BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh masyarakat Indonesia sedang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dan signifikan kearah yang lebih baik. Pada akhir tahun 2011 kemarin, beberapa hasil survei mengemukakan adanya peningkatan nilai kekayaan orang-orang kaya di Indonesia. Misalnya saja majalah Forbes pada November 2011 merilis 40 daftar orang terkaya di Indonesia yang memiliki akumulasi kekayaan sebesar US$ 85,1 miliar dan bila jumlah kekayaan dari ketiga orang terkaya teratas di Indonesia pada tahun 2011 ditotal, nilainya akan mencapai US$ 32,5 miliar. Selain berdasarkan survei yang dilakukan majalah Forbes, sebuah riset yang berjudul “Indonesia: Building Momentum” menyebutkan tentang jumlah kelas menengah (middle class) Indonesia atau orang Indonesia yang memiliki pendapatan sebesar US$3.000/tahun naik drastis dari 1,6 juta orang di tahun 2004 menjadi 50 juta pada 2009. Hasil laporan yang dikeluarkan berbagai lembaga survey lainnya juga memiliki kesimpulan yang sama bahwa jumlah orang kaya di Indonesia berserta asetnya semakin tinggi.
1
2
Berdasarkan hasil riset diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya perencanaan keuangan untuk mengolah kekayaan dan aset-aset yang mereka miliki jumlahnya ikut bertambah mengikuti pertumbuhan jumlah orang kaya di Indonesia. Kesadaran masyarakat di Indonesia akan pentingnya perencanaan keuangan semakin tinggi tersebut dapat terlihat dari jumlah financial planner yang terus meningkat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Berdasarkan jumlah profesional financial planner yang ada di Indonesia, kita dapat melihat bahwa jumlahnya sangat sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah orang yang dapat dikategorikan berpenghasilan menengah keatas di Indonesia. Berikut merupakan table jumlah professional CFP di Indonesia:
Tabel 1.1 Jumlah CFP dan RFP Tahun 2009 - 2011
NO
1.
2.
MEMBER
CFP
RFP
Sumber: FPSB Indonesia (2012)
TAHUN
JUMLAH
2009
480
2010
703
2011
802
2009
23
2010
431
2011
1264
3
Berdasarkan data lulusan tahun 2009, maka setiap satu orang professional CFP harus menangani sebanyak 104.166 klien. Jumlah tersebut masih sangatlah jauh apabila kita menginginkan kondisi perekonomian Indonesia yang semakin baik. Dalam hal ini, demi menciptakan para perencana keuangan yang professional dalam mendukung serta mengelola kekayaan dari orang-orang yang berpenghasilan menengah keatas tersebut dibutuhkan suatu badan lembaga sertifikasi profesi yang melakukan standarisasi professional para financial planner di Indonesia. FSPB Indonesia adalah satu-satunya lembaga berperan besar dalam melakukan sertifikasi kepada para praktisi jasa perencanaan keuangan Indonesia, dimana perencana keuangan itu harus memiliki standard dan kualifikasi tertentu. FPSB Indonesia lebih bertugas menyelenggarakan proses sertifikasi global yang mendapat pengakuan di seluruh dunia. Didalam suatu lembaga, demi tercapainya target yang telah ditentukan pastinya diperlukan suatu pengukuran kinerja agar dapat mononitor perkembangan lembaga tersebut apakah mencapat target yang ditentukan atau tidak, apakah target yang ditentukan sejalan dengan visi dan misi lembaga tersebut atau tidak,. apakah pengukuran kinerja tersebut juga diketahui seberapa besar percapatan pertumbuhan dari target yang telah di tetapkan. Banyak dari perusahaan ataupun suatu lembaga organisasi tertentu hanya mengukur kinerja perusahaan dari sisi keuangannya saja, hal tersebut merupakan cara
4
pengukuran kinerja yang masih tradisional. Pengukuran dari sisi keuangan saja merupakan hal yang belum dapat merepresentasikan keadaan perusahaan secara keseluruhan diperlukan pengukuran kinerja dari aspek lain selain aspek keuangan. Seperti misalnya aspek pelanggan, proses bisnis internal, dan proses pembelajaran dan pertumbuhan. Dengan begitu, penulis ingin menerapkan konsep Balanced Scorecard yang disebut juga dengan pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert Kaplan (Harvard Business School) dan David Norton pada awal tahun 1990-an. Balanced Scorecard mampu menerjemahkan visi serta strategi menjadi sebuah aksi yang dapat terus membawa perusahaan kearah yang lebih baik, didalam Balanced Scorecard tersebut, terdapat ukuran yang mengukur dari empat perspektif, yakni: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Dengan penelitian mengenai 4 perspektif Balanced Scorecard yang ada didalam lembaga FPSB Indonesia, setelah adanya penerapan pengukuran kinerja didalam lembaga sertifikasi tersebut, diharapkan FPSB Indonesia dapat memperkuat strategi jangka pendek serta strategi jangka panjangnya. Pada kesempatan kali ini, penulis melakukan penelitian yang dilakukan di FPSB Indonesia dengan menganalisa metode Balanced Scorecard agar dapat mengukur kinerja perusahaan dalam empat aspek tersebut. Dengan mengangkat judul “Penerapan Balanced Scorecard sebagai Sistem Pengukuran Kinerja pada FPSB Indonesia”
5
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana cara mengukur kinerja perusahaan dengan memanfaatkan metode
-
Balanced Scorecard? Apa hasil dari pengukuran metode Balanced Scoreard pada FPSB Indonesia?
-
1.3 Tujuan Penelitian -
Mengukur dan menganalisa kinerja perusahaan menggunakan metode Balanced Scorecard.
-
Mendapatkan jawaban atas hasil pengukuran dari metode Balanced Scorecard pada FPSB Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan penelitian ini, diharapkan: a. Bagi Perusahaan Diharapkan melalui penelitian ini akan didapatkan suatu hal yang maksimal yang menjadi bahan masukan bagi FPSB Indonesia. dalam menilai kinerja mereka berkaitan dengan Balanced Scorecard. b. Bagi Penulis Diharapkan
melalui
penelitian
ini
penulis
mendapatkan
banyak
pengetahuan tentang melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan
6
baik, serta dapat menambah pengetahuan tentang apa yang menjadi bahasan dalam skripsi ini. c. Bagi Pembaca Diharapkan hasil dari penelitian ini berguna sebagai bahan tambahan informasi dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan metode Balanced Scorecard.