vespa yang ditelitiadalah Komunitas Vespa Owner Community (VOC), yang dibentuk dengan perasaan senasib dan kecintaan akan Vespa. Hal ini tercermin dalam nilai mayoritas komunitas Vespa termasuk pada VOC, yaitu menjunjung tinggi semangat kebersamaandan memiliki perasaan solider. Dalam era modern seperti sekarang ini ternyata masih ada kelompok yang menekankan pada rasa solidaritas. Pertanyaan yang muncul, apakah benar-benar ada solidaritas dan adakah motifmotif tersembunyi pada Komunitas Vespa, dalam hal ini VOC. Hal tersebut menjadi bahasan yang menarik untuk mendalami komunitas Vespa itu. Dan apakah hanya sampai pada motif individu saja atau kemudian muncul suatu
5
kesepakatan? kesepakatan dari komunitas yang merupakan kesadaran tiap individu ditengah rasa solidaritas dan kekeluargaan.
B
Rumusan Masalah Bagaimana motif keterlibatan anggota dan relasi sosial antaranggota dalam Komunitas Vespa Owner Community (VOC)?
C
Tujuan Mengetahui motif keterlibatan anggota dan relasi sosial antaranggota dalam Komunitas Vespa Owner Community (VOC).
D
Tinjauan Pustaka Beberapa karya ilmiah yang pernah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan judul yang diambil, di antaranya : 1. Tesis yang ditulis oleh Teguh Hidayatulah Rachmad (2014) yang berjudul “Gaya Hidup Komunitas Penggemar Vespa Gembel Sebagai Subkultur (Studi Kasus di Bangkalan, Madura)”. Tesis ini membahas tentang kemunculan subculture komunitas atau penggemar vespa gembel sebagai ekspresi kejenuhan terhadap budaya islam dan kemadura-an. Konstruksi identitas budaya Madura yang religius merupakan ekspresi dari produk sejarah di Bangkalan, Madura. Muncul komunitas
penggemar
vespa
sebagaistereotype
oleh
sebagian
masyarakat Madura. Kejenuhan akan rutinitas budaya dominan
6
membuat scooterist keluar sementara dari struktur untuk merasakan kebebasan sebagai individu yang tidak terikat dengan norma-norma masyarakat. Dilaporkan juga tentang kemunculan identitas komunitas vespa sebagai subkultur di tengah masyarakat yang memegang tegung budaya islami.Dalam Tesis ini, dikaji menggunakan habitus, ranah, gaya hidup dan subkultur. Penelitian ini juga menggunakan simbol identitas yang mirip seperti peneliti gunakan, hanya saja dalam karya tersebut tidak secara gamblang mengungkapkan identitas murni, tetapi ekspresi masyarakat dari rutinitas dan aturan yang membentuk identitas sehingga menjadi sebuah subkultur di tanah Bangkalan, Madura.
2. Skripsi yang ditulis oleh Taufiq Imawan (2014) yang berjudul “Dinamika Identitas Pada Vespa Gembel”. Skripsi ini membahas tentang dinamika yang memunculkan identitas pada penggemar vespa gembel atau rembol. Penulis mengkaji bahwa pembentukan identitas dapat berasal dari individu, kelompok maupun benda. Identitas atau citra yang ditampilkan sesuai dengan apa yang ingin ditampilkan subjek dengan sebaik mungkin. Kemudian penulis mengungkapkan „benang merah‟ dengan munculnya fenomena subkultur sebagai sikap perlawanan terutama kebebasan bekreasi dengan memodifikasi vespa, dan sederhana tampil kere. Dalam eksistensinya, Jokres kurang menunjukkan keberadaannya dan kurang maksimal menilik vespa
7
rembol dalam komunitas tersebut. Menurut hasil observasi, masih banyak komunitas yang muncul karena kebebasan berekspresi vespa rembol saja, tidak style campuran dalam komunitas Jokres. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan identitas sebagai “motor” analisa pertama, dan kemudian mengkaitkan dengan munculnya subkultur dalam fenomena vespa rembol. Berbeda dengan penelitian yang akan penulis angkat mengenai identitas melahirkan solidaritas yang terbentuk dalam komunitas, sehingga mencari motif keterlibatan anggota dan relasi sosial antaranggota yang terbentuk, serta gaya penggunaan vespa sebagai barang identitas dalam rutinitas anggota komunitas Vespa Owner Community.
3. Skripsi yang ditulis oleh Danar Miftah Wicaksono (2015) yang berjudul “Perempuan Pengendara Vespa (Studi pada Perempuan Pengendara Vespa Klasik di Yogyakarta)”. Skripsi ini mengkaji mengenai perempuan-perempuan yang memilih menunggangi Vespa dalam era modern ini. Dijelaskan bahwa pengambilan pilihan akan Vespa merupakan perwujudan dari pengalaman informan di masa lalu dan juga selera. Dijelaskan oleh peneliti bahwa selera informan terbentuk dari habitus, habitus merupakan kebiasaan-kebiasaan dari diri individu yang berkembang dalam waktu sedemikian lama. Dalam pembentukan kebiasaan membutuhkan modal, antara lain : modal ekonomi, modal budaya, dan modal sosial.Melalui ketiga modal tersebut kemudian
8
membentuk selera pada tiap informan hingga memilih menggunakan Vespa. Selera yang terbentuk tersebut merupakan pemaknaan dari identitas (Barker, 2011: 170). Identitas ditandai lewat selera, selera diwujukan dari habitus, maka habitus bisadianggap merupakan dasar penciptaan dari identitas. Identitas pada perempuanpengendara vespa dibentuk dari modal-modal habitus yang dimilikinya. Terdapat pula modal simbolik yang merupakan representasi dari modal-modal yang lain. Pengendara vespa dari kelas ekonomi atasmemakai vespa sebagai pemenuhan keinginan hati. Informan pada kelas ini tidak lagi memikirkan modalekonomi,
lebih
kepada
kepuasan
hati.
Berbeda
dengan
perempuan pengendaravespa kelas menengah, tujuan dia memakai vespa adalah agar dilihat banyakorang dan jadi pusat perhatian. Kelas ekonomi
ini
cenderung
berpikir
tentang
kehadirannya
lingkup/lingkungan
sosial,
masyarakat
keberadaannya,sehingga
tujuannya
menggunakan
dalam
menganggap Vespa
untuk
eksistensi diri. Sedangkan pada kelasekonomi bawah, pemilihan vespa adalah sebagai pemenuhan kebutuhantransportasi yaitu sebagai pilihan alat transportasi yang terjangkau.Pembentukan identitas menurut Giddens adalah dengan adanya agen danproyek. Agen merupakan individu yang menciptakan identitas yakni perempuanpengendara vespa, dan proyek merupakan hasil identitas yang diciptakan.
9
E
Kerangka Teori 1. Keterasingan Gelombang globalisasi dan modernitas yang kian menguat serta budaya konsumtif yang tinggi. Mengakibatkan krisis identitas ditiap individu. Entah untuk menyalurkan kebutuhan sosial (berkumpul, menyalurkan pendapat), menyalurkan kepentingan minat (hobi), eksistensi diri. Tetapi tidak hanya sampai disitu saja, kebutuhan untuk mendapatkan identitas tersebut dibalut dengan minat (hobi) terhadap suatu benda dan membentuk sebuah wadah berupa komunitas (komunitas Vespa). Keterasingan yang diambil adalah buah pemikiran Marcuse (2000)1 yang juga merupakan Marxian. Seorang sosiolog yang berasal dari Jerman, salah satu karyanya adalah : „One-Dimensional Man‟. Karya tersebut merupakan
kritik
terhadap
perubahan
(perkembangan)
kebudayaan
masyarakat industri modern pada jamannya. Masyarakat yang pada saat itu dicekoki oleh kemajuan teknologi seolah-olah melupakan apa yang sebenarnya penting bagi mereka, yaitu sifat-sifat kemanusiaan dan akal budi yang luhur. Bahkan mereka seolah-olah menjadikan teknologi sebagai sebuah hal yang sakral dalam pikiran mereka sendiri. Bagi Marcuse (2000), kehidupan masyarakat industri modern bukanlah
kehidupan
yang
sehat.Karena
masyarakat
industrimodern
merupakan masyarakat yang berdimensi satu.Maksudnya adalah segala segi
1
Marcuse, Herbert. 2000. Manusia Satu-Dimensi terjemahan Sirvester G. Sukur dan Yusup
Priyasudiarja. Yayasan Bentang Budaya : Yogyakarta.
10
kehidupan diarahkan pada satu tujuan, yaitu keberlangsungan dan peningkatan sistem yang telah ada, yang tidak lain adalah sistem kapitalisme.Kemajuan teknologi secara pesat menurut Marcuse merupakan sebuah era perbudakan baru. Teknologi dan masyarakat industri merupakan ungkapan kepentingan pribadi yang dipaksakan kepada masyarakat luas. Peran manusia dan emansipasi yang ada dalam diri individu tenggelam dalam teknologi, sehingga masyarakat industri modern masih merupakan masyarakat yang teralienasi (keterasingan). Hal ini disebabkan mausia mengasingkan
manusia-manusia
yang
menjadi
warganya
dari
kemanusiaan.Bahkan mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya diri mereka juga ikut teralienasi. Perkembangan teknologi yang pesat dan gelombang konsumtif yang meningkatmenimbulkan keterasingan identitas individu di era modernisasi tersebut. Era modernisasimemunculkan beragam aneka produk teknologi, termasuk kendaraan, khususnya sepeda motor dan mobil yang menggunakan teknologi canggih. Ditambah pula tingkat konsumsi masyarakat yang sedemikian rupa sehingga yang tidak berpartisipasi didalamnya akan mengalami keterasingan. Struktur pasar yang adasaat ini menjadi alat pemerasan dan penguasaan. Hal ini disebabkan oleh motif mengejar keuntungan akan mendorong produsen menguasai konsumen, baik dengan memeras buruh (yang tidak lagi secara fisik) maupun dengan memanipulasi kebutuhan (kebutuhan palsu menurut Marcuse). Kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan akan alat telekomunikasi tercanggih, alat transportasi
11
modern, kebutuhan akan produk dengan brand yang memiliki nilai tersendiri.Dan bagi mereka yang berkemampuan ekonomi rendah bahkan meraka yang tidak mengikuti arus akan terlindas dalam kontrol sosial dan dianggap „ketinggalan jaman‟. Kebutuhan yang dianggap masyarakat harus dimiliki (dipenuhi) untuk mengikuti arus dominasi pasar. Oleh karena itu untuk memperoleh eksistensi diri, menyalurkan kebutuhan sosial (berkumpul, menyalurkan pendapat), menyalurkan kepentingan minat (hobi), dengan mengadopsi ciri khas yang menjadi entitas atau identitas diri. Kemudian melalui proses sosial, membentuk wadah sosial berupa komunitas. Dalam hal ini komunitas yang dimaksud didasarkan dengan minat akan sesuatu benda (Vespa), dan perasaan senasib. Dengan demikian, memiliki kesamaan entitas dan mendapatkan teman senasib sepenanggungan. Akan tetapi, dalam komunitas penggemar vespa tua (Vespa Owner Community), diduga tiap anggota memiliki motif pribadi yang untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan. Dalam era modern seringkali individu mencari cara atau celah untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan dalam suatu kelompok/golongan. 2. Identitas dan relasi sosial Identitas merupakan sesuatu yang dapat dimaknai melalui tanda selera, kepercayaan, sikap, dan gaya hidup (Barker, 2011: 170). Pada era modern seperti sekarang ini, identitas muncul sebagaibentuk untuk keperluan mencari eksistensi, krisis identitas tertentu, berbagai selera atau minat, berbagai macam kepercayaan, serta sikap dan gaya hidup tertentu.
12
Identitas individu atau kelompok yang dibentuk tersebut akan menjadi ciri khas dari individu atau kelompok itu sendiri. Melalui ciri khas yang telah terbentuk, maka individu atau kelompok akan mudah dikenali oleh orang lain dan memiliki entitas yang sama. Stets dan Burke menulis dalam “A Sociological Approach to Self and Identity”, bahwa pendekatan diri (self) mengenai diri dan identitas itu dimulai dengan asumsi bahwa terdapat hubungan yang resiprokal(bersifat saling berbalasan satu dengan yang lain) antara diri (self) dengan masyarakat (Stryker 1980). Diri akan memberikan pengaruh pada orang lain dan masyarakat melalui perilaku secara individual. Dalam proses yang terjadi secara terus menerus, akan dibentuk berbagai kelompok, organisasi, jaringan. Identitas merupakan tentang diri kita dan tentang relasi kita dengan orang lain. Identitas bukan merupakan suatu hal yang paten yang kita miliki, melainkan suatu proses pembentukan (Barker 2000: 198). Seperti dikatakan sebelumnya, proses pembentukan identitas individu atau kelompok melalui proses yang terjadi berulang-ulang, sehingga menimbulkan ciri khas, seperti selera, sikap, gaya hidup. Ciri khas ini muncul sehingga orang lain atau komunitas akan dengan mudah mengenalinya. Identitas individu maupun kelompok dapat terbentuk melalui banyak cara, seperti melalui selera, bahasa, gaya hidup, sikap, atribut dan simbol. Pembentukan identitas dengan cara tersebut terkait dengan penelitian ini, yaitu merupakan
identitas antiesensialisme. Hal ini
disebabkan oleh identitas yang menjadi ciri khas, bukan terbentuk secara
13
sendirinya (alamiah) atau tidak disengaja (esensialisme), tetapi merupakan sesuatu
yang
dengan
sengaja
dibentuk
(Antiesensialis).
Terlihat
pembentukan identitas atau ciri khas dalam komunitas Vespa Owner Club merupakan identitas yang secara sengaja dibentuk atau antiesensialis. Bilig (1976) mendefinisikan bahwa kelompok sebagai kumpulan orang-orang yang anggota-anggotanya sadar atau tahu akan adanya satu identitas sosial bersama.Sebagai sebuah komunitas atau kelompok sosial pastinya memiliki identitas. Keberadaan identitas ini yang biasanya diadopsi oleh individu anggota komunitas. Sehingga individu yang tergabung dalam sebuah komunitas atau kelompok, memiliki kecenderungan untuk dikaitkan atau memiliki relasi dengan identitas komunitasnya. Selain itu, maksud dibalik diciptakannya suatu identitas merupakan salah satu cara individu dalam menunjukan kepada orang lain atau masyarakat mengenai keberadaannya dalam sebuah lingkungan sosial. Dengan demikian, dengan ciri khas yang dimiliki, orang lain atau masyarakat akan dengan mudah mengenali. F
Metode Penelitian Untuk memperoleh informasi lebih dalam, peneliti mencoba lebih
dekatdengan anggota dan pengurus komunitas penggemar vespa VOC yaitu dengan melakukan pengamatan, berinteraksi dan mengikuti aktivitasmereka. Dari situlah peneliti mulai melakukan wawancara tidak terstruktur danmengalir seperti percakapan sehari-hari. Peneliti mempelajari gaya hidup anggota komunitas dalam hal penggunaan sepeda motor sesuai identitas, yakni vespa dalam
14
kehidupan sehari-hari, serta pola interaksi antaranggota dalam berbagai macam kegiatan komunitas. 1.Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa data yang dikumpulkan melalui observasi partisipan, wawancara mendalam, catatan pribadi dan sumber data sekunder lainnya. Dalam penelitian kualitatif ini akan digambarkan realita empirik di balik suatu fenomena secara mendalam. Metode kualitatif digunakan untuk meneliti kondisi objek yang bersifat alamiah.Pada penelitian ini,peneliti memiliki peran penting dalam penelitian, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan dan analisis data bersifat induktif. Penelitian ini tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi,tetapi lebih menekankan pada makna yang ada dalam suatu fenomena. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus. Penelitian kualitatif studi kasus menggunakan metode analisis pemahaman yang cermat dan intensif mengenai suatu unit kesatuan sosial berupa individu, keluarga, kelompok atau masyarakat(Salim, 2006: 118). Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci, sehingga menggunakan studi kasus dapat mendapatkan hasil yang mendalam dan bermakna. Metode penelitian kualitatif studi kasus lebih bermanfaat untuk melacak peristiwa-peristiwa pada ranah kontemporer. Studi kasus ini
15
menggunakan dua komponen sumber bukti yaitu observasi dan wawancara (Yin, 2006: 12). Studi kasus sendiri memiliki kedekatan dengan sumber data dokumen, peralatan, wawancara dan observasi. Topik penelitian skripsi inicocok apabila dikupas menggunakan metode kualitatif studi kasus karena memiliki pembanding unik dalam hal yang seharusnya dan senyatanya dalam sebuah komunitas (Das sollen & Das sein), gaya penggunaan suatu barang sebagai identitas kelompok atau komunitas Vespa Owner Community-Donoharjo, Sleman. Menurut penulis, dalam fenomena tersebut merupakan suatu studi yang dititik beratkan pada pengambilan fokus informan yang berkecimpung dalam Vespa Owner Community sesuai dengan indikator yang digunakan agar dapat fokus dan menganalisis secara mudah dan deskriptif serta detail pertanyaan-pertanyaan yang sudah diungkapkan dalam latar belakang dan rumusan masalah.
2.Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yakni data primer dan sekunder. 1. Sumber data Primer Sumber data primer berasal dari ungkapan dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai secara langsung. Sumber data ini didapatkan dari wawancara mendalam dan observasi langsung terhadap subjek penelitian. Dalam penelitian ini, sumber primernya
16
adalah sesepuh, pendiri dan pengurus komunitas saat ini, serta anggota komunitas sesuai indikator yang berlaku. 2. Sumber data sekunder Sumber data sekunder berasal dari sumber lain, bisa berupa catatan pengurus, jurnal foto, data statistik dan lain-lain yang digunakan sebagai informasi pendukung bagi sumber utama. Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat vital dalam suatu penelitian oleh karena itu, seorang peneliti harus terampil dan responsif dalam pengumpulan data agar mendapatkan data yang valid juga empirik. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Partisipant Observation Partisipant
Observation
atau
observasi
partisipanadalah
cara
pengambilan data melalui pengamatan dengan cara terjun langsung dalam berbagai kegiatan komunitas untuk melakukan pengamatan. Pengamatan ini memungkinkan peneliti untuk dapat berkomunikasi secara langsung terhadap subjek, sehingga memungkinkan untuk bertanya secara lebih rinci terhadap hal-hal yang ingin diteliti. 2. Indepth Interview (wawancara mendalam)
17
Wawancara merupakan proses komunikasi untuk memperoleh keterangan sebagai tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara peneliti dengan subjek penelitian. Dengan wawancara, data yang diperoleh akan lebih mendalam karena mampu menggali pemikiran atau pendapat secara rinci. Dalam wawancara mendalam ini, peneliti menggunakan pedoman wawancara tidak terstruktur. Pedoman wawancara memuat garis besar yang akan ditanyakan, tidak harus urut, tetapi dapat acak dan mengalir sesuai latarbelakang informan. Alat bantu selain interview guide adalah tape recorderatau rekaman agar meminimalisasi kemungkinan data terlewat atau tidak tercatat. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan sumber data penelitian dari data sekunder. Data ini berupa bahan tertulis baik catatan, buku, dan data-data terkait kegiatan komunitas yang bisa didapat secara internal dari pengurus maupun berkas sekretariat komunitas.
3. Pemilihan Informan Penelitian ini merupakan studi
terhadap anggota Vespa Owner
Community, salah satu distrik dari MSC Jogja – Jateng. Pengambilan informan akan dilakukan dengan teknikPurposive.Purposive adalah teknik pengambilan informan yang memiliki fokus akan tujuan, dalam artian pengambilan informan penelitian sesuai dengan topik penelitian dan
18
bahasan yang diambil. Jumlah informan pertama yang diambil ± lima orang, kelima orang tersebut merupakan informan yang terlibat dalam komunitas dan dipilih berdasarkan beragamnya jenjang pendidikan, kondisi ekonomi, umur dan pekerjaan, lamanya keikutsertaan, serta motivasi. Hal ini dilakukan agar mendapatkan variasi data dan analisis dapat lebih menyeluruh. Sedangkan untuk mendukung data yang akan dicari, peneliti akan menggunakan teknik snowball.Teknik snowballdigunakan untuk mencari kriteria-kriteria tertentu mengenai informan lain menurut informan yang sedang diwawancarai. Dalam penelitian ini, tidak semua anggota VOC bisa dijadikan sebagai informan. Adapun kriteria informan adalah sebagai berikut : 1. Vespa yang dipakai merupakan vespa klasik (bukan matic). Vespa klasik merupakan vespa yang produksi pada tahun 1946-2004, menggunakan mesin 2-tak. 2. Tergabung dalam komunitas Vespa Owner Community 3. Informan berada di lingkup Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, baik penduduk asli maupun pendatang, dan merupakan anggota VOC aktif.
4. Teknik Analisis Data Setiap penelitian kualitatif studi kasus, strategi analisis umum yang mengandung prioritas tentang apa yang akan dianalisis dan mengapa diperlukan. Dari penentuan strategi umum ini,nantinya akan ditentukan
19
strategi khusus untuk melakukan analisis data. Apabila tidak ada strategi umum, maka nantinya analisis data studi kasus akan berlangsung sulit (Yin, 2006: 138). Studi kasus dapat diartikan sebagai aktivitassosial yang diciptakan
melalui
interaksi
sosial,
meskipun
terletidakdalam
kontekstertentu dan sejarah, dan berusaha untuk mengidentifikasi serta menjelaskan sebelum mencoba untuk menganalisis kemudian berteori (Stark andTorrance, 2006). Studi kasus memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelebihannya adalah : memiliki lingkup, batas, dan pola pikirtersendiri agar dapat menangkap realitas serta menantang; detail,menangkap makna di balik kasus sehingga bermanfaat untuk memecahkanmasalah-masalah secara spesifik; memberikan pengetahuan secara proporsional dan eksperimental. Kemudian kelemahan dari studi kasus adalah terbentur pada isu validitas & reliabilitas, yang kedua adalah generalisasi dalam upaya teorisasi. Stake
(1995)
mengungkapkan
empat
bentuk
analisis
data
besertainterpretasinya dalam penelitian studi kasus (Kusmarni, 2010), yaitu: 1. pengumpulan kategori peneliti mencari suatu kumpulan dari contoh-contoh data untuk menemukan makna yang relevan dengan isu yang akan muncul; 2. interpretasi langsung peneliti studi kasus melihat pada satu contoh serta menarik makna darinya tanpa mencari banyak contoh. Hal ini merupakan suatu
20
proses dalam menarik data secara terpisah dan menempatkannya kembali secara bersama-sama agar lebih bermakna; 3. peneliti membentuk pola dan mencari kesepadanan antara dua atau lebih kategori. Kesepadanan ini dapat dilaksanakan melalui tabel yang menunjukkan hubungan antara dua kategori; 4.
pada
akhirnya,
peneliti
mengembangkan
generalisasi
naturalistikmelalui analisa data, generalisasi ini diambil melalui orang-orang yangdapat belajar dari suatu kasus, apakah kasus mereka sendiri ataumenerapkannya pada sebuah populasi kasus.
5. Penentuan informan, Pemilihan area penelitian dan Waktu Penelitian Komunitas penggemar Vespa klasikVespa Owner Community memiliki kantor sekretariat di Desa Donoharjo, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Komunitas VOC merupakan salah satu dari enamdistrict Mataram Scooter Club (MSC) yang merupakan komunitas vespa klasik DIY-Jateng yang sudah berdiri 17 tahun. Komunitas ini diakui oleh komunitas-komunitas Vespa se-Indonesia, khususnya dalam lingkup Pulau Jawa. Sekretariat VOC sendiri merupakan wadah bagi sekretariat MSC, dan ketua MSC pusat juga merupakan sesepuh sekaligus pendiri VOC. Didukung dengan mudahnya mencari data dari sekretariat distrik atau pusat, dan keterbukaan dari sesepuh beserta anggota, menjadikankomunitas ini mudah dijadikan sebagai salah satu pemilihan area penelitian.
21
Sebelumnya,anggota komunitas VOC merupakan anggota dari komunitas besar MSC yangterbagi dalam beberapa distrik, atau bahkan belum tergabung dalam komunitas MSC. Semakin lama, karena merupakan tetangga desa dan beberapa desa yang berdekatan juga merupakan teman nongkrong, makatercetuslah ide untuk membuat distrik baru yaitu VOC pada September 2009. Hal tersebut membuat beberapa teman yang berada di beberapa desa dekat Donoharjo, Sleman berpindah distrik dan menjadi anggota distrik VOC. Menilik distrik yang baru, lebih fresh, dan menjunjung rasa kekeluargaan, tertarik untuk bergabung menjadi anggota. Pada awalnya hanya ada lime orang anggota yang sekaligus berperan sebagai pendiri. Akan tetapi, kini jumlah anggota VOC adalah sebanyak 40an orang. Seperti komunitas pada umumnya ada anggota yang aktif dalam kegiatan
ada pula yang pasif dan jarang terlihat dalam kegiatan atau
perkumpulan setiap bulan. Dalam hal ini peneliti menilik pada motif keterlibatan anggota dan relasi sosial antaranggota Komunitas VOC.Identifikasi key informant anggota yang memiliki motif tertentu dalam keterlibatan di komunitas. Key informant ditentukan oleh penelitidengan menentukan informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya secara mendalam (Sutopo, 1988:22). Informaninforman kunci sering kali sangat penting bagi keberhasilan studi kasus (Yin, 2013:109).
22
Peneliti mewawancari pendiri dan sesepuh yang berperan besar terhadap komunitas, pengurus komunitas dan anggota. Wawancara mendalam digunakanuntuk memahami latar belakang individu, alasan memilih motor vespa dan motif bergabung dengan komunitas, dan implikasi yang terjadi sebagai akibat dari komunitas tersebut.Disamping itu,penelitian lapangan dilakukan selama enam bulan, yaitu pada Bulan Mei 2015 hingga pertengahan Bulan Oktober 2015. Kemudian pengolahan data dilakukan selamapenelitian dan berlanjut hingga setelah penelitian lapangan.
23